• Tidak ada hasil yang ditemukan

Undang-Undang Penanaman Modal dalam Pasal 14 sampai 16 telah mengatur mengenai hak, kewajiban, serta tanggung jawab penanam modal, antara lain:

“Setiap penanam modal berhak mendapat:”

a. kepastian hak, hukum, dan perlindungan;

b. informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang dijalankannya;

c. hak pelayanan;

d. berbagai bentuk fasilitas kemudahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Penanam modal juga diberi hak untuk melakukan transfer dan repatriasi dalam valuta asing, antara lain terhadap:

a. modal;

b. keuntungan, bunga bank, deviden, dan pendapatan lain;

c. dana yang diperlukan untuk pembelian bahan baku dan penolong, barang setengah jadi, atau barang jadi atau penggantian barang modal dalam rangka melindungi kelangsungan hidup penanaman modal;

d. tambahan dana yang diperlukan bagi pembiayaan penanaman modal;

e. dana untuk pembayaran kembali pinjaman; f. royalti atau biaya yang harus dibayar;

g. pendapatan dari perseorangan warga negara asing yang bekerja dalam perusahaan penanaman modal;

h. hasil penjualan atau likuidasi penanaman modal; i. kompensasi atau kerugian;

j. kompensasi atau pengambilalihan;

k. pembayaran yang dilakukan dalam rangka bantuan teknis, biaya yang harus dibayar untuk jasa teknik dan manajemen, pembayaran yang dilakukan dibawah kontrak proyek, dan pembayaran hak atas kekayaan intelektual;

l. hasil penjualan asset. 57 “Setiap penanam modal berkewajiban:”

a. menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik; b. melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;

c. membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal;

d. menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal; dan

e. mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan. “Setiap penanam modal bertanggung jawab:”

a. menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika penanam modal menghentikan atau meninggalkan atau menelantarkan kegiatan usahanya secara sepihak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

57

c. menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktik monopoli dan hal lain yang merugikan Negara;

d. menjaga kelestarian lingkungan hidup;

e. menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteraan pekerja; dan

f. mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.

6. Fasilitas Penanaman Modal

Fasilitas untuk penanam modal diberikan berdasarkan kebijakan industri nasional yang ditetapkan oleh pemerintah. Fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 UUPM tidak berlaku bagi PMA yang tidak berbentuk perseroan terbatas.58

a. menyerap banyak tenaga kerja;

Penanaman modal yang mendapat fasilitas adalah yang sekurang-kurangnya memenuhi salah satu dari kriteria berikut ini;

b. termasuk skala prioritas tinggi; c. termasuk pembangunan infrastruktur; d. melakukan alih teknologi;

e. melakukan industry pionir;

f. berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan, atau daerah lain yang dianggap perlu;

g. menjaga kelestarian lingkungan hidup;

h. melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi; i. bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah atau koperasi; atau

58

j. industri yang menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan yang diproduksi didalam negeri.

Apabila salah satu kriteria itu telah dipenuhi, maka dianggap cukup bagi pemerintah untuk memberikan fasilitas atau kemudahan kepada investor. Ada sepuluh bentuk fasilitas atau kemudahan yang diberikan kepada investor, baik itu investor domestik maupun investor asing, antara lain:

a. Fasilitas PPh melalui pengurangan penghasilan neto sampai tingkat tertentu terhadap jumlah penanaman modal yang dilakukan dalam waktu tertentu

b. Pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal, mesin, atau keperluan untuk produksi yang belum bisa diproduksi dalam negeri.

c. Pembebasan bea masuk bahan baku atau penolong untuk keperluan produksi dalam jangka waktu dan dengan persyaratan tertentu.

d. Pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas impor barang modal yang belum dapat diproduksi dalam negeri dengan jangka waktu tertentu dan persyaratan tertentu.

e. Penyusutan atau amortisasi yang dipercepat. f. Keringanan PBB.

g. Pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan. h. Fasilitas hak atas tanah.

j. Fasilitas perizinan impor. 59

Secara umum insentif dalam bidang penanaman modal yang bersifat nonpajak dapat dibagi atas:

a. diberikan jaminan terhadap tindakan nasionalisasi;

b. jaminan investasi atas terjadinya peristiwa-peristiwa tertentu; c. telah diratifikasinya konvensi penyelesaian sengketa investasi oleh

Indonesia, termasuk pengakuan atas wewenang ICSID dalam penyelesaian sengketa investasi;

d. adanya mekanisme penyelesaian sengketa melalui arbitrase pada BANI;

e. tersedianya kawasan-kawasan industri (industrial estate); f. adanya kawasan berikat (bonded zones);

g. adanya Entreport Produksi Tujuan Ekspor (EPTE) beserta fasilitasnya;

h. adanya fasilitas kredit ekspor dan asuransi ekspor; i. adanya berbagai insentif di bidang ekspor;

j. adanya draw back facilities;

k. adanya perkecualian atas import duty untuk produk yang berorientasi ekspor. 60

7. Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal

Undang-Undang Penanaman Modal, khususnya dalam Pasal 32 diatur mengenai penyelesaian sengketa. Dalam ketentuan tersebut diuraikan bagaimana

59

Salim H.S dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), hlm.274.

