ABSTRACT
FREE SEX BEHAVIOR IN CIRCLES OF CHILD WHO WORK THE STREET
(Sudy at the places which the child usually rest in Bandar Lampung)
This research is purpose to describe ang explain about behavior of free sex that happen in circles of child who work on the street in Bandar Lampung
Tipe of this research is descriptive, and the location of this research is places in Bandar Lampung city which the child usually stop in. The population of this research is the child with total sample 52 people that spread in five places. The sample is certained with Simple Random Sampling technique in a propotional manner for each places. Technique to take data use questionnaire, observation, and documentation, but for analysis the data use singular tabulation with analyze the data use description manner. The result show that behavior of free sex in the child circles is apprehensive, because level free sex in they circles is up to 46,2% already. They get the information of free sex is from they friends, up to 51,9%. Factors that influence they are do that free sex is family’s economy, unhermonic family up to 34,6%, level educated of their parent and themselves, and the latest is the child society.
i ABSTRAK
PERILAKU SEKS BEBAS DI KALANGAN ANAK JALANAN
(Studi pada Tempat-tempat Persinggahan Anak Jalanan di Bandar Lampung)
Oleh Ria Handayani
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan menjelaskan tentang perilaku seks bebas yang terjadi di kalangan anak jalanan yang berada di Kota Bandar Lampung.
Tipe dalam penelitian ini adalah deskriptif, dengan lokasi penelitian yang berada pada tempat-tempat persinggahan anak jalanan di Kota Bandar Lampung. Populasinya adalah anak-anak jalanan dengan jumlah sampel sebanyak 52 orang yang tersebar di lima tempat. Sampel ditentukan dengan teknik Simple Random Sampling secara proposonal pada masing-masing tempat di lokasi penelitian. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, observasi, dan dokumentasi, sedangkan untuk menganalisis datanya dilakukan menggunakan tabulasi tunggal dengan cara menguraikan data tersebut secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku seks bebas di kalangan anak jalanan cukup memprihatinkan, karena di kalangan mereka perilaku berhubungan badan atau behubungan kelamin yang sudah mereka alami mencapai angka tertinggi yaitu 46,2%. Anak jalanan mendapatkan informasi tentang perilaku seks bebas terbesar melalui teman yaitu sebesar 51,9%. Faktor-faktor yang mendorong mereka melakukan perilaku seks bebas tersebut adalah faktor ekonomi keluarga atau penghasilan orangtua, keutuhan keluarga anjal yang rata-rata sudah tidak utuh sekitar 34,6%, tingkat pendidikan orangtua maupun anak jalanan sendiri, dan yang terakhir adalah pergaulan anak jalanan.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dasawarsa terakhir ini isu kesejahteraan anak terus mendapat perhatian masyarakat dunia, mulai dari permasalahan buruh anak, peradilan anak, pelecehan seksual pada anak, dan anak jalanan. Hal tersebut juga dicerminkan dari banyaknya dokumen internasional yang berkaitan dengan perlindungan hak-hak anak. Sedikitnya terdapat 16 dokumen internasional yang terkait dengan permasalahan anak, beberapa diantaranya: United Nations Standard Minimum Rules For The AdministrationOf Juvenile Justice (Peraturan Administrasi Standar Minimum Persatuan Bangsa-bangsa Untuk Keadilan Anak), Resolusi MU PBB 1985: The Use of Children in The Illicit Traffi in Narcotic Drugs (Peran Anak-anak Dalam Perdagangan Obat-Obatan Narkotika), Resolusi MU-PBB 1988: Convention on The Right of The Child (Konvensi Hak Anak), Resolusi MU-PBB 1989: The Effects of Armed Conflicts on Children Lives (Efek Dari Penanganan Konflik Anak), Resolusi Komisi HAM PBB 1991: The Special Rapporteur on The Sale of Children, Child Prostitution and Child Pornography (Pelopor Perdagangan Anak, Prostusi Anak dan Pornograpi Anak), dan Resolusi Komisi HAM PBB 1994.
menyebutkan bahwa terdapat 30 juta anak tinggal dan menjaga diri mereka sendiri di jalan. Di Asia, saat ini paling tidak terdapat sekitar 20 juta anak jalanan. Jumlah tersebut diramalkan akan meningkat dua kali lipat pada 30 tahun mendatang (Childhope,1991:40).
Demikian halnya di Indonesia, laporan Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (2005) memberitakan bahwa fenomena anak jalanan semakin meningkat dari segi kualitas maupun kuantitas. Penelitian tersebut menemukan kenyataan bahwa sebagian besar anak jalanan berasal dari keluarga tidak mampu. Dari 226 juta keluarga tidak mampu, sekitar 35,29% tak tamat SD, sekitar 34,22% tamat SD, dan sekitar 13,57% tamat SMP (www.scribd.com/anakjalanan).
Tetapi, hubungan kemiskinan dengan perginya anak ke jalan bukanlah hubungan yang sederhana. Diantaranya terdapat faktor-faktor intermediate (tingkat menengah) seperti harmoni keluarga, kemampuan pengasuhan anak, dan langkanya dukungan keluarga (familysupport) pada saat krisis keluarga di rumah manjadi penyebab anak pergi ke jalanan.
3
Dalam kaitannya dengan pembangunan sumberdaya manusia, terutama di perkotaan, penanganan yang serius terhadap masalah anak jalanan merupakan suatu isu kebijakan yang mendesak. Penanganan tuntas tentunya tidak hanya mencakup upaya-upaya yang bersifat rehabilitatif saja, tetapi juga mencakup usaha yang bersifat pencegahan dan pengembangan. Selain itu, kebijakan yang kurang tepat dan menyederhanaan permasalahan yang sesungguhnya hanya akan membuat usaha penanggulangan anak jalanan menjadi usaha tambal sulam karena kesalahan dalam melihat masalah yang sesungguhnya.
Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan persoalan sosial yang kompleks. Hidup menjadi anak jalanan memang bukan merupakan pilihan yang menyenangkan, karena mereka berada dalam kondisi yang tidak bermasadepan jelas. Keberadaan mereka tidak jarang menjadi “masalah” bagi banyak pihak, yaitu keluarga, masyarakat, dan negara. Namun, perhatian terhadap nasib anak jalanan tampaknya belum begitu besar dan solutif, padahal mereka adalah saudara kita. Mereka adalah amanah Allah yang harus dilindungi, dijamin hak-haknya, sehingga tumbuh-kembangnya menjadi manusia dewasa yang bermanfaat, beradab, dan bermasa depan cerah akan lebih terjamin
Convention on the Right of the Child (Konvensi tentang Hak-hak Anak). Mereka perlu mendapatkan hak-haknya secara normal sebagaimana layaknya anak, yaitu hak sipil dan kemerdekaan (civil righ and freedoms), lingkungan keluarga dan pilihan pemeliharaan (family envionment and alternative care), kesehatan dasar dan kesejahteraan (basic health and welfare), pendidikan, rekreasi, budaya (education, leisure, and culture activites), dan perlindungan khusus (special protection) (www.depsos.go.id).
Mengamen di jalanan, itulah yang kita tahu tentang mereka. Padahal ada dunia tersendiri yang mereka geluti, yaitu menjalani kehidupan seks bebas pada usia sangat muda, baik yang dilakukan secara paksa maupun suka sama suka (semata agar bisa diterima sebagai anggota, dan juga perlindungan dari sesama teman jalanan karena kerasnya kehidupan dan persaingan di jalanan, dengan syarat melakukan hubungan seks sebagai imbalannya), dan berikut sedikit uraiannya.
5
entitas yang keberadaannya berkaitan erat dengan tatanan nilai, norma, dan sistem pengetahuan suatu masyarakat
Seksualitas selalu hadir dalam setiap sisi kehidupan manusia dan kehadirannyapun tidak luput dari makin banyaknya dan mudahnya mendapatkan pengetahuan tentang seks. Disamping itu, maraknya pornografi telah menjadi bagian keseharian remaja sehingga remaja menjadi iluisif (banyak berhayal), hidupnya diliputi bayang-bayang kosong, lebih suka melamun, meremehkan nilai-nilai sosial, bahkan pada taraf yang lebih buruk lagi, remaja menyalahgunakan seks.
