• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

E. Faktor-faktor Penyebab Melakukan Seks Bebas

3. Keutuhan Keluarga

4. Pola pengasuhan di dalam keluarga 5. Pendidikan orangtua

6. Pergaulan di kalangan anak jalanan C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Bandar Lampung, yaitu anak-anak jalanan yang berada di Lapangan Enggal, Stasiun Kereta Api, di bawah Mall Ramayana, lampu merah Rumah Sakit Abdul Muluk, dan Pasar Tengah, dimana tempat-tempat tersebut merupakan tempat mereka bermukim, walaupun tidak untuk menetap

33

dalam waktu yang lama. Peneliti memilih lokasi Bandar Lampung karena menurut peneliti lokasi ini merupakan tempat yang tepat untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan judul, dan selain itu dapat lebih meminimalisasikan baik waktu maupun materi dari peneliti.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Efendi (1995:52), populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang cirinya akan diduga. Berdasarkan tema penelitian, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah anak-anak jalanan yang berada di Kota Bandar Lampung, tepatnya anak-anak jalanan yang berada di Lapangan Engggal, Stasiun Kereta Api, di bawah Mall Ramayana, lampu merah Rumah Sakit Abdul Muluk, dan Pasar Tengah.

Peneliti turun langsung ke lapangan dalam mengumpulkan data, karena anak jalanan selalu berpindah-pindah, sehingga data yang didapatkan dari LSM terkadang kurang tepat. Jadi dari berbagai tempat yang dikunjungi oleh peneliti didapat 106 orang anak jalanan. Dan 106 orang anak jalanan tersebut merupakan akumulasi dari tempat-tempat sebagai berikut:

1. Lapangan Enggal, terdapat 18 orang anak jalanan 2. Stasiun Kereta Api, terdapat 30 orang anak jalanan 3. Mall Ramayana, 21 orang anak jalanan

4. Lampu merah RS Abdul Muluk, 23 orang anak jalanan, dan 5. Pasar tengah, 14 orang anak jalanan.

2. Sampel

Sampel adalah perwakilan dari seluruh populasi yang akan dijadikan objek penelitian. Dalam menentukan banyaknya sampel penelitian terhadap populasi, digunakan rumus Yamane (dalam Jalaludin Rahmat, 1984:82) dengan rumus sebagai berikut: n= 1 2Nd N Keterangan : n = banyaknya sampel N = banyaknya populasi

d2= taraf nyata, (ditentukan sebesar 0,1) 1 = bilangan konstanta

Jumlah dari keseluruhan anak jalanan tersebut 106 orang, maka akan dicari sampelnya berdasarkan rumus. Berdasarkan rumus di atas, maka diperoleh jumlah sampel sebagai berikut:

n = 1 ) 1 , 0 ( 106 106 2 n = 06 , 2 106 n = 51,456 (52)

Karena bilangan 51,456 adalah pecahan, maka dibulatkan menjadi 52 sampel (n=52 orang). Jadi sampelnya berjumlah 52 orang anak jalanan.

Karena ada di lima tempat yang berbeda, maka penulis harus mengalokasikannya secara proporsional sehingga sampel tersebut dapat mewakili keseluruhan

35

populasi yang ada. Untuk itu penulis menggunakan rumus area proporsional sebagai berikut:

n

i = N Pi x S Keterangan:

n

i = banyaknya sampel ke satu, dua, ... S = banyaknya sampel keseluruhan Pi = banyaknya populasi kesatu, kedua, ...

N = banyaknya populasi keseluruhan (Henny Farida, 1999:30)

Jadi sampel yang diperoleh dari tiap-tiap tempat adalah sebagai berikut:

n

1 = 106 18 x 52 = 8,8 (9)

n

2 = 106 30 x 52 = 14,72 (15)

n

3 = 106 21 X 52 = 10,3 (10)

n

4 = 106 23 x52 = 11,3 (11)

n

5 = 106 15 x 52 = 7,4 (7)

Berdasarkan sebaran populasi dan sampel penelitian, maka dapat dilihat jumlah sampel yang akan diambil dari masing-masing tempat seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Sebaran Populasi dan Sampel Anak Jalanan Di Tempat-tempat Persinggahan Anak Jalanan Di Kota Bandar Lampung

Lokasi Populasi

(Orang)

Sampel (Orang)

Lapangan Enggal 18 9

Stasiun Kereta Api 30 15

Mall Ramayana 21 10

Lampu Merah R.S Abdul M 23 11

Pasar Tengah 14 7

Jumlah 106 52

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009

Penentuan responden yang dijadikan sampel penelitian pada masing-masing tempat dilakukan dengan cara simple random sampling melalui undian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini teknik yang dipakai untuk mengumpulkan data yang diperlukan adalah:

a. Kuesioner

Adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan yang ditujukan untuk memperoleh data atau informasi yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu tentang perilaku seks bebas di kalangan anak jalanan, dan apa saja faktor penyebabnya.

