• Tidak ada hasil yang ditemukan

CILIWUNG BERSIH Antara Perilaku dan Perang Terhadap Sampah Peran Satuan Penerangan Menghadapi Cyberwar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "CILIWUNG BERSIH Antara Perilaku dan Perang Terhadap Sampah Peran Satuan Penerangan Menghadapi Cyberwar"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

CILIWUNG BERSIH

“Antara Perilaku dan Perang

Terhadap Sampah”

Peran Satuan Penerangan

Menghadapi Cyberwar

(2)

Pembersihan anak kali Ciliwung area Jembatan Jeling Roxy,

Jakarta Barat, Rabu (18/2/15).

(3)

Yudhagama

Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

06

TNI AD MENDUKUNG

SWASEMBADA PANGAN NASIONAL

Mayor Jenderal TNI Bachtiar S.IP., M.AP (Pangdam VII/Wirabuana)

16

PENINGKATAN PERAN TNI DALAM

PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN

DAN PULAU TERLUAR

GUNA MENJAGA KEUTUHAN NKRI

Brigjen (TNI) Adi Sudaryanto,S.IP

(Staf Khusus Kasad)

26

UPAYA KOREM 064/MY MEMBANTU

PENANGGULANGAN BENCANA ALAM

DI PROVINSI BANTEN

Kolonel Ana Supriatna, S.I.P., M.Si. (Danrem 064/MY)

34

CILIWUNG BERSIH

“ANTARA PERILAKU DAN PERANG

TERHADAP SAMPAH”

Kolonel Kav Marsudi Sarwono, SH, M.Si (Han) (Staf Ahli Pangdam Jaya Bidang Sosial Budaya)

42

RENCANA AKSI SATUAN KEWILAYAHAN

DALAM MEWUJUDKAN KEDAULATAN

PANGAN

Kolonel Arm. Totok Imam Santoso, S.IP., S.Sos., M.Si (Han)

DANREM 083/BDJ DAM V/BRW

50

PERAN SATUAN PENERANGAN

MENGHADAPI CYBERWAR

Letkol Arm Hari Wibowo

(Waka Pendam XVII/Cendrawasih)

56

PELIBATAN TNI AD DALAM

MENDU-KUNG SWASEMBADA PANGAN

Letkol Inf Paiman

(Waka Pendam II/Swj)

62

SERBUAN TERITORIAL KODAM

ISKANDAR MUDA

SEBAGAI SALAH SATU KUNCI

MEMUPUS

SEMANGAT SPARATISME DI ACEH

Letkol Inf Shofanudin

(Dandim 0111/Brn)

(4)

P

embaca yang budiman, kami kembali menyapa para pembaca setia Jurnal Yudhagama dengan beragam tema yang menarik. Tema utama yang diangkat pada edisi kali ini adalah swasembada pangan yang menjadi agenda prioritas pemerintah dan ditargetkan bisa tercapai pada tiga tahun mendatang. Untuk mencapai target ini, Presiden RI Joko Widodo secara khusus telah meminta jajaran TNI AD untuk mendayagunakan segala kemampuan yang ada untuk menyukseskan program prioritas tersebut.

Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Gatot Nurmantyo telah menginstruksikan untuk memobilisasi 50.000 prajurit TNI AD untuk bersama-sama dengan petani dan seluruh komponen bangsa bekerja keras mewujudkan swasembada pangan bahkan lebih jauh lagi mewujudkan kedaulatan pangan.

Dengan penekanan tersebut, pada edisi kali ini, kami hadir dengan delapan buah tulisan di mana tiga di antaranya mengupas tentang swasembada pangan. Pertama, tulisan dengan judul “TNI AD Mendukung Swasembada Pangan Nasional” yang ditulis Pangdam VII/Wirabuana, Mayor Jenderal TNI Bachtiar S.IP., M.AP. Kedua, tulisan berjudul “Rencana Aksi Satuan Kewilayahan dalam Mewujudkan Kedaulatan Pangan” yang ditulis Danrem 083/Bdj, Kolonel

Arm. Totok Imam Santoso, S.I.P., S.Sos., M.Tr (Han). Ketiga, tulisan dengan judul “Pelibatan TNI AD dalam Mendukung Swasembada Pangan” yang ditulis oleh Waka Pendam II/Swj, Letkol Inf Paiman.

