• Tidak ada hasil yang ditemukan

merupakan jalur tumbukan lempeng/subdaksi lempeng Indo Australia dengan lempeng Eurasia1.

Wilayah Banten juga terdapat daerah rawan bencana tanah longsor yang meliputi daerah Mancak, Anyer, Cinangka, Ciomas dan Padarincang di Kabupaten. Serang. Daerah Mandalawangi, Jiput, Munjul, Panimbang, Cikeusik, Cigeulis, Sumur, Cibaliung dan Cimanggu di Kabupaten Pandeglang. Daerah Cimarga, Cileles, Bayah, Malingping, Bojongmanik, Leuwidamar, Muncang, Cijaku, Cigemblong, Banjarsari, Panggarangan, Cilograng, Cibeber, Sajira dan daerah Cipanas di wilayah Kabupaten Lebak.

Provinsi Banten juga memiliki potensi bahaya letusan gunung terutama yang berasal dari Gunung Krakatau di Selat Sunda. Sejarah

1 Potensi Bencana Geologi di Provinsi Banten, oleh : Eko Palmadi 2013

telah mencatat letusan Gunung Krakatau pada 27 Agustus 1883 telah menewaskan lebih dari 40.000 orang yang sebagian besar diakibatkan oleh tsunami akibat letusan gunung tersebut.

Provinsi Banten merupakan salah satu kawasan andalan nasional di Indonesia untuk sektor industri dan pariwisata. Kedua sektor andalan tersebut tersebar di wilayah Korem 064/MY seperti Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, dan Kota Cilegon. Di Banten terdapat pabrik baja terbesar di tanah Air, yakni Krakatau Steel yang didirikan pada tahun 1966 yang termasuk dalam wilayah Kota Cilegon. Kota ini memang dikenal sebagai kota industri, hal tersebut turut mendorong Cilegon sehingga disebut sebagai Kota Baja, mengingat kota ini merupakan penghasil baja terbesar di Asia Tenggara yang mencapai sekitar 6 (enam) juta ton baja setiap tahunnya. Selain itu, di kota ini juga terdapat berbagai macam Pembukaan latihan penggulangan bencana

objek vital negara antara lain Pelabuhan Merak, Pelabuhan Cigading, Habeam Centre, Kawasan Industri Krakatau Steel, PLTU Suralaya, PLTU Krakatau Daya Listrik, Krakatau Tirta Industri Water Treatment Plant, dan (Rencana Lot) Kawasan Industri Berikat Selat Sunda2.

Selain di kawasan Cilegon, kawasan industri lainnya di Provinsi Banten terdapat

2 Seminar Nasional Penanggulangan Bencana Kegagalan Teknologi Pada Industri Di Provinsi Banten, dg tema Kegagalan Industri Adalah Ancaman Bagi Pemerintah, Masyarakat dan Lingkungan, Tahun 2014.

musim kemarau, amat beresiko mengakibatkan terjadinya bencana banjir, tanah longsor dan angin topan serta bencana kekeringan dan kebakaran hutan dan lahan. Hal ini memerlukan penanganan yang sistematis, terpadu, dan terkoordinasi sebagai upaya Korem 064/MY membantu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan masyarakat dalam penanggulangan bencana alam di Provinsi Banten.

Berangkat dari permasalahan di atas Korem 064/MY sesuai dengan UU RI Nomor 34 tahun 20043, memiliki tugas pokok operasi militer selain perang (OMSP), salah satu tugas tersebut adalah membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian dan pemberian bantuan kemanusiaan. Agar Korem 064/MY memiliki kesiapan yang lebih baik dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana alam di wilayahnya, maka perlu untuk mengoptimalkan kesiapan baik aspek organisasi, personel maupun materiil. sehingga diharapkan ke depan jika terjadi bencana alam di suatu wilayah dan diminta untuk membantu, maka Korem 064/MY dan jajarannya dituntut memiliki kesiapan untuk membantu pemerintah daerah secara efektif dan efisien. Apalagi, tuntutan dan harapan masyarakat terhadap keterlibatan jajaran Korem 064/MY dalam penanggulangan bencana alam sangat tinggi.

