• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

E. Faktor-faktor Penyebab Melakukan Seks Bebas

3. Keutuhan Keluarga

4. Pola pengasuhan di dalam keluarga 5. Pendidikan orangtua

6. Pergaulan di kalangan anak jalanan

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Bandar Lampung, yaitu anak-anak jalanan yang berada di Lapangan Enggal, Stasiun Kereta Api, di bawah Mall Ramayana, lampu merah Rumah Sakit Abdul Muluk, dan Pasar Tengah, dimana tempat-tempat tersebut merupakan tempat mereka bermukim, walaupun tidak untuk menetap

dalam waktu yang lama. Peneliti memilih lokasi Bandar Lampung karena menurut peneliti lokasi ini merupakan tempat yang tepat untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan judul, dan selain itu dapat lebih meminimalisasikan baik waktu maupun materi dari peneliti.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Efendi (1995:52), populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang cirinya akan diduga. Berdasarkan tema penelitian, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah anak-anak jalanan yang berada di Kota Bandar Lampung, tepatnya anak-anak jalanan yang berada di Lapangan Engggal, Stasiun Kereta Api, di bawah Mall Ramayana, lampu merah Rumah Sakit Abdul Muluk, dan Pasar Tengah.

Peneliti turun langsung ke lapangan dalam mengumpulkan data, karena anak jalanan selalu berpindah-pindah, sehingga data yang didapatkan dari LSM terkadang kurang tepat. Jadi dari berbagai tempat yang dikunjungi oleh peneliti didapat 106 orang anak jalanan. Dan 106 orang anak jalanan tersebut merupakan akumulasi dari tempat-tempat sebagai berikut:

1. Lapangan Enggal, terdapat 18 orang anak jalanan 2. Stasiun Kereta Api, terdapat 30 orang anak jalanan 3. Mall Ramayana, 21 orang anak jalanan

4. Lampu merah RS Abdul Muluk, 23 orang anak jalanan, dan 5. Pasar tengah, 14 orang anak jalanan.

2. Sampel

Sampel adalah perwakilan dari seluruh populasi yang akan dijadikan objek penelitian. Dalam menentukan banyaknya sampel penelitian terhadap populasi, digunakan rumus Yamane (dalam Jalaludin Rahmat, 1984:82) dengan rumus sebagai berikut: n= 1 2Nd N Keterangan : n = banyaknya sampel N = banyaknya populasi

d2= taraf nyata, (ditentukan sebesar 0,1) 1 = bilangan konstanta

Jumlah dari keseluruhan anak jalanan tersebut 106 orang, maka akan dicari sampelnya berdasarkan rumus. Berdasarkan rumus di atas, maka diperoleh jumlah sampel sebagai berikut:

n = 1 ) 1 , 0 ( 106 106 2 n = 06 , 2 106 n = 51,456 (52)

Karena bilangan 51,456 adalah pecahan, maka dibulatkan menjadi 52 sampel (n=52 orang). Jadi sampelnya berjumlah 52 orang anak jalanan.

Karena ada di lima tempat yang berbeda, maka penulis harus mengalokasikannya secara proporsional sehingga sampel tersebut dapat mewakili keseluruhan

populasi yang ada. Untuk itu penulis menggunakan rumus area proporsional sebagai berikut:

n

i = N Pi x S Keterangan:

n

i = banyaknya sampel ke satu, dua, ... S = banyaknya sampel keseluruhan Pi = banyaknya populasi kesatu, kedua, ...