Pembaca yang budiman, kami juga mengetengahkan ulasan tentang peran TNI di daerah perbatasan dan bagaimana upaya-upaya yang telah dan sedang dilakukan dalam menjaga keutuhan NKRI. Ulasan secara mendalam tentang pengelolaan wilayah perbatasan dan daerah terluar ini ditulis secara lengkap oleh Staf Khusus Kasad, Brigjen TNI Adi Sudaryanto, S.I.P dengan judul “Peningkatan Peran TNI dalam Pengelolaan Wilayah Perbatasan dan Pulau Terluar Guna Menjaga Keutuhan NKRI”

Permasalah penanganan bencana di Indonesia, khususnya di wilayah Provinsi Banten yang merupakan penghubung dua pulau besar yakni Jawa dan Sumatera, diulas secara menarik oleh Danrem 064/MY, Kolonel Kav. Ana Supriatna, S.I.P., M.Si dalam tulisan yang berjudul “Upaya Korem 064/MY Membantu Penanggulangan Bencana Alam di Provinsi Banten”

Berikutnya, kita bisa nikmati tulisan yang “membumi” tentang penanganan Sungai Ciliwung agar terjaga kebersihan dan keasriannya yang ditulis oleh Staf Ahli Pangdam Bidang Sosial dan Budaya Kolonel Kav Marsudi Sarwono, SH.,

Jurnal Yudhagama sebagai media komunikasi internal TNI Angkatan Darat, mengemban misi:

Menyebarluaskan kebijakan Pimpinan TNI Angkatan Darat kepada seluruh prajurit di jajaran TNI a.

Angkatan Darat.

Memberikan wadah untuk pemikiran-pemikiran yang konstruktif dalam pembinaan TNI Angkatan b.

Darat dan fungsi teknis pembinaan satuan sesuai tugas pokok TNI Angkatan Darat sebagai kekuatan pertahanan negara matra darat.

Menyediakan sarana komunikasi untuk penjabaran Kemanunggalan TNI-Rakyat. c.

Tulisan yang dimuat dalam Jurnal Yudhagama ini merupakan pandangan pribadi penulisnya dan bukan pandangan resmi TNI Angkatan Darat. Redaksi berhak merubah tulisan (rewrite) tanpa mengubah inti tulisan untuk disesuaikan dengan misi yang diemban Jurnal Yudhagama dan kebijakan Pimpinan TNI Angkatan Darat. Redaksi menerima tulisan dari dalam maupun dari luar lingkungan TNI Angkatan Darat, dengan syarat merupakan tulisan asli dari penulis. Topik dan judul tulisan ditentukan oleh penulisnya, dengan ketentuan panjang tulisan berkisar sepuluh halaman kertas folio, dengan jarak satu setengah spasi.

(5)

Yudhagama

Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

Yudhagama

JURNAL

Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

PELINDUNG :

Kepala Staf TNI Angkatan Darat PEMBINA :

Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat PENASEHAT :

Irjenad, Aspam Kasad, Asops Kasad, Aspers Kasad, Aslog Kasad, Aster Kasad,

Asrena Kasad, Kasahli Kasad. PEMIMPIN REDAKSI :

Kadispenad WAKIL PEMIMPIN REDAKSI :

Sesdispenad DEWAN REDAKSI : Kolonel Czi Kuat Raharjo Kolonel Caj Drs. Moh. Noor, MM. Kolonel Inf Drs. Zaenal Mutaqim, M.Si.

Kolonel Inf Drs. Mu’tamar, M.Sc. KETUA TIM EDITOR : Kolonel Czi Andi Kaharuddin, S.IP.

SEKRETARIS TIM EDITOR : Letkol Inf Drs. N. Ertoto, M.Si.

ANGGOTA TIM EDITOR : Letkol Caj Drs. James W. Sondakh

Mayor Caj (K) Yeni Triyeni, S.Pd. Mayor Inf Dodi Fahrurozi, S.Sos.

Mayor Inf Supriyatno Kapten Inf Candra Purnama, SH.

DISTRIBUSI : Mayor Inf Adrizal Mias, S.H.

DESAIN GRAFIS : Serka Enjang TATA USAHA : Pratu Rifai, PNS Listin A.