Kuesioner yang dipergunakan adalah kombinasi angket tertutup dan terbuka, angket yang bersifat tertutup yaitu dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan dan disertai pilihan jawaban sehingga responden tinggal memilih jawaban yang dianggap paling tepat, sedangkan yang bersifat terbuka adalah pertanyaan-pertanyaan yang disertakan untuk melengkapi informasi atau keterangan dari pertanyaan-pertanyaan yang bersifat tertutup.

37

b. Wawancara

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tambahan dengan cara tanya-jawab sambil bertatapmuka secara langsung antara pewawancara dengan responden. c. Dokumentasi

Suatu teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mencari atau mengumpulkan data sekunder yang berhubungan dengan masalah penelitian, dimaksudkan untuk melengkapi data primer yakni dengan cara mempelajari sumber-sumber sekunder, dan mencatat dokumen/arsip-arsip yang ada di lokasi penelitian.

F. Teknik Pengolahan Data

Setelah data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh, maka data penelitian diolah dengan melalui tahapan:

a. Editing

Dalam tahap ini, data yang diperoleh dari lapangan diperiksa kembali, dalam arti dilakukan pengecekan kembali terhadap kemungkinan kesalahan pengisian daftar pertanyaan dan ketidakserasian informasi.

b. Koding

Yaitu mengklasifikasikan jawaban-jawaban responden menurut macammnya. Klasifikasi dilakukan dengan jalan menandai masing-masing jawaban dengan kode tertentu.

Tabulating yaitu memasukkan data ke dalam kolom-kolom tabel atau mengelompokkan jawaban-jawaban yang serupa dengan teliti dan teratur. Kegiatan ini dilaksanakan sampai dengan terwujudnya tabel-tabel, yang selanjutnya digunakan untuk menganalisa data yang diperoleh.

G. Teknik Analisis Data

Menurut Singarimbun dan Effendi (1987:263), analisis data adalah menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan sesuai dengan tipe penelitian yang digunakan.

Analisis ini didasarkan pada data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner, wawancara, dan dokumentasi yang didapat dari penelitian. Setelah semua data diolah, data kemudian disusun sedemikianrupa sehingga memudahkan analisisnya. Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, dibantu dengan tabel distribusi tunggal. Teknik analisis data dilakukan dengan cara memasukkan data yang diperoleh dari lapangan ke dalam tabel distribusi tunggal. Kemudian diinterprestasikan dengan menggunakan susunan kata (diperkuat melalui hasil observasi di lokasi penelitian) dan kalimat bermakna secara sistematis sebagai jawaban atas permasalahan yang ada.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdarkan hasil dari penelitian pada sejumlah responden mengenai perilaku yang menyebabkan anak jalanan melakukan seks bebas di Kota Bandar Lampung, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

Perilaku seks bebas di kalangan anak jalanan di Kota Bandar Lampung memprihatinkan karena hampir setengah dari sampel sudah melakukan hubungan badan. Cara mereka mendapatkan pasangan dalam melakukan seks bebas yaitu suka sama suka, karena faktor saling menguntungkan (minta perlindungan), atau dengan cara memaksa. Anak jalanan tidak begitu memperhatikan keamanan dalam melakukan seks bebas sehingga sebagian besar tidak menggunakan pengaman atau alat kontrasepsi pada saat berhubungan badan. Anak jalanan pada penelitian ini tidak pandang tempat dalam melakukan seks bebas, kebanyakan dari mereka melakukan di rumah kosong (46,2%). Beberapa faktor penyebab mereka melakukan seks bebas, yaitu termotivasi dari pertemanan, memperoleh perlindungan, sekedar kesenangan, dan rasa ingin tahu. Faktor lainnya yaitu dari kondisi ekonomi keluarga, keutuhan keluarga, tingkat pendidikan dari anak jalanan itu sendiri, dan pendidikan orangtua mereka.

