• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

C. Tanah Absentee

3. Kewajiban Bagi Pemilik Tanah Absentee

78

Urip Santoso, Hukum Agraria Kajian Komprehensif, 218.

79

Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah pembentukan Undang-undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, 385.

80

Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah pembentukan Undang-undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, 385.

Dengan adanya larangan pemilikan tanah pertanian secara absentee, maka ada dua kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pemiliknya, yakni sebagai berikut:81

a. Memindahkan kepemilikan tanah; pemilik tanah harus mengalihkan tanahnya kepada orang lain yang bertempat tinggal di kecamatan tempat letak tanahnya sesuai ketentuan Pasal 3 ayat (1, 2, dan 3) PP No. 224 Tahun 1961.

Pasal 3:

(1) Pemilik tanah yang bertempat tinggal di luar kecamatan tempat letak tanahnya, dalam jangka waktu 6 bulan wajib mengalihkan hak atas tanahnya kepada orang lain di kecamatan tempat letak tanah itu atau pindah ke kecamatan letak tanah tersebut.

(2) Kewajiban tersebut pada ayat 1 pasal ini tidak berlaku bagi pemilik tanah yang bertempat tinggal di kecamatan yang berbatasan dengan kecamatan tempat letak tanah, jika jarak antara tempat tinggal pemilik dan tanahnya masih memungkinkan mengerjakan tanah itu secara efisien, menurut pertimbangan Panitia Landreform Daerah Tingkat II

(3) Dengan tidak mengurangi ketentuan tersebut pada ayat 2 pasal ini, maka jika pemilik tanah berpindah tempat atau meninggalkan tempat kediamannya keluar kecamatan tempat letak tanah itu selama 2 tahun berturut-turut, ia wajib memindahkan hak milik tanahnya kepada orang lain yang bertempat tinggal di kecamatan itu.82

Berdasarkan pasal ini, jangka waktu untuk memindahkan atau berpindah adalah 6 (enam) bulan sejak berlakunya PP No. 224 Tahun 1961.

81

M. Arba, Hukum Agraria Indonesia, 189-190.

82

Peraturan Pemerintah No. 224 Tahun 1961 tentang Pelaksanaan Pembagian Tanah dan Pemberian Ganti Kerugian.

b. Pengajuan hak baru; diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 1974 tentang Pedoman Tindak Lanjut Pelaksanaan Landreform yaitu dalam Pasal 3.

Pasal 2:

(1) Tanah yang melebihi batas maksimum yang sejak dikeluarkanna peraturan ini sudah atau belum selesai dibagi-bagikan menurut Peraturan yang berlaku, penyelesaiannya tetap dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku; (2) Penguasaan tanah yang melebihi batas maksimum dan belum

dikuasai oleh Pemerintah berdasarkan ketentuan Undang-undang No. 56 Prp tahun 1960, wajib dilaporkan oleh fihak yang menguasainya dalam waktu 6 (enam) bulan terhitung sejak berlakunya peraturan ini kepada Bupati/Walikota Kepala Daerah cq. Kepala Sub Direktorat Agraria setempat;

(3) Pihak yang menguasai tanah yang melebihi batas maksimum sebagaimana tersebut pada ayat 2 di atas selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) tahun sejak berlakunya peraturan ini diharuskan mengakhiri penguasaan tanah kelebihan termaksud dengan jalan:

a. Memindahkan baik penguasaan ataupun hak atas tanah kelebihan itu kepada fihak lain yang memenuhi syarat, atau b. Mengajukan permohonan suatu hak baru yang dimungkinkan

oleh peraturan perundangan yang berlaku sesuai dengan peruntukan dan penggunaannya.

(4) Penelesaian permohonan hak termaksud dalam ayat 3 huruf b di atas dilaksanakan melalui cara yang diatur di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 5 tahun 1973, dengan ketentuan bahwa pemberian hak tersebut dibatasi hanya untuk satu kali saja dan tidak dapat diperpanjang lagi.

