• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Penanaman Modal Dalam Wilayah Tanah Adat (Studi di Kabupaten Samosir)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis Penanaman Modal Dalam Wilayah Tanah Adat (Studi di Kabupaten Samosir)"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

KEGIATAN PENANAMAN MODAL BERDASARKAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL

A. Latar Belakang Diundangkannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun

2007 tentang Penanaman Modal

Setelah menanti cukup lama akhirnya ketentuan investasi yang selama empat puluh tahun diatur dalam dua undang-undang yakni pertama, Undang-Undang Nomor 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan yang kedua, Undang-Undang Nomor 6 tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), dicabut dan diganti dengan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UUPM). Undang-Undang Penanaman Modal dinyatakan berlaku sejak diundangkan dlam Lembaran Negara Republik Indonesia (LNRI) tahun 2007 Nomor 67 pada tanggal 26 April 2007.

(2)

penanam modal. Dalam undang-undang ini tidak dibedakan perlakuan terhadap penanam modal asing dengan penanam modal dalam negeri. Kelihatannya disinilah letak perbedaan sudut pandang dalam melihat arti pentingnya penanaman modal. Adapun alasan dikemukakan oleh pihak yang kurang setuju diterapkannya paham liberal yakni dalam kondisi masa kini, masih diperlukan perlindungan terhadap industri dalam negeri, maka belum saatnya untuk memberlakukan paham liberal dalam Undang-Undang Penanaman Modal. Ketika Rancangan Undang-Undang Penanaman Modal (RUUPM) digulirkan Denni Purbasari, salah seorang yang menentang paham liberisasi mengemukakan liberalisasi dalam RUUPM tidak tepat untuk meningkatkan investasi. Hal ini karena penurunan investasi disebabkan tingginya biaya berbisnis (pungli, perizinan pusat dan perda) dan menurunnya pasar Indonesia karena menurunnya daya beli. Dengan demikian topik perdebatan sebenarnya adalah bagaimana memberikan perlindungan terhadap industri dalam negeri. 23

Sedangkan dari pihak pemerintah sebagai penggagas RUUPM mempunyai alasan tersendiri, mengapa perlu dirasakan ada liberalisasi dalam penanaman modal. Hal ini dikemukakan oleh Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, dengan disahkannya RUUPM menjadi Undang-Undang Penanaman Modal, pemerintah optimistis investasi usaha diberbagai bidang akan semakin meningkat. Investasi adalah instrumen yang paling penting dalam pembangunan nasional. Diperlukan undang-undang yang benar-benar berbeda dan menarik bagi investor. Pendapat senada juga dikemukakan oleh Fahmi Idris, Menteri Perindustrian kala itu, adanya kesan bahwa RUUPM lebih menguntungkan

23Ibid,

(3)

investor asing, hal ini merupakan hal yang tak terhindarkan. Saat ini tidak lagi dikenal modal asing atau dalam negeri. Yang dipersoalkan justru kalau terjadi sengketa bagaimana penyelesaiannya. Hal ini pun sudah ada skema penyelesaiannya di dalam UU tersebut. Jadi kebijakan ini sah saja diterapkan asal ditujukan untuk mendorong investasi sebab dunia sekarang ini sudah tanpa batas.24

Namun ada juga pemikiran lain yang mengatakan, bahwa tersendatnya arus modal asing masuk ke Indonesia tidaklah semata-mata karena undang-undang investasi tidak memadai, akan tetapi biaya yang harus dikeluarkan oleh para pelaku bisnis dalam menjalankan kegiatan bisnisnya sulit untuk diprediksi. Pemikiran ini dilontarkan oleh Harlan Sumarsono, sebelum melakukan investasi, investor biasanya mempertanyakan apakah yang diperoleh dari investasi ini di kemudian hari. Untuk itu para investor perlu mendekati kepastian, teknis melakukan perkiraan ini diantaranya : 25

a. Basic Forcasting atau perkiraan dasar. Investor biasanya mendapatkan informasi dasar dari lembaga advisor atau konsultan sebelum melakukan investasi.

b. Structuring Forcasting atau perkiraan struktur. Investor biasanya mengidentifikasi beberapa faktor yang akan mempengaruhi struktur pembiayaan mereka seperti resiko bisnis Negara (country risk), kestabilan mata uang, kestabilan politik, penyediaan infrastruktur.

c. Transmission Forcasting. Sebelum investor memutuskan untuk berinvestasi, investor biasanya mengamati aspek-aspek yang terkait dengan

24Ibid.

25Ibid,

(4)

investasinya melalui berbagai salran seperti media massa, jurnal dan bahkan dari mulut ke mulut.

d. Track Record. Investor sangat memperhatikan apa yang telah dialami oleh investor lain dalam melakukan investasi. Kegagalan dan keberhasilan suatu investasi yang terjadi akan menjadi catatan khusus bagi calon investor lain. e. Cost of Service. Untuk membuat perkiraan yang mendekati kepastian,

investor perlu mengidentifikasi biaya-biaya yang harus dikeluarkan sebelum bisnis berjalan hingga operasional. Semakin biaya dapat diperkirakan, maka resiko bisnis semakin dapat ditekan. Bagi investor, yang paling dikhawatirkan adalah biaya siluman. Bukan karena besarnya, tapi tidak dapat diprediksi.

Terlepas dari adanya berbagai pandangan terhadap kehadiran Undang-Undang Penanaman Modal yang mengadopsi berbagai perkembangan hukum investasi internasional, menarik unruk dicermati apa yang dikemukakan oleh

Didik J.Rahcbini, dalam undang-undang ini berbagai kepentingan coba

diakomodasikan, disamping itu juga bertindak adil kepada investor namun tanpa mengurangi kepentingan nasional. Apa yang dikemukakan oleh pakar ekonomi tersebut patut direnungkan, sebab jika hanya berfokus pada satu sudut pandang saja, sementara pergerakan arus modal global begitu cepat, maka pilihan yang bijak adalah bagaimana menyatukan berbagai kepentingan tersebut dalam satu norma hukum yang dapat dijadikan pegangan bagi semua pihak yang terkait dengan investasi. 26

26Ibid,

(5)