B. Saran

Sebaiknya anak jalanan tidak melakukan seks bebas dengan hanya berbekal pengetahuan seks yang hanya sekedarnya. Sebaiknya mereka mendapatkan pendidikan tentang kesehatan reproduksi yang baik, karena kebanyakan dari mereka tidak mengetahui tentang kesehatan reproduksi. Jika saja anak jalanan atau orang-orang yang melakukan seks bebas mengetahui bagaimana reproduksi yang baik, kemungkinan mereka tidak akan melakukan seks bebas secara sembarangan. Dengan begitu, kemungkinan anak jalanan untuk melakukan perilaku seks bebas dalam bentuk hubungan badan akan bisa ditahan, kalaupun mereka terpaksa harus melakukan seks bebas, sebaiknya mereka lebih memperhatikan keamanan dalam melakukan perbuatan tersebut seperti menggunakan alat pengaman atau alat kontrasepsi. Kemudian sebaiknya anak jalanan membekali diri mereka dengan keterampilan-keterampilan yang mungkin suatu saat bisa mereka gunakan untuk mencari uang selain dari mengamen, menyemir sepatu, dan lain-lain.

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada Bab V ini akan dibahas hasil analisis data yang diperoleh dari penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi tunggal. Dari penyajian tabel distribusi tunggal ini, diharapkan dapat menggambarkan kondisi yang nyata tentang keadaan responden yang meliputi identitas atau karakteristiknya, latar belakang dan motivasi menjadi anak jalanan, serta motivasi melakukan seks bebas.

A. Identitas Responden

Identitas responden yang dibahas dalam penelitian ini meliputi umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan anak jalanan yang berada di Kota Bandar Lampung.

1. Umur

Umur atau usia seseorang akan berpengaruh terhadap tingkat produktivitasnya. Seseorang yang berada pada umur muda atau produktif memungkinkan bagi dirinya untuk bekerja lebih banyak dibandingkan dengan yang berumur tua atau tidak produktif, karena seseorang yang telah memasuki usia tua maka tingkat produktivitasnya akan menurun seiring dengan menurunnya kekuatan fisik. Demikian halnya anak jalanan dalam melakukan pekerjaannya, juga memerlukan

kekuatan fisik mengingat pekerjaan dan aktifitas mereka yang kebanyakan di jalanan. Selain itu, dalam umur yang relatif masih muda tersebut, mereka juga mencari jati diri dengan selalu ingin mencoba hal-hal baru, seperti misalnya mencoba obat-obatan terlarang dan zat-zat adiktif lainnya, juga seks bebas yang menjadi tema dalam penelitian ini. Dari mencoba-coba inilah kemudian kegiatan tersebut menjadi suatu kebutuhan bagi mereka.

Berdasarkan data yang terkumpul, diketahui umur responden yang terendah adalah 13 tahun dan yang tertinggi 17 tahun. Jumlah anak jalanan menurut kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini:

Tabel 5. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan Kelompok Umur Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%) 13 1 1,9 14 4 7,7 15 10 19,3 16 19 36,5 17 18 34,6 Jumlah 52 100,0

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009

Dari Tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar anak jalanan tergolong dalam usia produktif, yang terbanyak adalah kelompok usia 16 tahun, yaitu sebesar 36,5%. Pada usia masih sangat muda tersebut mereka seharusnya berada di sekolah atau merasakan indahnya masa kecil, tetapi pada kenyataannya mereka berada di jalanan untuk bekerja.

51

2. Agama yang Dianut

Responden dalam penelitian ini beragama Islam dan Katolik, tetapi agama Islam lebih mendominasi karena penduduk di Kota Bandar Lampung mayoritas beragama Islam, dengan jumlah 43 orang (82,7%) dan Katolik berjumlah 9 orang (17,3%).

Distribusi responden berdasarkan agama bisa dilihat dalam Tabel 6 berikut ini: Tabel 6. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung

berdasarkan Agama Agama Jumlah (Orang) Persentase (%) Islam 43 82,7 Katolik 9 17,3 Jumlah 52 100,0

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009

Meskipun demikian, anak-anak jalanan yang mengaku memeluk agama, baik Islam maupun Katolik, jarang sekali atau tidak pernah samasekali menjalankan ibadah atau perintah agamanya masing-masing. Hal ini boleh jadi karena kondisi atau keadaan mereka yang tidak memungkinkan untuk melakukan ibadah. Dengan jarangnya mereka melakukan ibadah, secara tidak langsung sudah menjauhkan mereka dari Tuhan merekamasing-masing, sehingga rasa takut untuk melakukan hal-hal yang burukpun tidak ada lagi. Salah satunya melakukan seks bebas tersebut.