N = banyaknya populasi keseluruhan (Henny Farida, 1999:30)

Jadi sampel yang diperoleh dari tiap-tiap tempat adalah sebagai berikut:

n

1 = 106 18 x 52 = 8,8 (9)

n

2 = 106 30 x 52 = 14,72 (15)

n

3= 106 21 X 52 = 10,3 (10)

n

4 = 106 23 x52 = 11,3 (11)

n

5 = 106 15 x 52 = 7,4 (7)

Berdasarkan sebaran populasi dan sampel penelitian, maka dapat dilihat jumlah sampel yang akan diambil dari masing-masing tempat seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Sebaran Populasi dan Sampel Anak Jalanan Di Tempat-tempat Persinggahan Anak Jalanan Di Kota Bandar Lampung

Lokasi Populasi

(Orang)

Sampel (Orang)

Lapangan Enggal 18 9

Stasiun Kereta Api 30 15

Mall Ramayana 21 10

Lampu Merah R.S Abdul M 23 11

Pasar Tengah 14 7

Jumlah 106 52

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009

Penentuan responden yang dijadikan sampel penelitian pada masing-masing tempat dilakukan dengan cara simple random sampling melalui undian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini teknik yang dipakai untuk mengumpulkan data yang diperlukan adalah:

a. Kuesioner

Adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan yang ditujukan untuk memperoleh data atau informasi yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu tentang perilaku seks bebas di kalangan anak jalanan, dan apa saja faktor penyebabnya.

Kuesioner yang dipergunakan adalah kombinasi angket tertutup dan terbuka, angket yang bersifat tertutup yaitu dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan dan disertai pilihan jawaban sehingga responden tinggal memilih jawaban yang dianggap paling tepat, sedangkan yang bersifat terbuka adalah pertanyaan-pertanyaan yang disertakan untuk melengkapi informasi atau keterangan dari pertanyaan-pertanyaan yang bersifat tertutup.

b. Wawancara

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tambahan dengan cara tanya-jawab sambil bertatapmuka secara langsung antara pewawancara dengan responden. c. Dokumentasi

Suatu teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mencari atau mengumpulkan data sekunder yang berhubungan dengan masalah penelitian, dimaksudkan untuk melengkapi data primer yakni dengan cara mempelajari sumber-sumber sekunder, dan mencatat dokumen/arsip-arsip yang ada di lokasi penelitian.

F. Teknik Pengolahan Data

Setelah data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh, maka data penelitian diolah dengan melalui tahapan:

a. Editing

Dalam tahap ini, data yang diperoleh dari lapangan diperiksa kembali, dalam arti dilakukan pengecekan kembali terhadap kemungkinan kesalahan pengisian daftar pertanyaan dan ketidakserasian informasi.

b. Koding

Yaitu mengklasifikasikan jawaban-jawaban responden menurut macammnya. Klasifikasi dilakukan dengan jalan menandai masing-masing jawaban dengan kode tertentu.

Tabulating yaitu memasukkan data ke dalam kolom-kolom tabel atau mengelompokkan jawaban-jawaban yang serupa dengan teliti dan teratur. Kegiatan ini dilaksanakan sampai dengan terwujudnya tabel-tabel, yang selanjutnya digunakan untuk menganalisa data yang diperoleh.

G. Teknik Analisis Data

Menurut Singarimbun dan Effendi (1987:263), analisis data adalah menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan sesuai dengan tipe penelitian yang digunakan.

Analisis ini didasarkan pada data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner, wawancara, dan dokumentasi yang didapat dari penelitian. Setelah semua data diolah, data kemudian disusun sedemikianrupa sehingga memudahkan analisisnya. Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, dibantu dengan tabel distribusi tunggal. Teknik analisis data dilakukan dengan cara memasukkan data yang diperoleh dari lapangan ke dalam tabel distribusi tunggal. Kemudian diinterprestasikan dengan menggunakan susunan kata (diperkuat melalui hasil observasi di lokasi penelitian) dan kalimat bermakna secara sistematis sebagai jawaban atas permasalahan yang ada.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kota Bandar Lapung

1. Sejarah Singkat Kota Bandar Lampung

Sebelum tanggal 18 Maret 1964, Provinsi Lampung merupakan Keresidenan (sebagai tindaklanjut statusnya pada zaman Pemerintahan Hindia Belanda dahulu) dengan sebutan Residentic der Lapoenghoe Districten. Sewaktu zaman Pemerintahan Hindia Belanda, Keresidenan Lampung merupakan bagian dari Provinsi Sumatera Selatan. Namun, berdasarkan peraturan pemerintah pengganti Undang-undang No. 3 tahun 1964, yang kemudian menjadi Undang-undang No. 14 tahun 1964, Keresidenan Lampung ditingkatkan statusnya menjadi Provinsi Lampung dengan ibukotanya Tanjung Karang-Teluk Betung. Sementara itu, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1983 Kotamadya Daerah Tingkat II Tanjungkarang-Teluk Betung diganti menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Bandar Lampung, dan sejak tahun 1999 berubah menjadi Kota Bandar Lampung.

