• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Paikem Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Oleh Guru PKN SMP Di Kota Surakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penerapan Paikem Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Oleh Guru PKN SMP Di Kota Surakarta"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENERAPAN PAIKEM PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN OLEH GURU PKn SMP DI KOTA

SURAKARTA

Skripsi Oleh :

Tri Winarni NIM K6404058

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PENERAPAN PAIKEM PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN OLEH GURU PKn SMP DI KOTA

SURAKARTA

Oleh : Tri Winarni NIM K6404058

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(4)

commit to user

(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(6)

commit to user

v ABSTRAK

Tri Winarni.PENERAPAN PAIKEM PADA MATA PELAJARAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN OLEH GURU PKn SMP DI KOTA SURAKARTA . Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Juli 2012

Tujuan penelitian ini adalah untuk : 1). Mengetahui pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru PKn SMP di Surakarta, 2). Mengetahui

penerapan pendekatan PAIKEM pada mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan oleh guru PKn SMP di Surakarta, 3). Mengetahui hasil dari penerapan metode PAIKEM dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan strategi tunggal terpancang. Sumber data yang digunakan adalah informan, dokumen, serta tempat dan peristiwa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi berperan pasif, wawancara mendalam, dan analisis dokumen. Validitas data dilakukan dengan cara trianggulasi data. Teknik analisis data menggunakan analisis interaktif terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan. Prosedur penelitian dengan langkah-langkah sebagai berikut : (1) tahap pra lapangan, (2) tahap penelitian lapangan, (3) tahap analisis data, dan (4) tahap penulisan laporan.

Kesimpulan hasil penelitian adalah : (1).Bahwa pendekatan

(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

(8)

commit to user

vii ABSTRACT

Tri Winarni. IMPLEMENTATION OF PAIKEM ON CIVIC EDUCATION BY CIVIC TEACHER OF SMP IN CURRICULUM BASED ON SCHOOL UNIT LEVEL IN SURAKARTA. Undergraduate thesis. Surakarta: education and teacher training, Sebelas Maret University. April 2012.

The aims of this research are: (1) to know learning approach used by the civic teacher of SMP in Surakarta, (2) to know the implementation PAIKEM approach on civic education by civic (Pkn) teacher of SMP in Surakarta, (3) to know the result of PAIKEM method implementation in curriculum based on school unit level.

This research used descriptive qualitative method with one focus strategy. Data source used were informant, document, place and events. The data collecting technique used were passive observation, deep interview, and document analysis. Validity and interactive analysis consisted of collecting data, reducing data, showing data and concluding data. The research procedures followed these steps: (1) pre-field step, (2) field research step, (3) data analysis, and (4) writing report.

(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

(10)

commit to user

ix MOTTO

“ Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupan..”

(Q.S AL Baqarah : 286)

“ Fa inna ma’al Usri Yusraa ( Yusran)” artinya: sesungguhnya bersama kesulitan

itu ada kemudahan.

(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada:

 Bapak dan Ibu atas doa, semangat, dan

kasih sayangnya

 Kakak-kakak tercinta

 Achmad Maulana dan Farah terkasih

 Keluarga Tante Ema

 Teman-Teman PKn Angkatan 2004

(12)

commit to user

xi

KATA PENGANTAR

Puji Syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan, untuk memenuhi sebagian

persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian

penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan

yang timbul dapat teratasi. Untuk itu segala bentuk bantuannya, disampaikan

terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi dan penelitian

lapangan

2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

ijin penyusunan skripsi

3. Ketua Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan, yang telah memberikan

pengarahan dan ijin atas penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Dra. C.H Baroroh, M.Si sebagai Pembimbing I yang telah memberikan

curahan pikiran, mengarahkan dan membimbing serta memotivasi penulis

dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini

5. Bapak Drs. Utomo, M.Pd, Pembimbing II yang telah mengarahkan dan

membimbing serta memotivasi penulis dalam penyusunan skripsi, dan

menyelesaikan studi ini

6. Ibu Erna Yuliandari, S.H, Pembimbing Akademik yang telah memberikan

bimbingan dan saran selama penulis menempuh pendidikan di Program Studi

Pendidikan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

7. Segenap Dosen Pengajar Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal

(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

8. Kepala SMP Negeri dan swasta di Surakarta yang telah memberi ijin untuk

melakukan penelitian, sehingga diperoleh data yang berhubungan dengan

skripsi dari penulis.

9. Guru-Guru Pendidikan Kewarganegaraan SMP Negeri dan Swasta untuk

wawancaranya sehingga diperoleh data yang berhubungan dengan skripsi dari

penulis.

10. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu yang telah

membantu tersusunnya skripsi ini.

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan

dari Tuhan Yang Maha Esa.

Walaupun disadari dalam skripsi ini masih ada kekurangan, namun

diharapkan skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan juga

dunia pragmatika.

Surakarta, Juli 2012

(14)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN……… xvii

BAB I PENDAHULUAN

c. Sejarah dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan...

2. Metode PAIKEM...

a. Pendekatan Contextual Teaching and Learning(CTL)...

(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

d. Model Pembelajaran Kooperatif...

e. Model Pembelajaran PBL...

3. Peranan Guru Dalam Proses Belajar Mengajar...

a. Peranan Guru...

b. Proses Belajar Mengajar...

4. Penerapan PAIKEM oleh Guru Dalam Pembelajaran PKn...

B. Kerangka Pemikiran...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian………...

1. Tempat Penelitian...

2. Waktu Penelitian...

B. Bentuk dan Strategi Penelitian...

1. Bentuk Penelitian...

2. Strategi Penelitian………...

C. Sumber Data...

D. Teknik Sampling...

E. Teknik Pengumpulan Data………..

F. Validitas Data...

a. Letak Geografis dan Luas Kota Surakarta...

b. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk... c. Tenaga Kerja...

d. Pendidikan...

B. Deskripsi Permasalahan Penelitian...

1. Pendekatan Pembelajaran yang Digunakan Oleh Guru PKn

SMP di Surakarta...

2. Penerapan Pendekatan PAIKEM Pada Mata Pelajaran

(16)

commit to user

xv

Pendidikan Kewarganegaraan oleh Guru PKn SMP di Surakarta....

3. Hasil dari Pendekatan PAIKEM dalam Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan...

C. Temuan Studi...

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan...

B. Implikasi...

C. Saran...

DAFTAR PUSTAKA...