3. Jenis Kelamin

Penelitian ini menggunakan teknik sampling random, yang penarikan sampelnya dilakukan secara acak sederhana (simple random) tanpa memperhitungkan jenis kelamin. Hal ini mengakibatkan distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin menjadi tidak berimbang. Dengan berinteraksi secara bebas tanpa adanya batasan antara laki-laki maupun perempuan di kalangan anak jalanan bisa menjadi salah satu pemicu responden melakukan seks bebas. Misalnya dengan tidur bersama, melakukan kontak fisik seperti berpelukan, berpegangan tangan, dan lain-lain. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini:

Tabel 7. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%) Laki-laki 37 71,2 Perempuan 15 28,8 Jumlah 52 100,0

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009

Pada Tabel 7 di atas, dapat diketahui bahwa jumlah responden laki-laki lebih banyak 71,2%, dibandingkan dengan jumlah responden perempuan sebesar 28,8%. Perbedaan ini juga disebabkan karena memang di kalangan anak jalanan, anak laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan anak perempuan.

Dari penelusuran lebih lanjut, juga diketahui sebesar 71,2% sudah menjadi anak jalanan lebih dari satu tahun, dan 28,8% menjadi anak jalanan kurang dari satu tahun.

53

B. Penyebab Menjadi Anak Jalanan

Banyak hal yang menyebabkan mengapa responden memilih turun ke jalan. Data yang disajikan pada Tabel 8 di bawah ini akan menjelaskan alasan-alasan mereka menjadi anak jalanan.

Tabel 8. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan Sebab Menjadi Anak Jalanan

Sebab Menjadi Anjal Jumlah (Orang)

Persentase (%)

Kabur dari rumah 14 26,9

Diajak teman 19 36,5

Ingin mandiri 14 26,9

Tidak punya keluarga 5 9,6

Jumlah 52 100,0

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009

Dari data pada Tabel 8 di atas dapat kita ketahui bahwa alasan responden turun ke jalan paling banyak karena pengaruh teman sebesar 36,5%, kemudian karena kabur dari rumah 26,9%, biasanya mereka kabur dari rumah dikarenakan kekerasan fisik yang mereka dapatkan dari orangtua mereka. Terkadang tanpa alsan mereka tiba-tiba menjadi pelampiasan kemarahan dari orangtua mereka, seperti misalnya ada satu ayah dari responden yang memiliki istri lebih dari satu dan sedang memiliki masalah dengan salah satu istrinya, jadi si ayah melampiaskan kemarahannya kepada responden tersebut. Kemudian ingin mandiri sebesar 26,9%, mereka ingin mandiri dengan alsan tidak ingin menyusahkan orangtua mereka dengan mencari uang sendiri, yaitu dengan turun ke jalanan. Dan yang terakhir 9,6% karena tidak punya keluarga, banyak anak jalanan yang terlantar karena tidak memiliki keluarga, dan salah satu responden mengatakan

mereka berada di jalanan dikarenakan responden diusir dari panti asuhan tempat responden dan kakak responden tinggal.

C. Pekerjaan

Yang dimaksud dengan pekerjaan disini ialah pekerjaan yang sedang dikerjakan oleh responden. Kegiatan sehari-hari yang paling utama dilakukan oleh anak jalanan adalah bekerja. Jenis pekerjaan apapun mereka lakukan demi mendapatkan uang. Dari menjadi pengamen, menjual koran, sampai tukang semir sepatupun mereka lakukan. Untuk lebih jelasnya, lihat Tabel 9 berikut ini:

Tabel 9. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan Pekerjaan

Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%) Pengamen 47 90,4 Semir sepatu 2 3,8 Jual koran 1 1,9 Penjaga barang 1 1,9 Serabutan 1 1,9 Jumlah 52 100,0

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009

Dari Tabel 9 dapat diketahui bahwa pekerjaan yang mereka lakukan adalah pekerjaan yang berhubungan atau berlokasi tidak jauh dari jalanan. Pekerjaan terbanyak ialah pengamen sebesar 90,4%, kemudian penyemir sepatu 3,8%, penjual koran 1,9%), penjaga barang 1,9%, dan terakhir bekerja serabutan atau tidak tetap juga hanya 1,9%. Dari pekerjaan itulah mereka menggantungkan hidup dan dengan pekerjaan tersebut mereka banyak menghabiskan waktunya di jalanan.