REDAKTUR FOTO : Mayor Kav Antonius Totok

ALAMAT REDAKSI : Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat

Jl. Veteran No. 5 Jakarta Pusat

Tlp. (021) 3456838, 3811260, Fax. (021) 3848300, Alamat email : palaganyudhagama@gmail.com

M.Si (Han) dengan judul tulisan “Ciliwung Bersih, Antara Perilaku dan Perang Terhadap Sampah”.

Ulasan menarik tentang perang di dunia maya atau yang dikenal dengan cyberwar diulas dengan baik oleh Waka Pendam XVII/Cenderawasih, Letkol Arm Hari Wibowo. Ia menulis pentingnya TNI AD dalam menghadapi cyberwar, termasuk bagaimana penyiapan para personilnya dengan tulisan berjudul “Peran Satuan Penerangan dalam Menghadapi Cyberwar”.

Terakhir, edisi kali ini ditutup oleh tulisan Letkol Inf Shofanudin yang mengulas tentang strategi menangkal dan memupus semangat sparatisme yang mungkin masih ada berkembang di masyarakat Aceh. Strategi yang diterapkan lebih meniktiberatkan bagaimana semakin mendekatkan TNI AD dengan rakyat, terutama yang dilakukan Kodam Iskandar Muda melalui berbagai pembangunan fisik maupun nonfisik.

Pembaca setia Yudhagama yang berbahagia, semoga tulisan yang diangkat di edisi kali ini senantiasa memberikan manfaat bagi kita semua dalam memberikan dharma bakti kita bagi TNI dan TNI Angkatan Darat khususnya serta bangsa dan negara Indonesia yang kita cintai.

Selamat membaca !

(6)

S

wasembada pangan secara nasional menjadi salah satu agenda penting pemerintah serta merupakan salah satu kebijakan prioritas yang dicanangkan Presiden Republik Indonesia, Ir. H Joko Widodo. Hal tersebut, mengingat Indonesia selama ini memegang predikat dan citra sebagai “negara agraris” di kawasan Asia Tenggara. Namun dalam waktu beberapa tahun belakangan ini, predikat dan citra tersebut menjadi surut seiring dengan belum tercapainya swasembada pangan secara nasional, yang ditandai dengan masih banyaknya komoditi pangan yang harus diimpor dari negara lain (tahun 2014, sebanyak 10 komoditi)1, untuk memenuhi kebutuhan

hidup masyarakat.

Hal inilah yang menjadi titik perhatian serius dari Presiden RI saat ini, sehingga menekankan swasembada pangan yang ditargetkan dalam jangka waktu 3 tahun ke depan, Indonesia harus bisa berdaulat di bidang pangan2. Berdasarkan

kebijakan tersebut, Menteri Pertanian (Mentan) RI bergerak cepat dengan merumuskan

1. Data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikutip Detik Finance, pada Rabu 4/6/2014

2…dalam jangka waktu 3 tahun kedepan, Indonesia harus bisa berdaulat di bidang pangan… (Pengarahan Presiden RI pada peserta Apel Danrem/Dandim Terpusat TA. 2014

TNI AD Mendukung

Swasembada Pangan Nasional

TNI AD Mendukung

Swasembada Pangan Nasional

Naskah:

Mayor Jenderal TNI Bachtiar S.IP., M.AP

(Pangdam VII/Wirabuana)

Jaminan ketersediaan pangan bagi suatu negara, sangat mutlak dan menentukan nasib negara

tersebut dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Untuk itulah, pemerintah

(7)

dan melaksanakan Program Swasembada Pangan Nasional dengan menggandeng TNI AD sebagai mitra kerja. Langkah ini diawali dengan penandatanganan Nota Kesepahaman Bersama (MoU) antara Mentan RI dengan Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) pada Rapim TNI AD tanggal 8 Januari 2015, antara Dirjen PSP Kementan RI yang ditunjuk selaku penanggungjawab keberhasilan Upaya Khusus Swasembada Pangan Nasional dengan Aster Kasad, Pangdam Jajaran TNI AD dengan seluruh Kadistan TPH Provinsi se-Indonesia, serta antara Dandim Jajaran TNI AD dengan Kadistan Kab/ Kota se-Indonesia, tentang Kerjasama program upaya khusus pencapaian target hasil produksi tanaman padi, jagung dan kedelai.