Oleh karena itu, untuk memahami secara utuh apa yang dikandung dalam UUPM agaknya perlu didalami lebih jauh latar belakang kehadirannya. Jika dicermati secara seksama lahirnya Undang-Undang Penanaman Modal memang tidak dapat dilepaskan dari perkembangan masyarakat khususnya komunitas pebisnis yang demikian dinamis, baik di dalam negeri maupun di dunia internasional, terlebih lagi di era masa kini yang lebih dikenal sebagai era globalisasi, arus perputaran modal pun demikian cepat dari satu tempat ke tempat lain. Dengan kata lain, dimana ada peluang disitulah modal berhenti. Hal ini juga tercermin dari pertimbangan diterbitkannya Undang-Undang Penanaman Modal dalam konsideran atau pertimbangan disebutkan bahwa untuk mempercepat pembangunan ekonomi nasional dan mewujudkan kedaulatan politik dan ekonomi Indonesia diperlukan peningkatan penanaman modal untuk mengolah potensi ekonomi menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan modal yang berasal baik dalam negeri maupun dari luar negeri, bahwa dalam menghadapi perubahan perekonomian global dan keikutseraan Indonesia dalam berbagai kerjasama internasional perlu diciptakan iklim penanaman modal yang kondusif, promotif, memberikan kepastian hukum, keadilan dan efisiensi dengan tetap memperhatikan kepentingan ekonomi nasional. 27

Dari paparan diatas terlihat bahwa terbitnya UUPM tahun 2007 melahirkan secercah harapan dalam iklim investasi di Indonesia. Disebut demikian karena selama ini undang-undang investasi yang ada dianggap sudah tidak memadai lagi sebagai landasan hukum untuk menarik investor. Untuk itu tidaklah berlebihan jika berbagai pihak menyebutkan Undang-Undang Penanaman

(6)

Modal cukup kompetitif. Dengan kata lain berbagai fasilitas yang diberikan kepada investor dalam rangka melakukan investasi cukup menarik. Artinya UUPM dapat dibandingkan dengan ketentuan penanaman modal di Negara lain.

Yang menarik dalam UUPM tahun 2007 adalah dilihat dari judulnya yang cukup sederhana yakni “penanaman modal”. Seperti telah dikemukakan dalam awal tulisan ini, sebelum lahirnya UUPM menjelang pertengahan tahun 2007 dikenal terminologi UUPMA dan UUPMDN. Dari kedua undang-undang ini secara kasat mata dapat dilihat ada perbedaan perlakuan antara PMA dan PMDN. Sebagaimana dikemukakan oleh M.Sadeli, di UUPMA dan UUPMDN masih cukup banyak perbedaan. UUPMDN jauh lebih bebas dibandingkan dengan PMA. Di UUPMA mendapat jaminan hukum tidak dinasionalisasi, berhak mentransfer keuntungan dan modal. PMA dilakukan dalam bentuk devisa, sedangkan PMDN dalam bentuk rupiah. Namun yang lebih penting lagi kata pakar ekonomi ini, yakni masalah sentimen nasional, apakah pro (modal dan perusahaan) asing, anti atau ambivalen? Di Indonesia sentimen nasional terhadap sesuatu “asing” sering ambivalen, tidak menolak akan tetapi menerima dengan perasaan was-was. Asing disamakan dengan besar, sangat berkuasa, sehingga mudah menyaingi dan mematikan pengusaha kecil yang pribumi. 28

Adanya diskusi terhadap eksistensi UUPM suatu fenomena yang menarik, artinyaberbagai pihak merasa berkepentingan terhadap kegiatan investasi. Untuk itupatut disambut dengan lapang dada, sehingga bial di kemudian hari undang-undang ini kelak diubah berbagai kekurangan yang adadapat dilengkapi sesuai dengan dinamika masyarakat yang ada. Sebagaimana

28Ibid,

(7)

dikemukakan oleh Yusnan, UUPM 2007 bertujuan untuk beberapa hal diantaranya : Pertama, sebagai bentuk kepastian hokum terhadap berbagai ketidakpastian yang terkait dengan kegiatan investasi. Kedua, untuk memperbaiki gambaran investasi dalam negeri sehingga menjadikan Indonesia tidak hanya menjadi pasar bagi produk-produk asing tetapi tempat yang layak unuk melakukan investasi. Setidak-tidaknya dengan diterbitkannya UU ini terlihat ada respon yang positif yang ditunjukkan dari angka statistik persetujuan investasi dan realisasi investasi. 29

Dari apa yang dikemukakan oleh para pakar ekonomi dan birokrat di bidang investasi diatas, satu hal yang rasanya cukup signifikan untuk disatubahasakan oleh berbagai pihak yakni kehadiran investor sangat dibutuhkan dalam mengelola potensi ekonomi yang ada. Kehadiran investor tersebut diharapkan dapat membawa dampak positif selain membuka lapangan pekerjaan, juga dapat menggerakkan roda perekonomian baik skala lokal maupun nasional. Investor akan datang dengan sendirinya apabila berbagai hal yang dibutuhkan telah tersedia untuk menjalankan investasi. 30

B. Pertimbangan-Pertimbangan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun

2007 tentang Penanaman Modal

1. Pertimbangan Filosofis

Untuk mewujudkan kehidupan yang layak dan bermartabat, serta untuk memenuhi hak atas kebutuhan dasar warga negara demi tercapainya kesejahteraan sosial, negara menyelenggarakan pelayanan dan pengembangan kesejahteraan

29Ibid,

hlm.130.

30

(8)

sosial secara terencana, terarah, dan berkelanjutan. Tidak ada satupun manusia yang mau diperlakukan tidak adil. Di dalam kegiatan penanaman modal sering terjadi pergesekan yang menimbulkan permasalahan. Dan nilai keadilan merupakan poin utama yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Dengan prinsip keadilan maka dapat dikembangkan prinsip-prinsip lain antara lain tidak melakukan perbuatan yang merugikan pemodal lain, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban, tidak memaksakan kehendak kepada sesama penanam modal, tidak menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi, dan sebagainya.

Untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, perlu dilaksanakan pembangunan ekonomi nasional yang berkelanjutan dengan berlandaskan demokrasi ekonomi untuk mencapai tujuan bernegara.

