• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pakan Kelelawar Pemakan Serangga Rhinolophus affinis (Chiroptera:Rhinolophidae) di Way Canguk Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pakan Kelelawar Pemakan Serangga Rhinolophus affinis (Chiroptera:Rhinolophidae) di Way Canguk Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

1. Judul Skripsi : Analisis Pakan Kelelawar Pemakan Serangga Rhinolophus affinis

(Chiroptera:Rhinolophidae) di Way Canguk Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung

2. Nama Mahasiswa / NPM : Miswandi/ 0717021050 3. Komisi Pembimbing Skripsi

Pembimbing I : Nismah Nukmal, Ph.D Pembimbing II : Meyner Nusalawo, S.P Pembahas : Dra. Elly L. Rustiati, M.Sc 4. Jurusan / Prog. Studi : Biologi / S1 Biologi

5. Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 6. Bidang Keilmuan (a) : Zoologi

7. Abstrak Skripsi (b)

ABSTRAK

Kelelawar pemakan serangga mempunyai keanekaragaman yang tinggi di kawasan konservasi Way Canguk Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Kelelawar pemakan serangga yang paling banyak dijumpai di Kawasan Way Canguk adalah Rhinolophus affinis. Kemampuan spesies R. affinis dalam menangkap serangga dapat membantu menjaga keseimbangan ekosistem seperti mengontrol serangga hama yang dimakan kelelawar tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ordo-ordo

serangga pakan kelelawar R. affinis di Stasiun Pusat Penelitian Way Canguk Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Dengan mengetahui ordo-ordo serangga pakan kelelawar R. affinis, diharapkan dapat memberikan informasi tentang peranan penting kelelawar pemakan serangga yang dapat dijadikan pengendali populasi serangga hama sehingga dapat menjadi biologi kontrol dalam

ekosistem. Penelitian ini dilakukan di Stasiun Pusat Penelitian Way Canguk Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, pada bulan Juli - Oktober 2011. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian Chun Chia Huang dari Texas Tech University USA. Data yang diperoleh berupa bagian tubuh serangga dan sampel serangga diidentifikasi dengan menggunakan buku Identification of Arthropod Fragments In Bat Droppings (Shiel et al, 1997), hasil yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil identifikasi sisa serangga yang ditemukan pada sampel kotoran kelelawar R. affinis, ditemukan tujuh ordo serangga pakan kelelawar, yaitu : Coleoptera, Lepidoptera, Diptera, Hymenoptera,

Homoptera, Hemiptera dan Orthoptera

Kata Kunci (c) : Analisis Pakan Kelelawar, Rhinolophus affinis, TNBBS (a) bidang keilmuan diisi sesuai dengan konsentrasi bidang ilmu skripsi

(b) abstrak diisi sesuai dengan yang tercantum diskripsi. Minimal 500 kata.

(c) kata kunci diisi kata-kata yang berhubungan dengan abstrak skripsi. Minimal 5 kata kunci.

ABSTRAK SKRIPSI MAHASISWA

(2)

1. Nama Mahasiswa / NPM : Miswandi / 0717021050

2. Tempat /Tanggal Lahir : Way Hui 5 Mei 1988

3. Jurusan / Program Studi : Biologi / S1 Biologi

4. Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

5. Alamat Mahasiswa : Jln. Ratu di Balau RT.17 RW.07 Way Hui

6. Nomor Telepon / HP : 08994268911

7. E-mail : Miswandi_binkatinu@yahoo.co.id

8. Nama Orang Tua

Ayah / Ibu : Katinu / Legirah

9. Pekerjaan Orang Tua

Ayah / Ibu : Wiraswasta / Ibu rumah tangga

10. Alamat Orang Tua : Jln. Ratu di Balau RT.17 RW.07 Way Hui

11. Asal SMA / Sekolah Sederajat : SMA N 12 Bandar Lampung

12. Rata-rata Nilai UN : 6,98 (Enam koma sembilan delapan)

13. Masuk FMIPA (1) : PKAB √ SMPTN UM lain-lain

14. IPK terakhir : ...3,02.. (Tiga koma nol dua)

15. Tanggal Skripsi

Seminar Usul : 27 Mei 2011

Seminar Hasil : 13 Januri 2012

Ujian Skripsi : 30 Januari 2012

Lama Penyusunan Skripsi (2) : 7 Bulan 13 hari 16. SK Pembimbingan Skripsi : 036/UN26/7/DT/2012.