TNI sebagai bagian dari komponen bangsa, wajib untuk turut serta melindungi dan membantu masyarakat yang terkena musibah bencana alam baik diminta maupun tidak. Ancaman atau bencana yang terjadi di suatu wilayah Indonesia merupakan ancaman atau bencana bagi seluruh bangsa yang harus dihadapi dan ditanggulangi oleh seluruh bangsa indonesia tanpa memandang suku, agama, ras, ataupun golongan4. Ancaman terhadap kelestarian bumi secara umum saat ini bisa dikatakan sudah mencapai titik mengkhawatirkan. Eksploitasi terhadap sumber daya alam dan pemanfaatan sumber energi yang berlebihan berdampak pada

3 Pasal 7 ayat 2 UU RI No 34 Tahun 2004 tentang TNI 4 Hakekat wawasan kebangsaan, oleh Direktorat

Pendidi-di wilayah Serang Timur yang masuk wilayah Kabupaten Serang, serta di Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang. Di berbagai wilayah tersebut tersebar bermacam macam jenis industry, mulai dari industri padat karya, dengan ratusan bahkan ribuan buruh, hingga industri yang memanfaatkan teknologi biasa sampai mesin teknologi tinggi dan beberapa industri kimia, bahan alam, dan pengolahan plastik yang berpotensi menghasilkan efek samping, misalkan polutan yang berbahaya bagi masyarakat dan lingkungan.

Oleh sebab itu, wajar jika Banten merupakan daerah yang rawan dengan terjadinya bencana geologi maupun bencana industri akibat kegagalan teknologi. Di samping itu, sebagai daerah tropis dan memiliki musim hujan dan Pelatihan penanggulangan

pemanasan global (global warming), yang dapat menyebabkan berbagai bencana. Banten secara umum hampir seluruh wilayahnya memiliki potensi bahaya yang sangat tinggi dan beragam baik berupa bencana alam, bencana akibat ulah manusia ataupun murni akibat bencana geologi.

Wilayah Banten jika ditinjau dari aspek geografi, demografi maupun kondisi sosial juga mengandung potensi kerawanan yang harus diantisipasi. Kondisi geografi5 di mana secara umum terdiri dari medan pegunungan, lembah dan bukit, sungai besar dan kecil serta hutan yang sebagian besar telah rusak dan gundul akibat ulah manusia. Sungai yang telah dangkal dan menyempit, dikotori sampah dan limbah, penataan tata ruang di sebagian wilayah masih mengorbankan lahan hijau dan persawahan untuk kepentingan industri, pemukiman telah merambah ke perbukitan dan daerah resapan air. Di sebagian daerah memiliki curah hujan yang sangat tinggi, sedangkan di daerah lain justru daerah kering dan gersang.

Penyebaran penduduk juga tidak merata akibat kesenjangan ekonomi yang menyebabkan arus urbanisasi, di satu sisi ada daerah yang sangat padat di sisi lain ada daerah yang sangat jarang penduduknya. Penduduk dengan tingkatan sosial ekonomi dan pendidikan yang lebih baik umumnya terkonsentrasi di perkotaan, sementara penduduk dengan tingkatan sosial dan ekonomi kurang baik berada di pedesaan. Laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dari tahun ke tahun, menyebabkan lonjakan jumlah penduduk yang tidak sesuai dengan penyediaan lapangan kerja, pendidikan dan ketersediaan pangan.