2. Pertimbangan Ekonomis

Untuk mempercepat pembangunan ekonomi nasional dan mewujudkan kedaulatan politik dan ekonomi Indonesia diperlukan peningkatan penanaman modal untuk mengolah potensi ekonomi menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan modal yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

(9)

tersebut. Pertimbangan ekonomiyang dimaksud antara lain : ketersediaan bahan baku, lokasi yang strategis, tenaga kerja yang ahli, standard upah yang relative lebih murah, kondisi pasar yang prospektif, serta infrastruktur yang memadai. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonesia yang memiliki daya tarik ialah keseragaman dan kekayaan ekosistem.31

3. Pertimbangan Politik

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor: XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi dalam rangka Demokrasi Ekonomi, kebijakan penanaman modal selayaknya perlu mendasari ekonomi kerakyatan yang melibatkan pengembangan bagi usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi.

Secara umum pertimbangan politik merupakan salah satu factor pendukung investor masuk ke suatu negara untuk berinvestasi. Demikian pula hal nya dengan kondisi politik Indonesia. Stabilitas politik menentukan kebijakan pemerintah untuk hal-hal yang berkaitan dengan usaha. Para investor yang ingin melakukan kegiatan investasi di suatu negara, maka harus tetap memperhatikan kondisi politik di negara tersebut apakah stabil atau tidak. Sehingga ketika kegiatan penanaman modal sedang terjadi, maka dipastikan tidak akan terjadi permasalahan dalam bidang politik negara tersebut.

4. Pertimbangan Sosiologis

Kepastian hukum menekankan agar hukum atau peraturan ditegakkan sebagaimana yang diinginkan oleh bunyi hukum atau peraturannya. Adapun pertimbangan sosiologis menekankan kepada kemanfaatan kegiatan penanaman

31

(10)

modal bagi masyarakat sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

Investasi yang terus bertumbuh berdampak kepada semakin banyak lowongan kerja yang terbuka bagi seluruh rakyat Indonesi, membuka kesempatan-kesempatan baru untuk meraih kehidupan yang lebih baik. Bagi negara, investasi juga berdampak positif dengan semakin banyaknya infrastruktur yang terbangun sehingga dapat memicu pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi. Dan pada akhirnya kesejahteraan masyarakat pun bias dicapai jika iklim investasi terus terjaga dengan baik dan kondusif.

5. Pertimbangan Hukum (Yuridis)

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri sebagaimana telah diubah dengan Undang Nomor 12 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri perlu diganti karena tidak sesuai lagi dengan kebutuhan percepatan perkembangan perekonomian dan pembangunan hukum nasional, khususnya di bidang penanaman modal.32

Adanya pertimbangan hukum dalam penanaman modal mengacu pada sistem hukum apa yang digunakan pada saat melakukan kegiatan investasi. Keberadaan hukum sebagai dasar melakukan penanaman modal harus disertai

32

(11)

dengan kekuatan hukum yang mengikatnya. Dalam penegakan hukum terdapat 3 unsur yang harus diperhatikan, yaitu kepastian hukum, keadilan, dan kemanfaatan. Apabila penegakan hukum hanya memperhatikan kepastian hukum semata, maka implementasinya dapat mengabaikan kemanfaatan dan keadilan di masyarakat. Begitu pula sebaliknya apabila salah satu dari unsur tersebut terlalu diutamakan, maka pelaksanaannya dapat mengabaikan unsur-unsur lainnya.

C. Kebijakan Dasar Penanaman Modal

Dalam ketentuan penanaman modal sebagaimana diatur dalam berbagai peraturan penanaman modal, khususnya yang terdapat dalam ketentuan undang-undang tentang penanaman modal ditetapkan kebijakan penanaman modal di Indonesia sebagai dasar atau landasan bagi pemerintah untuk mengatur dan mengarahkan, serta mengembangkan penanaman modal di Indonesia. Adanya kebijakan penanaman modal ini akan mempertegas upaya pemerintah dalam mengatur dan mengarahkan penanaman modal yang ada di Indonesia agar dapat memberi kontribusi optimal pada pembangunan ekonomi Indonesia.

(12)

bersesuaian dengan kepentingan dan kebutuhan dasar masyarakat dan tidak bertentangan dengan kebijakan pembangunan ekonomi kita. 33

Banyak contoh yang dapat dijadikan sebagai referensi dalam melihat keberadaan penanaman modal berbagai negara. Dengan tidak adanya kebijakan yang jelas dalam pengaturan penanaman modal mengakibatkan keberadaan penanaman modal dianggap tidak memberikan kontribusi atau keuntungan bagi negara penerima modal (host country). Bahkan sebaliknya, keberadaan penanaman modal hanya dianggap sebagai parasit dalam sistem perekonomian sebuah Negara. Bercermin dari kasus yang terjadi di hampir semua negara Amerika Latin dimana keberadaan penanaman modal hanya menjadi alat bagi penguasa untuk memperkaya diri dan terjadinya pengurasan sumber daya alam sehingga menimbulkan kebencian dan antipasti masyarakat Amerika Latin yang mendalam terhadap PMA di negara mereka. Untuk itu mereka dengan tegas menolak keberadaan PMA di negara mereka dan menganggap hanya mengisap kekayaan negara mereka. 34

Bercermin dari kasu yang terjadi di Negara Amerika Latin terhadap keberadaan penanaman modal, khususnya modal asing tersebut maka sudah seharusnya pemerintah Indonesia membuat suatu kebijakan dasar dalam pengembangan penanaman modal Indonesia guna mengatur dan mengarahkan penanaman modal, khususnya modal asing agar sejalan dan bersesuaian dengan kepentingan dan kebutuhan dasar masyarakat serta kepentingan pembangunan ekonomi nasional. 35

33

Aminuddin Ilmar, Op.,Cit, hlm.59.

34Ibid,

hlm 60.

35Ibid,

(13)

1. Kebijakan untuk mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang kondusif bagi penanaman modal untuk penguatan daya saing perekomian nasional.

Kehadiran UUPM mempertegas dan memperjelas kebijakan penanaman modal di Indonesia. Dalam ketentuan Bab 3 Pasal 4 diatur tentang kebijakan dasar penanaman modal untuk mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang kondusif bagi penanaman modal untuk penguatan daya saing perekomian nasional dan mempercepat peningkatan penanaman modal. Kebijakan dasar penanaman modal diwujudkan dalam bentuk rencana umum penanaman modal sesuai dengan landasan piker serta asas dan tujuan yang ditetapkan. Kebijakan dasar penanaman modal sangat bergantung pada ketertiban dalam membuat peraturan-peraturan pelaksanaannya dan hal ini sangat krusial dalam keberhasilan pelaksanaan setiap undang-undang. 36

Adapun kebijakan untuk mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang kondusif bagi penanaman modal untuk penguatan daya saing perekonomian nasional seperti : 37

a. Memberikan perlakuan yang sama bagi penanam modal dalam negeri dan asing dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional. b. Menjamin kepastian hukum berusaha dan keamanan berusaha bagi

penanam modal sejak proses pengurusan perizinan hingga berakhirnya kegiatan penanaman modal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, pemerintah juga mengeluarkan beberapa paket kebijakan ekonomi jilid I, jilid III dan jilid IV pada tahun 2015.