17. Nilai TOEFL : 450 (empat lima puluh)

18. Tanggal Test TOEFL : 26 Januari 2012

19. Periode / Tanggal Wisuda : III/ 14 Maret 2012

(1) pilih salah satu

(2) dihitung dari tanggal seminar usul sampai ujian skripsi

CURRICULUM VITAE MAHASISWA

(3)

ABSTRAK

Analisis Pakan Kelelawar Pemakan Serangga Rhinolophus affinis

(Chiroptera : Rhinolopidae) Di Way Canguk Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), Lampung

Oleh

Miswandi

Kelelawar pemakan serangga mempunyai keanekaragaman yang tinggi di kawasan konservasi Way Canguk Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Kelelawar pemakan serangga yang paling banyak dijumpai di Kawasan Way Canguk adalah Rhinolophus affinis. Kemampuan spesies

R. affinis dalam menangkap serangga dapat membantu menjaga keseimbangan ekosistem seperti mengontrol serangga hama yang dimakan kelelawar tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ordo-ordo serangga pakan kelelawar R. affinis di Stasiun Pusat Penelitian Way Canguk Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Dengan mengetahui ordo-ordo serangga pakan kelelawar R. affinis, diharapkan dapat memberikan informasi tentang peranan penting kelelawar pemakan serangga yang dapat dijadikan pengendali populasi serangga hama sehingga dapat menjadi biologi kontrol dalam ekosistem. Penelitian ini dilakukan di Stasiun Pusat Penelitian Way Canguk Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, pada bulan Juli - Oktober 2011. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian Chun Chia Huang dari Texas Tech University USA. Data yang diperoleh berupa bagian tubuh serangga dan sampel serangga diidentifikasi dengan

menggunakan buku Identification of Arthropod Fragments In Bat Droppings (Shiel et al, 1997), hasil yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil identifikasi sisa serangga yang ditemukan pada sampel kotoran kelelawar R. affinis, ditemukan tujuh ordo serangga pakan kelelawar, yaitu : Coleoptera, Lepidoptera, Diptera, Hymenoptera, Homoptera, Hemiptera dan Orthoptera

(4)

ANALISIS PAKAN KELELAWAR PEMAKAN SERANGGA Rhinolophus affinis (CHIROPTERA : RHINOLOPIDAE)

DI WAY CANGUK, TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS), LAMPUNG

(Hasil Penelitian)

Oleh :

MISWANDI 0717021050

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)
(6)

ANALISIS PAKAN KELELAWAR PEMAKAN SERANGGA Rhinolophus affinis (CHIROPTERA : RHINOLOPIDAE)

DI WAY CANGUK, TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS), LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh :

MISWANDI 0717021050

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

(7)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Pakan kelelawar R. affinis termasuk serangga dari ordo Coleoptera, Lepidoptera, Diptera, Hymenoptera, Homoptera, Hemiptera, Orthoptera 2. Anggota tubuh serangga yang dapat dijadikan kunci identifikasi yaitu, potongan sayap, kaki, kepala dan antena.

B. Saran

Saran untuk kegiatan penelitian selanjutnya yaitu :

1. Identifikasi serangga sampai tingkat spesies perlu dilakukan dengan membandingkan serangga hasil tangkapan di sekitar lokasi penangkapan yang sudah di potong-potong bagian tubuhnya.