Dampak dari reformasi mempengaruhi segala bidang kehidupan sosial, ekonomi, hukum dan politik. dengan dalih kebebasan dan alasan ekonomi, hutan dirusak dan digunduli. sungai penuh sampah dan makin menyempit akibat bangunan liar di bantaran. Sifat gotong-royong dan musyawarah pada beberapa daerah juga telah menurun ditambah kewibawaan pemerintah dan aparat penegak

5 Kondisi geografis Banten, Bantenprov.go.id, 2012

hukum makin memudar, sehingga masyarakat cenderung main hakim sendiri. Kondisi perekonomian merosot akibat krisis ekonomi global akibatnya jumlah penduduk miskin meningkat, pengangguran meningkat, daya beli masyarakat semakin tertekan, sementara harga-harga semakin melambung tinggi sehingga dikhawatirkan akan menyebabkan anak-anak tidak bisa sekolah akibat terbentur biaya, dan kebodohan menjadi ancaman serius sebagai bencana baru dimasa mendatang.

Keterlibatan Korem 064/MY dalam mengatasi dampak bencana alam di wilayah Banten adalah sebagai bentuk keterpanggilan dan kepedulian untuk ikut serta mengurangi beban masyarakat yang sedang mengalami musibah. Karena sesuai undang-undang yang berlaku, bahwa penempatan peran TNI dalam penanganan bencana alam adalah selalu siap sedia untuk membantu penanggulangan bencana, namun kenyataannya kondisi di lapangan yang terjadi justru sebaliknya, seolah-olah aparat TNI sebagai pihak yang paling bertanggung jawab sehingga dengan keterbatasan yang ada dituntut untuk terjun ke lapangan membantu masyarakat yang terkena bencana.

Oleh karena itu dihadapkan dengan skala dan intensitas bencana yang cukup tinggi akhir-akhir ini, sekalipun dirasakan tidak sebanding dengan kesiapan dan kemampuan TNI baik dari segi organisasi, personel maupun materiil yang dimiliki saat ini. Peranan TNI dalam penanganan bencana sangat penting, mengingat sistem organisasi yang dimiliki TNI terstruktur dengan baik. Batasan/prosedur yang mengikat satuan TNI dalam melaksanakan tugas tidak selamanya harus mengikuti tahapan yang sudah ditentukan terutama dalam perbantuan TNI dalam penanggulangan bencana alam. Setiap prajurit TNI harus memiliki kepedulian serta perlu adanya upaya untuk mengoptimalkan kesiapan TNI dalam penanggulangan bencana alam khususnya aspek organisasi, personel dan materil sehingga semakin mendekatkan diri dan menciptakan citra yang positif terhadap masyarakat Banten.

untuk mengoptimalkan kesiapan Korem 064/MY dalam menanggulangi akibat bencana alam adalah pertama, kesiapan organisasi dan tugas. Untuk itu perlu dilakukan langkah-langkah:

Menyiapkan susunan organisasi yang

1)

mengacu kepada kebutuhan organisasi TNI yang selalu siap menghadapi bencana. Mempertimbangkan kondisi daerah ditinjau

2)

dari potensi ancaman bencana, bukan hanya sekadar pertimbangan jumlah penduduk. Staf Ops dan Staf Ter dalam melaksanakan

3)

tugasnya dilakukan secara terencana dan terkoordinasi dengan baik serta mengeliminir kesalahan sehingga dapat dihindari inefisiensi tenaga, peralatan dan biaya terkait dengan penyelenggaraan kegiatan yang berhubungan dengan penanggulangan akibat bencana alam, pengungsian dan rehabilitasi infrastruktur. Dengan susunan tugas pokok yang demikian

4)

akan dapat diwujudkan kesiapan organisasi dihadapkan dengan kebutuhan pengerahan kekuatan serta standarisasi kemampuan dalam pelaksanaan penangulangan bencana alam di wilayah.

