• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daun pepaya muda memiliki banyak kandungan alkaloid. Kandungan ini yang membuat daun pepaya muda berasa pahit sekali, namun khasiatnya cukup tinggi, yaitu untuk mengobati penyakit malaria, sakit panas, kejang perut, beriberi, menurunkan demam, menurunkan tekanan darah, dan dapat membunuh amuba.

Bagi para ibu yang sedang menyusui, kandungan alkaloid pada daun pepaya dapat memperlancar ASI. Hal tersebut karena kandungan ini dapat merangsang pengeluaran ASI. Selain itu, dapat pula meningkatkan nafsu makan dan melancarkan pencernaan karna kandungan alkaloid karpain memiliki kemampuan untuk mendorong pengeluaran empedu pencerna lemak (Kurnia, 2018).

2.2 Simplisia

Simplisia merupakan bahan alamiah yang digunakan sebagai obat dimana belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan alam yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan atas simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia mineral. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan (Depkes RI, 1979)

9

Menurut Depkes RI tahun 2000, simplisia dibedakan menjadi tiga yaitu:

simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan (mineral). Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tumbuhan atau isi sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau senyawa nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannya dan belum berupa senyawa kimia murni.

2.3 Ekstraksi

Ekstraksi merupakan salah satu teknik dari pemisahan kimia untuk memisahkan atau menarik satu atau lebih komponen atau senyawa-senyawa (analit) dari suatu sampel atau tumbuhan dengan menggunakan pelarut yang sesuai dengan keadaan senyawa tersebut. Ekstraksi padat-cair atau leaching merupakan suatu proses transfer yang secara difusi analit dari sampel yang berwujud padat ke dalam pelarutnya. Ekstraksi dari sampel padatan dapat dilakukan dengan baik dan juga teliti serta tepat jika analit yang diinginkan dapat larut dalam pelarut pengekstraksi (Leba, 2017).

Ekstraksi dapat dilakukan dengan cara panas maupun dingin. Ekstraksi panas pada umumnya relatif lebih cepat karena akan memperbesar kelarutan suatu senyawa, namun terkadang akan terbentuk suatu senyawa baru akibat peningkatan suhu, menjadi senyawa yang berbeda. Oleh karena itu ekstraksi dengan cara dingin lebih disarankan untuk senyawa yang tidak stabil jika dilakukan dengan pemanasan (Emelda, 2019).

10

Keuntungan yang diperoleh jika melakukan ekstraksi dengan cara dingin dalam proses ekstraksi total, meminimalkan kerusakan pada senyawa termolabil yang terdapat pada sampel. Oleh karena itu diantara ekstraksi cara dingin dan panas, yang dianggap paling sederhana dan mudah adalah ekstraksi dengan cara dingin. Sebagian besar senyawa pada senyawa pada umumnya dapat terekstraksi dengan cara dingin, sedangkan di sisi lain ada beberapa jenis senyawa yang tidak mudah larut jika dilarutkan pada suhu ruangan (Emelda, 2019).

Ekstraksi menggunakan pelarut dengan cara dingin yaitu:

1. Maserasi

Maserasi merupakan salah satu jenis ekstraksi padat cair yang paling sederhana. Proses ekstraksi dilakukan dengan cara merendam sampel pada suhu kamar menggunakan pelarut yang sesuai sehingga dapat melarutkan analit dalam sampel. Sampel biasanya direndam selama 3-5 hari sambil diaduk sesekali untuk mempercepat proses pelarutan analit. Ekstraksi dilakukan berulang kali sehingga analit terekstraksi secara sempurna. (Leba, 2017). Maserasi digunakan untuk simplisia segar, kering atau serbuk yang zat aktifnya tidak tahan terhadap proses pemanasan. Pelarut yang dipakai adalah air atau pelarut organik.

Kelebihan ekstraksi ini adalah alat dan cara yang digunakan sangat sederhana, dapat digunakan untuk analit baik yang tahan terhadap pemanasan maupun yang tidak tahan terhadap pemanasan (Leba, 2017).

2. Perkolasi

Perkolasi merupakan salah satu jenis ekstraksi padat cair yang dilakukan dengan mengalirkan pelarut secara perlahan pada sampel dalam suatu perlokator.