36Ibid,

hlm .80.

37

(14)

c. Membuka kesempatan bagi perkembangan dan memberikan perlindungan pada usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi. Hal ini dilakukan dengan mengatur kemitraan antara PMA dan PMDN serta menambah 48 bidang usaha yang dicadangkan untuk kemitraan tersebut. Pemerintah telah mengeluarkan berbagai macam kebijakan untuk menciptakan ekonomi makro yang kondusif dalam berbagai paket kebijakan ekonomi. Pada Paket Kebijakan Ekonomi Jilid 1 tahun 2015, kebijakan yang dikeluarkan antara lain : 38

a. Mendorong daya saing industri nasional melalui deregulasi, debirokratisasi, serta penegakan hokum akan kepastian usaha. Hal ini dilakukan dengan merombak 89 peraturan yang tidak relevan atau menghambat daya saing industi Negara.

b. Menyiapkan 17 Rancangan Peraturan Pemerintah, 11 Rancangan Peraturan Presiden, 2 Rancangan Instruksi Presiden, 63 Rancangan Peraturan Menteri dan 5 Aturan Menteri.

c. Penyederhanaan izin dan memperbaiki prosedur kerja perizinan. d. Memperkuat sinergi antara pemerintah pusat dan daerah.

e. Peningkatan kualitas pelayanan penanaman modal. f. Menggunakan pelayanan yang berbasis elektronik.

g. Memperbaiki dan mempermudah iklim usaha serta kualitas pengurusan perizinan dan syarat berusaha dan investasi.

Pada Paket Kebijakan Ekonomi Jilid III, kebijkan yang dikeluarkan adalah: 39

38

(15)

a. Penurunan tarif atau harga.

b. Penyederhanaan izin pertanahan untuk kegiatan penanaman modal dengan merevisi Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang Nomor 2 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Agraria. Hak guna usaha lahan yang selanjutnya disebut HGU seluas 200 ha yang sebelumnya 30-90 hari dipersingkat menjadi 20 hari kerja. HGU diatas 200 ha dikenakan 30-90 hari diubah menjadi 45 hari kerja.

Pada Paket Kebijakan Ekonomi Jilid III, kebijkan yang dikeluarkan adalah: 40

a. Menentukan formula upah minimum provinsi.

b. Penerima kredit usaha rakyat yang selanjutnya disebut KUR merupakan perorangan atau karyawan yang melakukan kegiatan usaha produktif, calon TKI yang akan bekerja ke luar negeri dan membuka usaha, serta anggota keluarga buruh yang berpenghasilan tetap dan melakukan kegiatan usaha produktif.

2. Kebijakan untuk mempercepat peningkatan penanaman modal. Undang-undang penanaman modal menggabungkan PMA dan PMDN dalam suatu undang-undang yang didasarkan pada asas kesetaraan bagi semua investor. Kebijakan dasar investasi dalm UUPM dimaksud adalah memberikan perlakuan yang sama antara investor dalam negeri dengan investor asing dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional. UUPM menegaskan bahwa penanaman modal di Indonesia diselenggarakan berdasarkan asas kepastian

(16)

hukum, keterbukaan, akuntabilitas dan perlakuan yang sma terhadap investor dalam negeri maupun asing, kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, dan keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. 41

Adapun kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk mempercepat peningkatan penanaman modal dalam Paket Kebijakan Ekonomi, yaitu :

42

a. Mendorong pembangunan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan membuka peluang investasi yang lebih besar di sektor property.

b. Mempercepat layanan perizinan investasi di Indonesia yang terdiri dari izin investasi di kawasan industri 151-180 hari dan diluar kawasan industri dengan mengeluarkan kebijakan bahwa investasi di kawasan industri bisa dijadikan setelah mendapat perizinan badan usaha dengan waktu pengurusan perizinan paling lama 8 hari, lalu 11 perizinan lainnya tidak diperlukan sebagai izin lagi, namun sebagai standard dan persyaratan.

c. Menyediakan layanan perizinan penanaman modal berupa akta pendirian perusahaan, pengesahan dari Kementerian Hukum dan HAM (selanjutnya disebut Kemenkumham) serta NPWP hanya selama 3 jam. Untuk izin persetujuan nama perorangan, BKPM diminta untuk memiliki notaris sendiri agar investor tidak perlu bolak balik untuk mengurus akta notaris.

41

Jonker Sihombing, Investasi Asing Melalui Surat Utang Negara di Pasar Modal

(Bandung : PT. Alumni, 2008), hlm 81.

42

(17)

d. Membentuk peraturan pemerintah tentang kawasan industri dan peraturan menteri keuangan untuk harmonisasi fasilitas terhadap penanaman modal.

e. Penghilangan pajak berganda untuk Kontrak Investasi Kolektif untuk seluruh perusahaan infrastruktur.

Dalam rangka mereformasi perizinan investasi, BKPM melakukan terobosan perizinan untuk mempermudah realisasi minat investasi di Indonesia, dalam bentuk peluncuran Layanan Izin Investasi 3 jam yang dilakukan sejak tanggal 26 Oktober 2015. Izin investasi 3 jam adalah izin prinsip dengan kriteria tertentu yang diproses dalam satu paket dengan penerbitan Akta Pendirian Perusahaan dan Pengesahan Kemenkumham, NPWP, serta informasi ketersediaan tanah dalam waktu 3 jam.