55

57

59

62

63

64

(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Perbedaan pembelajaran CTL dan Tradisional... 20

Tabel 2. Tempat Penelitian ... 39

Tabel 3. Waktu dan Kegiatan Penelitian ... 40

Tabel 4. Jumlah Penduduk Surakarta tahun 2002 ... 50

Tabel 5. Banyaknya Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan tahun 2002 ... 50

Tabel 6. Jumlah Sekolah Tiap Kecamatan di Kota Surakarta tahun 2002/2003…… ... 51

Tabel 7. Pendekatan Pembelajaran yang digunakan Guru PKn SMP di Surakarta……... 53

Tabel 8. Pendekatan Pembelajaran yang digunakan Guru PKn SMP di Surakarta……... 54

(18)

commit to user

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir ... 38

(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Foto-foto Penelitian ... 68

Lampiran 2. Pedoman Wawancara ... 73

Lampiran 3. Petikan Hasil Wawancara ... 74

Lampiran 4. Trianggulasi Data ... 100

Lampiran 5. Pedoman Reduksi Data ... 102

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan SMP di Surakarta ... 103

Lampiran 7. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi Kepada Dekan FKIP UNS ... 143

Lampiran 8. Surat Keputusan Dekan FKIP UNS Tentang Ijin Penyusunan Skripsi/Makalah ... 144

Lampiran 9. Surat Permohonan Ijin Research/Try Out Kepada Rektor UNS ... 145

Lampiran 10. Surat Pemberian Ijin Penelitian Kepada KESBANG LINMAS Surakarta ... 146

Lampiran 11. Surat Pemberian Ijin Penelitian Kepada Kepala Bapeda Surakarta. ... 147

Lampiran 12. Surat Permohonan Ijin Penelitian di SMP Negeri 14 Surakarta………... .. 148

Lampiran 13. Surat Permohonan Ijin Penelitian di SMP Negeri 15 Surakarta………... .. 149

Lampiran 14. Surat Permohonan Ijin Penelitian di SMP Negeri 16 Surakarta………... .. 150

Lampiran 15. Surat Permohonan Ijin Penelitian di SMP Negeri 20 Surakarta………... .. 151

Lampiran 16. Surat Permohonan Ijin Penelitian di SMP Kristen 3 Surakarta………... .. 152

(20)

commit to user

xix

Lampiran 18. Surat Permohonan Ijin Penelitian di SMP Murni 1

Surakarta………... .. 154

Lampiran 19. Surat Permohonan Ijin Penelitian di SMP Muhammadiyah 7

Surakarta………... .. 155

Lampiran 20 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari SMP

Negeri 14 Surakarta... 156

Lampiran 21 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari SMP

Negeri 15 Surakarta... 157

Lampiran 22 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari SMP

Negeri 16 Surakarta... 158

Lampiran 23 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari SMP

Negeri 20 Surakarta... 159

Lampiran 24 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari SMP

Kristen 3 Surakarta... 160

Lampiran 25 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari SMP

Kristen 4 Surakarta... 161

Lampiran 26 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari SMP

Murni 1 Surakarta ... 162

Lampiran 27 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari SMP

Muhammadiyah 7 Surakarta ... 163

Lampiran 28 Surat Permohonan Ijin Kepada Kepala Dinas Dikpora

(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1 1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Percepatan arus informasi dalam era globalisasi dewasa ini menuntut

semua bidang kehidupan untuk menyusun visi, misi, tujuan dan strategi agar

sesuai dengan kebutuhan serta tidak ketinggalan jaman. Penyesuaian tersebut

secara langsung mengubah tatanan dalam sistem makro, meso maupun mikro.

Demikian pula dalam sistem pendidikan, sistem pendidikan nasional senantiasa

harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi

baik ditingkat lokal, nasional, global.

Keberhasilan dalam pendidikan nasional diperlukan sistem dan

manajemen pendidikan yang tepat dan sesuai dengan tuntutan perkembangan di

era globalisasi. Serta melalui sistem pendidikan nasional yang berdasarkan

Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang

demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengembangkan fungsi tersebut

pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana

yang tercantum dalam Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

Dalam upaya untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas dengan

tuntutan perkembangan IPTEK dan globalisasi yang menyebabkan terjadinya

perubahan pada berbagai aspek kehidupan manusia, maka diperlukan sumber daya

manusia yang berkualitas dan berbudi pekerti luhur. Untuk itu diperlukan

perubahan dalam pola pikir dalam memberikan suatu materi pembelajaran yang

(22)

commit to user

Berbagai komponen yang berpengaruh terhadap terjadinya suatu kegiatan

pendidikan yang baik diantaranya yaitu “Peserta didik, pendidik atau guru,

interaksi edukatif antara peserta didik dan pendidik, isi pendidikan dan suasana

pendidikan“. Soedomo Hadi,dkk(1999 :19-27). Dari beberapa komponen yang

berpengaruh terhadap kegiatan sekolah khususnya dalam proses belajar mengajar,

guru perlu mendapat perhatian yang khusus di dalam pendidikan karena baik

buruknya suatu pendidikan pada dasarnya tergantung dari aktifitas dan kreatifitas

guru tersebut.

Guru dalam memberikan suatu materi pembelajaraan semestinya diberikan

kebebasan yang lebih leluasa untuk mengembangkan suatu materi sesuai dengan

kurikulum yang ada. Materi yang disampaikan oleh seorang guru lebih dahulu

dipersiapkan sebelum melakukan suatu pembelajaran.

Menurut Moh Uzer Usman (2001 :5) “Persiapan yang harus dilaksanakan seorang guru sebelum kegiatan belajar mengajar meliputi Merumuskan Tujuan pembelajaran Khusus(TPK) yang hendak dicapai, menentukan materi pelajaran yang sesuai dengan tujuan tersebut, menentukan metode mengajar yang merupakan wahana pengembangan materi pelajaran sehingga dapat diterima dan menjadi milik siswa. Kemudian menentukan alat peraga pengajaran yang dapat digunakan untuk memperjelas dan mempermudah penerimaan materi pelajaran oleh siswa serta dapat menunjang tercapainya tujuan trersebut. Langkah yang terakhir adalah menentukan alat evaluasi yang dapat mengukur tercapai tidaknya tujuan yang hasilnya dapat dijadikan feedback bagi guru dalam meningkatkan kualitas mengajarnya maupun kualitas belajar siswa”.

Dalam dunia pendidikan, Pendidikan Kewarganegaraan adalah salah satu

pendidikan yang memiliki peran yang sangat penting. Hal ini terbukti

diwajibkannya pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan mulai dari tingkat SD

hingga perguruan tinggi. Hal ini mengingat Pendidikan Kewarganegaraan

memiliki peran yang sangat penting untuk menjadikan dan menghasilkan

manusia-manusia yang mampu berwarga negara yang baik dan benar serta sadar

(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan sangat luas, yang itu tidak

terlepas dari kehidupan sehari-hari. Seperti contohnya : HAM, Peradilan Nasional,

Hubungan Internasional dan masih banyak lagi materi yang lain. Kesemuanya itu

tidak terlepas dari hak dan kewajiban warga negara ataupun hak dan kewajiban

negara, karena materi yang menjadi lingkup Pendidikan kewarganegaraan

berhubungan dengan kenyataan atau fenomena kehidupan sehari-hari yang sedang

terjadi di masyarakat.

Hasil pembelajaran dalam dunia pendidikan di Indonesia masih belum

menggembirakan. Menurut Sumarna dalam Wasis (2006: 2), ”kebanyakan peserta

didik mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan

nyata”. Hal tersebut disebabkan adanya kecenderungan pembelajaran di kelas

yang berorientasi pada penguasaan materi yang terbukti berhasil dalam kompetisi

mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali siswa memecahkan

persoalan kehidupan jangka panjang. Pembelajaran lebih banyak memaparkan

fakta, pengetahuan dan hukum kemudian dihapalkan bukan mengaitkannya

dengan pengalaman empiris dalam kehidupan nyata. Pendidikan hendaknya

mampu menjadikan peserta didik dapat memperkaya pengalaman belajarnya

sehingga mampu membangun pemahaman dan pengetahuan terhadap dunia

sekitarnya.