55

Tetapi mereka mengatakan pekerjaan mereka tersebut sewaktu-waktu bisa saja berubah.

1. Penghasilan Perhari

Dengan pekerjaan yang berpenghasilan tidak tetap, responden menggunakan sebagian besar uangnya untuk makan dan hampir tidak bisa ditabung. Data yang disajikan pada Tabel 10 berikut akan menjelaskan penghasilan dari responden perharinya.

Tabel 10. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan Penghasilan Perhari Besar penghasilan (Rupiah) Jumlah (Orang) Persentase (%) 5.000 4 7,7 10.000 14 26,9 12.000 6 11,5 15.000 15 28,8 20.000 11 21,2 25.000 1 1,9 30.000 1 1,9 Jumlah 52 100,0 Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009

Dari data pada Tabel 10 dapat kita ketahui bahwa penghasilan responden berkisar antara Rp. 5.000 sampai Rp. 30.000 per harinya. Beragam penghasilan yang responden dapatkan perharinya, yaitu sebesar 7,7% orang yang pendapatannya Rp. 5.000 perhari, 26,9% yang pendapatannya Rp. 12.000 perhari, lalu 15 orang (28,8%) yang pendapatannya Rp. 15.000 perhari, 21,2% orang yang pendapatannya Rp. 20.000 perhari, 1,9% yang pendapatannya Rp. 25.000 perhari, dan 1,9% orang yang pendapatannya Rp. 30.000 perhari. Penghasilan mereka tersebut bisa dibilang cukup besar untuk ukuran anak-anak, sehingga mereka

merasa tidak ingin meninggalkan jalanan karena disana mereka bisa menghasilkan banyak uang. Pendapatan tersebut sewaktu-waktu bisa saja berubah pada tiap responden, tergantung berapa lama mereka bekerja.

2. Penggunaan Uang Pendapatan

Sebagian besar uang penghasilan responden digunakan untuk makan, dan bila berlebih akan ditabung. Tetapi sedikit sekali responden yang menyisakan uangnya untuk ditabung, kebanyakan dibelikan rokok, mabuk, dan main. Meski demikian, masih ada juga responden yang diteliti yang tidak menggunakan obat-obatan atau zat terlarang lainnya, mereka ini termasuk yang penghasilannya diarahkan ke hal-hal lain selain obat-obatan atau zat terlarang. Data yang disajikan pada Tabel 11 berikut ini akan menjelaskan kemana responden menggunakan sisa uang pendapatannya.

Tabel 11. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan Penggunaan Sisa Uang Pendapatannya

Penggunaan Sisa Uang Pendapatan

Jumlah (Orang)

Persentase (%)

Membeli lem aibon 11 21,2

Membeli minuman alkohol 4 7,7

Membeli ganja 5 9,6

Tidak menjawab 32 61,5

Jumlah 52 100,0

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009

Dari data pada Tabel 11 di atas terlihat masih banyak anak jalanan yang tidak menggunakan obat-obatan atau zat terlarang lainnya, yaitu sebanyak 32 orang atau 61,5%, sementara yang menggunakan untuk membeli lem aibon ada 21,2%, membeli alkohol sebesar 7,7%, dan ysng terakhir 9,6,% menggunakan untuk membeli ganja. Obat dianggap sebagai alat untuk membuat mereka dalam

57

keadaan nyaman, dan biasanya anak jalanan melakukan hubungan seks di bawah pengaruh obat-obatan. Dan sebagian anak jalanan juga terkadang lebih memilih tidak makan asalkan mereka bisa menggunakan obat-obatan terlarang atau lem aibon dalam satu hari.

D. Perilaku Seks Bebas Di Kalangan Anak Jalanan

Seks bebas yang menjamur pada saat ini sudah tidak asing lagi di kalangan anak jalanan. Dari 52 responden yang diteliti, semuanya sudah mengenal seks bebas, bahkan mereka juga menjalani seks bebas tersebut. Berikut ini akan dijelaskan tentang pengetahuan mereka tentang seks bebas.