Kasus-kasus seks bebas, seperti casting iklan sabun mandi, adegan seks remaja di handphone, serta peredaran VCD porno oleh sepasang remaja atau mahasiswa, mengindikasikan bahwa perilaku seksual yang tidak sesuai dengan budaya dan norma-norma di masyarakat, telah menempati level mengkhawatirkan dan menjadi pemicu rusaknya moralitas generasi muda. Kondisi ini juga mengindikasikan kurangnya kontrol dan aturan hukum terhadap pengguna akses informasi yang akhirnya menyebabkan kecenderungan penyimpangan perilaku seksual remaja menjadi kuat. Hal ini sejalan dengan membanjirnya informasi mengenai perilaku seksual, mulai dari media cetak sampai elektronik, sedikit banyak memberikan pengaruh terhadap kecenderungan terjadinya penyimpangan perilaku seksual pada remaja (id.wikipedia.org/wiki/anakjalanan).
dengan perubahan-perubahan fisik dan peran-sosial yang sedang terjadi padanya. Gejolak seksualitas yang terjadi pada akhirnya memicu keinginan remaja untuk melakukan hubungan seks, selain juga ditunjang minimnya pengalaman seksual.
Maraknya remaja yang melakukan seks bebas saat ini dapat dilihat dari dua faktor penyebab, yaitu faktor internal dan faktor ekstrnal. Faktor internal berasal dari dalam diri remaja itu sendiri, dimana seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa remaja adalah seseorang yang sedang mengalami peningkatan hasrat seksual dikarenakan perubahan fisik dan biologis yang sedang terjadi padanya. Faktor ini bertendensi membuat remaja ingin melakukan hubungan seks. Sementara faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri remaja, diantaranya adalah peer group (teman sepermainan) yang biasanya memiliki influence yang cukup besar dalam kehidupan remaja. Dimulai dari obrolan atau cerita mengenai pengalaman seksual diantara teman dan akhirnya mempengaruhi remaja untuk mencontoh perilaku seksual tersebut.
Selain itu media saat ini juga semakin marak menampilkan tayangan-tayangan yang bermuatan seksualitas sehingga dapat memicu remaja untuk melakukan perilaku seks bebas. Pergaulan remaja saat ini yang semakin bebas juga semakin membuka celah untuk melakukan perilaku seks bebas. Dan ini juga terjadi karena remaja masa kini sudah banyak menjadi konsumerisme budaya barat tanpa adanya penyaringan terlebih dahulu sehingga perilaku tersebut sangat tidak sesuai dengan norma dan aturan yang ada di negara kita (www.pendidikan.net/seksbebas).
7
dari keluarga atau orangtua, dan juga banyak faktor lain yang mendukung. Pada anak jalanan faktor eksternal lebih banyak mempengaruhi mereka dalam melakukan seks bebas tersebut. Sehingga membentuk perilaku-perilaku seks yang kurang baik pada mereka.
Anak jalanan memperoleh “pengetahuan” seksnya dari teman sebaya atau anak
jalanan yang lebih tua, baik yang bersumber dari buku porno, film atau VCD porno, atau mengintip orang yang sedang melakukan hubungan seksual. Mudahnya memperoleh pengetahuan mengenai seks mempengaruhi sikap anak jalanan terhadap hubungan seksual. Terlebih, anak-anak jalanan terkadang memiliki anggapan, bahwa hubungan seksual di luar nikah sebagai hal yang wajar karena itu merupakan urusan dari anak jalanan itu sendiri dan tidak mengganggu kepentingan orang lain.
Kondisi ini tidak lepas dari kehidupan mereka yang bebas di jalanan serta norma yang serba longgar. Selain itu, yang mendorong anak jalanan makin permisif terhadap perilaku seks bebas karena kemampuan mereka mencari nafkah secara mandiri. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian di Thailand yang menemukan bahwa remaja yang sudah bisa mencari nafkah sendiri, lebih permisif dalam urusan seksualitas daripada remaja yang masih sekolah (Sarwono, 1997).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan dan menjelaskan tentang perilaku anak jalanan dalam melakukan hubungan seks bebas di kalangan mereka dan faktor penyebabnya.
2. Kegunaan Penelitian
a. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan dan pengetahuan seputar perilaku seks bebas di kalangan anak jalanan dan juga diharapkan dapat berguna bagi upaya pengembangan khasanah ilmu Sosiologi, khususnya Sosiologi Perilaku Menyimpang.
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini adalah deskriptif. Menurut Hadari Nawawi, penelitian deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, masyarakat, lembaga, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (1991:63). Sedangkan menurut Singarimbun dan Sofian Effendi (1998:4), tujuan dari penelitian deskriptif adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui perkembangan sarana fisik tertentu atau frekuensi terjadinya suatu aspek fenomena sosial tertentu
b. Untuk mendeskripsikan secara terperinci fenomena sosial.
B. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel
1. Perilaku Seks Bebas Anak Jalanan
Perilaku seks bebas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perilaku seks di kalangan anak jalanan mulai dari berciuman, meraba-raba (payudara, alat kelamin), sodomi, sampai dengan hubungan kelamin atau hubungan badan yang disalahgunakan dan dilakukan tanpa adanya ikatan yang sah di dalamnya atau di luar institusi perkawinan.
2. Faktor Penyebab Perilaku Seks Bebas
Faktor-faktor penyebab yang dimaksud dalam penelitian ini adalah faktor apa saja yang menyebabkan anak-anak jalanan sampai terjerumus ke dalam perilaku seks bebas di kalangan mereka. Dalam penelitian ini, ada beberapa aspek yang akan diamati, antara lain sebagai berikut:
1. Motivasi dalam melakukan hubungan seks 2. Kondisi ekonomi keluarga
3. Keutuhan keluarga
4. Pola pengasuhan di dalam keluarga 5. Pendidikan orangtua
6. Pergaulan di kalangan anak jalanan
C. Lokasi Penelitian
33
dalam waktu yang lama. Peneliti memilih lokasi Bandar Lampung karena menurut peneliti lokasi ini merupakan tempat yang tepat untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan judul, dan selain itu dapat lebih meminimalisasikan baik waktu maupun materi dari peneliti.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Efendi (1995:52), populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang cirinya akan diduga. Berdasarkan tema penelitian, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah anak-anak jalanan yang berada di Kota Bandar Lampung, tepatnya anak-anak jalanan yang berada di Lapangan Engggal, Stasiun Kereta Api, di bawah Mall Ramayana, lampu merah Rumah Sakit Abdul Muluk, dan Pasar Tengah.
Peneliti turun langsung ke lapangan dalam mengumpulkan data, karena anak jalanan selalu berpindah-pindah, sehingga data yang didapatkan dari LSM terkadang kurang tepat. Jadi dari berbagai tempat yang dikunjungi oleh peneliti didapat 106 orang anak jalanan. Dan 106 orang anak jalanan tersebut merupakan akumulasi dari tempat-tempat sebagai berikut:
1. Lapangan Enggal, terdapat 18 orang anak jalanan 2. Stasiun Kereta Api, terdapat 30 orang anak jalanan 3. Mall Ramayana, 21 orang anak jalanan
2. Sampel
Sampel adalah perwakilan dari seluruh populasi yang akan dijadikan objek penelitian. Dalam menentukan banyaknya sampel penelitian terhadap populasi, digunakan rumus Yamane (dalam Jalaludin Rahmat, 1984:82) dengan rumus sebagai berikut:
d2= taraf nyata, (ditentukan sebesar 0,1) 1 = bilangan konstanta
Jumlah dari keseluruhan anak jalanan tersebut 106 orang, maka akan dicari sampelnya berdasarkan rumus. Berdasarkan rumus di atas, maka diperoleh jumlah sampel sebagai berikut:
Karena bilangan 51,456 adalah pecahan, maka dibulatkan menjadi 52 sampel (n=52 orang). Jadi sampelnya berjumlah 52 orang anak jalanan.