(8)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Analisis Pakan Kelelawar Pemakan Serangga Rhinolophus Affinis (Chiroptera : Rhinolopidae) Di Way Canguk, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), Lampung

Nama : Miswandi

NPM : 0717021050

Jurusan : Biologi

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

Pembimbing I. Pembimbing II

Nismah Nukmal, Ph.D Meyner Nusalawo, S.P NIP. 195711151987032003

Ketua Jurusan Biologi

(9)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu Dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli – Oktober 2011 di Stasiun Penelitian Way Canguk Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dan Universitas Lampung. Pengambilan sampel dilakukan dari bulan Juli – Agustus 2011. Sedangkan analisis sampel dilakukan dari bulan September – Oktober 2011 di

Laboratorium Biologi FMIPA UNILA. Penelitian ini merupakan potongandari penelitian Chun Chia Huang dari Texas Tech University USA dengan judul

‘Ecological Insectivorous Bats in The Paleotropis’ yang bekerja sama dengan

Jurusan Biologi FMIPA UNILA, (Dra. Elly L.Rustiati, M.Sc.) dan WCS-IP Lampung.

B. Alat dan Bahan

(10)

20

Bahan –bahan yang digunakan yaitu akuades, etil asetat untuk membunuh serangga dan etanol untuk mengawetkan spesimen serangga yang didapat.

C. Cara Kerja

C. 1. Koleksi Feses Kelelawar

(11)

21

Gambar 7. Plot pengambilan sampel penelitian di Way Canguk (Sumber : Departemen Kehutanan dan WCS-IP, 2001)

C.2. Analisis Sampel

Sampel feses kelelawar R. affinis yang sudah dikoleksi dibawa ke

Laboratorium Zoologi jurusan Biologi FMIPA, UNILA untuk dianalisis. Sampel feses tersebut dimasukkan ke dalam cawan petri dan ditambahkan air kemudian feses tersebut di pisah-pisah dengan menggunakan pinset untuk menemukan potongan tubuh serangga yang ada di dalam feses tersebut. Potongan tubuh serangga yang didapat kemudian diletakkan di gelas objek dan diamati dengan mikroskop stereo, dan difoto dengan USB hand microscope. Potongan – potongan potongan tubuh serangga yang didapat dari sampel feses

diidentifikasi dengan menggunakan buku ” Identification of Arthropod

Fragments In Bat Droppings (Shiel et al. ,1997). Identifikasi sisa pakan Plot pengambilan sampel penelitian

Keterangan :

(12)

22

kelelawar ini juga dibantu oleh peneliti kelelawar , Chun Chia Huang dari Texas Tech University.

Analisis deskriptif digunakan dalam penelitian ini dengan data yang didapat berupa hasil identifikasi serangga pakan kelelawar R. affinis. Untuk membantu dan mempermudah identifikasi potongan tubuh serangga yang didapat dari feses kelelawar R. affinis maka dilakukan penangkapan serangga pada lokasi penangkapan kelelawar. Caranya dengan menggunakan sweeping net yang di ayun berulang kali di kedua sisi harp trap dan di cabang pohon sekitar harp trap. Serangga yang tertangkap kemudian dimasukan ke kantong plastik dan di beri etil asetat. Serangga-serangga yang sudah terkumpul selanjutnya

diidentifikasi dan dipotong pada bagian, kepala, kaki, sayap, dan antena kemudian diamati di bawah mikroskop setelah itu di ambil gambarnya dengan kamera digital. Gambar – gambar ini nantinya akan digunakan untuk

(13)

23

Gambar 8. Diagram alir penelitian

Penentuan plot penelitian

Pemasangan harp trap

Identifikasi kelelawar Penangkapan serangga

Identifikasi serangga

Pembuatan preparat potongan-potongan tubuh serangga Analisis feses

Identifikasi potongan-potongan tubuh serangga

Koleksi feses kelelawar

Pengamatan

(14)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelelawar adalah satu-satunya anggota dari hewan menyusui yang bisa terbang. Berdasarkan jenis makanannya, secara garis besar kelelawar di bedakan menjadi dua jenis, yaitu Megachiroptera (pemakan buah, nectar, darah) dan Microchiroptera (pemakan serangga). Sebagian besar masyarakat berpendapat bahwa kelelawar merugikan karena mengganggu tanaman buah, tapi di lain pihak kelelawar pemakan buah bisa menguntungkan karena berperan dalam penyebaran biji (Suyanto, 2001).