Kasad telah menginstruksikan kepada seluruh Pangkotama (ST KASAD No. ST/3439/2014 tanggal 16 Desember 2014)

Tabel. 01.

DATA NILAI IMPOR KOMODITI PANGAN TAHUN 2014

NO KOMODITI NILAI IMPOR

(Ton) 1 Beras 31.145 2 Jagung 215.716 3 Kedelai 563.930 4 Biji Gandum 3.735 5 Tepung Terigu 20.198 6 Bawang Putih 36.318 7 Kacang Hijau 18.544 8 Ubi Jalar 3.6 9 Bawang Merah 3.824 10 Kacang Tanah 34.151 Sumber : BPS, 2014

Presiden RI melakukan peletakan batu pertama pembangunan waduk di Kab. Sidrap, Sulawesi Selatan

(8)

untuk segera menyusun perencanaan realisasi pelaksanaan program swasembada pangan di wilayah masing-masing, yang meliputi 3 (tiga) komoditi yaitu; padi, jagung dan kedelai. Kasad menekankan kepada seluruh Kotama AD untuk bekerja keras dalam membantu dan meningkatkan perannya guna mewujudkan pencapaian target swasembada pangan nasional dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun ke depan. Mengingat beratnya tantangan tugas yang harus dihadapi oleh TNI AD tersebut, dibutuhkan sebuah rumusan strategi yang cermat, tepat dan komprehensif guna menjamin kelancaran dan keberhasilan yang optimal sesuai dengan yang diharapkan.

Tujuan dari kerjasama tersebut adalah membantu dan mendukung tugas Pemerintah Pusat/Daerah dalam mewujudkan swasembada pangan secara nasional guna mengembalikan kedaulatan pangan, dalam kurun waktu 3 tahun kedepan. Adapun sasarannya meliputi lima bidang yakni:

Meningkatnya kualitas SDM pertanian

1.

dalam penguasaan ilmu dan pengetahuan bidang pertanian yang berbasis teknologi modern.

Meningkatnya ketersediaan sarana dan

2.

prasarana pertanian, sesuai dengan kebutuhan para petani

Meningkatnya pendapatan petani melalui

3.

pengembangan diversikasi pertanian. Terbangunnya sistem permodalan pertanian

4.

yang murah, mudah dan menguntungkan para petani.

Terbangunnya kesadaran segenap

5.

stakeholders pertanian dalam meningkatkan ekonomi masyarakat, melalui sinergitas dalam kegiatan pengembangan di bidang pertanian.

Sedangkan subyek atau pelaku dari kerja sama ini adalah Pangdam, Danrem, Dandim, Danramil, Kementerian/Non Kementerian Terkait, Kepala Dinas Pertanian Provinsi maupun Kabupaten/Kota, Bakorluh Provinsi maupun Kabupaten/Kota, Perbankan, Koperasi dan Swasta serta stakeholders lainnya. Adapun subyeknya adalah Babinsa Jajaran TNI AD dan para petani,

dengan menggunakan metode; Training Of Trainers (TOT), Mobile Training Team (MTT), sosialisasi, pelatihan/penataran, kerjasama/ sinergitas, penelitian/rekayasa teknologi, pembangunan/pengadaan, rehabilitasi/ perbaikan, pengawasan dan pendampingan.

Sementara itu strategi yang dilakukan oleh seluruh Satuan Jajaran TNI AD dalam mendukung program swasembada pangan nasional, sebagai berikut;

Meningkatkan kualitas SDM Pertanian

1. 3.

Kunci utama jaminan kesuksesan dalam program swasembada pangan sangat ditentukan oleh kualitas SDM pertanian yang terlibat di dalamnya. SDM yang baik akan sangat mempengaruhi dalam pencapaian kualitas hasil produksi pertanian yang baik pula. Dalam konteks ini, yang menjadi fokus kegiatan pembinaan dalam meningkatkan kualitas SDM pertanian adalah Babinsa dan petani, sebagai tenaga inti terdepan dalam menyukseskan program swasembada pangan. Guna menghasilkan kualitas SDM

3 Strategi Pembangunan Pertanian Indonesia Tahun 2014 dengan Revitalisasi Sumber Daya Manusia ( Buku Ren-cana Kinerja Tahunan Kementerian Pertanian RI Tahun

(9)

yang mahir dan handal di bidang pertanian, maka strategi yang dilakukan adalah;

Melaksanakan pendidikan pertanian a.

terapan melalui TOT bagi seluruh Babinsa Jajaran TNI AD. Kegiatan ini dilaksanakan guna memberikan pengetahuan dan keterampilan bagi Babinsa tentang teknologi pertanian, sehingga Babinsa dapat bertindak sebagai kader-kader pelatih/pembimbing pertanian yang mahir dan handal di lapangan.