Upaya pemerintah dalam memperbaiki dan meningkatkan mutu

pendidikan di Indonesia terus dilaksanakan, beragam program inovatif digunakan

untuk restrukturisasi pendidikan. Salah satu upaya yang dilakukan oleh

pemerintah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan nasional adalah dengan

penyempurnaan kurikulum. Di Indonesia telah mengalami perubahan kurikulum

beberapa kali. Saat ini kurikulum yang wajib digunakan oleh tiap-tiap satuan

pendidikan adalah Kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP).

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum

operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan

pendidikan. Dengan penerapan KTSP mulai tahun ajaran 2006/2007 yang

(24)

commit to user

sekolah memiliki wewenang yang luas dalam menyusun kurikulum sendiri.

Dengan demikian, kurikulum dari sekolah satu dengan sekolah yang lainnya bisa

berbeda. Namun demikian, kurikulum yang dibuat sekolah harus mengacu pada

standar nasional yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan

(BNSP).

Kurikulum tingkat satuan pendidikan menggambarkan bahwa siswa yang

telah mengikuti kegiatan belajar menguasai konsep pengetahuan dan mampu

menganalisis kebutuhan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang

diperolehnya di sekolah setelah mengikuti berbagai mata pelajaran. Hal ini

menuntut kualitas guru yang memadai. Kualitas guru dapat dilihat dari bagaimana

guru menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Dalam kurikulum tingkat

satuan pendidikan, guru diharapkan dapat menggunakan metode dan pendekatan

pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan kurikulum tingkat satuan

pendidikan, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru mempengaruhi

berhasil tidaknya peserta didik dalam memahami materi pelajaran. Proses belajar

mengajar harus menggunakan model-model pendekatan yang efektif untuk

mengembangkan kecakapan hidup siswa yang meliputi kemampuan untuk belajar

sepanjang hayat, kemampuan berpikir kompleks, kemampuan berkolaborasi,

kemandirian dan sebagainya. Menurut Uzer Usman (2005:30-33) bahwa ”dalam

menciptakan belajar mengajar yang efektif sedikitnya ada lima jenis variabel yang

menentukan keberhasilan belajar siswa yaitu melibatkan siswa secara aktif,

menarik minat dan perhatian siswa, membangkitkan motivasi siswa, prinsip

individualitas, peragaan dalam pengajaran.

Seorang guru yang baik harus mampu menyusun strategi pembelajaran,

sehingga mampu membawa siswa untuk aktif belajar karena kesadaran dan

ketertarikan siswa cukup tinggi. Guru dapat menyajikan kegiatan belajar mengajar

yang mampu membangkitkan motivasi belajar siswa. Menurut Gary dan Margaret

dalam Mulyasa (2007:21)mengemukakan bahwa ”guru yang efektif dan

kompeten secara profesional memiliki karakteristik sebagai berikut :1) memiliki

(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

mengembangkan strategi dan manajemen pembelajaran, 3) memiliki kemampuan

memberikan umpan balik (feedback) dan penguatan (reinforcement), dan 4)

memiliki kemampuan untuk peningkatan diri.”Usaha untuk membangun motivasi

siswa dapat diperoleh dari unsur eksternal yaitu suasana kelas untuk belajar harus

efektif. Suasana kelas yang efektif dalam belajar dapat diperoleh dengan

menerapkan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata

pelajaran.

Pelajaran Pkn merupakan pelajaran yang ada di setiap jenjang pendidikan,

tetapi pada kenyataannya masih banyak guru yang belum menggunakan metode

yang sesuai, metode pembelajaran yang masih banyak dipakai adalah metode

ceramah. Pada proses belajar mengajar di kelas, metode ceramah memposisikan

guru sebagai subjek sentral dan siswa sebagai objek sehingga membuat siswa

jenuh dan malas dalam menerima pelajaran. Keaktifan siswa dengan

menggunakan metode ceramah sangat kurang karena siswa terkondisikan untuk

mendengarkan ceramah guru. Hal ini dapat menyebabkan rendahnya prestasi

belajar siswa.

Salah satu komponen dalam KTSP yang harus dipenuhi oleh tiap satuan

pendidikan adalah mengoptimalkan proses pembelajaran dengan salah satu

metode pembelajaran yang berbasis nilai. Contoh metode pembelajaran yang

berbasis lingkungan adalah pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan

menyenangkan (PAIKEM).

Pembelajaran dilandasi strategi yang berprinsip pada:berpusat pada

peserta didik, mengembangkan kreativitas peserta didik, suasana yang menarik,

menyenangkan, dan bermakna, prinsip pembelajaran aktif, Inovatif, kreatif,

efektif, dan menyenangkan (PAIKEM), mengembangkan beragam kemampuan

yang bermuatan nilai dan makna, belajar melalui berbuat, peserta didik aktif

berbuat, menekankan pada penggalian, penemuan, dan penciptaan, pembelajaran

dalam situasi nyata dan konteks sebenarnya, menggunakan pembelajaran tuntas di

sekolah.

Konsep-konsep sains dan lingkungan sekitar siswa dapat dengan mudah

(26)

commit to user

diterapkannya pendekatan lingkungan yaitu siswa dapat terpacu sikap rasa

keingintahuannya tentang sesuatu yang ada di lingkungannya. Seperti yang

terdapat dalam empat pilar pendidikan yakni learning to know (belajar untuk

mengetahui), learning to be (belajar untuk menjadi jati dirinya), learning to do

(Belajar untuk mengerjakan sesuatu) dan learning to life together (belajar untuk

bekerja sama) dapat dilaksanakan melalui pembelajaran dengan pendekatan

lingkungan yang dikemas sedemikian rupa oleh guru.

Dalam pembelajaran Pkn masih banyak guru yang menggunakan

pendekatan konvensional dimana guru masih menggunakan metode ceramah,

sehingga siswa merasa jenuh dalam menerima pelajaran, hal ini menyebabkan

kreativitas dan ketertarikan siswa dalam mempelajari pelajaran Pkn sangat kurang

dan pada akhirnya prestasi belajar siswa untuk mata pelajaran Pkn masih kurang.

Berdasarkan pemaparan masalah di atas, maka penulis bermaksud untuk

mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan PAIKEM Pada Mata

Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Oleh Guru Pkn SMP Di Kota Surakarta”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Pendekatan pembelajaran apakah yang digunakan oleh guru PKn SMP di

Surakarta ?

2. Bagaimanakah penerapan pendekatan PAIKEM pada mata pelajaran

pendidikan kewarganegaraan oleh guru Pkn SMP di Surakarta?

3. Bagaimanakah hasil dari pendekatan PAIKEM SMP di Surakarta?

C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru PKn SMP di

Surakarta.

