• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. PENJELASAN POS-POS NERACA, LAPORAN SURPLUS DEFISIT DAN LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS DAN RASIO MODAL

27. Kewajiban Lain-lain

Kewajiban Lain-lain per 31 Desember 2009 dan 31 Desember 2008 terdiri dari:

a. Kewajiban Imbalan Kerja

Bank Indonesia menyelenggarakan program imbalan kerja yang terdiri dari imbalan pasca kerja dan imbalan kerja jangka panjang lainnya. Perhitungan imbalan pasca

31 Desember 2009 Valas Rp juta

31 Desember 2008 Rp juta Valas

- Setoran jaminan pembukaan

L/C dalam valas 840.218 378.003

- Kewajiban Imbalan Kerja 2.580.056 2.246.677 - Alokasi Hak Tarik Khusus

(SDR) 1,980,438,720.00 29.078.207 238,956,000.00 4.049.951

- Utang pajak 10.991 12.904

- Lainnya 1.095.661 334.812

kerja dan imbalan kerja jangka panjang lainnya dilakukan oleh aktuaris independen pada posisi 31 Desember 2009 dengan tingkat diskonto sebesar 11% untuk manfaat pensiun serta 10,5% untuk Tunjangan Hari Tua (THT), imbalan pasca kerja dan imbalan kerja jangka panjang lainnya.

Program imbalan pasca kerja terdiri dari program pensiun manfaat pasti yang dikelola oleh DAPENBI, THT (BKP dan Baperum) yang dikelola YKKBI, imbalan pasca kerja tanpa pendanaan antara lain berupa Uang Masa Persiapan Pensiun dan Uang Perpisahan Pegawai dan imbalan kerja jangka panjang lainnya antara lain berupa Uang Cuti Besar dan Uang Penghargaan Pengabdian.

Mutasi aktiva, kewajiban, dan beban imbalan kerja pada periode tahun 2009 adalah sebagai berikut:

Total kewajiban imbalan kerja manfaat pensiun, THT, imbalan pasca kerja, imbalan kerja jangka panjang lainnya, dan pajak untuk imbalan pasca kerja dan imbalan kerja jangka panjang lainnya per 31 Desember 2009 adalah sebesar Rp2.580.056 juta.

Pada posisi 31 Desember 2009, pendanaan DAPENBI berasal dari iuran pegawai dan pemberi kerja masing-masing sebesar 7% dan 13% dari penghasilan dasar pensiun. Pada posisi 31 Desember 2009, pendanaan YKKBI berasal dari iuran THT dari Bank Indonesia sebesar 20% dari gaji pokok dengan memperhatikan indeks kota. Imbalan Pasca Kerja Rp juta (3) THT Rp juta (2) Manfaat Pensiun Rp juta (1) Pajak untuk Imbalan Pasca Kerja dan Imbalan Kerja Jangka Panjang Lainnya Rp juta (5) Imbalan Kerja Jangka Panjang Lainnya Rp juta (4) Jumlah Rp juta (6) Saldo Aktiva/(Kewajiban) 31 Desember 2008 (345.277) (706.808) (268.476) (804.115) (122.001) (2.246.677)

Beban Imbalan Kerja (115.870) (299.745) (53.457) (228.104) (46.561) (743.737)

Kontribusi Bank Indonesia 56.050 112.228 0 0 0 168.278

Pembayaran Manfaat 0 0 34.112 184.218 23.750 242.080

Saldo Aktiva/(Kewajiban)

b. Alokasi Hak Tarik Khusus

Alokasi SDR merupakan mekanisme yang ditempuh IMF untuk menambah likuiditas global jika dibutuhkan dan untuk menambah cadangan devisa negara-negara anggota dengan biaya relatif murah. Keputusan Alokasi SDR tersebut memerlukan dukungan 85% suara negara anggota IMF. Alokasi SDR tidak mengandung conditionality seperti halnya fasilitas pinjaman IMF pada umumnya. Sepanjang Alokasi SDR tersebut tidak dimanfaatkan (tidak dikonversi menjadi hard currencies), maka negara anggota, termasuk Indonesia, secara netto tidak terkena charges, karena interest yang diterima sama dengan charges yang dibayar, kecuali biaya administrasi yang besarnya kurang dari 0,01% per tahun.

Sejak diciptakannya SDR di tahun 1969, IMF telah tiga kali memberikan Alokasi Umum SDR kepada Negara anggota yaitu: 1) Alokasi SDR yang disampaikan secara bertahap pada periode tahun 1970-1972; 2) Alokasi SDR yang disampaikan secara bertahap pada periode tahun 1979-1981; dan 3) 28 Agustus 2009. Di samping Alokasi Umum SDR, IMF juga dapat menambah Alokasi Khusus SDR yang dilakukan satu kali pada tahun 1997 dan baru disetujui oleh 85% negara anggota pada bulan Agustus 2009 dan kemudian dialokasikan kepada negara anggota pada tanggal 9 September 2009.