(18)

D. Pokok-Pokok Pengaturan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007

tentang Penanaman Modal

1. Bentuk-Bentuk Penanaman Modal

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal telah membedakan secara tegas antara investasi langsung (direct investment) dengan investasi tidak langsung (indirect investment). Hal ini dapat dilihat dalam penjelasan Pasal 2 undang-undang tersebut yang mengatakan : “yang dimaksud dengan penanaman modal di semua sektor di wilayah Republik Indonesia adalah penanaman modal langsung dan tidak termasuk penanaman modal tidak langsung atau portofolio.”43

Penanaman modal secara langsung selalu dikaitkan adanya keterlibatan secara langsung dari pemilik modal dalam kegiatan penanaman modal. Artinya pihak investor langsung terlibat dalam kegiatan pengelolaan usaha dan bertanggung jawab secara langsung apabila terjadi suatu kerugian. 44

Penanaman modal asing secara langsung menurut OEEC (Organization for European Economic Coorperation) memberikan rumusan bahwa “suatu

bentuk penanaman modal asing dimana penanam modal diberi keleluasaan penguasaan dan penyelenggaraan pimpinan dalam perusahaan dimana modalnya ditanam, dalam arti bahwa penanam modal mempunyai penguasaan atas modalnya”. Penanaman modal asing secara langsung juga memberikan pengertian bahwa bagi pemodal asing yang ingin menanamkan modalnya secara langsung, maka secara fisik pemidal asing hadir dalam menjalankan usahanya. Dengan hadirnya atau dengan didirikannya badan usaha yang berstatus sebagai penanaman

43

Penjelasan Pasal Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

44

(19)

modal asing, maka badan usaha tersebut harus tunduk pada ketentuan hukum di Indonesia. 45

a. bentuk hukum dari perusahaan penanaman modal asing adalah perseroan terbatas (PT);

Dalam Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal telah ditentukan secara jelas tentang bentuk hukum perusahaan penanaman modal asing. Penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas. Secara lengkap, bunyi Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal : “penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di wilayah negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang.”

Unsur yang melekat dalam ketentuan ini meliputi:

b. didasarkan pada hukum Indonesia;

c. berkedudukan di wilayah Negara Republik Indonesia.

Penanaman modal asing di Indonesia dapat dilakukan oleh pihak asing/perorangan atau badan hukum ke dalam suatu perusahaan yang seratus persen diusahakan oleh pihak asing atau dengan menggabungkan modal asing itu dengan modal nasional. 46

45

Sentosa Sembiring, Op.,Cit, hlm.3.

46

Salim H.S dan Budi Sutrisno, Op.,Cit, hlm.174.

(20)

1. Joint Venture

Joint Venture merupakan kerjasama antara pemilik modal asing dengan

pemilik modal nasional semata-mata berdasarkan suatu perjanjian belaka (contractual). Misalnya bentuk kerjasama antara Van Sickle Associates Inc (suatu

badan hukum yang berkedudukan di Delaware, Amerika Serikat) dengan PT. Kalimantan Plywood Factory (suatu badan hukum Indonesia) untuk

bersama-sama merngolah kayu di Kalimantan Selatan. Kerjabersama-sama ini juga disebut dengan “Contract of Cooperation” yang tidak membentuk suatu badan hukum Indonesia

seperti yang dipersyaratkan dalam Pasal 3 UU PMA.

Berbagai macam corak atau variasi dari joint venture yang ditemukan dalam praktik aplikasi penanaman modal asing dikemukakan sebagai berikut:

a. Technical Assistance (service) Contract : suatu bentuk kerjasama yang dilakukan antara pihak modal asing dengan modal nasional sepanjang yang bersangkut paut dengan skill atau cara kerja, misalnya suatu perusahaan modal nasional yang ingin memajukan atau meningkatkan produksinya. Membutuhkan suatu peralatan baru disertai cara kerja atau metode kerja. Dalam hal demikian, maka dibutuhkan technical assistance dari perusahaan modal asing di luar negeri dengan

cara pembayaran sejumlah uang tertentu yang dapat diambilkan dari penjualan produksi perusahaan yang bersangkutan.

(21)

terkenal seperti Coca-Cola, Pepsi-Cola, Van Houten, Mc’Donalds, Kentucky Fried Chicken dan sebagainya.

c. Management Contract : suatu bentuk usaha kerjasama antara pihak modal asing dengan modal nasional menyangkut pengelolaan suatu perusahaan khususnya dalam hal pengelolaan manajemen oleh pihak modal asing terhadap suatu perusahaan nasional. Misalnya yang lazim dipergunakan pembuatan maupun pengelolaan hotel yang bertaraf internasional oleh pihak Indonesia diserahkan kepada swasta luar negeri seperti Hilton Internasional Hotel, Mandarin Internasional Hotel, dan sebagainya.

d. Build, Operation, and Transfer (B.O.T) : suatu kerjasama yang relatif baru dikenal yang pada pokoknya merupakan suatu kerjasama antara para pihak, dimana suatu objek dibangun, dikelola, atau dioperasikan selama jangka waktu tertentu diserahkan kepada pemilik asli.47

2. Joint Enterprise

Joint Enterprise merupakan suatu kerjasama antara penanaman modal

asing dengan penanaman modal dalam negeri dengan membentuk suatu perusahaan atau badan hukum baru sesuai dengan yang disyaratkan dalam Pasal 3 UU PMA, Joint Enterprise merupakan suatu perusahaan terbatas, yang modalnya terdiri dari modal dalam nilai rupiah maupun dengan modal yang dinyatakan dalam valuta asing. 48

47

Aminuddin Ilmar, Op.,Cit, hlm.61-62.

48Ibid,

(22)

3. Kontrak Karya

Pengetian kontrak karya (contract of work) sebagai suatu bentuk usaha kerjasama antara penanaman modal asing dengan modal nasional terjadi apabila penanam modal asing membentuk badan hukum Indonesia dan badan hukum ini mengadakan perjanjian kerjasama dengan suatu badan hukum yang mempergunakan modal nasional. Bentuk kerjasama kontrak karya ini hanya terdapat dalam perjanjian kerjasama antara badan hukum milik negara (BUMN) seperti Kontrak karya antara Pertamina dengan PT. Caltex Internasional Petroleum yang berkedudukan di Amerika Serikat. 49

49Ibid,

hlm.63-64.

Disamping ketiga bentuk kerjasama di atas masih terdapat bentuk kerjasama yang lain seperti production sharing, management contract, penanaman modal asing dengan disc-rupiah dan kredit untuk proyek (barang modal).

(23)

a. mengambil bagian saham pada saat pendirian PT; b. memberi saham;

c. melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 50

2. Kegiatan Usaha

Dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal telah ditentukan tiga golongan bidang usaha, yaitu :

1. bidang usaha terbuka; 2. bidang usaha tertutup;

3. bidang usaha terbuka dengan persyaratan.