Melaksanakan MTT pertanian bagi b.

Petani. Kegiatan ini dilaksanakan guna memberikan bimbingan teknis dan sosialisasi kepada petani (dilaksanakan oleh Babinsa dan PPL), tentang teknologi pertanian mulai proses pemilihan bibit dan pembibitan, penyiapan dan olah lahan, pola tanam, cara mengendalikan hama, penyiangan, sampai dengan panen dan pasca panen, dengan mengacu pada tata cara budidaya pertanian yang

berbasis teknologi modern.

Membentuk kualitas pribadi Babinsa c.

yang handal. Babinsa adalah sosok pribadi inti terdepan dalam proses pendampingan pertanian di lapangan. Oleh karena itu, kualitas pribadinya harus ditempa dan dibentuk secara baik/benar agar memiliki kualitas pribadi yang handal. Adapun kriteria yang harus dicapai yaitu sosok pribadi Babinsa yang disiplin, jujur, semangat, tidak kenal menyerah, motivasi tinggi, beri suri tauladan, bertanggung jawab dan memiliki integritas yang baik.

Perlunya peningkatan sarana dan prasarana

2.

pertanian4. Hal ini dilakukan dengan

meningkatkan pemenuhan jaringan irigasi, Sarana Produksi (Saprodi) seperti, Alat Mesin Pertanian (Alsintan) traktor, sprayer, power weeder, reaper, power threser dan lain-lain, termasuk Sarana Produksi Tanaman

4 Strategi dasar Program Upsus difokuskan untuk meningkatkan produktivitas dan indeks pertanaman melalui peningkatan ketersediaan air irgasi, benih, pupuk dan Alsintan ( Permentan RI Nomor 03/Permentan/ OT.140/2/2015 Hal ; 5 ).

Penandatanganan nota kesepa-hamaan antara Mentan RI dengan Kasad tentang bantuan peminjaman lahan milik PTPN XI.

Pelatihan penggunaan traktor pada kegiatan mobile training team di Satuan Kowil jajaran Kodam VII/ Wirabuana

(10)

(Saprotan), seperti bibit, pupuk, pestisida, media tanam maupun tempat tanam. Untuk meningkatkan sarana dan prasarana pertanian, dapat dilakukan dengan upaya, sebagai berikut:

Meningkatkan kuantitas dan kualitas

a.

jaringan irigasi. Jaringan irigasi merupakan faktor utama dalam meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) maupun hasil produksi pertanian5. Karenanya, pemerintah

daerah dalam hal ini kadistan provinsi/ kabupaten/kota harus dapat menjamin kondisi maupun pemenuhan jaringan irigasi (primer/sekunder/tersier) dengan baik.

Pengadaan bibit unggul dan tahan hama.

b.

Di tengah kondisi iklim yang semakin sulit diprediksi akhir-akhir ini, sangat dibutuhkan kualitas bibit unggul yang dapat tahan terhadap perubahan iklim maupun hama tanaman. Oleh karena itu, penelitian dan rekayasa teknologi untuk menghasilkan bibit unggul sangat perlu untuk terus dilakukan, guna memenuhi ketersediaannya bagi petani.

5 Secara impiris, determinan utama peningkatan produksi pertanian, adalah ketersediaan irigasi (Analisis kebijakan

Penyediaan pupuk. Ketersediaan pupuk

c.

bagi petani harus dapat direalisasikan dengan baik oleh pemerintah daerah. Di samping itu, penyediaan pupuk dilakukan dengan mengoptimalkan pupuk organik dan mengurangi pupuk kimiawi, guna mendapatkan kualitas hasil produksi yang lebih bermutu.

Penyediaan dan perbaikan Alsintan.

d.

