• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keuntungan Penggunaan Pembelajaran Kooperatif 1. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial

LANDASAN TEORI

3) Keuntungan Penggunaan Pembelajaran Kooperatif 1. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial

2. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandang-pandangan.

3. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.

4. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen

5. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri.

6. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.

7. Berbagi ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling memutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekan.

8. Meningkatkan rasa saling percaya kepada semua manusia.

9. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif.

10. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.

11. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan

kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas.

4) Beberapa Metode Pembelajaran Kooperatif 1. Metode STAD ( Student Achievement Divisions ) 2. Metode Jigsaw

3. Metode GI (Group Investigation) 4. Metode struktural

e. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

1) Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah

PBL (Problem Based Learning) mengambil psikologi kognitif sebagai dukungan teoritisnya. Fokusnya tidak banyak pada apa yang sedang dikerjakan siswa (perilaku mereka), tetapi pada apa yang siswa pikirkan(kognisi mereka) selama mereka mengerjakannya. Meskipun peran guru dalam pelajaran berbasis masalah kadang-kadang juga melibatkan mempresentasikan dan menjelaskan

commit to user

berbagai hal kepada siswa, tetapi guru lebih harus sering memfungsikan diri sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga siswa dapat belajar untuk berpikir dan menyelesaikan masalahnya sendiri. ( Sugiyanto, 2008:110).

2) Merencanakan dan Melaksanakan PBL 1. Merencanakan Pelajaran PBL

a. Memutuskan Sasaran dan Tujuan

PBL dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan seperti ketrampilan intelektual dan investigatif, memahami peran orang dewasa, dan membantu siswa untuk menjadi pelajar yang mandiri. Sebagian pelajaran PBL mungkin dimaksudkan untuk mencapai semua tujuan ini secara simultan. Akan tetapi, kemungkinan yang lebih besar adalah guru hanya akan menekankan pada satu atau dua tujuan dalam pelajaran tertentu.

b. Merancang Situasi Bermasalah yang Tepat.

PBL didasarkan pada premis bahwa situasi bermasalah yang membingungkan atau tidak jelas akan membangkitkan rasa ingin tahu siswa sehingga membuat mereka tertarik untuk menyelidiki. Sebuah situasi bermasalah yang baik harus memenuhi lima kriteria yang penting, yaitu:

Pertama, situasi mestinya autentik. Hal ini berarti bahwa masalahnya harus dikaitkan dengan pengalaman riil siswa dan bukan dengan prinsip-prinsip disiplin akademis tetentu. Kedua, masalah itu mestinya tidak jelas atau tidak sederhana sehingga menciptakan misteri atau teka-teki. Ketiga,.masalah itu seharusnya bermakna bagi siswa dan sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual. Keempat, masalah itu mestinya cakupannya luas sehingga memberikan kesempatan kepada guru untuk memenuhi tujuan instruksionalnya, tetapi tetap dalam batas-batas yang layak bagi pelajarannya dilihat dari segi waktu, ruang, dan keterbatasan sumber daya. Kelima, masalah yang baik harus mendapatkan manfaat dari usaha kelompok, bukan justru dihalanginya.

c. Mengorganisasikan Sumber Daya dan Merencanakan Logistik Hal ini merupakan tugas utama perencanaan utama para guru PBL, PBL mendorong siswa untuk bekerja dengan beragam bahan dan alat, sebagian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

beralokasi diruang kelas, sebagian lainnya diperpustakaan sekolah atau laboratorium computer, dan sebagian lagi di luar sekolah.

2. Melaksanakan Pelajaran PBL

a. Tahap-tahap dalam Pembelajaran model PBL

1) Memberikan Orientasi tentang Permasalahannya kepada siswa

Guru seharusnya mengkomunikasikan dengan jelas maksud pelajarannya, membangun sikap positif terhadap pelajaran itu, dan mendeskripsikan sesuatu yang diharapkan untuk dilakukan siswa.

2) Mengorganisasikan Siswa untuk Meneliti

PBL mengharuskan guru untuk mengembangkan ketrampilan kolaborasi diantara siswa dan membantu mereka untuk menginvestigasi masalah secara bersama-sama. PBL juga mengharuskan guru untuk membantu siswa dalam merencanakan tugas investigatif dan pelaporannya.

3) Perencanaan Kooperatif

Untuk sebagian proyek, tugas perencanaannya adalah membagi situasi bermasalah yang lebih umum menjadi sub-sub topik yang tepat dan kemudian membantu siswa untuk memutuskan sub-sub topik mana yang akan diselidiki.

4) Investigasi, Pengumpulan Data dan Eksperimentasi

Investigasi yang dilakukan secara mandiri berpasangan atau dalam tim-tim studi kecil adalah inti PBL. Meskipun setiap situasi masalah membutuhkan teknik investigasi yang agak berbeda. Kebanyakan melibatkan proses mengumpulkan data dan eksperimentasi.