11

Pada ekstraksi jenis ini, pelarut ditambahkan secara terus-menerus, sehingga proses ekstraksi selalu dilakukan dengan pelarut yang baru (Leba, 2017).

Menurut Emelda (2019), Ekstraksi menggunakan pelarut dengan cara panas dapat dibagi dalam beberapa bagian, yaitu:

1. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga proses ekstraksi sempurna. Keuntungan refluks yaitu proses pengekstraksian dapat dilakukan dalam jangka waktu lama tanpa penambahan pelarut dan tidak perlu khawatir bila bejana reaksi mendidih, karena setiap uap yang terbentuk akan mengental dalam kondensor. Kerugiannya adalah membutuhkan pelarut dalam jumlah yang besar dan memerlukan keahlian karena tidak sesederhana metode maserasi

2. Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstrak dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Keuntungan sokletasi yaitu jumlah sampel yang diperoleh sedikit, proses ekstraksinya berlangsung cepat, sampel diekstraksi dengan sempurna (karena berulang kali), sistem pemanasan dapat disesuaikan dan hemat pelarut. Kerugiannya adalah dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas, kurang cocok untuk ekstraksi berskala besar karena menggunakan pelarut dengan titik didih tinggi, dan jumlah senyawa yang diekstraksi dapat mengendap dalam wadah

12 3. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada suhu yang lebih tinggi dari suhu ruangan (kamar), yaitu pada umumnya dilakukan pada suhu 40 - 50 ° C.

4. Infudasi

Infudasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada suhu udara penangas (suhu udara dalam suhu udara mendidih, suhu terukur 96-98 ° C) selama waktu tertentu (15 - 20 menit).

5. Dekoktasi

Dekoktasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada suhu 90 ° C selama 30 menit

2.4 Kulit

Kulit merupakan organ terluar dari tubuh yang melapisi tubuh manusia.

Kulit membentuk 15% dari berat badan keseluruhan. Pada permukaan luar kulit terdapat pori-pori (rongga) yang menjadi tempat keluarnya keringat. Kulit memiliki banyak fungsi, diantaranya sebagai pelindung tubuh, sebagai alat indra peraba atau alat komunikasi, dan sebagai alat pengatur suhu. Secara umum, terdapat lima jenis kulit wajah, yaitu kulit normal, kulit berminyak, kulit kering, kulit kombinasi, dan kulit sensitif (Kumarahadi, dkk., 2020).

Kulit merupakan suatu organ besar yang berlapis-lapis, dimana pada orang dewasa beratnya kira-kira delapan pon, tidak termasuk lemak. Kulit menutupi permukaan lebih dari 20.000 cm2 (Lachman, dkk., 1994).

13 2.5 Jerawat

Salah satu penyakit kulit yang selalu mendapat perhatian bagi para remaja dan dewasa muda adalah jerawat atau dalam bahasa medisnya acne vulgaris (Sampelan, dkk., 2017).

Jerawat (acne) adalah suatu keadaan dimana pori-pori kuit tersumbat sehingga timbul beruntus-beruntus dan abses (kantong nanah) yang meradang dan terinfeksi pada kulit. Jerawat paling sering terjadi pada kulit wajah, leher dan punggung manusia, baik laki-laki maupun perempuan (Susanto dan Made, 2013).

Radang saluran kelenjar minyak kulit tersebut dapat menyebabkan sumbatan aliran sebum yang dikeluarkan oleh kelenjar sebasea di permukaan kulit, sehingga kemudian timbul erupsi ke permukaan kulit yang dimulai dengan komedo. Proses radang selanjutnya akan membuat komedo berkembang menjadi papul, pustule, nodus dan kista. Bila peradangan surut terjadi parut berbagai bentuk (Wasitaatmadja, 1997).

Jerawat merupakan salah satu dari sekian banyak masalah kulit yang terjadi hampir pada setiap orang baik itu laki-laki ataupun perempuan. Rasa nyeri akibat jerawat timbul karena peradangan pada lapisan kulit akibat pori-pori pada wajah tertutup minyak dan debu. Peradangan dipicu oleh bakteri Propionibacterium acnes, Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus (Wasitaatmadja, 1997).

Dokumen terkait