Dengan Undang-undang No. 5 tahun 1975 dan Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 1982 tentang Perubahan Wilayah, maka Kota Bandar Lampung diperluas dengan pemekaran dari 4 kecamatan dan 30 kelurahan menjadi 9 kecamatan dengan 58 kelurahan. Kemudian berdasarkan surat keputusan Gubernur No. G/185.B.111/Hk/1988 tanggal 6 Juli 1988, serta surat persetujuan Mendagri

nomor 140/1799/PUOD tanggal 19 Mei 1987 tentang Pemekaran Kelurahan di Wilayah Kota Bandar Lampung, maka Kota Bandar Lampung terdiri dari 9

kecamatan dan 84 kelurahan. Selanjutnya pada tahun 2001 berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No. 04, Kota Bandar Lampung diperluas lagi menjadi 13 kecamatan dengan 98 kelurahan.

Sejak tahun 1965 sampai saat ini, pimpinan Kota Bandar Lampung telah dijabat oleh beberapa Walikota/KDH Tingkat II, berturut-turut sebagai berikut:

1. Sumarsono Periode 1956-1957

2. H. Zainal Abidin Pagaralam Periode 1957-1963 3. Alimudin Umar, S.H. Periode 1963-1969 4. Drs. H. M. Thabrani Daud Periode 1969-1976 5. Drs. H. Fauzi Saleh Periode 1976-1981 6. Drs. H. Zulkarnain Subing Periode 1981-1986 7. Drs. H. A. Nurdin Murhayat Periode 1986-1995

8. Drs. H. Suharto Periode 1996-2005

9. Edy Sutrisno, S.Pd, M.Pd. Periode 2005 sampai sekarang (Sumber: Kota Bandar Lampung dalam Angka, 2008)

2. Keadaan Geografis dan Luas Wilayah

Kota Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung. Selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial politik, pendidikan dan kebudayaan, Kota Bandar Lampung juga merupakan daerah transit kegiatan perekonomian di Provinsi Lampung. Kota Bandar Lampung yang terletak di wilayah yang sangat

strategis, juga merupakan daerah transit perekonomian antar pulau, yakni Sumatra dan Pulau Jawa sehingga menguntungkan bagi pertumbuhan dan pengembangan Kota Bandar Lampung sebagai pusat perdagangan, industri, dan pariwisata.

Secara geografis, Kota Bandar Lampung terletak pada posisi 5°20’ sampai dengan 5°30’ Lintang Selatan dan 105°28’ sampai dengan 105°37’ Bujur Timur. Ibukota Provinsi Lampung ini berada di Teluk Lampung yang terletak di ujung Selatan Pulau Sumatera. Kota Bandar Lampung memiliki luas wilayah 197 km2 yang terdiri dari 13 kecamatan dan 98 kelurahan.

Secara administratif, batas wilayah Kota Bandar Lampung meliputi:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan, Ketibung Lampung Selatan dan Teluk Lampung.

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan.

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.

Seluruh kecamatan yang membatasi wilayah Kota Bandar Lampung ini merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Lampung Selatan dan Pesawaran.