60

cara penyelesaian sengketa yang digunakan apabila terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara pemerintah dan penanam modal. Secara umum penyelesaian sengketa di bidang penanaman modal dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:

a. Penyelesaian melalui pengadilan.

Biasanya dalam beberapa kontrak yang dibuat oleh para pihak dalam kerja sama patungan di bidang penanaman modal asing, terdapat klausula penyelesaian sengketa melalui pengadilan setempat jika cara-cara musyawarah yang ditempuh tidak berhasil menyelesaikan sengketa. Bagi investor asing, penyelesaian sengketa penanaman modal yang diselesaikan melalui pengadilan dipandang kurang dapat dipercaya. Oleh karena itu, mereka cenderung menyelesaikan masalah yang ada dengan cara yang lain.

b. Penyelesaian melalui arbitrase

Cara penyelesaian sengketa di bidang penanaman modal melalu arbitrase merupakan pilihan yang semakin populer. Hal ini dapat dimengerti, mengingat cara penyelesaian melalui arbitrase dipandang relative lebih praktis, cepat dan murah, serta tertutup. Dalam praktiknya permasalahan yang timbul dalam kaitan dalam penyelesaian sengketa melalui arbitrase adalah menyangkut pelaksanaan putusan arbitrase itu sendiri.

c. Penyelesaian sengketa melalui cara-cara penyelesaian sengketa alternatif

Cara penyelesaian sengketa lainnya yang semakin banyak digunakan adalah ADR (Alternative Dispute Resolution) yakni cara penyelesaian sengketa

melalui Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa, yang dalam garis besarnya dapat dibagi atas negosiasi, mediasi, dan konsiliasi. 61

Sengketa penanaman modal yang terjadi antara pemerintah dengan penanam modal terlebih dahulu diselesaikan melalui musyawarah dan mufakat. Jika melalui musyawarah dan mufakat tidak tercapai, penyelesaian sengketa tersebut dapat dilakukan melalui arbitrase atau alternative penyelesaian sengketa atau pengadilan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara pemerintah dnegan penanam modal dalam negeri, para pihak dapat menyelesaikan sengketa tersebut melalui arbitrase berdasarkan kesepakatan para pihak, dan jika penyelesaian sengketa melalui arbitrase tidak disepakati, penyelesaian sengketa tersebut akan dilakukan di pengadilan. Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara pemerintah dengan penanam modal asing, para pihak akan menyelesaikan sengketa tersebut melalui arbitrase internasional yang harus disepakati oleh para pihak. 62

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1968 tentang Persetujuan Atas Konvensi tentang Penyelesaian Perselisihan antara Negara dan Warga Negara Asing Mengenai Penanaman Modal, telah ditentukan pola penyelesaian sengketa yang terjadi antara negara dan warga negara asing. Dalam undang-undang tersebut ditentukan bahwa ketentuan yang digunakan untuk penyelesaian sengketa antara negara dan warga negara asing adalah International Centre for the Settlement of Investment Dispute (ICSID). 63

61

Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratm an, Op.,Cit., hlm.79.

62

Pasal 32 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

63

International Centre for the Settlement of Investment Dispute (ICSID) lahir dari Convention on the Settlement of Investment Dispute Between States and National of Other States yang merupakan badan yang sengaja didirikan Bank Dunia. Lembaga ini ditetapkan tanggal 14 Oktober 1966 di Amerika Serikat. Kantor pusatnya berada di Washington, Amerika Serikat. Tujuan dan wewenang ICSID adalah menyelesaikan persengketaan yang timbul di bidang investasi antara suatu negara dengan warga negara asing di antara sesama negara peserta konvensi. 64

1. komisi konsiliasi;

Ada dua pola penyelesaian sengketa yang diatur dalam ICSID, yaitu penyelesaian sengketa melalui konsiliasi dan penyelesaian sengketa melalui arbitrase. Konsiliasi adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak yang berselisih untuk mencapai persetujuan dan menyelesaikan perselisihan tersebut. Penyelesaian sengketa melalui konsiliasi diatur dalam Artikel 28 sampai dengan Artikel 35 ICSID. Hal-hal yang diatur dalam artikel tersebut adalah:

2. anggota komisi; 3. pengajuan konsiliasi; 4. jenis perselisihan; 5. permohonan konsiliasi;

6. penunjukan, jumlah, dan penunjukan jumlah konsilator; 7. proses penyelesaian konsiliasi;

8. penyelesaian konsiliasi.65

64Ibid, hlm 360.

65

Dokumen terkait