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan merupakan salah satu kawasan

konservasi terpenting yang berada di Pulau Sumatra. Menurut hasil penelitian Prasetianingrum (2008), jumlah kelelawar pemakan serangga yang paling banyak dijumpai di Kawasan Konservasi Way Canguk adalah anggota dari marga Hipposideros dan Rhinolophus. Banyaknya kelelawar yang tertangkap menunjukkan bahwa di lokasi tersebut banyak tersedia sumber pakan berupa serangga.

(15)

2

terbang pada malam hari, binatang ini sulit untuk diidentifikasi ketika sedang terbang. Oleh karena itu biasanya kelelawar perlu ditangkap. Salah satu metode yang digunakan untuk menangkap kelelawar yaitu dengan metode harp trap.

Menurut Duryatmo (2009), kemampuan kelelawar dalam menangkap serangga dapat membantu menjaga keseimbangan ekosistem, seperti mengontrol

populasi serangga hama yang dimakan kelelawar. Kelelawar juga

membutuhkan makanan yang banyak karena perlu energi tinggi saat terbang. Di samping itu kelelawar memiliki pencernaan yang pendek dan sangat cepat sehingga menyebabkan kelelawar makan lebih sering. Oleh karena itu seekor kelelawar pemakan serangga mampu memakan hingga 500 ekor serangga dalam satu jam.

Untuk mendapatkan informasi tentang serangga yang telah dimakan oleh kelelawar bisa menggunakan analisis dari feses kelelawar. Hal ini dapat dilakukan karena serangga mempunyai eksoskeleton yang cukup keras sehingga tidak mudah dicerna oleh kelelawar. Oleh karena itu potongan-potongan tubuh serangga sisa pencernaan yang dikeluarkan bersama feses dapat dipakai untuk identifikasi takson serangga (Shiel et al., 1997). Kelelawar menjadi bagian paling penting dalam ekosistem. Oleh karena itu perlu

(16)

3

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

mengetahui ordo-ordo serangga pakan kelelawar Rhinolophus affinis di Stasiun Pusat Penelitian Way Canguk, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

C. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang ordo

serangga pakan kelelawar R. affinis yang masih sangat terbatas. Selain itu juga diharapkan bisa memberikan informasi tentang peranan penting kelelawar pemakan serangga yang dapat dijadikan pengendali populasi serangga hama sehingga dapat menjadi bio-kontrol dalam ekosistem.

D. Kerangka Pikir

Kelelawar pemakan serangga memiliki keanekaragaman yang tinggi dan mempunyai peran ekologi yang penting pada hutan tropis. Sebagian besar masyarakat berpendapat bahwa kelelawar merupakan hama karena merugikan masyarakat. Tetapi pendapat tersebut tidak sepenuhnya benar, karena

(17)

4

Stasiun Penelitian Way Canguk merupakan salah satu habitat alami kelelawar di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Survei kelelawar yang pernah dilakukan di Stasiun Penelitian Way Canguk mencatat bahwa spesies

R. affinis mempunyai kemelimpahan yang tinggi, yaitu sebesar 13 % dari 2.550 ekor yang termasuk kedalam 22 spesies (Nurcahyani, 2008). Hal tersebut didukung oleh kondisi hutan yang masih jarang tersentuh oleh aktivitas

manusia. Selain itu tersedianya pakan kelelawar yang banyak berupa serangga, merupakan faktor penting dalam kemelimpahan spesies R. affinis. Oleh karena itu dipilih R. affinis sebagai obyek penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di jalur plot penelitian Way Canguk bagian selatan.