Dalam Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal telah ditentukan daftar bidang usaha yang tertutup bagi penanaman modal, baik untuk investasi domestik maupun investasi asing, yang meliputi:

1. produksi senjata; 2. mesiu;

3. alat peledak; 4. peralatan perang;

5. bidang usaha yang secara ekplisit dinyatakan tertutup berdasarkan undang-undang. 51

Penjelasan lebih lanjut dari Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal telah dituangkan dalam Peraturan

50

https://www.sumbarprov.go.id>perbedaan perusahaan penanaman modal dalam

negeri(PMDN) dan perseroan terbatas(PT), diakses tanggal 17 Juli 2017, pukul 09:10 wib.

51

(24)

Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.

Bidang usaha terbuka merupakan bidang usaha yang dilakukan tanpa persyaratan dalam rangka penanaman modal. Bidang usaha tertutup merupakan bidang usaha tertentu yang dilarang diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal. Bidang usaha terbuka dengan persyaratan adalah bidang usaha tertentu yang dapat diusahakan untuk kegiatan penanaman modal dengan persyaratan, yaitu dicadangkan untuk usaha mikro, kecil, dan menengah serta koperasi, kemitraan, kepemilikan modal, lokasi tertentu, perizinan khusus, dan penanam modal dari Negara Association of Southeast Asian Nation (ASEAN). 52

Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan harus memenuhi persyaratan lokasi sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang penataan ruang dan pengelolaan lingkungan hidup. Dalam hal izin untuk bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan telah ditetapkan lokasinya dan penanam modal bermaksud memperluas usaha dengan melakukan kegiatan usaha yang sama di luar lokasi yang sudah ditetapkan dalam izin penanaman modal tersebut. Untuk memenuhi persyaratan lokasi penanam modal tidak diwajibkan untuk mendirikan badan usaha baru, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang.53

Dalam hal pelaksanaan penanaman modal pada bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan dilakukan secara tidak langsung atau portofolio yang

52

Pasal 2 Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.

53

(25)

transaksinya dilakukan melalui pasar modal dalam negeri, bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan menjadi bidang usaha terbuka.

Pelaksanaan kegiatan penanaman modal terhadap bidang usaha yang diatur dalam Peraturan Presiden ini tidak mengurangi kewajiban penanam modal untuk mematuhi ketentuan dan syarat teknis untuk melakukan kegiatan usaha yang ditetapkan oleh kementerian/lembaga yang secara teknis berwenang di bidang usaha penanaman modal dan pemerintah.

3. Perizinan Penanaman Modal

Berdasarkan Pasal 25 ayat (4) UUPM, perusahaan penanaman modal yang akan melakukan kegiatan usaha wajib memperoleh izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan instansi yang memiliki kewenangan kecuali ditentukan lain dalam undang-undang. Izin tersebut diperoleh melalui pelayanan terpadu satu pintu yang bertujuan membantu penanam modal dalam memperoleh kemudahan pelayanan, fasilitas fiskal, dan informasi mengenai penanaman modal. Pelayanan terpadu satu pintu dilakukan oleh lembaga atau instansi yang berwenang di bidang penanaman modal yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki wewenang perizinan dan nonperizinan di tingkat pusat atau lembaga atau instansi yang berwenang mengeluarkan perizinan dan nonperizinan di provinsi atau kabupaten/kota.

(26)

pemerintah daerah, dan pengusahaan kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas, dan administrator kawasan ekonomi khusus yang memilik wewenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 54

a. Izin prinsip penanaman modal (selanjutnya disebut izin prinsip) yaitu izin yang wajib dimiliki dalam rangka memulai usaha.

Adapun izin yang diperlukan untuk melakukan penanaman modal i Indonesia, yaitu :

b. Izin investasi, yaitu izin prinsip yang dimiliki oleh perusahaan dengan kriteria tertentu yang diatur dalam peraturan peraturan kepala badan koordinasi penanaman modal.

c. Izin usaha, yaitu izin yang wajib dimiliki perusahaan untuk memulai pelaksanaan kegiatan produksi/operasi yang menghasilkan barang atau jasa, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan seperti izin lokasi, izin mendirikan bangunan (IMB), izin lingkungan dan perizinan lainnya.

d. Izin usaha penempatan tenaga kerja adalah izin usaha jasa penempatan tenaga kerja untuk menyelenggarakan pelayanan penempatan tenaga kerja.

e. Izin kantor perwakilan adalah izin untuk perusahaan asing di luar negeri yang memiliki perwakilannya di Indonesia.

f. Izin Usaha Industri (IUI) dan Tanda Daftar Industri (TDI). g. Izin Usaha Tetap (IUT).

54

(27)

Untuk dapat memulai pelaksanaan kegiatan produksi komersial, perusahaan penanaman modal diwajibkan memiliki Izin Usaha Tetap (IUT). IUT adalah izin yang dikeluarkan BKPM atau BKPM daerah untuk perusahaan yang didirikan dalam rangka PMA atau PMDN.

h. Angka Pengenal Importir (API) dan Angka Pengenal Importir Terbatas (APIT).

Angka Pengenal Importir (API) adalah tanda pengenal sebagai importir yang harus dimiliki oleh setiap perusahaan yang melakukan perdagangan impor, yaitu kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean Indonesia. Sedangkan APIT wajib dimiliki oleh perusahaan PMDN /PMA yang akan melaksanakan sendiri pengimporan barang modal/atau bahan baku.

4. Persyaratan Kepemilikan Saham

(28)

Untuk mendorong partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam meningkatkan daya saing dalam investasi dan perdagangan dunia serta alih teknologi, kemampuan managerial dan modal agar semakin mampu meningkatkan investasi, pertumbuhan dan perluasan kegiatan ekonomi di berbagai daerah, maka perlu dipandang perlu memberikan perangsang yang lebih menarik terhadap penanaman modal asing. Guna mencapai sasaran yang dimaksud, maka dipandang perlu melakukan penyempurnaan terhadap ketentuan kepemilikan saham dalam perusahaan yang didirikan dalam rangka penanaman modal asing. 55

Namun demikian sejak pertengahan tahun 1997 di berbagai negara telah terjadi perubahan keadaan ke arah kemunduran perekonomian yang disebut sebagai krisis ekonomi yang terjadi di Negara Indonesia. Dalam rangka mempercepat pemulihan perekonomian nasional Indonesia akibat krisis tersebut, diperlukan langkah kebijakan reformasi, khususnya kebijakan dibidang penanaman modal untuk meningkatkan dan memperluas kegiatan ekonomi serta memperbarui pembangunan nasional dengan memberikan peranan yang semakin Sejak diundangkannya Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham dalam Perusahaan yang Didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing yang merupakan salah satu bagian dari kelengkapan Undang-Undang Penanaman Modal Asing, kegiatan penanaman modal di Indonesia, khususnya penanaman modal asing telah cukup berkembang dengan baik dan mampu memberikan kontribusi dalam mendukung pembangunan nasional.