35
populasi yang ada. Untuk itu penulis menggunakan rumus area proporsional sebagai berikut:
S = banyaknya sampel keseluruhan Pi = banyaknya populasi kesatu, kedua, ...
N = banyaknya populasi keseluruhan (Henny Farida, 1999:30)
Jadi sampel yang diperoleh dari tiap-tiap tempat adalah sebagai berikut:
n
1 =Tabel 2. Sebaran Populasi dan Sampel Anak Jalanan Di Tempat-tempat Persinggahan Anak Jalanan Di Kota Bandar Lampung
Lokasi Populasi
Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009
Penentuan responden yang dijadikan sampel penelitian pada masing-masing tempat dilakukan dengan cara simple random sampling melalui undian.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini teknik yang dipakai untuk mengumpulkan data yang diperlukan adalah:
a. Kuesioner
Adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan yang ditujukan untuk memperoleh data atau informasi yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu tentang perilaku seks bebas di kalangan anak jalanan, dan apa saja faktor penyebabnya.
37
b. Wawancara
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tambahan dengan cara tanya-jawab sambil bertatapmuka secara langsung antara pewawancara dengan responden. c. Dokumentasi
Suatu teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mencari atau mengumpulkan data sekunder yang berhubungan dengan masalah penelitian, dimaksudkan untuk melengkapi data primer yakni dengan cara mempelajari sumber-sumber sekunder, dan mencatat dokumen/arsip-arsip yang ada di lokasi penelitian.
F. Teknik Pengolahan Data
Setelah data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh, maka data penelitian diolah dengan melalui tahapan:
a. Editing
Dalam tahap ini, data yang diperoleh dari lapangan diperiksa kembali, dalam arti dilakukan pengecekan kembali terhadap kemungkinan kesalahan pengisian daftar pertanyaan dan ketidakserasian informasi.
b. Koding
Yaitu mengklasifikasikan jawaban-jawaban responden menurut macammnya. Klasifikasi dilakukan dengan jalan menandai masing-masing jawaban dengan kode tertentu.
Tabulating yaitu memasukkan data ke dalam kolom-kolom tabel atau mengelompokkan jawaban-jawaban yang serupa dengan teliti dan teratur. Kegiatan ini dilaksanakan sampai dengan terwujudnya tabel-tabel, yang selanjutnya digunakan untuk menganalisa data yang diperoleh.
G. Teknik Analisis Data
Menurut Singarimbun dan Effendi (1987:263), analisis data adalah menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan sesuai dengan tipe penelitian yang digunakan.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdarkan hasil dari penelitian pada sejumlah responden mengenai perilaku yang menyebabkan anak jalanan melakukan seks bebas di Kota Bandar Lampung, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
B. Saran
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada Bab V ini akan dibahas hasil analisis data yang diperoleh dari penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi tunggal. Dari penyajian tabel distribusi tunggal ini, diharapkan dapat menggambarkan kondisi yang nyata tentang keadaan responden yang meliputi identitas atau karakteristiknya, latar belakang dan motivasi menjadi anak jalanan, serta motivasi melakukan seks bebas.
A. Identitas Responden
Identitas responden yang dibahas dalam penelitian ini meliputi umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan anak jalanan yang berada di Kota Bandar Lampung.
1. Umur
kekuatan fisik mengingat pekerjaan dan aktifitas mereka yang kebanyakan di jalanan. Selain itu, dalam umur yang relatif masih muda tersebut, mereka juga mencari jati diri dengan selalu ingin mencoba hal-hal baru, seperti misalnya mencoba obat-obatan terlarang dan zat-zat adiktif lainnya, juga seks bebas yang menjadi tema dalam penelitian ini. Dari mencoba-coba inilah kemudian kegiatan tersebut menjadi suatu kebutuhan bagi mereka.
Berdasarkan data yang terkumpul, diketahui umur responden yang terendah adalah 13 tahun dan yang tertinggi 17 tahun. Jumlah anak jalanan menurut kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini:
Tabel 5. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan Kelompok Umur
Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009
51
2. Agama yang Dianut
Responden dalam penelitian ini beragama Islam dan Katolik, tetapi agama Islam lebih mendominasi karena penduduk di Kota Bandar Lampung mayoritas beragama Islam, dengan jumlah 43 orang (82,7%) dan Katolik berjumlah 9 orang (17,3%).
Distribusi responden berdasarkan agama bisa dilihat dalam Tabel 6 berikut ini: Tabel 6. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung
berdasarkan Agama
Agama Jumlah
(Orang)
Persentase (%)
Islam 43 82,7
Katolik 9 17,3
Jumlah 52 100,0
Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009
3. Jenis Kelamin
Penelitian ini menggunakan teknik sampling random, yang penarikan sampelnya dilakukan secara acak sederhana (simple random) tanpa memperhitungkan jenis kelamin. Hal ini mengakibatkan distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin menjadi tidak berimbang. Dengan berinteraksi secara bebas tanpa adanya batasan antara laki-laki maupun perempuan di kalangan anak jalanan bisa menjadi salah satu pemicu responden melakukan seks bebas. Misalnya dengan tidur bersama, melakukan kontak fisik seperti berpelukan, berpegangan tangan, dan lain-lain. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini:
Tabel 7. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Laki-laki 37 71,2
Perempuan 15 28,8
Jumlah 52 100,0
Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009
Pada Tabel 7 di atas, dapat diketahui bahwa jumlah responden laki-laki lebih banyak 71,2%, dibandingkan dengan jumlah responden perempuan sebesar 28,8%. Perbedaan ini juga disebabkan karena memang di kalangan anak jalanan, anak laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan anak perempuan.
53
B. Penyebab Menjadi Anak Jalanan
Banyak hal yang menyebabkan mengapa responden memilih turun ke jalan. Data yang disajikan pada Tabel 8 di bawah ini akan menjelaskan alasan-alasan mereka menjadi anak jalanan.
Tabel 8. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan Sebab Menjadi Anak Jalanan
mereka berada di jalanan dikarenakan responden diusir dari panti asuhan tempat responden dan kakak responden tinggal.
C. Pekerjaan
Yang dimaksud dengan pekerjaan disini ialah pekerjaan yang sedang dikerjakan oleh responden. Kegiatan sehari-hari yang paling utama dilakukan oleh anak jalanan adalah bekerja. Jenis pekerjaan apapun mereka lakukan demi mendapatkan uang. Dari menjadi pengamen, menjual koran, sampai tukang semir sepatupun mereka lakukan. Untuk lebih jelasnya, lihat Tabel 9 berikut ini:
Tabel 9. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan Pekerjaan
Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Pengamen 47 90,4
Semir sepatu 2 3,8
Jual koran 1 1,9
Penjaga barang 1 1,9
Serabutan 1 1,9
Jumlah 52 100,0
Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009
55
Tetapi mereka mengatakan pekerjaan mereka tersebut sewaktu-waktu bisa saja berubah.
1. Penghasilan Perhari
Dengan pekerjaan yang berpenghasilan tidak tetap, responden menggunakan sebagian besar uangnya untuk makan dan hampir tidak bisa ditabung. Data yang disajikan pada Tabel 10 berikut akan menjelaskan penghasilan dari responden perharinya.
Tabel 10. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan Penghasilan Perhari
merasa tidak ingin meninggalkan jalanan karena disana mereka bisa menghasilkan banyak uang. Pendapatan tersebut sewaktu-waktu bisa saja berubah pada tiap responden, tergantung berapa lama mereka bekerja.