2. Penerapan pendekatan PAIKEM pada mata pelajaran pendidikan

kewarganegaraan oleh guru Pkn SMP di Surakarta

(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan

kontribusi positif bagi dunia pendidikan, baik manfaat secara praktis maupun

teoritis, yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan kontribusi positif yang bermanfaat dalam dunia pendidikan,

khususnya dalam bidang belajar mengajar mengenai peranan pendekatan

PAIKEM terhadap kualitas proses pembelajaran.

b. Sebagai bahan pertimbangan dan pengembangan bagi penelitian-penelitian

yang dilakukan di masa yang akan datang.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa

Memberikan kemudahan dalam belajar PKn dan memahami materi PKn

dengan pendekatan PAIKEM.

b. Bagi guru

Sebagai masukan bagi guru di bidang studi PKn sebagai suatu pendekatan

pembelajaran alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas

proses pembelajaran kepada siswanya.

c. Bagi peneliti

Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang telah penulis terima di dalam

perkuliahan, khususnya tentang pembelajaran PKn serta menambah

(28)

commit to user

Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI Nomor 22 Tahun 2006 tentang

standar isi untuk pendidikan dasar menengah menetapkan bahwa ” Mata pelajaran

pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada

pembentukan warga Negara yang memahami dan mampu memiliki hak-hak dan

kewajibannya untuk menjadi warganegara indonesia yang cerdas, terampil, dan

berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

(PERMENDIKNAS RI No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah)

Pendidikan Kewarganegaraan berkaitan dengan misi dan tugasnya

memiliki fungsi. :

1) Membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan

2) Membentuk peserta didik memiliki rasa cinta tanah air.

3) Membentuk peserta didik untuk menerapkan kebersaman dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. (E. Mulyasa,2006:97 )

Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di sekolah bertujuan agar

peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu.

2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti korupsi.

3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Pendidikan demokrasi di sekolah dalam pendidikan kewarganegaraan

diwujudkan dengan cara kesempatan belajar pada siswa secara aktif pada

pembelajaran. Pembelajaran aktif dengan menciptakan suatu kondisi dimana

siswa dapat berperan aktif, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator

merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan guru untuk

mengembangkan nilai-nilai demokrasi di sekolah. Siswa dengan bebas

mengungkapkan gagasan dan pikirannnya tanpa ada rasa ketakutan terhadap guru.

Hal ini akan tercipta menumbuhkan demokratisasi dalam kelas, yang akan

mendorong terciptanya suasana yang kondusif dalam meningkatkan keaktifan

siswa dalam pembelajaran yang optimal.

Pembelajaran pendidikan kewarganegaran hendaknya mengutamakan

proses pembinaan nilai, sikap dan perilaku-perilaku positif supaya dapat

internalisasaikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran pendidikan

kewarganegaraan harus dibuat pada suatu kondisi yang menyenangkan sehingga

siswa akan termotifasi sampai akhir proses pembelajaran. Siswa akan belajar

dengan baik serta mudah mengikuti proses pembelajaran dengan baik serta mudah

mengikuti proses pembelajaran dengan model pembelajaran yang sesuai.

Menurut Arnie Fajar (2005: 141) mengatakan bahwa “ mata pelajaran

pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada

pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosiokultural, bahasa, usia, dan

suku bangsa untuk menjadi warganegara indonesia yang cerdas, terampil, yang

berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945”. Pendidikan

kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang mengandung nilai-nilai moral yang

akan mempengaruhi cara berfikir dan bertingkah laku anak, baika yang

berhubungan dengan dirinya sendiri maupun orang lain. Bidang studi ini telah

ditetapkan oleh MPR dengan Tap MPR No. II/MRR/1998 yang mana sebagai

(30)

commit to user

Bahwa pendidikan kewarganegaraan termasuk pendidikan pancasila dan

unsur-unsurnya yang dapat meneruskan dan mengembangkan jiwa dan

nilai-nilai 45 kepada generasi muda di masukkan dalam kurikulum du

sekolah-sekolah, mulai dari TK sampau Unuversitas baik negewri

maupun swasta. (Depdikbud, 2006: 53)

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa perhatian pemerintah sangat

besar terhadap bidang studi ini, sehingga pemerintah menetapkan untuk diadakan

mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di setiap jenjang pendidikan mulai

dari taman Kanak-Kanak Sampai Perguruan Tinggi. Mata pelajaran pendidikan

kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk

mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral tersebut diharapkan dapat

mewujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari, baik sebagai individu

maupun sebagai anggota masyarakat dan mahkluk ciptaan Tuhan.

Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan membakali siswa dengan

budi pekerti, pengetahuan kemanusiaan dasar berkenaan dengan hubungan antar

warga Negara dengan Negara serta pendidikan pendahuluan bela Negara agar

menjadi warga Negara yang dapat diandalkan oleh Bangsa dan Negara.

Pendidikan kewarganegaraan adalah “ pendidikan yang mengembangkan

semangat kebangsaan dan cinta tanah air”. (Pasal 37 Undang-Undang Sistem

Pendidikan Nasional)

Pendidikan kewarganegaraan dianggap sebagai pendidikan demokrasi

yang menjadi strategis dan mutlak bagi perwujudan masayarakat dan negara

demokrasi. Demokrasi dalam suatu negara hanya akan tumbuh subur apabila

dijaga oleh warga negara yang demokratis. Warganegara yang demokratis bukan

hanya dapat menikmati hak kebebasan individu, tetapi juga harus memikul

tanggung jawab secara bersama-sama dengan orang lain untuk membentuk masa

depan yang cerah. Sesungguhnya, kehidupan yang demokratis adalah cita-cita

yang dicerminkan dan diamanatkan oleh para pendiri bangsa dan negara ketika

mereka pertama kali merumuskan pancasila dan UUD 1945.

Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan agar setiap warga Negara

(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

pikir, pola sikap dan perilaku sebagai pola tindak yang cinta tanah air berdasarkan

Pancasila, semua itu diperlukan demi tetap utuh dan tegaknya Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Pendidikan kewarganegaraan yang berhasil, akan

membuahkan sikap mental bersifat cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta

didik dengan perilaku sebagai berikut:

1) Beriman dan bertagwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan menghayati

nilai-nilai falsafah bangsa.

2) Berbudi pekerti luhur, disiplin dalam bermasyarakat, bangsa dan Negara.

3) Bersikap rasional, dinamis dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai

warga Negara.

4) Bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran Bela Negara.

5) Aktif memenfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni untuk

kepentingan kemanusiaan, bangsa dan Negara.

Melalui pendidikan kewarganegaraan ini diharapkan mampu untuk

memahami, menganalisis dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh

masyarakat, bangsa dan negaranya secara berkesinambungan dan konsisten

dengan cita-cita dan tujuan nasional seperti yang digariskan dalam pembukaan

UUD 1945.

Dari uraian tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa dalam mengisi

kemerdekaan menghadapi pengaruh global, maka setiap warganegara harus tetap

pada jatidirinya yang berjiwa patriotik dan cinta tanah air di dalam perjuangan

non fisik sesuai dengan bidang profesi masing-masing di dalam semua aspek

kehidupan, khususnya untuk memerangai keterbelakangan, kemiskinan,

kesenjanagan sosial, korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), menguasai ilmu

pengetahuan dan teknologi, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia guna

memiliki daya saing/kompetitif, transparan dan memelihara serta menjaga

persatuan dan kesatuan bangsa, berfikir objektif rasional dan mandiri, sehingga

menjadi bangsa yang dapat diperhitungkan dalam peraturan global dan Negara

Kesatuan Republik Indonesia tetap utuh, tegak dan jaya sepanjang masa.

Menurut Winarno, 2005: 10 Pendidikan Kewarganegaraan berkaitan

(32)

commit to user

1) Sebagai pendidikan kewarganegaraan dalam arti sesungguhnya yaitu

civic education. Pendidikan kewarganegaraan bertugas membina dan mengembangkan pengetahuan dan kemampuan peserta didik bergkenaan dengan peran, tugas, hak, kewajiban, dan tanggung jawab sebagai warganegara dalam berbagai aspek kehidupan bernegara.