3. Kondisi Topografi dan Demografi

Secara demografis penduduk Kota Bandar Lampung terdiri dari berbagai suku bangsa (heterogen), kepadatan penduduk pada tahun 2007 sebesar 382,29 jiwa per Km2 dengan laju pertumbuhan penduduk 2,22% pertahun. Pada tahun 2006

tingkat migrasi masuk di Kota Bandar Lampung sebesar 4,8%. Lampung menjadi tujuan transmigrasi utama pada awal tahun 1930. Penduduk meliputi sebagian besar atau lebih dari 70 persen keturunan migran dari Jawa, Madura, Bali, Sumatra Utara dan migran dari Sumatra Selatan, sementara sisanya adalah masyarakat suku asli Lampung.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk di Kota Bandar Lampung adalah sebanyak 809.860 jiwa, yang tersebar ke dalam 13 kecamatan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3. Jumlah Penduduk Kota Bandar Lampung menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2008

Kecamatan Penduduk / Populasi (Jiwa)

Laki-laki Perempuan Jumlah

Teluk Betung Barat 27.485 27.485 54.505

Teluk Betung Selatan 55.607 54.669 110.276

Panjang 31.571 31.039 62.610

Tanjung Karang Timur 42.064 41.355 83.419

Teluk Betung Utara 33.443 32.884 66.327

Tanjung Karang Pusat 40.907 40.218 81.125

Tanjung Karang Barat 27.111 26.653 53.764

Kemiling 26.823 26.370 53.193 Kedaton 45.278 44.515 89.793 Rajabasa 16.334 16.057 32.391 Tanjung Seneng 14.748 14.499 29.247 Sukarame 27.416 26.953 54.369 Sukabumi 26.151 26.953 51.861 Jumlah / Total 414.938 407.942 822.880 Sumber: BPS Kota Bandar Lampung

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Teluk Betung Selatan, yaitu sebanyak 110.276 jiwa. Dengan luas wilayah 10,07 Km2, maka kepadatan penduduk di wilayah tersebut adalah sebesar 10.951 jiwa, berada di urutan kedua setelah Kecamatan kedaton yang tingkat

kepadatan penduduknya sebesar 8.253 jiwa. Secara demografis, jumlah populasi di kota Bandar Lampung dapat dikategorikan pula berdasarkan kelompok usia dari 0 tahun hingga 75 tahun ke atas, seperti yang dijabarkan dalam Tabel 5 berikut:

Tabel 4. Jumlah Penduduk Kota Bandar Lampung menurut Kelompok Usia dan Jenis Kelamin Tahun 2008

Kelompok Usia Laki-laki Perempuan Jumlah

0-4 42.319 39.810 82.129 5-9 40.974 38.933 79.907 10-14 43.207 42.394 85.601 15-19 49.329 52.660 101.989 20-24 45.513 49.613 95.126 25-29 40.317 42.291 82.608 30-34 34.851 34.726 69.577 35-39 30.864 30.326 61.190 40-44 26.675 23.292 49.967 45-49 19.384 16.209 35.593 50-54 13.700 11.512 25.212 55-59 9.561 8.135 17.696 60-64 7.709 7.192 14.901 65+ 10.535 10.849 21.384 Jumlah/Total 414.938 407.942 822.880 Sumber: BPS Kota Bandar Lampung

Dari data tersebut diketahui bahwa golongan penduduk yang mendominasi di Kota Bandar Lampung adalah golongan umur 15-19 tahun sebanyak 101.989 jiwa dan golongan umur 20-24 tahun sebanyak 95.126 jiwa, sedangkan untuk usia anak 10-14 tahun sebanyak 85.601 jiwa.

Kota Bandar Lampung terletak pada ketinggian 0 sampai 700 meter di atas permukaan laut dengan topografi sebagai berikut:

a. Daerah pantai, yaitu sekitar Teluk Betung bagian Utara.

b. Daerah perbukitan, yaitu daerah sekitar Teluk Betung bagian Utara. c. Teluk Lampung dan pulau-pulau kecil bagian Selatan

d. Daerah dataran tinggi sedikit bergelombang, terdapat di sekitar Tanjung Karang bagian Barat yang dipengaruhi oleh Gunung Balau serta perbukitan Batu Serampak di bagian Timur Selatan.