5) Mengembangkan Hipotesis, Menjelaskan, dan Memberi Solusi

Di sini guru terus memberikan berbagai pertanyaan yang membuat siswa memikirkan tentang ketautan hipotesis dan solusi mereka dan tentang kualitas informasi yang telah mereka kumpulkan.

3. Bentuk Evaluasi PBL

Prosedur-prosedur evaluasi harus selalu disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Tugas evaluasi untuk PBL tidak cukup hanya dalam bentuk tes-tes tertulis, tetapi memerlukan asesment performance, asesment

commit to user

portofolio, asesment autentik. Beberapa bentuk evaluasi untuk PBL antara lain: Tes pemahaman, checklist, rating skill.

3. Peranan Guru Dalam Proses Belajar Mengajar a. Peranan Guru

Perkembangan baru terhadap pandangan belajar mengajar membawa konsekuensi kepada guru untuk meningkatkan peranan dan kompetensinya karena proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal.

Menurut Gary dan Margaret dalam Mulyasa, (2007:21) mengemukakan bahwa: “guru yang efektif dan kompeten secara professional memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) memiliki kemampuan menciptakan iklim belajar yang kondusif, 2) kemampuan mengembangkan strategi dan manajemen pembelajaran, 3) memiliki kemampuan memberikan umpan balik (feedback) dan penguatan (reinforcement), dan 4) memiliki kemampuan untuk peningkatan diri.”

Dalam sistem pendidikan guru terdapat beberapa komponen menurut Oemar Hamalik, (2004 : 9-11) meliputi “lulusan, input, proses pendidikan guru, metode, materi, evaluasi, feed back (umpan balik), dan masyarakat”. Komponen tersebut saling berkaitan dan berhubungan, baik antar komponen maupun seluruh komponen untuk mencapai tujuan pendidikan guru. Perubahan yang terjadi dalam sebuah komponen maka akan berpengaruh terhadap system secara keseluruhan.

Menurut Oemar Hamalik (2004:9-11) peran guru berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan sekolah diantaranya:

1) Guru sebagai demonstrator

Melalui perananya sebagi demonstrator atau pengajar guru harus dapat memiliki kestabilan emosi sebagai upaya memajukan peserta didik, bersikap realitas, jujur, dan terbuka. Senantiasa peka terhadap perkembangan, terutama inovasi pendidikan. Untuk dapat mencapai semua itu guru harus memiliki pengetahuan yang luas, menguasai teori dan praktek pendidikan, serta menguasai kurikulum dan metodologi pembelajaran.

Salah satu yang harus diperhatikan oleh guru bahwa ia sendiri adalah pelajar. Ini berarti bahwa guru belajar terus menerus. Dengan cara demikian ia

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

akan memperkaya dirinya dengan berbgai ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dan demonstrator sehingga mampu memperagakan apa yang diajarkan secara langsung. Maksudnya agar apa yang disampaikan itu betul-betul dimiliki oleh anak didik.

2) Guru sebagai pengelola kelas

Dalam perannya sebagai pengelola kelas guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar yang nyaman dan semua kegiatan mengarah pada tujuan-tujuan pendidikan lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar. Memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan.

Guru bertanggung jawab memelihara lingkungan kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan atau membimbing proses-proses intelektual dan sosial di dalam kelasnya. Dengan demikian guru tidak hanya memungkinkan siswa belajar, tetapi juga mengembangkan kebiasaan bekerja dan belajar secara efektif di kalangan siswa.

3) Guru sebagai mediator dan fasilitator

Sebagi mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan meupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajr mengajar. Dengan demikian media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.

Moh. Uzer Usman, (2004:11) mengatakan “bahwa guru tidak hanya cukup memiliki pengetahuan tentang media pendidikan, tetapi juga harus memiliki ketrampilan memilih dan menggunakan serta mengusahakan media itu dengan baik”. Untuk itu guru perlu mengalami latihan-latihan praktik secara kontinu dan sistematis. Dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran harus sesuai dengan tujuan, materi, metode, evaluasi dan kemampuan guru serta minat dan kemampuan siswa.

Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar, baik yang berupa nara sumber, buku teks, majalah ataupun surat kabar. Mulyasa (2003:119) menyatakan bahwa guru sebagai fasilitator adalah :

“Guru selalu mencoba untuk membuat siswanya lebih aktif pada proses belajar mengajar karena siswanya bukanlah objek dalam proses belajar mengajar. Guru selalu menciptakan sebuah kondisi bahwa siswa itu aktif bartanya dan menjawab dalam proses kegiatan belajar mengajar”.

commit to user

4) Guru sebagai evaluator

Dalam hal ini guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran serta ketetapan atau keefektifan metode mengajar. Tujuan lain dari penilaian ini adalah untuk mengetahui kedudukan siswa di dalam kelas atau kelompoknya. Hal ini mempermudah bagi guru untuk mengklasifikasikan apakah siswa termasuk kelompok siswa pandai, sedang, kurang, atau cukup baik di kelasnya jika dibanding dengan teman-temannya.

Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar siswa, guru hendaknya terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik. b. Proses Belajar Mengajar

1) Pengertian Belajar

Kegiatan pendidikan adalah suatu proses sosial yang tidak dapat terjadi tanpa interaksi antar pribadi. Belajar adalah suatu proses pribadi, tetapi juga proses sosial yang terjadi ketika masing masing orang berhubungan dengan yang lain dan membangun pengertian dan pengetahuan bersama. Sementara itu belajar dapat pula dikatakan sebagai komunikasi terencana yang menghasilkan perubahan atas sikap, keterampilan, dan pengetahuan dalam hubungan dengan sasaran khusus yang berkaitan dengan pola berperilaku yang diperlukan individu untuk mewujudkan secara lengkap tugas atau pekerjaan tertentu.

Oemar Hamalik (2003: 37) menyatakan bahwa “belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Menurut Biggs dalam Muhibbin Syah (2005: 67) mendefinisikan belajar dalam tiga macam rumusan yaitu :

1. Secara kuantitatif( ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan pengisisan atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya.

2. Secara institusional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses validasi(pengabsahan) terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari.

3. Secara kualitatif (tinjauan mutu) ialah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsiran dunia disekeliling siswa.

Dengan demikian dapat disimpulkan pengertian belajar secara umum yaitu suatu proses usaha yang dilakukan oleh seorang individu untuk menumbuhkan dan meningkatkan pengetahuan (kognitif, afektif, dan psikomotorik) dalam dirinya, sehingga dapat menciptakan suatu perubahan tingkah laku secara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

keseluruhan baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya.

2) Pengertian Mengajar

Para ahli pendidikan memberikan batasan atau pengertian mengajar berbeda-beda rumusannya. Hal ini disebabkan karena perbedaan titik pandang terhadap makna mengajar. Nana Sudjana (2001: 19) mengemukakan, “Mengajar adalah membimbing kegiatan siswa belajar, mengajar adalah mengatur dan mengorganisasikan lingkungan yang ada disekitar siswa, sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan siswa melakukan kegiatan belajar”. Pada dasarnya pembelajaran bermaksud menata nalar, membentuk sikap siswa, dan menumbuhkan kemampuan menggunakan / menerapakan. Ini berarti dalam proses pembelajaran tidak cukup bila hanya memberi tekanan pada terampil mengerjakan soal. Perhatian khusus juga harus diberikan pada bagaimana nalar dan sikap siswa dapat terbentuk serta kemampuan menerapkan pembelajaran akan merupakan penopang penting terbentuknya kemampuan siswa untuk memecahkan masalah yang mungkin dihadapinya.

Mengajar sendiri merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggungjawab moral yang cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada siswa tergantung pada pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan tugasnya.

Moh. Uzer Usman, (2004:6) menyatakan :

”Bahwa mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan usaha untuk mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar”.

Berdasarkan dari berbagai definisi yang telah disampaikan di atas mengajar tidak hanya proses menyampaikan materi kepada peserta didik saja, melainkan juga proses membentuk nalar dan sikap siswa, sehingga siswa mampu memecahkan setiap masalah yang mungkin dihadapinya.

3) Pengertian Pembelajaran

Dalam proses belajar mengajar akan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik atau guru. Peserta didik adalah seseorang atau sekelompok orang

commit to user

yang menerima pelajaran yang dibutuhkan, sedangkan pendidik adalah seseorang yang berprofesi sebagai pengolah kegiatan belajar mengajar agar dapat berlangsung secara efektif.

Menurut Oemar Hamalik (2003: 57), ”Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran”. Oemar Hamalik (2003:57) juga mengemukakan bahwa ada tiga pengertian pembelajaran berdasarkan teori belajar, yaitu :

1) Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar para peserta didik.

2) Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan anak didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik.

3) Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari

E. Mulyasa (2007: 117) berpendapat bahwa, “pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan”. Knirk dan Gustafon dalam Syaiful Sagala (2005: 64), “Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan evaluasi”.

Jadi, pembelajaran dapat diartikan sebagai sebagai bentuk aktualisasi kurikulum yang menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan evaluasi. Proses belajar mengajar (pembelajaran) merupakan suatu kegiatan yang komponennya bekerja sama sejak awal kegiatan sampai dengan kegiatan berakhir. Hendaknya pembelajaran yang terjadi dapat dipersiapkan dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh agar tujuan dari setiap pembelajaran mencapai hasil akhir yang memuaskan.

Hal utama yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar (pembelajaran) adalah kesiapan input (intake/siswa dan masukan instrumental yaitu kurikulum, guru, strategi-metode-teknik pembelajaran dan pengajaran, media pendidikan, waktu, tempat, dsb.) yang diperlukan untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

penyelenggaraan proses belajar mengajar sehingga kejituan proses belajar mengajar dapat dilaksanakan.

Dokumen terkait