2) Sebagai pendidikan nilai dan karakter. Dalam hal ini pendidikan kewarganegaraan bertugas membina dan mengembangkan nilai / kepribadian kewarganegaraan yang dianggap baik sehingga terbentuk warganegara yang berkarakter baik bagi bangsa yang bersangkutan. 3) Sebagai pendidik demokrasi (politik). Pendidikan kewarganegaraan

mengembban tugas menyaiapkan peserta didik menjadi warganegara yang demokratis untuk mendukung tegaknya demokrasi Negara. Dengan pendidikan kewarganegaraan maka akan ada sosialisasi, diseminasi dan penyebarluasan nilai-nilai demokrasi pasda masyarakat.

4) Sebagai pendidik bela negara. Pendidikan kewarganegaraan bertugas membentuk peserta didik agar memiliki kesadaran bela negara sehingga diandalkan untuk menjaga kelangsungan negara dari berbagai ancaman.

b. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan

Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi

aspek-aspek sebagai berikut:

1) Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan,

cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa indonesia, Sumpah Pemuda,

Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam

pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik

Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan.

2) Norma hukum dan persatuan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga,

tata tertib disekolah, Norma yang berlaku dimasyarakat5,

Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan bangsa dan bernegara,

Sistem hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional.

3) Hak asasi manusia, meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban

anggota masyarakart, Instrumen nasional dan Internasional HAM,

Pemajuan, Penghormatan dan perlindungan HAM.

4) Kebutuhan warganegara, meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri

sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan

mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri,

(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

5) Konstitusi Negara, meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang

pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di indonesia,

Hubungan dasar negara denagan konstitusi.

6) Kekuasaan dan Politik, meliputi: Pemerintah desa dan kecamatan,

Pemerintah daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem

politik, budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani,

Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi.

7) Pancasila, meliputi: Kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan

idiologi Negara, Proses perumusan pancasaila sebagai dasar Negara,

Pengalaman nilai-nilai poancasila dalam kehidupan seharai-hari, Pancasila

sebagai idiologi terbuka.

8) Globalisasi, meliputi: globalisasi dilingkungan, Politik luar negeri

Indonesia di era globalisasi, Hubungan internasional dan organio sasi

internasional, dan Menevaluasi globalisasi.

c. Sejarah dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia mengalami perkembangan

dan perubahan seiring dengan tuntutan zaman dan pergantian rezim.

“Pendidikan Kewarganegaraan dimulai dengan mata pelajaran

kewarganegaraan (1957), Civic (1962), Pendidikan kewargaan Negara (1968),

Pendidikan Moral Pancasila / PMP (1984), Pendidikan Pancasila dan

Kwarganegaraan / PPKn (1994), dan pelajaran Pendidikan Kewaganegaraan

(2004)”. (Winarno, 2005:8)

“Pendidikan Kewarganegaraan yang kita kenal sekarang telah

mengalami perjalanan panjang dan melalui kajian kritis sejak tahun 1960-an yang

dikenal dengan mata pelajaran “Civic” di sekolah dasar dan merupakan embrio dari “Civic Education” sebagai “the body of knowledge”. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai instumen pengetahuan diarahkan untuk membangun

(34)

commit to user 2. Metode PAIKEM

a. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) 1) Pengertian CTL

Contextual Teaching and Learning atau disebut juga pembelajaran kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru dalam

mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata dan memotivasi siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajarinya dengan kehidupan

mereka (Depdiknas, 2007: 19). Melalui pembelajaran kontekstual diharapkan

konsep-konsep materi pelajaran dapat diintegrasikan dalam konteks kehidupan

nyata dengan harapan siswa dapat memahami apa yang dipelajarinya dengan lebih

baik dan mudah.

CTL adalah sebuah sistem yang menyeluruh, yang terdiri dari

bagian-bagian yang terhubung satu sama lain, maka dihasilkan pengaruh yang melebihi

hasil yang diberikan bagian-bagian secara terpisah. Setiap bagian yang berbeda ini

memberikan sumbangan dalam menolong siswa memahami tugas sekolah. Secara

bersama-sama, mereka membentuk suatu sistem yang memungkinkan para siswa

melihat makna di dalamnya, dan mengingat materi akademik. (Elaine B Johnson,

2007: 65)

Melalui pendekatan pembelajaran kontekstual diharapkan guru dapat

menghadirkan situasi dunia nyata ke kelas dan mendorong siswa untuk membuat

dan menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki dengan penerapannya

dalam kehidupan nyata sehari-hari.

2) Elemen dalam CTL

Dalam CTL terdapat beberapa elemen yang harus diperhatikan oleh guru

ketika melakukan kegiatan pembelajaran. Menurut Zahorik dalam E. Mulyasa

(2005: 138), ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam pembelajaran

kontekstual, yaitu :

(1) Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik. (2) Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju ke bagian-bagiannya secara khusus (dari umum ke khusus). (3) Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara: menyusun konsep sementara, melakukan sharing untuk memperoleh masukan dari orang lain serta merevisi dan

(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

mempraktekkan secara langsung apa-apa yang dipelajari. (5) Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan pengetahuan yang dipelajari.

Kelima elemen CTL tersebut mengarah pada pembelajaran yang berpusat

pada siswa yang merupakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Oleh karena itu, kelimanya harus

dilaksanakan pada saat guru melakukan kegiatan pembelajaran.

3) Komponen-komponen CTL

Pendekatan pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen yang

melandasi pelaksanaan proses pembelajaran. Menurut Depdiknas (2007: 5),

ketujuh komponen tersebut adalah : konstruktivisme (constructivism),

menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflektion) dan penilaian

sesungguhnya (autentic assesment). Suatu kelas dikatakan menggunakan

pendekatan kontekstual jika telah menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam

kegiatan pembelajaran.

1.Konstruktivisme (Constructivism)

Konstruktivisme adalah teori belajar yang menyatakan bahwa orang

menyusun atau membangun pemahaman mereka dari pengalaman-pengalaman

baru berdasarkan pengetahuan awal dan kepercayaan mereka (Depdiknas, 2007:

5). Dalam hal ini tugas guru antara lain :

a) Guru menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa

b) Guru memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri

c) Guru menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri

2.Menemukan (Inquiry)

Inquiry adalah proses pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan

penemuan melalui proses berpikir secara sistematis (Wina Sanjaya, 2006;119).

Secara umum proses inquiry ini meliputi kegiatan sebagai berikut :

a) Siswa merumuskan masalah

b) Siswa mengamati atau melakukan observasi

c) Siswa menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan,

(36)

commit to user

d) Siswa mengkomunikasikan / menyajikan hasil karya kepada pembaca,

teman sekelas, guru atau audien lain.

3.Bertanya (Questioning)

Dalam proses pembelajaran kontekstual, guru tidak menyampaikan

informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan

sendiri. Oleh karena itu, peran bertanya sangat penting, karena melalui

pertanyaan-pertanyaan tersebut guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa

untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya.

Tujuan dari proses bertanya menurut Depdiknas (2007: 6), sebagai berikut:

a) Guru menggali informasi dari siswa

b) Guru membangkitkan respon siswa

c) Guru mengecek pemahaman siswa

d) Guru memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki oleh

guru

e) Guru menyegarkan kembali pengetahuan siswa

4.Masyarakat Belajar (Learning Community)

Masyarakat belajar adalah sekelompok siswa yang terikat dalam kegiatan

belajar agar terjadi proses belajar lebih dalam (Depdiknas, 2007: 7). Konsep ini

menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain.