Harp trap digunakan untuk penangkapan kelelawar karena kondisinya yang tepat dengan jalur plot yang tertutup oleh pepohonan dan semak-semak. Kelelawar yang tertangkap akan diidentifikasi kemudian spesies R. affinis

dipisahkan dan dimasukkan ke kantong guna diambil fesesnya yang selanjutnya dianalisis.

Dengan mengetahui ordo pakan hasil analisis feses kelelawar R. affinis,

(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 05 Mei 1988, dari pasangan Katinu dan Legirah,

merupakan anak ketujuh dari tujuh bersaudara.

Pendidikan di Sekolah Dasae Negeri 1 Way Kandis Kedaton Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2000. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 21 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2003. Sekolah Menengah Atas Negeri 12 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2006. Tahun 2007 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung melalui jalur ujian seleksi penerimaan mahasiswa baru.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Entomologi, Fisiologi Hewan dan Zoologi Vertebrata. Pada kegiatan

kemahasiswaan penulis pernah menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO) sebagai anggota bidang III Ekspedisi.

(19)

SANWACANA

Segala puji bagi ALLAH Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala karunia-Nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Analisis Pakan Kelelawar Pemakan Serangga Rhinolophus affinis (Chiroptera:

Rhinolophidae) Di Stasiun Pusat Penelitian Way Canguk, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung”. Dengan terselesaikannya skripsi ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua, Bapak Katinu dan Ibu Legirah atas doa, nasehat, motivasi kepada penulis.

2. Ibu Nismah Nukmal, Ph.D. selaku pembimbing I atas arahan, motivasi, serta nasehat-nasehat kepada penulis.

3. Bapak Meyner Nusalawo S.P. selaku pembimbing II atas saran, kritik dan motivasi sertta nasihatnya.

4. Ibu Dra. Elly L. Rustiati, selaku pembahas atas saran, masukan, kritik dan perhatian yang telah diberikan.

5. Ibu Dra Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung.

6. Bapak Prof. Suharso, Ph.D. selaku Dekan FMIPA Universitas Lampung. 7. Joe Chun Chia Huang atas bantuan, Ilmu dan kerja samanya serta

(20)

8. Bats boy team: M.Syaiful, Koko Yustian, Krisantus U.E., Eka Sulpin, terima kasih atas bantuan dan kerja samanya.

9. Soulmate tercinta Widia Angraini, yang selalu mendukung dan memberi saran dan kritikan.

10.Keluarga besar Janjiyanto, terima kasih atas bantuan dan nasehatnya. 11.Keluarga besar Way Canguk : Mas Rahman, Mas Jayus, Mas Waryono,

Mba Marmi, dan keluarga pak Bonikan untuk menginap dan makanannya 12.Keluarga besar Biologi 07, team CC; Anjar, Lia, Desi, Wiwik,

team Lobster; Pius, Anton, Nunu, Partai bang Zul; Tika, Ria

13.Kakak-kakak 2002, 2003, 2004, 2005,2006, dan adik 2008, 2009 dalam kebersamaannya.

14.Temen-temen tim futsal yang selalu kalah turnamen tapi tetap seru (Nando, Walardi, M. Syaiful, Hafid, Endru,).

15.Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi.

Semoga ALLAH SWT melimpahkan rahmat dan hidayah kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semuanya.

Bandar Lampung, Februari 2012 Penulis

(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Biologi Kelelawar

Kelelawar merupakan mamalia terbang yang unik dan memiliki sayap yang terdiri dari selaput tipis yang membentang di antara tulang-tulang telapak dan jari tangan/anggota tubuh depan, sampai sepanjang sisi samping tubuh dan kaki belakang. Hal ini dikarenakan tulang telapak dan jari tangan kelelawar

mengalami pemanjangan yang luar biasa sehingga berfungsi sebagai kerangka sayap (Suyanto, 2001). Morfologi kelelawar secara umum dapat dilihat pada Gambar 1.