2. Penggunaan Uang Pendapatan
Sebagian besar uang penghasilan responden digunakan untuk makan, dan bila berlebih akan ditabung. Tetapi sedikit sekali responden yang menyisakan uangnya untuk ditabung, kebanyakan dibelikan rokok, mabuk, dan main. Meski demikian, masih ada juga responden yang diteliti yang tidak menggunakan obat-obatan atau zat terlarang lainnya, mereka ini termasuk yang penghasilannya diarahkan ke hal-hal lain selain obat-obatan atau zat terlarang. Data yang disajikan pada Tabel 11 berikut ini akan menjelaskan kemana responden menggunakan sisa uang pendapatannya.
Tabel 11. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan Penggunaan Sisa Uang Pendapatannya
57
keadaan nyaman, dan biasanya anak jalanan melakukan hubungan seks di bawah pengaruh obat-obatan. Dan sebagian anak jalanan juga terkadang lebih memilih tidak makan asalkan mereka bisa menggunakan obat-obatan terlarang atau lem aibon dalam satu hari.
D. Perilaku Seks Bebas Di Kalangan Anak Jalanan
Seks bebas yang menjamur pada saat ini sudah tidak asing lagi di kalangan anak jalanan. Dari 52 responden yang diteliti, semuanya sudah mengenal seks bebas, bahkan mereka juga menjalani seks bebas tersebut. Berikut ini akan dijelaskan tentang pengetahuan mereka tentang seks bebas.
1. Sumber Informasi tentang Seks Bebas
Dari responden yang diteliti, semuanya sudah cukup tahu tentang seks bebas, dan rata-rata dari mereka menyetujui seks bebas. Kebanyakan dari mereka tidak mengetahui sebab dari seks bebas itu sendiri, begitu pula dengan efek dari seks bebas tersebut. Tetapi mereka tetap saja melakukannya. Responden mendapatkan pengetahuan seksnya dari berbagai macam sumber, berikut penjelasannya:
Dari Tabel 12 dapat diketahui bahwa anak jalanan mendapat pengetahuan seksnya paling banyak dari teman-teman mereka sendiri, yaitu sebesar 51,9%, dari menonton VCD porno 36,5%, dari pacar sebesar 3,8%, dan tahu sendiri sebanyak 7,6%. Namun informasi yang mereka peroleh melalui saluran ini terbatas dan mungkin banyak salahnya, akan tetapi anak jalanan sepertinya tidak menghiraukan kekeliruan itu. Dari cerita teman-teman mereka tersebut anak jalanan memiliki keinginan untuk mulai mencoba-coba perilaku seks bebas. Berawal dari mencoba mencium, meraba, dan akhirnya pada tahap melakukan hubungan kelamin atau hubungan badan.
2. Pengetahuan tentang Efek Seks Bebas
59
Tabel 13. Distribusi Anak Jalanan Tahu atau Tidak Efek dari Seks Bebas di Kota Bandar Lampung
Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009
3. Jenis atau Bentuk Perilaku Seks Bebas yang Pertamakali Dilakukan
Seperti yang sudah dijelaskan pada Bab II, ruang lingkup seks pada penelitian ini bukan hanya sebatas pada kontak kelamin atau berhubungan badan antar lawan jenis atau sesama jenis, tetapi disini berciuman atau meraba-rabapun sudah termasuk dari seks. Dan pada saat responden tersebut ditanyai tentang arti dari seks bebas itu sendiri, mereka berasumsi kalau seks adalah melakukan hubungan badan atau kontak kelamin seperti layaknya yang dilakukan pasangan suami istri. Dari beberapa pilihan tentang perilaku seks bebas yang peneliti tanyakan, berciumanlah yang paling banyak mereka lakukan pertamakali, yaitu sebanyak 92,3%, sisanya meraba-raba sebanyak 7,7%. Berikut keterangannya pada Tabel 14 berikut ini:
Tabel 14. Bentuk Perilaku Seks Bebas yang Pertama Dilakukan Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung
Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009
Ini disebabkan karena anak-anak merupakan masa dimana rasa ingin tahunya sangat besar. Dari pengakuan tentang perasaan mereka saat pertamakali melakukan perilaku seks bebas, ada yang merasa takut, senang, bingung, sedih, dan ada juga yang mengaku biasa saja.
Lepas dari hanya sekedar berciuman atau meraba-raba, banyak juga responden yang melakukan perilaku seks bebas lebih dari itu, yaitu melakukan hubungan badan dengan lawan jenisnya.
Tabel 15. Bentuk Perilaku Seks Bebas yang Dijalani Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung Saat Ini
Bentuk Seks Bebas Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Sebatas Berciuman 17 32,7
Sebatas Meraba-raba 11 21,2
Berhubungan Badan 24 46,2
Jumlah 52 100,0
Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2009
61
Pada tabel di bawah ini akan dijelaskan seberapa sering responden berganti pasangan dalam melakukan hubungan seks bebas.
Tabel 16. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan Sering Tidaknya Berganti Pasangan dalam Melakukan Seks Bebas
Sering Tidaknya
Tampak dari Tabel 16 di atas, dalam melakukan seks, mereka seringkali berganti pasangan, walaupun ada juga yang tidak. Telihat dari jumlah yang sering berganti pasangan sebesar 46,2% dan yang tidak berganti pasangan sebesar 53,8%. Dalam kehidupan anak jalanan, memang biasanya pasangan itu bukan merupakan suatu hal yang begitu penting, sehingga mereka bisa dengan mudahnya berganti-ganti pasangan. Biasanya satu orang perempuan dipacari atau dalam istilah mereka “digilir” dalam satu kelompoknya. Dalam berhubungan seks, tidak jarang responden justru yang dimintai bayaran oleh pasangannya, atau sebaliknya responden meminta bayaran pada pasangan mereka pada saat melakukan hubungan seks.
Tabel 17. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan Penggunaan Alat Pengaman dalam Berhubungan Seks
Menggunakan atau Tidak
Dengan hanya berbekal pengetahuan seadanya, anak jalanan sering melakukan hubungan seks bebas dengan cara tidak aman, misalnya dengan tidak menggunakan alat pengaman. Dari Tabel 17 di atas dapat diketahui jumlah responden yang menggunakan alat pengaman (alat kontrasepsi) pada saat berhubungan, hanya 36,5%, dan yang tidak menggunakan alat pengaman sebesar 63,5%. Dengan alasan yang berbeda-beda mereka mengemukakan mengapa mereka tidak menggunakan alat pengaman, seperti misalnya lupa, malas, tidak punya uang untuk membelinya, repot, dan banyak lagi alasan lainnya. Padahal jika mereka tau bahaya dari perilaku seks bebas yang tidak aman seperti yang mereka lakukan tersebut, sangat banyak kerugian yang akan mereka dapat nantinya.
63
Tabel berikut akan menjelaskan berapa orang responden yang pernah atau tidak pernah terkena penyakit kelamin.
Tabel 18. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan Pernah/Tidak Terkena Penyakit Kelamin
Pernah/Tidak Terkena
Berdasarkan Tabel 18 diketahui, jumlah responden yang tidak pernah terkena penyakit kelamin cukup banyak, yaitu sebesar 88,5%, sementara 11,5% orang lainnya pernah terkena penyakit kelamin. Menurut pengalaman ke 6 orang yang pernah terkena penyakit kelamin tersebut, semuanya adalah penyakit kelamin sifilis, dan kesemuanya itu adalah anak laki-laki. Penyakit tersebut merupakan penyakit yang paling sering didapatkan oleh orang yang melakukan hubungan intim dengan pasangan yang tidak tetap, apalagi jika pada saat melakukan hubungan intim tidak menggunakan alat pengaman atau alat kontrasepsi.
4. Pengalaman Melakukan Seks Bebas dengan Pekerja Seks Komersial (PSK)
Tabel 19. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan Pernah/Tidak Melakukan Hubungan Seks dengan
Pekerja Seks Komersial (PSK) tahun, sedangkan 86,5% tidak pernah melakukan hubungan seks dengan pekerja seks komersial (PSK).