1. Sumber Informasi tentang Seks Bebas

Dari responden yang diteliti, semuanya sudah cukup tahu tentang seks bebas, dan rata-rata dari mereka menyetujui seks bebas. Kebanyakan dari mereka tidak mengetahui sebab dari seks bebas itu sendiri, begitu pula dengan efek dari seks bebas tersebut. Tetapi mereka tetap saja melakukannya. Responden mendapatkan pengetahuan seksnya dari berbagai macam sumber, berikut penjelasannya:

Tabel 12 Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan Sumber Informasi tentang Seks Bebas

Sumber informasi Jumlah (Orang) Persenrase (%) Teman 27 51,9 Menonton VCD porno 19 36,5 Dari pacar 2 3,8 Tahu sendiri 4 7,6 Jumlah 52 100,0

Dari Tabel 12 dapat diketahui bahwa anak jalanan mendapat pengetahuan seksnya paling banyak dari teman-teman mereka sendiri, yaitu sebesar 51,9%, dari menonton VCD porno 36,5%, dari pacar sebesar 3,8%, dan tahu sendiri sebanyak 7,6%. Namun informasi yang mereka peroleh melalui saluran ini terbatas dan mungkin banyak salahnya, akan tetapi anak jalanan sepertinya tidak menghiraukan kekeliruan itu. Dari cerita teman-teman mereka tersebut anak jalanan memiliki keinginan untuk mulai mencoba-coba perilaku seks bebas. Berawal dari mencoba mencium, meraba, dan akhirnya pada tahap melakukan hubungan kelamin atau hubungan badan.

2. Pengetahuan tentang Efek Seks Bebas

Tidak banyak yang mereka ketahui tentang efek dari seks bebas itu sendiri, yang mereka tahu adalah, jika melakukan seks bebas maka akan hamil, terkena HIV AIDS, terkena penyakit kelamin, dan kemudian meninggal. Mereka juga tahu resiko apa yang akan mereka dapatkan jika melakukan seks bebas, walaupun hanya sebagian saja yang mereka ketahui. Di samping itu, mereka juga tahu kalau seks bebas itu dilarang di Indonesia, tetapi sepertinya peringatan seperti itu tidak mereka gubris samasekali. Mereka tetap saja melakukan kegiatan tersebut, tanpa menghiraukan resikonya dan pada tabel berikut akan kita lihat seberapa banyak anak yang tahu atau tidak tentang efek seks bebas.

59

Tabel 13. Distribusi Anak Jalanan Tahu atau Tidak Efek dari Seks Bebas di Kota Bandar Lampung

Tahu Tidaknya Efek Seks Bebas Jumlah (Orang) Persentase (%) Tahu 19 36,5 Tidak tahu 33 63,5 Jumlah 52 100,0

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009

3. Jenis atau Bentuk Perilaku Seks Bebas yang Pertamakali Dilakukan

Seperti yang sudah dijelaskan pada Bab II, ruang lingkup seks pada penelitian ini bukan hanya sebatas pada kontak kelamin atau berhubungan badan antar lawan jenis atau sesama jenis, tetapi disini berciuman atau meraba-rabapun sudah termasuk dari seks. Dan pada saat responden tersebut ditanyai tentang arti dari seks bebas itu sendiri, mereka berasumsi kalau seks adalah melakukan hubungan badan atau kontak kelamin seperti layaknya yang dilakukan pasangan suami istri. Dari beberapa pilihan tentang perilaku seks bebas yang peneliti tanyakan, berciumanlah yang paling banyak mereka lakukan pertamakali, yaitu sebanyak 92,3%, sisanya meraba-raba sebanyak 7,7%. Berikut keterangannya pada Tabel 14 berikut ini:

Tabel 14. Bentuk Perilaku Seks Bebas yang Pertama Dilakukan Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung

Bentuk Seks Bebas Jumlah (Orang) Persentase (%) Berciuman 48 92,3 Meraba-raba 4 7,7 Jumlah 52 100,0

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009

Mereka umumnya melakukan bersama teman, pacar, atau saudara. Dari sini mereka akan lebih jauh lagi melakukan hal-hal yang berhubungan dengan seks.

Ini disebabkan karena anak-anak merupakan masa dimana rasa ingin tahunya sangat besar. Dari pengakuan tentang perasaan mereka saat pertamakali melakukan perilaku seks bebas, ada yang merasa takut, senang, bingung, sedih, dan ada juga yang mengaku biasa saja.

Lepas dari hanya sekedar berciuman atau meraba-raba, banyak juga responden yang melakukan perilaku seks bebas lebih dari itu, yaitu melakukan hubungan badan dengan lawan jenisnya.

Tabel 15. Bentuk Perilaku Seks Bebas yang Dijalani Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung Saat Ini

Dokumen terkait