Di tengah-tengah Kota Bandar Lampung mengalir beberapa sungai, diantaranya Way Halim, Way Balau, Wai Awi, dan Way Simpur di wilayah Tanjung Karang, Way Kuripan, Way Kupang, Way Garuntang, dan Way Kuwala yang mengalir di wilayah Teluk Betung. Daerah hulu sungai berada di bagian Barat, sedangkan daerah hilir berada di sebelah Selatan, yaitu di wilayah pantai. Sebagian wilayah Kota Bandar Lampung juga merupakan perbukitan yang diantaranya bernama Gunung Kunyit, Gunung Kelutum, Gunung Banten, Gunung Kucing, dan Gunung Kapuk.

4. Kondisi Perekonomian

Salah satu indikator kesejahteraan penduduk di suatu wilayah adalah tingkat perekonomian, yang secara konkret dapat dilihat dari pendapatan perkapita regional di wilayah tersebut. Begitu pula halnya di Kota Bandar Lampung, dengan melihat pendapatan perkapita, Kota Bandar Lampung memiliki total nilai PDRB menurut harga konstan yang dicapai daerah ini pada tahun 2006 sebesar 5.103.379 (dalam jutaan rupiah) dengan konstribusi terbesar datang dari sektor perdagangan, hotel, dan restoran (19,12%), disusul kemudaian dari sektor bank/keuangan (17,50%), dan dari sektor industri pengolahan (17,22%). Total nilai ekspor non migas yang dicapai Kota Bandar Lampung hingga tahun 2006 sebesar 4.581.640 ton, dengan konstribusi terbesar datang dari komoditi kopi (140.295 ton), karet (15.005 ton), dan kayu (1524 ton). Daerah ini mempunyai potensi yang besar

untuk dikembangkan, antara lain di sektor perkebunan dengan komoditi utama yang dihasilkan berupa cengkeh, kakao, kopi robusta, dan kelapa hibrida. Kontributor utama perekonomian daerah ini adalah dari sektor industri pengolahan. Terdapat berbagai industri yang bahan bakunya berasal dari bahan tanaman dan perkebunan, industri tersebut sebagian besar merupakan industri rumahtangga yang mengolah kopi, pisang menjadi keripik pisang, dan lada. Hasil industri ini kemudian menjadi komoditi perdagangan dan ekspor. Perdagangan menjadi tumpuan matapencaharian penduduk di samping sektor industri dan jasa. Keberadaan infrastruktur berupa jalan darat yang memadai lebih memudahkan para pedagang untuk berinteraksi sehingga memperlancar, baik arus barang maupun jasa. Daerah ini juga memiliki berbagai sarana dan prasarana pendukung, diantaranya terdapat beberapa pelabuhan utama yaitu Pelabuhan Teluk Betung dan Pelabuhan Khusus Tarahan. Selain itu, terdapat juga sarana pembangkit tenaga listrik, air bersih, gas, dan jaringan telekomunikasi.

B. Pendidikan di Kota Bandar Lampung

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan tingkat kemajuan masyarakat, makin tinggi tingkat pendidikan, maka gambaran kemajuan masyarakat makin tinggi.

Jenjang pendidikan dan sarana pendidikan yang dikelola oleh sekolah negeri dan swasta di Kota Bandar Lampung cukup berkembang. Pada setiap anggaran daerah, Pemerintah Kota Bandar Lampung senantiasa mengalokasikan anggaran untuk peningkatan kualitas sarana dan prasarana pendidikan, seperti rehabilitasi gedung sekolah, pembangunan ruang kelas baru maupun unit sekolah baru. Hal ini

dilakukan untuk mendukung peningkatan kualitas pendidikan dasar dan menengah serta meningkatkan daya tampung sekolah-sekolah sehingga dapat memberikan kesempatan belajar yang seluas-luasnya bagi masyarakat.

Hal ini sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bandar Lampung Tahun 2005-2010, yaitu mewujudkan pendidikan yang berkualitas dan terjangkau yang dilandasi oleh keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Untuk mencapai maksud tersebut, maka Walikota Bandar Lampung terus mengambil langkah-langkah strategis untuk merampungkan misi tersebut sehingga diakhir masa jabatannya dapat mewujudkan peningkatan sumberdaya manusia melalui peningkatan kualitas dan cakupan pelayanan pendidikan untuk menjawab tantangan pembangunan sekarang dan masa yang akan datang.