Dari informasi yang peneliti dapat, responden ternyata lebih banyak memilih melakukan seks dengan pasangan mereka dibandingkan melakukannya dengan pekerja seks komersial (PSK).
5. Tanggapan Orangtua terhadap Perilaku Seks Bebas Anak Jalanan
65
6. Cara dalam Mendapatkan Pasangan Seks Bebas
Hasrat seks yang tidak terpendam biasanya bisa membuat seseorang melakukan hal-hal yang tidak baik, seperti melakukan pemaksaan pada pasangan untuk melakukan seks, dan lain-lain. Responden dalam penelitian ini tampaknya juga mengalami hal seperti itu, yaitu terkadang dipaksa pasangan dan terkadang memaksa pasangan untuk melakukan hubungan seks bebas, sebagaimana tampak pada Tabel 20 dan 21 berikut.
Tabel 20. Jumlah Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung yang Sering Dipaksa Pasangan dalam Melakukan Hubungan Seks Bebas
Sering/Tidak
Informasi tersebut menunujukkan bahwa hanya sedikit responden yang sering dipaksa pasangannya dalam melakukan hubungan seks bebas, yaitu sebanyak 11,5%, sedangkan 88,5% lainnya tidak pernah. Rata-rata dari responden yang dipaksa adalah perempuan.
Tabel 21. Jumlah Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung yang Sering Memaksa Pasangan dalam Melakukan Hubungan Seks Bebas
Pernah/Tidak Pernah
Rata-rata dari responden yang memaksa adalah laki-laki dan hanya satu orang perempuan saja yang memaksa. Jadi lebih banyak laki-laki yang memaksa pasangannya untuk melakukan seks bebas dibandingkan perempuan.
Dari pengakuan responden yang pernah melakukan seks bebas, terungkap bahwa mereka tidak pernah mendapatkan kekerasan seksual dari pasangan masing-masing. Padahal tidak jarang anjal yang berusia belia seringkali menjadi korban sodomi dari para preman yang menjadi 'pelindung' mereka, bahkan menjadi pelampiasan atau budak seks. Ketika ditanyai pernah atau tidak mereka didatangi oleh kaum pedophilia, ternyata beberapa responden mengatakan pernah ada yang didatangi.
Tabel 22. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan Pernah/Tidak Didatangi Pedophilia
Pernah/Tidak Didatangi
67
tapi juga ke Indonesia. Dapat kita lihat pada Tabel 22 sebelumnya bahwa responden yang pernah didatangi oleh kaum pedophilia sebanyak 7 orang atau 13,5%, sedangkan yang tidak pernah didatangi sebanyak 45 orang atau 86,5%. Jadi di Kota Bandar Lampung ini kaum pedophilia masih terhitung sedikit dibandingkan dengan kota-kota besar lainnya. Dan perilaku seks yang dilakukan oleh kaum pedophilia pada responden dalam penelitian ini hanya sebatas menciumi dan meraba-raba saja.
7. Tempat Melakukan Seks Bebas
Responden biasa melakukan hubungan seks pada tempat-tempat yang biasanya mereka anggap aman, misalnya di sebuah rumah kosong, di gang sepi, gerbong kereta, dan toko-toko kosong. Dan pada Tabel 23 berikut akan kita lihat uraiannya:
Tabel 23. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung menurut Tempat Biasanya Melakukan Seks Bebas
cukup layak setelah diteliti, karena bagi mereka asalkan bisa menyalurkan hasrat seksnya, di manapun tidak masalah, yang penting mereka merasa nyaman.
E. Faktor-faktor Penyebab Melakukan Seks Bebas
Banyak faktor yang menyebabkan anak jalanan akhirnya melakukan seks bebas. Secara umum, jalanan merupakan tempat eksplorasi bagi diri mereka. Selain merupakan tempat yang berbahaya, kehidupan jalanan juga menjanjikan kesenangan pada mereka sehingga ketika ditawarkan untuk meninggalkan jalanan, sebagian besar tidak setuju karena mereka sudah menganggap jalanan adalah rumah kedua setelah rumah orangtua. Kehidupan yang tidak ada kontrol dari keluarga atau bisa juga dibilang bebas menyebabkan mereka bisa melakukan apa saja tanpa adanya larangan dari siapapun. Mulai dari pergaulan, pertemanan, pekerjaan, lingkungan bebas, yang akhirnya mengantarkan mereka mengenal atau melakukan seks bebas. Berikut akan dijelaskan mengapa anak jalanan akhirnya melakukan seks bebas.
1. Motivasi Melakukan Seks Bebas
69
Tabel 24. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan Motivasi Melakukan Seks Bebas bebas karena rasa ingin tahu. Ternyata pengaruh pertemanan begitu besar dibandingkan dengan yang lainnya, yaitu sebesar 50,0% orang termotivasi melakukan seks bebas karena faktor ini. Di kalangan anak jalanan, teman merupakan orang yang paling sering bersama mereka saat di jalanan, dan dari teman-teman mereka yang sudah lebih dulu pernah melakukan seks bebas atau dari teman yang sudah berpengalaman inilah biasanya mereka mendapatkan pengetahuan tentang seks bebas, walaupun informasi yang mereka dapatkan sangat terbatas.
Sementara itu yang melakukan seks bebas karena faktor perlindungan sebanyak 3 orang (5,8%). Pengakuan responden menunjukkan bahwa, karena mereka hidup di jalanan menyebabkan mereka juga harus membiasakan diri dengan berbagai macam bentuk kekerasan yang ada di sana, baik dari anak jalanan yang lain, orang dewasa yang mengeksploitasi dan memanfaatkan mereka, maupun dari aparat keamanan. Bentuk kekerasan yang biasa mereka terima adalah dimintai uang dengan paksa, dipukuli, diperkosa, atau bentuk pelecehan seksual lainnya. Karena di sini yang paling rentan mendapatkan kekerasan tersebut adalah perempuan, jadi mau tidak mau mereka harus mencari perlindungan dari anak laki-laki yang dianggapnya bisa melindungi dirinya dari kekerasa-kekerasan tersebut, yakni dengan cara menjalin hubungan yang saling menguntungkan. Anak laki-laki sebagai manusia normal yang memiliki kebutuhan biologis membutuhkan wanita sebagai “teman kencan”, sementara anak jalanan perempuan membutuhkan pria untuk melindungi dirinya. Anak perempuan disini ialah yang baru saja tiba dari suatu kota, atau baru saja masuk dalam satu kelompok yang masih baru baginya. Dan dari sanalah terjadi hubungan seks bebas.
2. Kondisi Ekonomi Keluarga Responden
71
Tabel 25. Distribusi Pekerjaan Ayah Anak Jalanan Di Kota Bandar Lampung
Dari data pada Tabel 25 di atas dapat kita ketahui pekerjaan dari ayah responden yaitu 53,8% bekerja sebagai kuli, 11,5% bekerja sebagai pengamen, 9,6% berdagang, 3,8% petani, 5,8% tukang ojek, dan 15,4%)tidak bekerja.
Tabel 26. Distribusi Pekerjaan Ibu Anak Jalanan Di Kota Bandar Lampung
Pekerjaan Ibu Jumlah
Data pada Tabel 26 di atas menunjukkan jenis pekerjaan dari ibu responden, yaitu 51,9% adalah ibu rumahtangga, 36,5% bekerja sebagai tukang cuci, 3,8% berjualan sayuran, 5,8% petani, dan ada 1,9% yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil. Disini faktor pendidikan juga yang berpengaruh terhadap pekerjaan orangtua mereka.
satunya dengan cara turun ke jalan. Pada saat mereka di jalanan tersebut anak jalanan diperkenalkan dengan kerasnya kehidupan, termasuk juga dengan perilaku seks bebas. Dari penelitian ini didapatkan 1 orang (1,9%) dari 52 responden yang menjadikan seks bebas sebagai pekerjaan, ini juga termasuk cara mereka untuk menghasilkan uang. Sementara bagi 51 orang (98,1%) lainnya, seks bebas bukanlah satu hal yang bisa mereka jadikan pekerjaan, mereka lebih memilih untuk melakukan hal lain untuk dijadikan pekerjaan.