55

(29)

besar kepada masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan pembangunan nasional. Tampaknya pemerintah menyadari bahwa perkembangan dunia bisnis khususnya dalam menarik investasi semakin kompetitif.

Kepemilikan saham dalam penanaman modal juga diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal dalam Pasal 6 menyatakan bahwa dalam hal terjadi perubahan kepemilikan modal akibat penggabungan, pengambilalihan, atau peleburan dalam perusahaan penanaman modal yang bergerak di bidang usaha yang sama, berlaku ketentuan sebagai berikut : 56

a. Batasan kepemilikan modal dalam penanam modal asing dalam perusahaan penanaman modal yang menerima penggabungan adalah sebagaimana yang tercantum dalam surat persetujuan perusahaan tersebut.

b. Batasan kepemilikan modal penanam modal asing dalam perusahaan penanaman modal yang mengambil alih adalah sebagaimana yang tercantum dalam surat persetujuan perusahaan tersebut.

c. Batasan kepemilikan modal penanam modal asing dalam perusahaan baru hasil peleburan adalah sebagaimana ketentuan yang berlaku pada saat terbentuknya perusahaan baru hasil peleburan dimaksud.

56

(30)

5. Hak dan Kewajiban Penanam Modal

Undang-Undang Penanaman Modal dalam Pasal 14 sampai 16 telah mengatur mengenai hak, kewajiban, serta tanggung jawab penanam modal, antara lain:

“Setiap penanam modal berhak mendapat:”

a. kepastian hak, hukum, dan perlindungan;

b. informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang dijalankannya;

c. hak pelayanan;

d. berbagai bentuk fasilitas kemudahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Penanam modal juga diberi hak untuk melakukan transfer dan repatriasi dalam valuta asing, antara lain terhadap:

a. modal;

b. keuntungan, bunga bank, deviden, dan pendapatan lain;

c. dana yang diperlukan untuk pembelian bahan baku dan penolong, barang setengah jadi, atau barang jadi atau penggantian barang modal dalam rangka melindungi kelangsungan hidup penanaman modal;

d. tambahan dana yang diperlukan bagi pembiayaan penanaman modal;

e. dana untuk pembayaran kembali pinjaman; f. royalti atau biaya yang harus dibayar;

(31)

h. hasil penjualan atau likuidasi penanaman modal; i. kompensasi atau kerugian;

j. kompensasi atau pengambilalihan;

k. pembayaran yang dilakukan dalam rangka bantuan teknis, biaya yang harus dibayar untuk jasa teknik dan manajemen, pembayaran yang dilakukan dibawah kontrak proyek, dan pembayaran hak atas kekayaan intelektual;

l. hasil penjualan asset. 57

“Setiap penanam modal berkewajiban:”

a. menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik; b. melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;

c. membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal;

d. menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal; dan

e. mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan. “Setiap penanam modal bertanggung jawab:”

a. menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika penanam modal menghentikan atau meninggalkan atau menelantarkan kegiatan usahanya secara sepihak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

57

(32)

c. menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktik monopoli dan hal lain yang merugikan Negara;

d. menjaga kelestarian lingkungan hidup;

e. menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteraan pekerja; dan

f. mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.

6. Fasilitas Penanaman Modal

Fasilitas untuk penanam modal diberikan berdasarkan kebijakan industri nasional yang ditetapkan oleh pemerintah. Fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 UUPM tidak berlaku bagi PMA yang tidak berbentuk perseroan terbatas.58

a. menyerap banyak tenaga kerja;

Penanaman modal yang mendapat fasilitas adalah yang sekurang-kurangnya memenuhi salah satu dari kriteria berikut ini;

b. termasuk skala prioritas tinggi; c. termasuk pembangunan infrastruktur; d. melakukan alih teknologi;

e. melakukan industry pionir;

f. berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan, atau daerah lain yang dianggap perlu;

g. menjaga kelestarian lingkungan hidup;

h. melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi; i. bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah atau koperasi; atau

58

(33)

j. industri yang menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan yang diproduksi didalam negeri.

Apabila salah satu kriteria itu telah dipenuhi, maka dianggap cukup bagi pemerintah untuk memberikan fasilitas atau kemudahan kepada investor. Ada sepuluh bentuk fasilitas atau kemudahan yang diberikan kepada investor, baik itu investor domestik maupun investor asing, antara lain:

a. Fasilitas PPh melalui pengurangan penghasilan neto sampai tingkat tertentu terhadap jumlah penanaman modal yang dilakukan dalam waktu tertentu

b. Pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal, mesin, atau keperluan untuk produksi yang belum bisa diproduksi dalam negeri.

c. Pembebasan bea masuk bahan baku atau penolong untuk keperluan produksi dalam jangka waktu dan dengan persyaratan tertentu.

d. Pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas impor barang modal yang belum dapat diproduksi dalam negeri dengan jangka waktu tertentu dan persyaratan tertentu.

e. Penyusutan atau amortisasi yang dipercepat. f. Keringanan PBB.

g. Pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan. h. Fasilitas hak atas tanah.