Kedua, kesiapan personel dengan langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kesiapan personel:

1) Rekrutmen personel sebagai salah satu cara untuk pemenuhan kebutuhan personel jajaran Satkowil maka pengajuan alokasi kekurangan sesuai dengan kebutuhan 2) Mengadakan seleksi personel sesuai

dengan jabatan dan kemampuan untuk pemenuhan organisasi, khususnya untuk jabatan di staf operasi dan teritorial perlu adanya penyeleksian secara obyektif dan mempertimbangan latar belakang pendidikan dan korps, untuk mendukung tugas dalam penanggulangan bencana alam.

3) Memberikan wawasan pengetahuan dan keterampilan yang terkait tugas penanggulangan bencana, yaitu:

memberikan kesempatan kepada para

a)

personel untuk mengikuti pendidikan baik yang berada di lingkungan

pendidikan TNI maupun di luar TNI AD. memberikan kesempatan untuk mengikuti

b)

pendidikan di luar ilmu kemiliteran seperti teknik bangunan, paramedis, meteorologi dan geofisika dan lain-lain di perguruan tinggi yang ada baik di dalam negeri maupun luar negeri

mengikuti pendidikan kejuruan

c)

seperti teknik bangunan, vulkanologi, manajemen bencana, SAR, geologi dan geofisika serta ilmu iklim dan cuaca menyelenggarakan kegiatan latihan

d)

gabungan di wilayah yang berpotensi terjadinya bencana, karena dengan melaksanakan aplikasi penanganan bencana maka akan dapat meningkatkan profesionalisme satuan kewilayahan perlu ditetapkan program latihan

e)

standarisasi (proglatsi) materi penanganan bencana yang dapat dijadikan pedoman dalam upaya peningkatan kualitas latihan, melalui bentuk latihan lanjutan sebagai pengembangan yang didasari atas kemungkinan bahaya bencana alam memprogramkan pelaksanaan latihan

f)

bencana alam secara terintegrasi dengan institusi lain yang berkompeten dengan masalah bencana. mekanismenya adalah dengan melaksanakan koordinasi untuk mensinkronkan antara RKA instansi terkait (pemda/kepolisian) dengan program kerja dan anggaran kodim/kodam dalam bentuk latihan bersama. Seperti latihan bersama penanggulangan bencana alam tsunami tingkat Kodam III/Siliwangi yang telah dilaksanakan pada tanggal 21 sd 30 Oktober 2014 yang meliputi latihan drill teknis, drill taktis dan drill simulasi tsunami yang melibatkan 1.500 orang personel di Pantai Labuan Carita Anyer agar penyelenggaraan latihan dapat

g)

berjalan lancar dan mencapai sasaran yang diharapkan maka harus didukung dana yang cukup serta sarana dan prasarana yang memadai.

menyelenggarakan dan mengikut-sertakan

h)

sosialisasi, seminar mau-pun penataran di satuan dengan memanfaatkan personel yang telah memiliki kemampuan penanganan bencana. personel-personel tersebut diberdayagunakan sebagai instruktur dan pembicara dalam kegiatan penataran yang dilaksanakan

mengikutkan personel dalam penataran

i)

yang dilaksanakan oleh instansi terkait seperti pemda, kepolisian, SAR, Linmas dan lain-lain.

mengundang pakar/ahli manajemen

j)

bencana dari kalangan sipil maupun militer untuk menjadi pembicara dalam kegiatan penataran yang dilakukan baik oleh satuan maupun penataran bersama 4) Memelihara fisik dan kesehatan dengan

langkah yang dilakukan yakni secara rutin satu bulan sekali personel diwajibkan untuk melaksanakan pemeriksaan kesehatan, untuk mencegah dan mengetahui secara dini tingkat kesehatannya. Kemudian secara rutin pula melaksanakan pembinaan fisik sehingga terjaga kebugaran tubuhnya. 5) Memberikan penghargaan bagi personel yang

berprestasi yakni pejabat personel segera mengajukan ke Komandan Satuan untuk memberikan penghargaan, berupa materi, barang atau jabatan yang sesuai dengan kemampuannya. Personel yang berprestasi diberi penghargaan berupa kesempatan untuk mengikuti pendidikan pengembangan umum maupun spesialisasi. Apabila memenuhi kriteria untuk diajukan kenaikan pangkat luar biasa, maka pejabat pers satuan mengajukan ke spers kodam untuk mendapatkan kenaikan pangkat luar biasa. Satuan tetap memberikan semangat dan motivasi serta dorongan agar anggota selalu bersaing dalam mengejar prestasi sehingga kondisi dan sikap kerja anggota akan tetap terpelihara.