3. Keutuhan Keluarga
Ketika ditanyai mengenai keluarga, 34 orang (65,4%) dari 52 responden mengaku masih mempunyai keluarga utuh, walaupun keluarganya tidak berada dekat dengan tempat tinggal mereka. Kebanyakan keluarga mereka berada di luar daerah atau kota di mana mereka berasal, selebihnya 18 orang (34,6%) sudah tidak memiliki keluarga yang utuh lagi. Meskipun demikian, ada juga anak jalanan yang mempunyai pikiran untuk maju, untuk mengubah jalan kehidupannya supaya menjadi lebih baik, menjadi lebih terarah, dan mempunyai masa depan yang lebih cerah seperti anak-anak pada umumnya. Tapi keinginan seperti itu biasanya hanya sebatas keinginan saja, cuma sebatas di pikiran, dan tidak bisa berbuat apa-apa untuk mewujudkan keinginannya tersebut karena banyaknya faktor yang tidak mendukung. Salah satunya dukungan dari orangtua mereka.
73
dan perhatian dari keluarga, mereka bisa saja melakukan tindakan-tindakan yang di luar batasan, seperti menggunakan obat-obatan terlarang, dan yang lebih memprihatinkan lagi mereka melakukan seks bebas. Mereka terjerumus ke dalam seks bebas karena tidak adanya bimbingan dari orangtua dan pengaruh yang kuat dari lingkungan pergaulan yang mengantar mereka untuk melakukan perilaku seks bebas.
4. Tingkat Pendidikan Responden
Pendidikan bagi anak-anak jalanan merupakan sesuatu yang mahal, aspek pendidikan bagi mereka merupakan faktor umum yang secara tidak langsung turut mendorong mereka turun ke jalan. Secara umum dapat dikatakan bahwa, untuk meningkatkan individu dalam mengolah usaha maupun produksi, pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting. Oleh karena itu, pendidikan yang belum mencukupi sangat mempengaruhi kesejahteraan penduduk.
Pendidikan responden dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan tingkat pendidikan yang pernah ditempuh melalui jenjang pendidikan formal. Rincian pendidikan dari responden penelitian ini disajikan pada Tabel 27 berikut ini: Tabel 27. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan
Dari Tabel 27 di atas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan responden tertinggi hanya sebatas SMA tidak tamat 3,8%, kemudian yang menyelesaikan pendidikan SMP 17,3%, dan yang pendidikannya SMP tidak tamat 7,7%, sementara itu yang menyelesaikan pendidikan hanya sampai tamat SD sebesar 28,8%, SD tidak tamat sebanyak 19,2%, dan terbanyak dari mereka ialah tidak pernah sekolah yaitu sebensar 23,1%. Faktor ekomoni keluarga juga merupakan salah satu alasan yang tidak memungkinkan mereka untuk mengenyam pendidikan dengan layak. Kurangnya pendidikan juga salah satu yang mempengaruhi anak jalanan dalam melakukan perilaku seks bebas. Jika mereka mendapatkan pendidikan yang cukup, mungkin anak jalanan bisa menghindar dari seks bebas, karena paling tidak mereka akan mendapatkan pendidikan tentang seks dan bahayanya seks bebas di sekolahnya.
5. Tingkat Pendidikan Orangtua
75
semakin terkenal di kalangan anak jalanan yang lain. Namun tidak semua anak jalanan mempunyai pikiran seperti itu karena ada juga anak jalanan yang masih tergolong anak yang sopan karena dia merasa masih mempunyai orangtua dan sebenarnaya dia masih mempunyai rasa takut kepada orangtuanya. Setelah dijelaskan pendidikan dari responden sendiri, berikut ini akan dijelaskan pula pendidikan dari orangtua responden. Pendidikan dari orangtua responden tidak jauh berbeda dari pendidikan anak jalanan itu sendiri, berikut dapat dilihat informasinya pada Tabel 28 di bawah ini.
Tabel 28. Distribusi Tingkat Pendidikan Ayah Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung
Tabel 29. Distribusi Tingkat Pendidikan Ibu Anak Jalanan di Kota kemudian SD tidak tamat 17,3%, tamat SD 44,2%, SMP tidak tamat 3,8%, tamat SMP 9,6%, SMA tidak tamat 1,9%, dan tamat SMA 5,8%. Selain ayah, ibu dari respondenpun cukup banyak yang tidak mengenyam pendidikan, sebagian besar dari mereka hanya sebatas tamat SD saja.
77
Pendidikan orangtua yang kurang ini pula cukup berpengaruh terhadap perilaku seks bebas pada responden, karena jika orangtua mereka memiliki pendidikan yang cukup, maka orangtua dapat memberi pengarahan dan memberi contoh yang baik terhadap anak-anak mereka. Tetapi di sini orangtua lebih bersikap “masabodo” terhadap anak-anak mereka, karena merekapun tidak dapat memberikan penjelasan yang baik terhadap anak tentang bagaimana cara menyikapi seks bebas. Mereka hanya berfikir bagaimana cara agar anak-anak mereka dapat menghasilkan uang. Jadi seperti yang telah diuraikan sebelumnya, anak menjadi kurang kasihsayang dan perhatian, sehingga mereka akhirnya terjerumus ke dalam seks bebas.
6. Pergaulan Di Kalangan Anak Jalanan
DAFTAR ISI
Halaman JUDUL
ABSTRAK ... ... i
JUDUL DALAM ... ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... ... iv
RIWAYAT HIDUP ... ... v
MOTTO ... ... vi
PERSEMBAHAN ... ... vii
KATA PENGANTAR ... ... viii
DAFTAR ISI ... ... xiii
DAFTAR TABEL ... ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7
1. Tujuan Penelitian ... 7
2. Kegunaan Penelitian... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Anak Jalanan Dan Permasalahannya ... 9
1. Kehidupan Di Jalanan ... 16
2. Faktor-faktor Penyebab Timbul Dan Tumbuhnya Gejala Anak Jalanan ... 18
B. Pengertian Perilaku Seks Bebas ... 20
1. Pengertian Perilaku ... 20
E. Kerangka Pikir ... 29
BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian ... 31
B. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ... 31
1. Perilaku Seks Bebas Anak Jalanan ... 32
2. Faktor Penyebab Perilaku Seks Bebas ... 32
C. Lokasi Penelitian ... 32 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung ... 39
1. Sejarah Singkat Kota Bandar Lampung ... 39
2. Keadaan Geografis Dan Luas Wilayah ... 40
3. Kondisi Topografi Dan Demografi ... 42
4. Kondisi Perekonomian ... 45
B. Pendidikan di Kota Bandar Lampung ... 46
C. Mobilitas Sosial Di Kota Bandar Lampung ... 48
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden ... 49
1. Umur ... 49
2. Agama Yang Dianut ... 51
3. Jenis Kelamin ... 52
B. Penyebab Menjadi Anak Jalanan ... 53
C. Pekerjaan ... 54
2. Penggunaan Uang Pendapatan ... 56
D. Perilaku Seks Bebas Di Kalangan Anak Jalanan ... 57
1. Sumber Informasi Tentang Seks Bebas ... 57
2. Pengetahuan Tentang Efek Seks Bebas ... 58
3. Jenis Atau Bentuk Seks Bebas Yang Pertamakali Dilakukan ... 59
4. Pengalaman Melakukan Seks Bebas Dengan Pekerja Seks Komersial (PSK) ... 63
5. Tanggapan Orangtua Terhadap Perilaku Seks Bebas Anak Jalanan ... 64
6. Cara Mendapatkan Pasangan Seks Bebas ... 64
7. Tempat Melakukan Seks Bebas ... 67
E. Faktor-faktor Penyebab Melakukan Seks Bebas... 68
1. Motivasi Melakukan Seks Bebas ... 68
2. Kondisi Ekonomi Keluarga Responden ... 70
3. Keutuhan Keluarga... 71
4. Tingkat Pendidikan Responden... 72
5. Tingkat Pendidikan Orangtua ... 74
6. Pergaulan di Kalangan Anak Jalanan ... 77
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 77
B. Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA ... xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 1. Perbedaan Karaktersitik Anak Jalanan... 26 2. Sebaran Populasi dan Sampel Anak Jalanan di Tempat-tempat
Persinggahan Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung ... 36 3. Jumlah Penduduk Kota Bandar Lampung menurut
Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2005 ... 42 4. Jumlah Penduduk Kota Bandar Lampung menurut Kelompok