Penerapan konsep masyarakat belajar menurut Depdiknas (2007: 7) terwujud

dalam :

a) Pembentukan kelompok kecil

b) Pembentukan kelompok besar

c) Mendatangkan “ahli” ke kelas

d) Bekerja dengan kelas sederajat

e) Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya

f)Bekerja dengan masyarakat

5.Pemodelan (Modelling)

Pemodelan adalah proses penampilan suatu contoh agar orang lain

(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

mengajar guru memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh

setiap siswa.

6.Refleksi (Reflection)

Refleksi memungkinkan cara berpikir tentang apa yang telah siswa pelajari

dan untuk membantu siswa menggambarkan makna personal siswa sendiri.

Menurut Depdiknas (2007: 8) refleksi yang dapat diterapkan oleh guru adalah

sebagai berikut :

a) Pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperoleh siswa pada hari ini

b) Catatan di buku siswa

c) Kesan dan saran siswa tentang pembelajaran hari ini

d) Diskusi

e) Hasil karya

7.Penilaian Otentik (Autentic Assesment)

Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang

perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui

berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan

secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan (kompetensi) telah

benar-benar dikuasai dan dicapai. Hal-hal yang dapat digunakan sebagai dasar

penilaian menurut Abdul Majid (2006: 186) antara lain :

a) Proyek/kegiatan dan laporannya

Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan CTL jika telah

menerapkan ketujuh komponen CTL, yaitu jika filosofi belajarnya adalah

kontruktivisme selalu ada unsur bertanya, pengetahuan dan pengalaman diperoleh

(38)

commit to user

dilakukan penilaian yang sebenarnya. Penerapan CTL dalam kelas secara garis

besar langkah-langkahnya sebagai berikut :

1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan lebih bermakna dengan cara

bekerja sendiri, menemukan dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan

keterampilan barunya.

2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik

3) Kembangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya

4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok)

5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran

6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan

7) Lakukanlah penialaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Agar proses pembelajaran kontekstual dapat efektif, terdapat beberapa

tahap yang perlu dilakukan guru. Tahap tersebut adalah : perencanaan,

pelaksanaan dan penilaian (Depdiknas, 2007: 11).

1) Perencanaan

Perencanaan merupakan kegiatan pertama yang harus dilakukan sebelum

melaksanakan pembelajaran. Menurut Depdiknas (2007: 11), untuk keperluan

perencanaan, guru diharapkan melaksanakan beberapa hal sebagai berikut :

a) Mengkaji konsep, teori atau kompetensi yang akan dipelajari siswa. b) Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara seksama. c) Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa, selanjutnya memilih dan mengkaitkannya dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam proses pembelajaran kontekstual. d) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa dan lingkungan kehidupan mereka.

Melalui perencanaan pembelajaran ini diharapkan guru dapat

melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku, dalam hal ini

adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

2) Pelaksanaan

Pada dasarnya, pelaksanaan pembelajaran mengacu pada Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya. Dalam hal ini,

(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

dirancang dalam RPP. Menurut Depdiknas (2007: 14), dalam pelaksanaan

pembelajaran kontekstual diperlukan strategi sebagai berikut :

a) Menekankan pada pemecahan masalah. b) Mengakui kebutuhan pembelajaran terjadi di berbagai konteks, misalnya rumah, masyarakat dan tempat kerja. c) Mengontrol dan mengarahkan pembelajaran siswa

sehingga mereka menjadi pembelajar yang mandiri. d)

Mempertimbangkan keragaman konteks hidup yang dimiliki siswa. e) mendorong siswa untuk belajar dari sesamanya dan bersama-sama atau menggunakan group belajar interdependen. f) melaksanakan pengajaran dengan selalu mendorong siswa untuk mengkaitkan apa yang sedang dipelajari dengan pengetehuan / pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dan mengkaitkan apa yang dipelajarinya dengan fenomena kehidupan sehari-hari.

Pelaksanaan pembelajaran kontekstual harus mencakup semua strategi

diatas. Apabila salah satu strategi ditinggalkan, maka pembelajaran tidak akan

berhasil dengan baik. Oleh karena itu, seorang guru harus menguasai konsep CTL

sebelum mempraktekkannya di kelas.

3) Penilaian

Untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar, dalam pembelajaran

kontekstual digunakan penilaian autentik. Penggunaan penilaian autentik pada

pembelajaran kontekstual diharapkan mampu membangun pengetahuan dan

keterampilan, dengan cara yang bermakna melalui pengikutsertaan siswa kedalam

kehidupan nyata atau konteks autentik.

5) Bentuk Pembelajaran Kontekstual

Dalam proses pembelajaran kontekstual, siswa akan melalui satu atau

lebih daripada bentuk pembelajaran sebagai berikut :

1) Relating (Mengaitkan) yaitu belajar dalam konteks menghubungkan pengetahuan baru dengan pengalaman hidup

2) Experiencing (Mengalami) yaitu belajar dalam konteks penemuan dan daya cipta

3) Applying (Mengaplikasikan) yaitu belajar dalam konteks bagaimana pengetahuan atau informasi dapat digunakan dalam berbagai situasi

(40)

commit to user

5) Transferring yaitu belajar dalam konteks pengetahuan yang ada atau membina dari apa yang sudah diketahui. (Ella Yulaelawati, 2004: 119)

6) Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kontekstual/CTL

Sebagaimana pendekatan pembelajaran yang lain dalam pembelajaran

kontekstual terdapat kelebihan dan kelemahan yang dapat disimpulkan sebagai

berikut :

Kelebihan pembelajaran kontektual/CTL:

1) Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa lebih bermakna,

karena diperoleh melalui kontruktivisme dan penemuan sendiri (inquiry)

2) Siswa dapat menjadi lebih aktif dalam pembelajaran

3) Siswa melakukan kerja bukan menghafal

4) Menjadikan siswa lebih kritis/berani mengungkapkan pendapat

Kelemahan/kekurangan pendekatan kontektual

1) Membutuhkan waktu yang lama untuk melaksanakan seluruh komponen

2) Memerlukan persiapan yang cukup banyak

3) Pembelajaran kontekstual berpusat pada siswa, sehingga memungkinkan

suasana kelas yang gaduh/ramai.

7) Perbedaan Pembelajaran CTL dan Tradisional Tabel 1. Perbedaan pembelajaran CTL dan tradisional

NO CTL Tradisional

1 Menyandarkan pada pemahaman

makna

Menyandarkan pada hafalan

2 Siswa terlibat aktif dalam proses

pembelajaran

Siswa secara pasif menerima

informasi

3 Pembelajaran dikaitkan dengan

pengetahuan yang telah diperoleh

siswa

Memberikan tumpukan

informasi

4 Cenderung mengintegrasikan

beberapa bidang

Cenderung terfokus pada satu

disiplin ilmu

(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

kehidupan nyata/masalah yang

disimulasikan

6 Pembelajaran terjadi di berbagai

tempat, seting dan konteks

Pembelajaran hanya terjadi di

kelas

7 Keterampilan dikembangkan atas

dasar pemahaman

Keterampilan dikembangkan

atas dasar ilmiah

8) Pola Pembelajaran CTL

Untuk mencapai kompetensi yang sama dengan menggunakan CTL guru

melakukan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut :

1) Pendahuluan

a) Guru harus menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat

dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang

dipelajari.

b) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL

c) Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh

setiap siswa

2) Inti

a) Siswa mengerjakan tugas yang diberikan dengan melakukan

eksperimen terkait dengan pemahaman mereka terhadap penjelasan

yang diberikan oleh guru.

b) Siswa mencatat hal-hal yang ditemukan selama pengerjaan tugas

tersebut.

c) Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka.

d) Setiap siswa menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh siswa

lain.

e) Siswa melaporkan hasil diskusi.