6) Memelihara moril anggota dengan cara rutin memberikan santiaji dan santikarma kepada keluarga dan personel kodim sehingga kondisi moril dan mental serta kejuangan akan tetap baik. Anggota yang melaksanakan tugas didukung dana sehingga sehingga tidak memikirkan garis belakang/

keluarga yang ditinggal tugas. Satuan juga memberdayakan koperasi dengan mengupayakan simpan pinjam bunga ringan sehingga pemenuhan kebutuhan keluarga sehari-hari akan lebih ringan.

Ketiga, kesiapan materil dengan langkah pengadaan peralatan dari segi kuantitas dan kualitas harus memenuhi standar, baik yang berkaitan dengan perlengkapan perorangan maupun satuan, sehingga mampu mengantisipasi tantangan tugas ke depan. Selain itu, pemeliharaan peralatan yang telah dianggarkan menggunakan dana yang ada, karena jika dukungan dana untuk pemeliharaan peralatan yang tidak teranggarkan, maka satuan secara swadaya memperbaiki materil yang rusak sehingga kondisi materil tetap terpelihara dan selalu siap pakai. Upaya yang dilakukan yaitu bekerjasama dengan pihak swasta atau pemerintah daerah, sehingga bisa terjalin hubungan yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Kerusakan materil sebagian diakibatkan karena personel kurang tahu cara penggunaan dan perawatan, oleh karena itu seluruh anggota wajib untuk belajar cara menggunakan dan memelihara materil sehingga meminimalisir terjadinya kerusakan. Setiap saat melakukan pemeliharaan dan

perawatan serta pengecekan terhadap materil yang telah selesai digunakan sehingga apabila ada materil yang hilang atau rusak akan cepat segera diketahui.

Keempat, kesiapan lainnya yakni meningkatkan kesiapan terhadap unsur pelaksana di lapangan baik dari BPBD provinsi maupun dari keterpaduan penanganan bencana serta kendala. BPBD Provinsi Banten memiliki Pusdalops, namun belum optimal. Kondisi saat ini Kalak BPBD Prov Banten sedang mapping dan mengumpulkan data untuk menata lagi setelah pergantian jabatan dari pejabat sebelumnya. Dandim jajaran Rem 064/MY mem-back up BPBD di kab/kota masing-masing dengan cara mendorong untuk mengadakan rapat mengantisipasi bencana di wilayahnya agar dapat menyiapkan materil, personel maupun anggarannya. Selain itu, juga membuat SOP dan rencana kontijensi dalam menghadapi bencana dan rencana tersebut harus operasional dan dilatihkan serta diujikan.

Kesiapan lainnya yang perlu dilakukan adalah meningkatkan keterpaduan dan sinergitas stakeholder terkait penanggulangan bencana. Hal ini bisa dilakukan dengan meningkatkan kerjasama antar unsur terkait, Korem 064/MY mendukung terlaksananya tugas BPBD sebagai leading sector yang selama ini masih belum optimal dalam memimpin

penanggulangan bencana serta mengajak BPBD agar meningkatkan kualitas SDM yang dimiliknya dalam mengawaki alat peralatan dan perlengkapan BPBD yang sudah didukung dari BNPB. BPBD juga hendaknya terus gencar melakukan sosialisasi program-program mitigasi bencana (pra bencana) dari BPBD ke masyarakat dan sekolah-sekolah, sehingga masyarakat memiliki pengetahuan tentang penanggulangan bencana.