Penggunaan alsintan yang lebih modern, terbukti sangat membantu petani dalam proses budidaya dan peningkatan hasil produksi pertaniannya. Selain lebih cepat, Alsintan dapat menjamin ketepatan waktu budidaya dan memperbaiki kualitas hasil panen serta menjamin efektifitas maupun efisiensi kerja. Oleh sebab itu, sangat diperlukan penyediaan Alsintan modern yang cukup bagi petani serta tersedianya fasilitas “perbengkelan” di setiap wilayah, sampai ke pedesaan. Dalam hal ini, perlu dilibatkan Satuan Paldam/Denpal/Bengrah, yaitu dengan membentuk “bengkel khusus” guna memfasilitasi perbaikan Alsintan petani. Mentan RI menyerahkan bantuan

Alsintan kepada perwakilan ketua kelompok tani di Kab Bone.

(11)

Guna mendukung kelancaran dalam pelaksanaan upaya di atas, maka Babinsa harus dapat memainkan perannya sebagai pengawas dan pendamping bagi petani, untuk membantu pemerintah daerah dan dinas terkait di wilayahnya masing-masing.

Diversifikasi pertanian. Strategi ini dilakukan

3.

dalam bentuk pengelolaan segala sumber daya pertanian ke beberapa aktivitas lainnya yang menguntungkan secara ekonomi bagi petani6. Guna mendukung diversifikasi

pertanian, maka dapat dilakukan dengan upaya, sebagai berikut;

Pengembangan sistem penanaman

a.

multi jenis tanaman. Sistem tanam yang dapat digunakan adalah sistem tumpang sari yaitu melakukan sistem penanaman campuran dalam satu lahan produktif. Penggunaan tanaman lain

6 Diversifikasi pertanian adalah pengalokasian sumber daya pertanian ke beberapa aktivitas lainnya yang men-guntungkan secara ekonomi (http://id.wikipedia.org/ wiki/Diversifikasi_pertanian).

di antara tanaman pokok sangat baik untuk menambah produksi tanaman, membantu menahan serangan hama dan menambah unsur hara pada lahan pertanian. Dengan demikian, lahan pertanian yang dikelola petani dapat terjaga keseimbangannya dan tetap produktif.

Pemanfaatan lahan pertanian sebagai

b.

agrowisata. Upaya ini dilakukan guna melahirkan “multiplier effect” atau efek pengganda bagi petani, sehingga mendapatkan keuntungan tambahan dari budidaya yang dilakukan. Agrowisata merupakan upaya pemanfaatan lahan pertanian sebagai obyek wisata, dengan tujuan untuk menambah penghasilan petani7. Melalui upaya ini, petani tidak

hanya meraup pendapatan lebih, namun sekaligus menambah pengetahuan dan menjaga kelestarian lahan pertanian yang dikelolanya.

Perbaikan mutu dan kualitas hasil

c.

produksi pertanian. Memperbaiki mutu dan kualitas hasil produksi pertanian yang lebih baik, sehingga mengarah kepada pemanfaatan lahan pertanian sebagai agrobisnis. Dalam hal ini, yang diupayakan adalah perbaikan hasil produksinya mulai dari proses pengadaan bibit (bahan baku), budidaya, panen dan pasca panen, pengolahan hasil produksi, sistem pengepakan, sampai dengan sistem pemasarannya. Semua harus dikelola dengan lebih “kreatif dan

7 Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (Agro) sebagai objek wisata (Direktori Profil Wisata Agro: Agrowisata mening-katkan pendapatan petani, http://database.deptan.go.id/ agrowisata/viewfitur.asp?id=3).

Pemanfaatan lahan pertanian dengan fungsi ganda diversifikasi pertanian.