(22)

6

Menurut Yalden dan Morris (1975), pada waktu terbang kelelawar

membutuhkan oksigen yang jauh lebih banyak dibandingkan ketika tidak terbang (27 ml vs. 7 ml oksigen/1 gram bobot tubuh), dan denyut jantung berdetak lebih kencang (822 kali vs. 522 kali /menit). Untuk mendukung kebutuhan tersebut, jantung kelelawar berukuran relatif lebih besar

dibandingkan kelompok lain (0,9% vs. 0,5% bobot tubuh). Kebutuhan energi yang tinggi saat terbang mengharuskan kelelawar makan dalam jumlah yang banyak.

Fungsi kelelawar di alam yang mungkin paling banyak tidak diketahui masyarakat adalah sebagai agen pengendali serangga hama. Hal ini dapat diketahui dari hasil analisis guano atau feses predator utama serangga hama ini. Tiga peran penting kelelawar secara ekologis adalah membantu penyebaran biji, penyerbukan, dan mengendalikan serangga hama. Ketiganya sangat vital dalam dinamika ekosistem. Untuk selanjutnya upaya konservasi habitat kelelawar sangat diperlukan, karena kelelawar telah terbukti penting dalam menyediakan layanan ekosistem (Nasional Pikiran Rakyat, 2010).

B. Biologi Microchiroptera

Kelelawar dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu; Megachiroptera,

(23)

7

Untuk mendapatkan makanannya, kelelawar pemakan serangga menggunakan telinga (echolocation) untuk memandu arah geraknya, yaitu dengan cara kelelawar mengeluarkan suara dari mulut atau lubang hidung dengan frekuensi getaran gelombang suara yang sangat tinggi (ultrasonik) rata-rata 50 kiloherzt di luar ambang batas pendengaran manusia yang hanya 2-18 kilohertz

(Suyanto, 2001).

Secara garis besar echolocation dibedakan menjadi tiga jenis yaitu; Constant

Frequency (CF), Quasiconstan Frequency (QCF), dan Frequency Modulated

(FM). Kebanyakan dari genus Rhinolophus memiliki jenis echolocation seperti

CF . Constant Frequency dapat mendeteksi serangga pakan kelelawar dari

kepakan sayap serangga tersebut. Perbedaan dari tiga jenis echolocation ini

yaitu, lebar gelombang, struktur harmoni, durasi, dan tingkatan tekanan suara.

Perbedaan tersebut menyebabkan gerakan sinyal pada kelelawar dapat

menghasilkan echolocation. Setiap spesies memiliki struktur sinyal yang

bervariasi, tergantung pada tugas echolocation yang harus diselesaikan.

(Tian dan Schnitzler, 1996).

(24)

8

Salah satu family dari kelompok Microchiroptera yaitu Rhinolophidae.

Perbedaan jenis didasarkan pada ukuran tubuh dan telinga, ukuran dan bentuk

sella, posisi melekatnya taju penghubung (connecting process) terhadap ujung

sella dan bentuknya, ada atau tidak adanya lappet serta bentuk sekat rongga hidung. Anggota family ini tidak memiliki tragus, tetapi sebagai gantinya terdapat antitragus (Suyanto, 2001).

Kelelawar ladam (Rhinolophus ) mempunyai ukuran yang kecil sampai sedang dan memiliki daun telinga yang rumit. Bagian anterior membundar dan berbentuk seperti ladam kuda. Di tengah belakang lubang hidung terdapat bagian yang meninggi disebut sella. Sedangkan di bagian belakang daun hidung posterior yang naik ke suatu titik berbentuk pisau yang disebut lanset. Bentuk sella dan taju yang menghubungkannya dengan daun posterior

bervariasi antara jenis satu dan lainya dan hal ini merupakan ciri yang berguna untuk membedakannya. Genus Rhinolophus mempunyai telinga yang besar dengan suatu lipatan yang menonjol pada sisi bagian luar yang dinamakan

antitragus (Payne dan Francis, 2000).

(25)

9

Spesies Rhinolophus affinis mempunyai ciri bagian tubuh atas berwarna cokelat tua hingga cokelat kemerahan dengan rambut-rambut gelap di bagian pangkal, bagian bawahnya pucat. Sella berbentuk konkaf. Bagian kepala dari daun hidung luas, tetapi tidak menutupi bagian moncong (Gambar 2).

