• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

E. Metode Penelitian

Agar dapat mempertegas dan memperjelas arah tujuan penelitian, maka peneliti perlu memaparkan metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini. Dalam metode penelitian yang digunakan kali ini, peneliti akan membahas beberapa hal sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Penelitian (research) berarti pencarian kembali. Pencarian yang dimaksud dalam buku ini adalah pencarian terhadap pengetahuan yang benar (ilmiah), karena hasil dari pencarian ini akan dipakai untuk menjawab permasalahan tertentu.15

Jenis penelitian ini termasuk kedalam kategori penelitian hukum normatif (legal research) yang mana penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka.16 Penelitian hukum normatif ini difokuskan untuk mengkaji kaidah-kaidah atau

15

Amiruddin dan Zainal Azikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Rajawali Press, 2006), 19.

16

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Tinjauan Singkat (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 13.

norma yang ada dalam hukum positif yang berlaku dan yang berhubungan dengan substansi dalam penelitian ini. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah terkait dengan larangan kepemilikan tanah absentee dalam Peraturan Pemerintah No. 224 Tahun 1961 perspektif maslahah

mursalah.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan merupakan suatu persoalan yang berhubungan dengan cara seseorang meninjau dan bagaimana cara menghampiri persoalan tersebut sesuai dengan disiplin ilmu yang dimilikinya.17 Suatu penelitian normatif tentu harus menggunakan pendekatan perundang-undangan (statute approach), karena yang akan diteliti adalah berbagai aturan hukum yang menjadi fokus sekaligus tema sentral suatu penelitian.18 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Peraturan Pemerintah No. 224 Tahun 1961 dan berbagai peraturan lainnya yang terkait dengan penelitian ini.

Selanjutnya peneliti menggunakan pendekatan konseptual (conceptual

approach) yaitu pendekatan ini beranjak dari pandangan-pandangan dan

doktrin-doktrin yang berkembang di dalam Ilmu Hukum. Pendekatan ini menjadi penting sebab pemahaman terhadap pandangan/doktrin yang berkembang dalam ilmu hukum dapat menjadi pijakan untuk membangun argumentasi hukum ketika menyelesaikan isu hukum yang dihadapi. Pandangan/doktrin akan memperjelas ide-ide dengan memberikan

17

Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum (Bandung: CV Mandar Maju, 2008), 126.

18

Johnny Ibrahim, Teori&Metodologi Penelitian Hukum Normatif (Malang: Bayumedia Publishing, 2007), 302.

pengertian-pengertian hukum, konsep hukum, maupun asas hukum yang relevan dengan permasalahan.19 Mengacu pada permasalahan yang akan dikaji terkait larang pemilikan tanah absentee ditinjau dari perspektif

maslahah mursalah.

3. Bahan Hukum

Penelitian hukum normatif disebut juga penelitian hukum doktrial. Pada penelitian hukum jenis ini, acapkali hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law in books) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas. Oleh karena itu, sebagai sumber datanya hanyalah data sekunder, yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, atau data tersier.20

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum mengikat, seperti norma, perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim.21 Peraturan perundang-undangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peraturan Pemerintah No. 224 Tahun 1961 dan konsep

maslahah mursalah.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti misalnya,

19Peter mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta: Kencana, 2014), 177.

20

Amiruddin dan Zainal Azikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, 118.

Rancangan Undang-undang, hasil-hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum, dan seterusnya.22 Bahan hukum sekunder dalam penelitian ini adalah menggunakan Undang-undang Dasar 1945, Undang-undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960, Undang-undang No. 4 Tahun 1977 tentang Pemilikan Tanah Secara Absentee (Guntai) Bagi Pensiunan Pegawai Negeri, buku-buku, skripsi, dan jurnal-jurnal yang terkait dengan larangan kepemilikan tanah absentee dan konsep

maslahah mursalah.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus (hukum), ensiklopedia.23

4. Metode Pengumpulan Bahan Hukum

Dalam bagian ini dijelaskan urutan kerja, alat, dan cara pengumpulan data primer maupun sekunder yang disesuaikan dengan pendekatan penelitian. Metode pengumpulan bahan hukum primer dalam penelitian normatif antara lain dengan melakukan penentuan bahan hukum, inventarisasi bahan hukum yang relevan, dan pengkajian bahan hukum.24

Sedangkan bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil dari proses metode dokumentasi beberapa buku, tulisan, makalah, artikel, majalah jurnal, koran atau karya para pakar yang relevan

22Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI-Press, 2006), 52.

23Amiruddin dan Zainal Azikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, 119.

24

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Fakultas Syari‟ah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 22.

dengan tema kajian. Dan bahan hukum tersier diperoleh dengan mengutip langsung dari kamus glosarium dan doktrin-doktrin yang berkaitan langsung dengan masalah yang dapat diangkat penulis.

Bahan-bahan hukum tersebut dikumpulkan dengan cara mengunjungi perpustakan pusat Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dan media internet, untuk menginventaris semua bahan-bahan yang berkaitan dengan larangan kepemilikan tanah secara absentee dan konsep maslahah mursalah.

5. Metode Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum

Pada bagian ini dijelaskan tentang prosedur pengolahan dan analisis bahan hukum, sesudah dengan pendekatan yang dipergunakan. Dalam penelitian ini menggunakan metode pengolahan bahan hukum, di antaranya:

a. Editing

Proses editing adalah proses pemeriksaan kembali bahan-bahan hukum yang diperoleh terutama mengenai kelengkapannya, kesesuaian, serta relevansinya dengan bahan hukum yang lain. Jadi pada proses ini penulis memeriksa kembali bahan-bahan hukum atau informasi yang terkait dengan penelitian larangan kepemilikan tanah absentee, agar hal tersebut menjadi sebuah informasi yang akurat. b. Coding

Proses coding yakni memberikan catatan atau tanda pada setiap jenis sumber bahan hukum (perundang-undangan, literatur, atau

dokumen) pemegang hak cipta (nama penulis, tahun terbit) dan urutan rumusan masalah. Dalam proses ini, penulis akan memberikan catatan pada literatur-literatur yang digunakan atau undang-undang yang menjadi landasan maupun pendukung dalam meneliti permasalahan larangan kepemilikan tanah absentee tersebut.

c. Reconstructing

Rekonstruksi bahan (reconstructing) yakni dengan menyusun ulang bahan hukum, dimana peneliti akan mengerucutkan persoalan di atas dengan menguraikan bahan hukum dalam bentuk kalimat yang teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih, dan efektif sehingga memudahkan pembaca untuk memahami dan menginterpretasi. Dalam proses ini, penulis akan menyusun bahan hukum yang didapat atau diperoleh dari berbagai sumber informasi yang berkaitan dengan larangan kepemilikan tanah absentee. Sehingga data yang diperoleh benar dan sesuai dengan apa yang diharapkan.

d. Systematizing

Langkah terakhir pengolahan bahan hukum dalam penelitian ini yakni mensistematiskan bahan hukum (systematizing) yaitu menempatkan bahan hukum berurutan menurut kerangka sistematika pembahasan berdasarkan urutan rumusan masalah.25

25

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2004), 57.

Dokumen terkait