Ada tiga pilar utama sektor pendidikan yang dikembangkan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung, yakni:

1. Perluasan dan pemerataan akses pendidikan melalui peningkatan angka partisipasi kasar (APK) pendidikan anak usia dini, peningkatan angka partisipasi murni (APM) untuk jenjang SD, SMP, MTS, SMA, MA, dan SMK, serta peningkatan partisipasi dan perluasan jalur nonformal.

2. Peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing melalui pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), peningkatan pemahaman masyarakat terhadap hakekat dan fungsi pendidikan, dan peningkatan alokasi anggaran pendidikan.

3. Penguatan tatakelola, akuntabilitas, dan pencitraan publik melalui dukungan fasilitas pembelajaran dan kualifikasi pendidikan guru, kompetensi mengajar guru, meminimalkan siswa mengulang, dan peningkatan prestasi akademik (hasil ujian nasional).

C. Mobilitas Sosial di Kota Bandar Lampung

Menurut para ahli, yang dimaksud dengan mobilitas sosial adalah suatu proses perpindahan, baik status sosial maupun tempat tinggal. Mobilitas sosial dapat terjadi dalam dua arah, yakni arah vertikal (tinggi-rendah) dan arah horizontal (ke samping). Tetapi yang dimaksud mobilitas sosial dalam penelitian ini, dibatasi hanya dalam pengertian berupa perpindahan penduduk dari satu lokasi ke lokasi lainnya, dalam hal ini dapat juga dikatakan dengan migrasi penduduk (www.ilmupedia.com).

Sejak zaman dahulu, menurut hasil observasi dari berbagai peneliti, Kota Bandar Lampung merupakan daerah tujuan para pendatang yang berasal dari berbagai daerah, baik berupa perpindahan dari desa ke kota (urbanisasi), maupun transmigrasi yang di canangkan oleh pemerintah. Oleh sebab itu etnik yang ada di Kota Bandar Lampung bisa dikatakan sangat beragam. Hal tersebut terlihat dari keberagaman penduduk yang ada di berbagai wilayah di Kota Bandar Lampung. Dan Kota Bandar Lampung termasuk juga kota tujuan anak jalanan yang berasal dari berbagai daerah yang mencoba peruntungan mereka di Kota Bandar Lampung. Kebanyakan dari mereka merupakan anak-anak yang tidak memiliki keluarga, kondisi perekonomian keluarga yang buruk, dan ingin mencari uang untuk kebutuhan mereka sendiri ataupun keluarga.

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada Bab V ini akan dibahas hasil analisis data yang diperoleh dari penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi tunggal. Dari penyajian tabel distribusi tunggal ini, diharapkan dapat menggambarkan kondisi yang nyata tentang keadaan responden yang meliputi identitas atau karakteristiknya, latar belakang dan motivasi menjadi anak jalanan, serta motivasi melakukan seks bebas.

A. Identitas Responden

Identitas responden yang dibahas dalam penelitian ini meliputi umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan anak jalanan yang berada di Kota Bandar Lampung.

1. Umur

Umur atau usia seseorang akan berpengaruh terhadap tingkat produktivitasnya. Seseorang yang berada pada umur muda atau produktif memungkinkan bagi dirinya untuk bekerja lebih banyak dibandingkan dengan yang berumur tua atau tidak produktif, karena seseorang yang telah memasuki usia tua maka tingkat produktivitasnya akan menurun seiring dengan menurunnya kekuatan fisik. Demikian halnya anak jalanan dalam melakukan pekerjaannya, juga memerlukan

kekuatan fisik mengingat pekerjaan dan aktifitas mereka yang kebanyakan di jalanan. Selain itu, dalam umur yang relatif masih muda tersebut, mereka juga mencari jati diri dengan selalu ingin mencoba hal-hal baru, seperti misalnya mencoba obat-obatan terlarang dan zat-zat adiktif lainnya, juga seks bebas yang menjadi tema dalam penelitian ini. Dari mencoba-coba inilah kemudian kegiatan tersebut menjadi suatu kebutuhan bagi mereka.