Gambar 2. Bagian kepala kelelawar R. affinis

(26)

10

Menurut Kingston et al. ,2006, klasifikasi dari R. affinis adalah

sebagai berikut : Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata Class : Mammalia Ordo : Chiroptera Family : Rhinolophidae

Genus : Rhinolophus

Spesies : R. affinis

Pada dasarnya spesies ini banyak ditemukan di hutan primer dan sekunder. Spesies ini biasanya bersarang di lubang-lubang pohon yang besar dan juga di gua-gua berbatu (Kingston et al. ,2006). Daerah penyebaran dari spesies

R. affinis mencakup Sumatra, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara, Malaysia, Benua Asia (India Timur sampai ke Cina Selatan) (Suyanto, 2001).

C. Ordo-Ordo Serangga yang di Makan Kelelawar

Kelelawar pada umumnya memakan serangga dari ordo Diptera, Coleoptera, Lepidoptera, Orthoptera, Isoptera, Ephemeroptera maupun Neuroptera. Beberapa kelelawar mempunyai pola makan yang sama, mereka juga makan dalam jumlah banyak per malam (Kunz dan Parsons, 2009).

(27)

11

Diptera dan Lepidoptera (Tabel 1). Serangga pakan yang ditemukan terdiri dari potongan kaki, sayap, antena, dan kepala.

Tabel 1. Sisa potongan tubuh serangga yang ditemukan dalam kotoran kelelawar H. larvatus

No

Ordo

Potongan tubuh serangga yang terdapat pada feses kelelawar H. larvatus

(Perbesaran mikroskopis/potongan tubuh)

1 Hymenoptera

(4x10 / potongan sayap) (4x10 / potongan kepala)

2 Dermaptera

(4x10 / potongan kaki)

3 Coleoptera

(4x10 / potongan kaki) (4x10 / potongan kaki)

(28)

12

4

Diptera

(4x10 / potongan kaki) (4x10 / potongan sayap

(4x10 / potongan kaki) (4x10 / potongan sayap)

5 Lepidoptera

(4x10 / potongan kaki)

Secara umum ciri-ciri ordo serangga yang ditemukan dalam sampel feses (Borror dan White, 1970) dan (Shiel et al, 1997) yaitu:

1. Coleoptera

a) Jumlah tarsus pada umumnya 3-5 b) Sayap depan keras

c) Sayap belakang melipat dan pada bagian costa agak keras d) Pada ujung tarsus terdapat empodium

(29)

13

f) Struktur venasi sayap tidak rumit dan permukaannya tidak berambut 2. Lepidoptera

Dalam sampel feses bagian tubuh ordo Lepidoptera yang paling mudah ditemukan adalah potongan sayap yang berupa sisik. Sisik berukuran sangat kecil dan jumlahnya sangat melimpah.

3. Diptera

a) Jumlah tarsus umumnya lima b) Mempunyai sepasang sayap

c) Sayap belakang mereduksi menjadi bentuk halter d) Struktur sayap umumnya berambut

e) Pada ujung kuku kaki terdapat empodium

4. Hymenoptera

a) Jumlah tarsus umumnya lima b) Mempunyai dua pasang sayap

c) Sayap depan bagian costa mempunyai tonjolan hitam (stigma) d) Sayap depan lebih besar dari sayap belakang

e) Antena umumnya berjumlah 10 segmen 5. Homoptera

a) Struktur venasi sayap terdapat seperti titik-titik/bulatan-bulatan kecil b) Jumlah tarsus umumnya 1-3

(30)

14

6. Hemiptera

a) Struktur tubuh (eksoskeleton) dipenuhi bintik-bintik berwarna hitam atau merah

b) Jumlah tarsus umumnya 2-3

c) Sayap depan bagian pangkal keras dan bagian ujungnya lembut berupa membran

d) Sayap belakang berupa membran tipis yang transparan 7. Orthoptera

a) Jumlah tarsus umumnya 3-5 b) Struktur venasi sayap sangat rumit c) Struktur antena berambut

d) Jumlah segmen pada antena lebih dari 11

e) Kaki bagian femur dan tarsus mempunyai struktur seperti duri-duri kecil pada bagian pinggir

(31)

15

Gambar 4. Tujuh ordo penting yang mendominasi kelas insecta (Nismah, 2009).