Berdasarkan surat IMF tanggal 3 September 2009, pencatatan Alokasi SDR menurut guidance dalam Balance of Payment Manual 6 (BPM6) sesuai karakteristiknya berjangka waktu sangat panjang, sehingga diklasifikasikan sebagai other debt liabilities dalam kelompok long-term liabilities. Atas dasar guidance tersebut, Alokasi SDR yang pada tahun 2008 diklasifikasikan sebagai Giro Pemerintah selanjutnya diklasifikasikan menjadi kewajiban lain-lain bank sentral atas nama Pemerintah Republik Indonesia.

c. Utang Pajak

Saldo utang pajak per 31 Desember 2009 dan 31 Desember 2008 masing-masing sebesar Rp10.991 juta dan Rp12.904 juta. Penjelasan lebih rinci mengenai utang pajak dijelaskan dalam Catatan C.28.

d. Lainnya

Saldo Kewajiban Lainnya per 31 Desember 2009 sebesar Rp1.095.661 juta termasuk di dalamnya adalah kewajiban yang timbul atas Putusan MA RI Nomor 1348K/Pdt/2004 tanggal 19 Oktober 2005 perihal perkara salah satu Bank Eks BBO/BBKU, yang menjadi kewajiban tanggung jawab renteng antara BPPN/Kementerian Keuangan dengan Bank Indonesia.

28. Perpajakan

a. Penerimaan (Beban) Pajak Penghasilan

Penerimaan (Beban) pajak penghasilan untuk periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2009 dan 2008 adalah sebagai berikut:

b. Rekonsiliasi

Rekonsiliasi antara surplus (defisit) sebelum pajak penghasilan yang ditunjukkan dalam laporan keuangan dan penerimaan (beban) pajak penghasilan:

Pajak Kini 0

-Pajak Tangguhan 127.130

-Jumlah Penerimaan (Beban) Pajak Tangguhan 127.130 -Jan - Des 2009

Rp juta

Jan - Des 2008 Rp juta

Surplus (defisit) sebelum pajak penghasilan (1.137.034) 17.248.955 Koreksi Fiskal Positif

Beda Tetap:

1) Natura dan Kenikmatan 563.575

-2) Bantuan atau Sumbangan 15.197

-3) Penyusutan Aktiva Tetap dan Inventaris 13.153

-4) Lainnya 36.589

-Jumlah 628.514

-Beda Waktu:

1) Imbalan Pasca Kerja dan Imbalan Kerja Jangka

Panjang Lainnya 944.661

-2) Penyusutan Aktiva Tetap dan Inventaris 20.633

-Jumlah 965.294

-Koreksi Fiskal Negatif

Beda Tetap: 0

-Beda Waktu:

Imbalan Pasca Kerja dan Imbalan Kerja Jangka

Panjang Lainnya (628.487)

-Surplus (Defisit) Kena Pajak (171.713) -Perhitungan Pajak Terutang

28% x Rp0 0

-Jumlah Pajak Terutang 0

-Kredit Pajak:

Angsuran PPh pasal 25 0

-PPh Badan Kurang (Lebih) Bayar 0

-Jan - Des 2009 Rp juta

Jan - Des 2008 Rp juta

c. Aktiva (Kewajiban) Pajak Tangguhan

Posisi aktiva (kewajiban) pajak tangguhan pada tanggal 31 Desember 2009 merupakan pengaruh beda pajak dengan rincian sebagai berikut:

d. Utang Pajak

29. Modal

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia menjadi Undang-Undang, modal Bank Indonesia ditetapkan berjumlah sekurang-kurangnya Rp2.000.000.000.000,00 (dua

PPh Pasal 25/29 0

-Pasal 21 2.413 12.831

Pasal 23 812 3

Pasal 26 21 0

Pasal 4 ayat 2 5.260 0

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 2.485 70

Jumlah 10.991 12.904 31 Desember 2009 Rp juta 31 Desember 2008 Rp juta 31 Desember 2009 Rp juta

1) Imbalan Pasca Kerja 236.136

2) Imbalan Kerja Jangka Panjang Lainnya (146.225) 3) Imbalan Pasca Kerja Manfaat Pensiun 39.053

4) Tunjangan Hari Tua 187.210

5) Penyusutan Aktiva Tetap dan Inventaris 20.633 Jumlah Koreksi Fiskal Beda Waktu 336.807

Rugi Fiskal 2009 171.713

Jumlah 508.520

Aktiva Pajak Tangguhan (25% x Rp508.520 juta) 127.130 Aktiva (Kewajiban) Pajak Tangguhan per 31/12/2008 -Aktiva (Kewajiban) Pajak Tangguhan per 31/12/2009 127.130

triliun Rupiah). Modal ini harus ditambah sehingga menjadi 10% (sepuluh persen) dari seluruh kewajiban moneter, yang dananya berasal dari cadangan umum atau hasil revaluasi aset. Jumlah modal pada tanggal 31 Desember 2009 sama dengan jumlah modal pada tanggal 31 Desember 2008, yaitu sebesar Rp7.610.885 juta.

Dokumen terkait