3) Penutup

a) Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil eksperimen sesuai

dengan indikator hasil belajar yang harus dicapai

b) Pembelajaran kontekstual merupakan salah satu pendekatan

(42)

commit to user

Tingkat Satuan Pendidikan. Pengembangan dan penerapan pendekatan

konstektual perlu dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan

kualitas proses pembelajaran di sekolah.

b. Model Pembelajaran Kuantum

1) Pengertian Pembelajaran Kuantum

Quantum Learning atau disebut juga pembelajaran kuantum merupakan istilah yang bermakna interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya

karena semua kehidupan adalah energi. Di samping itu, dalam pembelajaran

kuantum diyakini juga adanya keberagaman dan interdeterminisme menurut

DePorter dalam (Sugiyanto,2008:67).

Ada bermacam-macam dasar pandangan dan pikiran yang menjadi

landasan pembelajaran kuantum. Diantaranya seperti yang dikemukakan oleh

DePorter yang menyatakan Quantum Learning menggabungkan sugestologi,

teknik percepatan belajar, dan NLP dengan teori, keyakinan, dan metode sendiri.

Termasuk diantaranya konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar

yang lain, seperti: 1) Teori otak kanan/kiri, 2) Teori otak triune(3 in 1), 3) Pilihan

modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik) , 4) teori kecerdasan ganda, 5),

Pendidikan holistic (menyeluruh), 6) Belajar berdasarkan pengalaman, 7) Belajar

dengan simbol, 8) Simulasi atau permainan.

2) Karakteristik Pembelajaran Kuantum

Menurut Sugiyanto (2008:69-74) pembelajaran kuantum memiliki

karakteristik umum yang dapat memantapkan dan menguatkan sosoknya.

Beberapa karakteristik umum yang tampak membentuk sosok pembelajaran

kuantum sebagai berikut:

1. Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika

kuantum meskipun sedikit istilah dan konsep kuantum dipakai. Oleh karena

itu, pandangan tentang pembelajaran, belajar, dan pembelajar diturunkan,

ditransformasikan, dan dikembangkan dari berbagai teori psikologi

kognitif;bukan teori fisika kuantum.

2. Pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis, bukan positivistis-empiris,

(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

perhatiannya. Potensi diri, kemampuan pikiran, daya motivasi, dan

sebagainyadari diyakini dapat berkembang secara maksimal atau optimal.

3. Pembelajaran kuantum lebih bersifat konstruktivis(tis), bukan

positivistia-empiris, behavioristis. Pembelajaran kuantum menekankan pentingnya

peranan lingkungan dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif dan

optimal dan memudahkan keberhasilan tujuan pembelajaran. Pmbelajaran ini

berupaya memadukan, menyinergikan, dan mengolaborasikan faktor potensi

diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai

konteks pembelajaran.

4. Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu

dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna. Di sini proses pembelajaran

dipandang sebagai penciptaan interaksi-interaksi bermutu dan bermakna yang

dapat mengubah energi kemampuan pikiran dan bakat alamiah pembelajar

menjadi cahaya-cahaya yang bermanfaat bagi keberhasilan penbelajar.

5. Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran

dengan taraf keberhasilan tinggi. Menurut pembelajaran kuantum, proses

pembelajaran harus berlangsung cepat dengan keberhasilan tinggi. Oleh

karena itu, segala hambatan dan halangan yang dapat melambatkan proses

pembelajaran harus disingkirkan.

6. Pembelajaran kuantum sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses

pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat.

Kealamiahan dan kewajaran menimbulkan suasana nyaman, segar, sehat,

rileks, santai, dan menyenangkan, sedang keartifisialan dan kepura-puraan

menimbulkan suasana tegang, kaku dan membosankan.

7. Pembelajaran kuantum sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan

proses pembelajaran. Oleh karena itu, segala upaya yang memungkinkan

terwujudnya kebermaknaan dan kebermutuan pembelajaran harus dilakukan

oleh pengajar atau fasilitator.

8. Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi

pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan,

(44)

commit to user

yang dinamis. Isi pembelajaran meliputi penyajian yang prima, pemfasilitasan

yang lentur, ketrampilanbelajar untuk belajar dan ketrampilan hidup.

9. Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan

keterampilan akademis, keterampilan hidup, dan prestasi fisikal atau material.

10. Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian

penting proses pembelajaran. Tanpa nilai dan keyakinan tertentu, proses

pembelajaran kurang bermakna.

11. Pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan

keseragaman dan ketertiban. Di sini perlu diakui keragaman gaya belajar siswa

atau pembelajar, dikembangkannya aktivitas-aktivitas pembelajar yang

beragam, dan digunakannya bermacam-macam kiat dan metode pembelajaran.

12. Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam

proses pembelajaran.

3) Prinsip Utama Pembelajaran Kuantum

Pembelajaran kuantum dibangun di atas aturan aksi, hukum, aksioma, dan

atau doktrin. Menurut Sugiyanto (2008:74) setidaknya ada tiga prinsip utama

yang ada dalam pembelajaran kuantum, yaitu sebagai berikut:

1. Prinsip utama pembelajaran kuantum berbunyi : bawalah dunia mereka

(Pembelajar) ke dalam dunia kita (pengajar), dan antarkan dunia kita (pengajar)

ke dalam dunia mereka(pembelajar). Dengan jalan ini pengajar akan mudah

membelajarkan pembelajar baik dalam bentuk memimpin, mendampingi, dan

memudahkan pembelajar menuju kesadaran dan ilmu yang lebih luas. Ini

berarti dunia pembelajar diperluas, dan dunia pengajar diperluas.

2. Dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa proses pembelajaran

merupakan permainan orkestra simfoni. Prinsip-prinsip dasar ini ada lima

macam yaitu : a) ketahuilah bahwa segalanya berbicara, b) ketahuilah bahwa

segalanya bertujuan, c) sadarilah bahwa pengalaman mendahului penamaan, d)

akuilah setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran, e) sadarilah bahwa

sesuatu yang layak dipelajari layak pula dirayakan.

3. Dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa pembelajaran harus

(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

a) terapkanlah hidup dalam integritas, b) akuilah kegagalan dapat membawa

kesuksesan, c) berbicaralah dengan niat baik, d) tegaskanlah komitmen, e)

jadilah pemilik, f) tetaplah lentur, g) pertahankanlah keseimbangan, h)

TANDUR sebagai kerangka perencanaan pembelajaran model kuantum

(Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan)

c. Model Pembelajaran Terpadu

1) Pengertian Model Pembelajaran Terpadu

Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu

pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual

maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip

secara holistik dan pembelajaran ini merupakan model yang mencoba memadukan

beberapa pokok bahasan ( Sugiyanto, 2008:110).