Usia dan Jenis Kelamin Tahun 2005 (Jiwa) ... 43 5. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan
Kelompok Umur ... 50 6. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan
Agama ... 51 7. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan
Jenis Kelamin ... 52 8. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan
Sebab Menjadi Anak Jalanan ... 53 9. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan
Pekerjaan ... 54 10.Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan
Penghasilan Perhari ... 55 11.Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan
Penggunaan Sisa Uang Pendapatannya ... 56 12.Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan
14.Bentuk Perilaku Seks Bebas yang Pertama Dilakukan Anak
Jalanan di Kota Bandar Lampung ... 59 15.Bentuk Perilaku Seks Bebas yang Dijalani Anak Jalanan
di Kota Bandar Lampung Saat Ini ... 60 16.Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan
Sering Tidaknya Berganti Pasangan dalam Melakukan Seks Bebas ... 61 17.Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan
Penggunaan Alat Pengaman dalam Berhubungan Seks ... 62 18.Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan
Pernah/Tidak Terkena Penyakit Kelamin ... 63 19.Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan
Pernah/Tidak Melakukan Hubungan Seks dengan
Pekerja Seks Komersial (PSK) ... 64 20.Jumlah Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung yang Sering
Dipaksa Pasangan dalam Melakukan Hubungan Seks Bebas ... 65 21.Jumlah Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung yang Sering
Memaksa Pasangan dalam Melakukan Hubungan
Seks Bebas ... 65 22.Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan
Pernah/Tidak Didatangi Pedophilia ... 66 23.Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung menurut
Tempat Biasanya Melakukan Seks Bebas ... 67 24.Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan
Motivasi Melakukan Seks Bebas ... 69 25.Distribusi Pekerjaan Ayah Anak Jalanan Di Kota
Bandar Lampung ... 71 26.Distribusi Pekerjaan Ibu Anak Jalanan Di Kota
Bandar Lampung ... 71 27.Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan
Tingkat Pendidikan ... 73 28.Distribusi Tingkat Pendidikan Ayah Anak Jalanan di Kota
Bandar Lampung ... 75 29.Distribusi Tingkat Pendidikan Ibu Anak Jalanan di Kota
DAFTAR PUSTAKA
A. G, Singgih. 1990. Psikologi Pendidikan Remaja. Rosdu Karya. Bandung. Ali, Mohammad; Asrori, Mohammad, 2004, Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik, Cetakan Pertama, PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Andimapiare. 1982. Psikologi Remaja. Usaha Nasional. Jakarta.
Asfriyati. 2002. Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan Serta Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. USU Repository.
Medan.
Barker, Chris. 2005. Cultural Studies, Teori dan Praktek. PT Bintang Pustaka. Yogyakarta.
Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke Tiga. Balai Pustaka. Jakarta
Hawton, Keith. 1990. Sex Theraphy. Oxford University Press. New York
Iskandar. 2008. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Gaung Persada Pers. Jakarta.
Nawawi, Hadari. 1994. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada Pers. Jakarta.
Perkumpulan Keluarga Besar Indonesia. 2005. Rencana Strategis 2005-2009. PKBI. Jakarta.
Rakhmat, Jalaludin. 1984. Metodelogi Penelitian Komunikasi. CV Remaja Karya. Bandung.
Ramali, Pamoencak. 1987. Kamus Kedokteran. Penerbit Djambatan. Jakarta. Sarlito. 1991. Psikologi Remaja. Rajawali Pers. Jakarta.
Singarimbun, Masri dan Sofyan Efendi. 1995. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta.
Skinner. 1983. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta.
Sumber Lain
Febrimarani Malinda. 2008. Tindak Kekerasan Orangtua Kepada Anak dalam Keluarga Miskin. Referensi Skripsi Sosiologi Universitas Lampung. Wahyu Juwartini. 2005. Profil Kehidupan Anak Jalanan Perempuan (Studi Kasus
anak jalanan di Komplek Tugu Muda Semarang). Referensi Pendidikan Luar Sekolah. Universitas Negeri Semarang.
BKKBN. 2008. Hampir 1,2 Juta Penduduk Lampung, Usia Remaja. www.bkkbn.go.id. Diakses tanggal 17 Mei 2009
Marantika, Fajar dan Nur Handayani. Generasi Yang Tersendat Di Jalanan. http://www.anakjalanan.com.html. Diakses tanggal 09 April 2009. http://www.scribd.com/anakjalanan. Diakses April 2009.
http://www.depsos.go.id. Diakses April 2009
http://www.pendidikan.net/seksbebas. Diakses Mei 2009 http://www.damandiri.or.id. Diakses Mei 2009
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 1. Perbedaan Karaktersitik Anak Jalanan... 26 2. Sebaran Populasi dan Sampel Anak Jalanan di Tempat-tempat
Persinggahan Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung ... 36 3. Jumlah Penduduk Kota Bandar Lampung menurut
Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2005 ... 42 4. Jumlah Penduduk Kota Bandar Lampung menurut Kelompok
Usia dan Jenis Kelamin Tahun 2005 (Jiwa) ... 43 5. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan
Kelompok Umur ... 50 6. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan
Agama ... 51 7. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan
Jenis Kelamin ... 52 8. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan
Sebab Menjadi Anak Jalanan ... 53 9. Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan
Pekerjaan ... 54 10.Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan
Penghasilan Perhari ... 55 11.Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan
Penggunaan Sisa Uang Pendapatannya ... 56 12.Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan
Sumber Informasi tentang Seks Bebas ... 57 13.Distribusi Anak Jalanan Tahu atau Tidak Efek dari Seks Bebas di Kota Bandar Lampung ... 58
14.Bentuk Perilaku Seks Bebas yang Pertama Dilakukan Anak
15.Bentuk Perilaku Seks Bebas yang Dijalani Anak Jalanan
di Kota Bandar Lampung Saat Ini ... 60 16.Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan
Sering Tidaknya Berganti Pasangan dalam Melakukan Seks Bebas ... 61 17.Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan
Penggunaan Alat Pengaman dalam Berhubungan Seks ... 62 18.Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan
Pernah/Tidak Terkena Penyakit Kelamin ... 63 19.Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan
Pernah/Tidak Melakukan Hubungan Seks dengan
Pekerja Seks Komersial (PSK) ... 64 20.Jumlah Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung yang Sering
Dipaksa Pasangan dalam Melakukan Hubungan Seks Bebas ... 65 21.Jumlah Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung yang Sering
Memaksa Pasangan dalam Melakukan Hubungan
Seks Bebas ... 65 22.Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan
Pernah/Tidak Didatangi Pedophilia ... 66 23.Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung menurut
Tempat Biasanya Melakukan Seks Bebas ... 67 24.Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan
Motivasi Melakukan Seks Bebas ... 69 25.Distribusi Pekerjaan Ayah Anak Jalanan Di Kota
Bandar Lampung ... 71 26.Distribusi Pekerjaan Ibu Anak Jalanan Di Kota
Bandar Lampung ... 71 27.Distribusi Anak Jalanan di Kota Bandar Lampung berdasarkan
Tingkat Pendidikan ... 73 28.Distribusi Tingkat Pendidikan Ayah Anak Jalanan di Kota
Bandar Lampung ... 75 29.Distribusi Tingkat Pendidikan Ibu Anak Jalanan di Kota
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum. Wr. Wb.