D.Morfologi dan Anatomi Serangga

Secara morfologi, tubuh serangga dewasa dapat dibedakan menjadi tiga bagian utama, yaitu: kepala (caput), dada (thorax), dan perut (abdomen). Kepala merupakan bagian depan dari tubuh serangga dan berfungsi untuk

(32)

16

prothorax, mesothorax, dan metathorax. Ketiga bagian thorax tersebut memiliki sepasang tungkai, sedangkan mesothorax dan metathorax masing-masing memiliki sepasang sayap . Prothorax, mesothorax dan metathorax

masing-masing bagian atasnya terdiri dari notum dan bagian bawahnya disebut

sternum (Hidayat, 2011).

Abdomen serangga merupakan bagian tubuh yang memuat alat pencernaan, ekskresi, dan reproduksi. Bagian dorsal dan ventral mengalami sklerotisasi sedangkan bagian yang menghubungkannya berupa membran. Tiap-tiap ruas

abdomen mempunyai sepasang spiraculum pada sisi lateralnya. Bagian dorsal yang mengalami sklerotisasi disebut tergit, bagian ventral disebut sternit, dan bagian ventral berupa membran disebut pleura (Basriarga, 2011).

Morfologi tubuh serangga secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 5.

(33)

17

E. Pusat Penelitian dan Pelatihan Konservasi Way Canguk

Pusat Penelitian dan Pelatihan Konservasi Way Canguk, secara administratif terletak di Kecamatan Bengkunat, Kabupaten Lampung Barat. Di dalam areal penelitian terdapat jalur – jalur baik melintang maupun membujur setiap 200 meter yang membentuk jalur-jalur semi permanen (Prastianingrum, 2008).

Areal penelitian Way Canguk (Gambar 6) terletak pada 5o 39’ 325’’ LS dan

104o 24’2’’ BT, dengan ketinggian berkisar antara 0-100 m. dpl. Areal

(34)

18

Gambar

Gambar 7. Plot pengambilan sampel penelitian di Way Canguk         (Sumber : Departemen Kehutanan dan WCS-IP,  2001)
Gambar 8. Diagram alir penelitian
Gambar 1.
Gambar 2.  Bagian kepala kelelawar R. affinis
+5

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi Delphi dan Mikrokontroller ATMega 8535 dapat diaplikasikan pada alat ukur kecepatan respon manusia dengan program aplikasi Delphi yang di gunakan sebagai otak

Hasil dari penelitian daya terima dari 30 panelis terhadap warna, aroma, rasa, tekstur dan keseluruhan abon jamur tiram yang menggunakan penggorengan deep frying

Tugas Akhir ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi Jenjang Sarjana Jurusan Teknik Informatika di Universitas Katolik Widya Mandira

Tanpa miring, bidang gambar, pesawat lensa, dan bidang fokus adalah paralel, dan tegak lurus terhadap sumbu lensa; objek dalam fokus yang tajam semua pada jarak yang sama

Manajemen sumber daya manusia merupakan bagian dari ilmu manajemen yang memfokuskan perhatiannya pada pengaturan peranan sumber daya manusia dalam kegiatan suatu

Tujuannya adalah memperoleh material genetik yang unggul dalam segi produktivitas dan juga toleran kekeringan sehingga dapat digunakan untuk program rekombinasi dan

Mencegah terjadinnya penindasan yang berlanjut atas hak asasi manusia Ketetapan dan ketegasan yang terdapat di Statuta Roma 1998 Menyebutkan bahwa Mahkamah Pidana