Berdasarkan data yang terkumpul, diketahui umur responden yang terendah adalah 13 tahun dan yang tertinggi 17 tahun. Jumlah anak jalanan menurut kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini:

Tabel 5. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan Kelompok Umur Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%) 13 1 1,9 14 4 7,7 15 10 19,3 16 19 36,5 17 18 34,6 Jumlah 52 100,0

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009

Dari Tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar anak jalanan tergolong dalam usia produktif, yang terbanyak adalah kelompok usia 16 tahun, yaitu sebesar 36,5%. Pada usia masih sangat muda tersebut mereka seharusnya berada di sekolah atau merasakan indahnya masa kecil, tetapi pada kenyataannya mereka berada di jalanan untuk bekerja.

2. Agama yang Dianut

Responden dalam penelitian ini beragama Islam dan Katolik, tetapi agama Islam lebih mendominasi karena penduduk di Kota Bandar Lampung mayoritas beragama Islam, dengan jumlah 43 orang (82,7%) dan Katolik berjumlah 9 orang (17,3%).

Distribusi responden berdasarkan agama bisa dilihat dalam Tabel 6 berikut ini: Tabel 6. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung

berdasarkan Agama Agama Jumlah (Orang) Persentase (%) Islam 43 82,7 Katolik 9 17,3 Jumlah 52 100,0

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009

Meskipun demikian, anak-anak jalanan yang mengaku memeluk agama, baik Islam maupun Katolik, jarang sekali atau tidak pernah samasekali menjalankan ibadah atau perintah agamanya masing-masing. Hal ini boleh jadi karena kondisi atau keadaan mereka yang tidak memungkinkan untuk melakukan ibadah. Dengan jarangnya mereka melakukan ibadah, secara tidak langsung sudah menjauhkan mereka dari Tuhan merekamasing-masing, sehingga rasa takut untuk melakukan hal-hal yang burukpun tidak ada lagi. Salah satunya melakukan seks bebas tersebut.

3. Jenis Kelamin

Penelitian ini menggunakan teknik sampling random, yang penarikan sampelnya dilakukan secara acak sederhana (simple random) tanpa memperhitungkan jenis kelamin. Hal ini mengakibatkan distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin menjadi tidak berimbang. Dengan berinteraksi secara bebas tanpa adanya batasan antara laki-laki maupun perempuan di kalangan anak jalanan bisa menjadi salah satu pemicu responden melakukan seks bebas. Misalnya dengan tidur bersama, melakukan kontak fisik seperti berpelukan, berpegangan tangan, dan lain-lain. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini:

Tabel 7. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%) Laki-laki 37 71,2 Perempuan 15 28,8 Jumlah 52 100,0

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009

Pada Tabel 7 di atas, dapat diketahui bahwa jumlah responden laki-laki lebih banyak 71,2%, dibandingkan dengan jumlah responden perempuan sebesar 28,8%. Perbedaan ini juga disebabkan karena memang di kalangan anak jalanan, anak laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan anak perempuan.

Dari penelusuran lebih lanjut, juga diketahui sebesar 71,2% sudah menjadi anak jalanan lebih dari satu tahun, dan 28,8% menjadi anak jalanan kurang dari satu tahun.

B. Penyebab Menjadi Anak Jalanan

Banyak hal yang menyebabkan mengapa responden memilih turun ke jalan. Data yang disajikan pada Tabel 8 di bawah ini akan menjelaskan alasan-alasan mereka menjadi anak jalanan.

Tabel 8. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan Sebab Menjadi Anak Jalanan

Sebab Menjadi Anjal Jumlah (Orang)

Persentase (%)

Kabur dari rumah 14 26,9

Dokumen terkait