(5) Kelalaian untuk memenuhi kewajiban tersebut ayat 2 dan 3 di atas akan mengakibatkan dikenakannya ketentuan-ketentuan sanksi yang tercantum dalam Undang-undang No. 56 Prp tahun 1960.83 Pasal 3:

Ketentuan-ketentuan yang tersebut dalam pasal 2 di atas berlaku mutatis mutandis untuk tanah-tanah pertanian yang dimiliki secara guntai (absentee).84

83 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 1974 tentang Pedoman Tindak Lanjut Pelaksanaan Landreform

84

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 1974 tentang Pedoman Tindak Lanjut Pelaksanaan Landreform

Berdasarkan ketentuan Pasal 3 Permendagri No. 15 Tahun 1974 di atas, mereka yang memiliki tanah pertanian secara absentee dan belum dikuasai oleh pemerintah berdasarkan PP No. 224 Tahun 1961 wajib melaporkan kepada Panitia Pertimbangan Landreform Kabupaten/Kota yang bersangkutan dalam waktu 6 (enam) bulan setelah berlakunya Permendagri No. 15 Tahun 1974. Untuk selanjutnya 6 (enam) bulan setelah berakhirnya jangka waktu lapor diwajibkan untuk mengakhiri pemilikannya dengan jalan memindahkan hak atas tanahnya kepada orang lain di kecamatan tempat letak tanah itu, atau pindah ke kecamatan tempat letak tanah itu, atau mengajukan permohonan suatu hak baru yang dimungkinkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku sesuai dengan peruntukan dan penggunaannya.

c. Pengecualian larangan kepemilikan tanah absentee

Orang-orang yang dikecualikan dari larangan kepemilikan tanah

absentee sebagai berikut:85

1) Orang-orang yang berdomisili di kecamatan yang berbatasan dengan kecamatan tempat letak tanah yang oleh Panitia Pertimbangan Landreform Kabupaten/Kota masih dimungkinkan adanya penggarapan tanah secara efisien dan tanah itu telah dimilikinya sejak saat sebelum berlaku PP No. 224 Tahun 1961.

2) Pegawai Negeri Sipil dan anggota TNI serta orang lain yang dipersamakan dengan mereka. Menurut ketentuan PP No. 224 Tahun 1961, yang dimaksud Pegawai Negeri Sipil adalah pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam UU No. 8 Tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kepegawaian, yaitu meliputi Pegawai Negeri Sipil serta para anggota TNI. Termasuk dipersamakan dengan Pegawai Negeri Sipil adalah para pensiunan, janda (asal tidak kawin lagi dengan Pegawai Negeri Sipil atau pensiunan), istri, dan anak-anaknya.

3) Mereka yang sedang menunaikan kewajiban agama.

4) Mereka yang mempunyai alasan khusus lainnya yang diterima oleh Direktorat Jenderal Agraria (sekaranag BPN).

Adapun dasar hukum terkait pengecualian tersebut tertuang dalam Pasal 3 ayat (2) dan (4) PP No. 224 Tahun 1961, yang menyatakan:

Pasal 3:

(1) Kewajiban tersebut pada ayat 1 pasal ini tidak berlaku bagi pemilik tanah yang bertempat tinggal di kecamatan yang berbatasan dengan kecamatan tempat letak tanah, jika jarak antara tempat tinggal pemilik dan tanahnya masih memungkinkan mengerjakan tanah itu secara efisien, menurut pertimbangan Panitia landreform Daerah Tingkat II.

(2) Ketentuan dalam ayat 1 dan 3 pasal ini tidak berlaku bagi mereka, yang mempunyai tanah di kecamatan tempat tinggalnya atau di kecamatan sebagai yang dimaksudkan dalam ayat 2 pasal ini, yang sedang menjalankan tugas Negara, menunaikan kewajiban agama, atau mempunyai alasan khusus lainnya yang dapat diterima oleh Menteri Agraria. Bagi pegawai-pegawai Negeri dan Pejabat-pejabat militer serta yang dipersamakan dengan mereka, yang sedang menjalankan tugas Negara, perkecualian tersebut pada ayat ini terbatas pada pemilikan tanah pertanian sampai

seluas 2/5 dari luas maksimum yang ditentukan untuk daerah yang bersangkutan menurut Undang-undang Nomor 56 Prp Tahun 1960.86

Dokumen terkait