Melalui pembelajaran terpadu siswa dapat memperoleh pengalaman

langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, an

memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya. Menurut Ujang

Sukardi, dkk dalam Sugiyanto (2008:110) pengajaran terpadu pada dasarnya

sebagai kegiatan mengajar dengan memadukan beberapa mata pelajaran dalam

satu tema. Dengan demikian, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan cara

ini dapat dilakukan dengan mengajarkan beberapa materi pelajaran disajikan tiap

pertemuan.

2) Prinsip Dasar Pembelajaran Terpadu

Menurut Ujang Sukardi, dkk dalam Sugiyanto (2008:111), pembelajaran

terpadu memiliki satu tema aktual, dekat dengan dunia siswa, dan ada kaitannya

dengan kehidupan sehari-hari.tema ini menjadi alat pemersatu materi yang

beragam dari beberapa materi pelajaran.

Pembelajaran terpadu harus mendukung pencapaian tujuan pembelajaran

yang termuat dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam

satu tema perlu mempertimbangkan karakteristik siswa, seperti minat,

kemampuan,kebutuhan dan pengetahuan awal. Materi pelajaran tidak perlu terlalu

dipaksakan. Artinya, materi yang tidak mungkin dipadukan tidak usah dipadukan.

Secara umum prinsip-prinsip pembelajaran terpadu dapat diklasifikasikan

(46)

commit to user 1. Prinsip Penggalian Tema

Prinsip penggalian tema merupakan prinsip utama dalam pembelajaran

terpadu. Artinya tema-tema yang saling tumpang tindih dan ada keterkaitan

menjadi target utama dalam pembelajaran.

2. Prinsip Pengelolaan Pembelajaran

Pengelolaan pembelajaran dapat optimal apabila guru mampu

menempatkan dirinya dalam keseluruhan proses. Artinya guru harus

menempatkan diri sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran.

3. Prinsip Evaluasi

Evaluasi pada dasarnya menjadi fokus dalam setiap kegiatan, karena suatu

kerja dapat diketahui hasilnya apabila dilakukan evaluasi.

3) Karakteristik Pembelajaran Terpadu

Menurut Depdikbud dalam Sugiyanto (2008:116), pembelajaran terpadu

sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik atau ciri-ciri sebagai

berikut:

1. Holistik

Suatu gejala atau fenomena yang menjadi pusat perhatian dalam

pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari beberapa bidang kajian sekaligus,

jadi pembelajaran terpadu memungkinkan siswa untuk memahami suatu

fenomena dari segala sisi.

2. Bermakna

Pengkajian suatu fenomena dengan banyak membentuk jalinan antar

konsp-konsep yang berhubungan menghasilkan skemata. Hal ini akan berdampak

pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari. Selanjutnya akan mengakibatkan

pembelajaran fungsional dan siswa mampu menerapkan perolehan untuk

memecahkan masalah-masalah yang muncul dalam kehidupannya.

3. Otentik

Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memahami secara langsung

prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan belajar secara

langsung. Dengan memahami dari hasil belajarnya sendiri, bukan pemberitahuan

(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

4. Aktif

Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran

baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional guna tercapainya hasil

belajar yang optimal dengan mempertimbangkan hasrat, minat dan kemampuan

siswa sehingga mereka termotivasi untuk terus menerus belajar.

4) Langkah-langkah (Sintak)Pembelajaran Terpadu

Menurut Prabowo dalam (Sugiyanto, 2008:122), pada dasarnya

langkah-langkah (Sintak) pembelajaran terpadu mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam

setiap model pembelajaran yang meliputi tiga tahap yatu:

1. Tahap Perencanaan

a. Menentukan Jenis Mata Pelajaran dan Jenis Ketermpilan yang dipadukan

b. Memilih Kajian Materi, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan

Indikator

c. Menentukan Sub Keterampilan yang dipadukan

d. Merumuskan Indikator Hasil Belajar (TIK)

e. Menentukan Langkah-langkah Pembelajaran

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan pembelajaran mengikuti skenario langkah-langkah

pembelajaran. Menurut Muchlas dalam (Sugiyanto, 2008:124), tidak ada model

pembelajaran tunggal yang cocok untuk suatu topik dalam pembelajaran terpadu.

Artinya, dalam satu tatap muka dipadukan beberapa model pembelajaran.

3. Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi dapat berupa evaluasi proses pembelajaran dan evaluasi

hasil pembelajaran. Tahap evaluasi menurut Departemen Pendidikan Nasional

dalam (Sugiyanto, 2008:125), hendaknya memperhatikan prinsip evaluasi

pembelajaran terpadu.

1) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di

samping untuk evaluasi.

2) Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang

(48)

commit to user d. Model Pembelajaran Kooperatif

1) Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (Cooperativ learning) adalah pendekatan

pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk

bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan

belajar. ( Sugiyanto, 2008:110).

Pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi yang asah, asih, dan asuh

sehingga tercipta masyarakat belajar (Learning community). Siswa tidak hanya

belajar dari guru, tetapi juga dari sesama siswa. Pembelajaran kooperatif adalah

pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih

asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat

menimbulkan permusuhan sebagai latihan hidup di masyarakat.

2) Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif 1. Saling Ketergantungan Positif

Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang

mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan saling

membutuhkan ini yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif.

2. Interaksi Tatap muka

Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam

kelompok sehingga mereka dapat berdialog dan dialog tidak hanya dilakukan

dengan guru akan tetapi juga dengan teman sebaya.

3. Akuntabilitas Individual

Akuntabilitas individual merupakan penilaian kelompok yang didasarkan

atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual.

4. Ketrampilan menjalin hubungan antar pribadi

Ketrampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman,

tidak mendomonasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat

Gambar

Tabel 1. Perbedaan pembelajaran CTL dan Tradisional..................................
Gambar 2. Model Analisis Interaktif ..............................................................
Tabel 1.  Perbedaan pembelajaran CTL dan tradisional
Gambar 2. Alur Kerangka Pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

-The Word Structure (morph, morpheme, allomorph, root, base, stem). -Labelling the word class. -Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian kata, kelas kata, dan struktur

Mengajar dalam prakteknya merupakan suatu proses penciptaan lingkungan, baik dilakukan guru maupun siswa agar terjadi meliputi juga penataan nilai-nilai

REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN RENCANA TATA RUANG

Semua mata wang asing yang disimpan tidak boleh dipindah secara langsung dari dan ke Akaun berkemampuan MCF melalui pemindahan dana inter- atau intrabank, iaitu pemindahan

Maka apabila kita menganalisa pelbagai macam pendapat tentang isi aliran idealisme, yang pada dasarnya membicarakan tentang alam pikiran rohani yang berupa angan-angan untuk

Pertumbuhan ekonomi Indonesia makin meningkat setiap tahunnya. Dengan pertumbuhan dan pendapatan nasional yang makin meningkat dapat menunjukkan perkembangan dan kemajuan

Perihal: LAMARAN ADMINISTRASI JASA TENAGA NON MEDIS _______ ( diisi sesuai dengan formasi yang dituju/diinginkan ) UNTUK OPERASIONAL RSUD BAGAS WARAS KABUPATEN KLATEN

Alat evaluasi dalam penelitian ini yaitu berupa tes yang digunakan sebagai alat ukur untuk mengetahui penguasaan siswa. Tes adalah instrumen yang.. digunakan untuk mengukur