(12)

inovatif”, sehingga mendapatkan mutu dan kualitas yang lebih baik di pasaran. Perbaikan sistem permodalan. Ketersediaan

4.

modal kerja merupakan permasalahan yang dihadapi oleh para petani selama ini. Kesulitan petani dalam memperoleh modal kerja, seringkali menjadi penghambat dalam proses pengelolaan lahan pertanian. Tidak jarang, para petani selama ini terjebak dengan “permainan nakal” para tengkulak maupun “sistem ijon” oleh para pemilik modal. Oleh sebab itu, sistem permodalan sangat perlu untuk dibenahi dengan berpedoman kepada efektifitas dan efisiensi serta yang berpihak kepada petani. Untuk dapat memperbaiki sistem permodalan, maka dapat dilakukan dengan upaya, sebagai berikut;

Pemberian kredit lunak. Upaya ini

a.

dilakukan dengan cara memberikan kredit lunak dengan bunga rendah kepada para petani, melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, agar petani dapat menggarap lahan pertaniannya secara tepat waktu. Proses pemberian kredit ini, sedapat mungkin tidak melalui birokrasi yang berbelit-belit dan menyulitkan petani. Namun, harus dikemas dengan mudah, cepat dan menguntungkan para petani.

Meningkatkan peran koperasi dalam

b.

menampung hasil produksi pertanian. Koperasi sebagai salah satu wadah badan usaha di masyarakat, harus bisa meningkatkan perannya dalam menjamin dan memfasilitasi penampungan hasil produksi pertanian. Hal ini tentunya akan bermanfaat dan sangat membantu petani

dalam memasarkan hasil produksinya. Meningkatkan peran industri swasta.

c.

Industri swasta sebagai bagian dari komunitas pertanian, harus bisa menjalin kerjasama dan kepedulian terhadap para petani, khususnya dalam menampung dan membeli hasil produksi pertanian. Selain itu, upaya yang dapat dilakukan bisa melalui sistem “bapak angkat”, di mana, industri swasta memberikan dan memfasilitasi segala kebutuhan petani dalam proses budidaya pertanian, serta membeli seluruh hasil pertanian sesuai dengan harga standar yang ditetapkan oleh pemerintah.

Kerjasama dan sinergitas antar seluruh

5.

stakeholders pertanian. Program swasembada pangan yang dicanangkan oleh pemerintah tidak akan dapat berjalan secara optimal, bila kerjasama dan sinergitas antar seluruh stakeholders pertanian tidak berjalan dengan baik dan harmonis. Jalinan kerjasama dan sinergitas ini tidak hanya dalam lingkup teknis di lapangan, namun harus juga dalam lingkup strategis di tingkat atas. Untuk dapat bekerjasama dan sinergitas dengan seluruh stakeholders pertanian, maka dapat dilakukan dengan cara, sebagai berikut;

Meningkatkan kerjasama kelembagaan

a.

pemerintah sesuai dengan fungsi, wewenang dan tanggung jawabnya. Peran kelembagaan pemerintah dalam hal ini kementerian terkait, sangat diperlukan dalam menyukseskan program swasembada pangan nasional. Seperti; Kementerian Pertanian menyiapkan sarana dan prasarana pertanian, Kementerian Riset dan Teknologi

(13)

menyiapkan bibit unggul, Kementerian Perekonomian menyiapkan modal dan Koperasi, Kementerian Pekerjaan Umum menyiapkan sarana irigasi, Kementerian Perdagangan membantu pemasaran. Membentuk jaringan “networking”

b.

dengan negara lain. Agar hasil pertanian kita bisa dipasarkan di luar negeri, maka kita harus dapat membangun dan membentuk jaringan (networking) yang lebih luas dengan negara-negara lain. Hal ini diperlukan guna mempermudah dan memperluas akses pemasaran hasil produksi pertanian bagi petani kita. Meningkatkan “transfer teknologi

c.

pertanian”. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjalin kerjasama bidang teknologi dengan negara lain yang lebih berhasil di bidang pertanian, agar terjadi proses pembelajaran dalam bentuk “transfer teknologi pertanian” bagi

petani kita.

Meningkatkan kerjasama penelitian dan

d.

studi banding. Proses penelitian dapat dilakukan dengan menjalin kerjasama melalui studi banding dan “research and development” di bidang pertanian. Jalinan kerjasama bisa dengan Lembaga Ilmu pengetahuan Indonesia (LIPI), Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspitek) maupun dengan Balai Latihan Pegawai Pertanian (BLPP), guna menghasilkan rekayasa genetik pertanian.

Sinkronisasi program kegiatan. Upaya

e.

lain yang dapat dilakukan adalah dengan mensinkronkan program swasembada pangan oleh pemerintah dengan

Pangdam VII/Wirabuana mengoperasi-kan mesin pemotong padi combined harvester pada kegiatan panen raya di Kab. Soppeng.