(34)

j. Fasilitas perizinan impor. 59

Secara umum insentif dalam bidang penanaman modal yang bersifat nonpajak dapat dibagi atas:

a. diberikan jaminan terhadap tindakan nasionalisasi;

b. jaminan investasi atas terjadinya peristiwa-peristiwa tertentu; c. telah diratifikasinya konvensi penyelesaian sengketa investasi oleh

Indonesia, termasuk pengakuan atas wewenang ICSID dalam penyelesaian sengketa investasi;

d. adanya mekanisme penyelesaian sengketa melalui arbitrase pada BANI;

e. tersedianya kawasan-kawasan industri (industrial estate); f. adanya kawasan berikat (bonded zones);

g. adanya Entreport Produksi Tujuan Ekspor (EPTE) beserta fasilitasnya;

h. adanya fasilitas kredit ekspor dan asuransi ekspor; i. adanya berbagai insentif di bidang ekspor;

j. adanya draw back facilities;

k. adanya perkecualian atas import duty untuk produk yang berorientasi ekspor. 60

7. Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal

Undang-Undang Penanaman Modal, khususnya dalam Pasal 32 diatur mengenai penyelesaian sengketa. Dalam ketentuan tersebut diuraikan bagaimana

59

Salim H.S dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), hlm.274.

60

(35)

cara penyelesaian sengketa yang digunakan apabila terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara pemerintah dan penanam modal. Secara umum penyelesaian sengketa di bidang penanaman modal dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:

a. Penyelesaian melalui pengadilan.

Biasanya dalam beberapa kontrak yang dibuat oleh para pihak dalam kerja sama patungan di bidang penanaman modal asing, terdapat klausula penyelesaian sengketa melalui pengadilan setempat jika cara-cara musyawarah yang ditempuh tidak berhasil menyelesaikan sengketa. Bagi investor asing, penyelesaian sengketa penanaman modal yang diselesaikan melalui pengadilan dipandang kurang dapat dipercaya. Oleh karena itu, mereka cenderung menyelesaikan masalah yang ada dengan cara yang lain.

b. Penyelesaian melalui arbitrase

Cara penyelesaian sengketa di bidang penanaman modal melalu arbitrase merupakan pilihan yang semakin populer. Hal ini dapat dimengerti, mengingat cara penyelesaian melalui arbitrase dipandang relative lebih praktis, cepat dan murah, serta tertutup. Dalam praktiknya permasalahan yang timbul dalam kaitan dalam penyelesaian sengketa melalui arbitrase adalah menyangkut pelaksanaan putusan arbitrase itu sendiri.

c. Penyelesaian sengketa melalui cara-cara penyelesaian sengketa alternatif

(36)

melalui Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa, yang dalam garis besarnya dapat dibagi atas negosiasi, mediasi, dan konsiliasi. 61

Sengketa penanaman modal yang terjadi antara pemerintah dengan penanam modal terlebih dahulu diselesaikan melalui musyawarah dan mufakat. Jika melalui musyawarah dan mufakat tidak tercapai, penyelesaian sengketa tersebut dapat dilakukan melalui arbitrase atau alternative penyelesaian sengketa atau pengadilan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara pemerintah dnegan penanam modal dalam negeri, para pihak dapat menyelesaikan sengketa tersebut melalui arbitrase berdasarkan kesepakatan para pihak, dan jika penyelesaian sengketa melalui arbitrase tidak disepakati, penyelesaian sengketa tersebut akan dilakukan di pengadilan. Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara pemerintah dengan penanam modal asing, para pihak akan menyelesaikan sengketa tersebut melalui arbitrase internasional yang harus disepakati oleh para pihak. 62

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1968 tentang Persetujuan Atas Konvensi tentang Penyelesaian Perselisihan antara Negara dan Warga Negara Asing Mengenai Penanaman Modal, telah ditentukan pola penyelesaian sengketa yang terjadi antara negara dan warga negara asing. Dalam undang-undang tersebut ditentukan bahwa ketentuan yang digunakan untuk penyelesaian sengketa antara negara dan warga negara asing adalah International Centre for the Settlement of Investment Dispute (ICSID). 63

61

Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratm an, Op.,Cit., hlm.79.

62

Pasal 32 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

63

(37)

International Centre for the Settlement of Investment Dispute (ICSID)

lahir dari Convention on the Settlement of Investment Dispute Between States and National of Other States yang merupakan badan yang sengaja didirikan Bank

Dunia. Lembaga ini ditetapkan tanggal 14 Oktober 1966 di Amerika Serikat. Kantor pusatnya berada di Washington, Amerika Serikat. Tujuan dan wewenang ICSID adalah menyelesaikan persengketaan yang timbul di bidang investasi antara suatu negara dengan warga negara asing di antara sesama negara peserta konvensi. 64

1. komisi konsiliasi;

Ada dua pola penyelesaian sengketa yang diatur dalam ICSID, yaitu penyelesaian sengketa melalui konsiliasi dan penyelesaian sengketa melalui arbitrase. Konsiliasi adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak yang berselisih untuk mencapai persetujuan dan menyelesaikan perselisihan tersebut. Penyelesaian sengketa melalui konsiliasi diatur dalam Artikel 28 sampai dengan Artikel 35 ICSID. Hal-hal yang diatur dalam artikel tersebut adalah:

2. anggota komisi; 3. pengajuan konsiliasi; 4. jenis perselisihan; 5. permohonan konsiliasi;

6. penunjukan, jumlah, dan penunjukan jumlah konsilator; 7. proses penyelesaian konsiliasi;

8. penyelesaian konsiliasi.65

64Ibid,

hlm 360.

65

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan disain studi “cross sectional”, menggunakan sumber data sekunder hasil pemeriksaan aktivitas kholinesterase darah yang dilakukan oleh Dinas

Penambahan Ruang Kelas Sekolah Penambahan Ruang Kelas Sekolah JB: Modal JP: Pekerjaan Konstruksi.. 2

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah membahas mengenai OTP dan AES tersebut, disusunlah penelitian terkait dengan mengimplementasikan teknik kriptografi

Obat herbal merupakan bagian dari pengobatan yang ada di negara Cina dan dibeberapa negara, meskipun beberapa penelitian menyebutkan bahwa obat herbal dapat

Sebaiknya dimungkinkan ada penjualan langsung tidak harus pesan terlebih dahulu untuk melayani penjualan terhadap konsumen

Untuk produk cement retarder dalam bentuk hemi- hydrate dilakukan dengan kalsinasi pada suhu sekitar 160 o C dimana pada suhu tersebut gypsum kehilangan sekitar 1.5 % molekul

sejarah lebih banyak dari perpustakaan, dari internet atau dari sumber lain; (4) mencari, menemukan dan mengkaji bersama-sama para siswa dengan guru, nilai- nilai

Jika dilihat pada masing-masing tingkat kepercayaan diri belajar siswa (tinggi, sedang dan rendah) strategi pembelajaran Learning Start With A Question memiliki