Untuk mengatasi kendala teknis bisa dilakukan dengan cara mengajukan kebutuhan kurangnya perahu karet dan kendaraan truk dalam evakuasi korban bencana melalui BPBD Provinsi Banten. Kemudian, melaksanakan sinkronisasi alat komunikasi antara ORARI, RAPI dan satuan komunikasi TNI AD serta Polri serta berupaya meningkatkan sarana Kodal yang efektif untuk menghubungi pihak-pihak terkait.

Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Korem 064/MY sebagai satkowil di wilayah Banten sangat diharapkan peranannya dalam kegiatan penanggulangan akibat bencana alam. Kondisi kesiapan Korem 064/MY saat ini dihadapkan dengan ancaman bencana alam yang frekuensinya relatif tinggi, belum memiliki tingkat kesiapan yang optimal khususnya ditinjau dari aspek organisasi, personel maupun materil. Untuk menyiapkan satuan jajaran Korem 064/MY dalam rangka penanggulangan akibat bencana alam dapat dilakukan dengan upaya kesiapan organisasi dan tugas, personel dan materil dengan menggunakan metoda pendidikan, latihan dan penataran serta pengadaan dan pemeliharaan.

Adapun saran dari penulis adalah perlu adanya revisi orgas kebutuhan personel Satkowil Korem 064/MY dan jajarannya, selain mempertimbangkan jumlah dan kepadatan penduduk, juga mempertimbangkan kerentanan wilayah tersebut terhadap bahaya bencana alam dan perlu pengadaan materiil yang diperlukan dalam kegiatan penanggulangan akibat bencana alam serta dukungan anggaran yang memadai untuk kegiatan pemeliharaan dan perawatan (maintenance) peralatan yang diperlukan.

Nama : Ana Supriatna, S.I.P., M.Si. Pangkat/Korps/Nrp : Kolonel Kav / 31250 Jabatan : Danrem 064/MY Tempat tgl lahir : Cimahi, 16-04-1963 Agama : Islam Status : K.03 Dikum : SD, SMP, SMA, S-1, S-2 Dikmil : Akmil 1987 Sesarcab Kav 1987 Suslapa I 1993 Suslapa II 1997 Seskoad 2000 Sesko TNI 2012 Tugas Ops : Ops Aceh 2003 Tugas Luar Negeri : -Singapura tahun 2000

-Jepang tahun 2012 Riwayat jabatan :

Danton Yonkav-9/bu 1987 ฀

Danton 3 Kibu 92 Yonkav-9/BU 1987 ฀

Danton 2 Kibu 92 Yonkav-9/BU 1989 ฀

Danton 1 Kibu 92 Yonkav-9/BU 1990 ฀

Pabung Udara Yonkav-9/BU 1992 ฀

Kasi-4/Log Yonkav-9/BU 1993 ฀

Dankibu 93 Yonkav-9/BU 1995 ฀

Ps. Kasi Ranabak Pusdikkav 1997 ฀

Kasi Ranabak Pusdikkav 1998 ฀

Wadan Yonkav 8 Kostrad 1998 ฀

Ps. Kabag Binsat Sdirbinsen Pussenkav 2000 ฀

Danyonkav 1 Kostrad 2001 ฀

Dansatgas Ops Aceh Yonkav 1 Kostrad 2003 ฀

Dandim 0607/SMI 2003 ฀

Dosen Gol V Seskoad 2006 ฀

Dosen Muda Seskoad 2007 ฀

Dosen Madya Seskoad 2009 ฀

Patun Seskoad 2009 ฀

Dosen Utama Seskoad 2010 ฀

Pamen Denma Mabesad 2012 ฀

Paban V/Bakti TNI Sterad 2013 ฀

Danrem 064/MY 2014 s.d. skrg ฀

Dokumen terkait