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang Maha Mulia dan Rosulullah Muhammad SAW yang telah memberikan rahmat dan hidayah, kekuatan, akal fakir, serta atas izin-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun dalam rangka melengkapi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Sosiologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
Dalam pembuatan skripsi ini penulis menyadari masih banyak keterbatasan dan kekurangan. Sehingga penulis menerima dengan segala kritik dan saran yang membangun terhadap skipsi ini. Dan pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada:
1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
2. Bapak Drs. Hi. Benjamin, M.Si selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
3. Bapak Drs. I Gede Sidemen, M.Si selaku Pembimbing Utama, yang telah meluangkan waktu, perhatian, kesabaran, tenaga dan pikiran untuk penulis dalam proses penulisan skripsi ini.
ix 5. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosioal dan Ilmu Politik Universitas Lampung dalam membantu dan mendidik penulis selama kuliah dan yang sudah memberikan bekal pengetahuan, pengarahan, dan motivasi kepada penulis.
6. Bapak dan Ibu Staf Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
7. Kepada orangtua yang selalu memberi dorongan semangat kepada penulis dalam segala proses hidup yang penulis lalui juga kasih sayang yang tak terhitung dan tak bisa diuraikan satu persatu disini. Dan terimakasih juga buat dorongan semangat yang tiap bulan dikirim (transferan “piti”, hehehe…), walaupun kadang-kadang telat.
8. Untuk yuk Ita, terimakasih untuk dukungan, masukan dan saran-sarannya dalam proses penulisan skripsi ini, dan untuk masukannya dalam dunia perkuliahan, pertemanan, asmara (walaupun sebenernya lebih berpengalaman aku, hehe..), dan banyak hal. Si bontot, adikku Inop (tukang ngambek), sekolah yang bener, jangan pacaran terus yang dipikirin.. dan semoga dengan porsi tidur yang lumayan “ehemm” program dietnya berhasil, Cha You!!!. Sepupuku yuk Desti, makasih banyak ya buat dukungannya juga dan bantuan-bantuannya. Paling seneng kalo dibantu dalam hal makanan, kadang datang disaat yang tepat, hehehe…
9. Terimakasih untuk keluarga besar Hi. Abdul Kohar dan Hi. Agus Syawal yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
x yang kosakatanya paling banyak, alias doyan cerita + doyan ngemil, gw doain cita-cita lo sukses ya bu. Cita-cita dalam asmara, kerjaan, dan program Die.T lo, he..), Dina (Huaaa…ibu guru, kecil-kecil cabe rawit. Selain pak Gede, dese juga pembimbing gua lho. Salut gw ma dina, anak yang mandiri + pekerja keras), dan yang terakhir,,,Eng Ing Eng,,Ibu JuesNha (wanita yang labil, baik perasaan maupun berat badan, selalu naik turun, hehe… Tmn yg paling jrang marah, tp klo dah marah seyeem. Hmmh…wanita yang baik). Makasih ya buat kalian semua yang udah buat gw dapat banyak cerita selama 5 tahun ini, & mudah2n mpe sterusnya. Pokoknya yang udah gw lewatin dan rasain dg kalian itu kayak Nano-Nano.
12.Buat anak-anak Sosiologi ’05; Elya, Erna, Asri, Riris, Dewi (Mrs. Korea, hehe… Maksh bwt semua bntuan2nya, dan informasi2 terUpdate tntg artis2 Korea nya ya… Ngmg2 akibat Mr. Big ni kita jadi deket ya bu), Melly (weits,,blkangan ini lo lmyan bnyak bntu2 gw ni bu, mksih bnyak ya,,trs klo bisa angong m plin-plan dikurangin dkit, he..), Yaya tyg, Mia (kpn ke Papua nya? Bosen gw liat lo disini), Junday (minum susu yg bnyak biar klo naek motor gk melayang,,piss (^_^)v), Ay Aye’ (ttep ligat ya klo gw lg urgent pulsa), Linda, Desi, Risky, Ocha, Putri. Nah,,giliran anak cowok ni; Dony (tmn sperjuangan + kakak sperguruan), Acep (teruskan perjuanganmu dlm mncari cnta sjati, Hahay,,), Fredy, Kautsar, To’ing, Andika, Guntur, Dimas, Dwarte, si Nyo, Wisnu Santoso Putro (Request tu minta ditulis nama lengkap, Hmmh.. Mksih bngt ya pak buat bantuan2nya,,sorry klo mnta tlongnya suka dadakan, he..), Yuri, Dayat, Komeng (pada kemana si tu anak2?). Makasih ya semuanya, terutama teman2 yg udh bantuin dalam seminar 1 & 2 gw. Dan smw yg nmanya gk ketulis disini, teuteup kompak ya…
xi 14. And for My “Yung”, thanks for everything that you give to me, Ur understanding, Ur patient (Ttep sbar ya ngadepin aku), Ur support, especially for the joy and sadness that we’ve pass together.. Keep Love Me Yung.. 15.Dan ucapan terimakasih yang amat besar penulis sampaikan untuk anak-anak
jalanan yang menjadi bahan penelitian penulis dalam skripsi ini; Dolah, Ambara, Haris, Iwan, Mamed, Wawan, Tika, Agus, Dino, Suma, Ardy, dan semua anak jalanan yg tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terimaksih untuk bantuan dan kerjasamanya.
Sekali lagi penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan Bapak/ibu, saudara/i, semoga Allah SWT akan memberikan balasan yang setimpal atas bantuannya. Dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, amin.
Bandar Lampung, 25 Mei 2010 Penulis
MOTTO
“Sugu Yaru, Kanarazu Yaru, Owari Made (Segera Kerjakan,
Harus dikerjakan, Kerjakan Sampai Selesai)”
(Kaisar Hirohito)
“Sesunggunya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Allah
pasti punya Hadiah Istimewa dibalik semua kesulitan kita”
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur kepada kekasih sejati Allah SWT, dengan segala kerendahan hati kupersembahkan karya sederhana ini untuk orang-orang yang
menyayangi dan ku sayangi:
Orangtua ku yang tercinta Mamak dan Bapak.
Mamak, wanita hebat yang sudah melahirkan, membesarkan dan selalu menyebut nama ku disetiap doa-doanya. Bapak, jagoan hebat yang selalu mendukung dan memberikan kepercayaan kepada ku, juga tetasan keringatmu yang sangat berarti bagi kami semua. Terimakasih atas segalanya yang telah kalian berikan, semua jasa dan pengorbanan tanpa pamrih kalian yang mungkin tidak akan pernah terbalas oleh ku.
Saudari-saudari ku Ayuk dan Adik ku
Yuk Pita dan Novia, terimakasih atas dukungan dan motivasi kalian yang tak pernah putus kepada ku. Terimakasih untuk kehangatan yang kalian berikan dalam hari-hari ku. Semoga persaudaraan ini selalu diberkahi oleh-Nya.
Kakek ku tersayang
Kakek, maaf atas keterlambatan dan semua kesalahan yang telah ku perbuat kepada mu yang tak sempat ku perbaiki. Dengan setulus hati karya sederhana ini ku persembahkan untukmu.
Almamater tercinta
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bukit Kemuning pada tanggal 15 Juli 1987, anak ke dua dari tiga bersaudara ini merupakan buah hati dari pasangan Bapak Shodikin Agus dan Ibu Siti Nursidah, S,Pd. Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis untuk pertamakali diawali pada Taman Kanak-kanak (TK) Pertiwi di Bukit Kemuning pada tahun 1991, kemudian dilanjutkan ke Sekolah Dasar Negerti (SDN) 1 Bukit Kemuning pada tahun 1993 dan diselesaikan pada tahun 1999. Penulis melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) 1 Bukit Kemuning dan selesai pada tahun 2002. Kemudian dilanjutkan lagi ke Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) 1 Bukit Kemuning yang diselesaikan pada tahun 2005.