(14)

kegiatan program yang dilaksanakan oleh TNI. Seperti; program TNI Manunggal Pertanian (TMP) maupun program TNI Manunggal Ketahanan Pangan (TMKP)8.

Seluruh sarana dan prasarana milik TNI dapat digunakan untuk mendukung program tersebut, baik berupa alat peralatan, lahan/tanah maupun keterlibatan seluruh personel Aparat Kewilayahan (Apwil), mulai dari Kodam, Korem, Kodim, Koramil sampai dengan Babinsa, dengan cara memberikan tugas pengawasan dan pendampingan9.

Dari uraian dan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk dapat mewujudkan swasembada pangan secara nasional, maka

8 Kegiatan Bakti TNI dapat berupa program manunggal TNI meliputi TNI Manunggal Membangun Desa, TNI Ma-nunggal Sosial dan Sejahtera, TNI MaMa-nunggal Pertanian, TNI Manunggal Sembako, TNI Manunggal KB Kes TNI Manunggal Pertanian Hutan dan Cadangan Pangan,dll ( Vademikum Teritorial Angkatan Darat Cetakan Pertama Edisi Tahun 2009 Hal; 182 )

Sudi Mardianto, dkk. Analisis Kebijakan Pertanian, Volume 3 No. 1 Maret 2005. Permentan RI Nomor 03/Permentan/

OT.140/2/2015 tentang Pedoman Upaya Khusus (Upsus) peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai melalui program perbaikan jaringan irigasi dan sarana pendukungnya Tahun Anggaran 2015.

Staf Umum Teritorial Angkatan Darat, 2009, Vademikum Teritorial Angkatan Darat, Cetakan Pertama Edisi Tahun 2009, Jakarta.

Kementerian Pertanian RI, 2013, Buku Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Kementan 2014, Jakarta.

Direktori Profil Wisata Agro: Agrowisata meningkatkan pendapatan petani, http://database.deptan.go.id/

agrowisata/viewfitur.asp?id=3. diakses tanggal 22 Pebruari 2015.

Wilkipedia Bahasa Indonesia. Pengertian Diversifikasi Pertanian ((http://

id.wikipedia.org/wiki/Diversifikasi_ pertanian) diakses tanggal 22 Pebruari 2015.

DAFTAR PUSTAKA

kerja sama dengan TNI AD sangat diperlukan, sehingga target tiga tahun bisa berdaulat di bidang pangan diharapkan bisa tercapai. Untuk dapat mewujudkan swasembada pangan dengan melibatkan TNI AD sebagai mitra kerjasama dibutuhkan strategi yang cermat, tepat dan komprehensif serta integralistik. Dengan strategi tersebut, maka kebijakan swasembada pangan secara nasional yang dicanangkan oleh Presiden RI dapat kita wujudkan. Dengan dukungan dan kerjasama yang baik antar stakeholders pertanian, niscaya target tersebut akan dapat kita raih, guna menjamin ketersediaan dan kedaulatan pangan menuju swasembada pangan secara nasional.

____________

9 Pengawalan, Pengawasan dan Pendampingan Kegiatan (

Permentan RI Nomor 03/Permentan/OT.140/2/2015 Hal ; 15-20)

(15)
(16)

Peningkatan Peran TNI

Dalam Pengelolaan Wilayah

Perbatasan dan Pulau Terluar

Guna Menjaga Keutuhan NKRI

Peningkatan Peran TNI

Dalam Pengelolaan Wilayah

Perbatasan dan Pulau Terluar

Guna Menjaga Keutuhan NKRI

P

erkembangan Situasi politik dan keamanan nasional saat ini secara umum cukup kondusif dan hubungan bilateral antara Pemerintah Indonesia dengan beberapa negara tetangga juga berjalan cukup baik. Namun demikian masih terdapat sejumlah masalah terkait dengan permasalahan perbatasan yang menonjol dengan beberapa negara, terutama antara RI-Malaysia, RI-PNG dan RI-RDTL maupun yang melibatkan negara tetangga lain yang berpotensi mengganggu hubungan bilateral dengan negara-negara tetangga.

Mengingat strategisnya permasalahan perbatasan bagi kepentingan kedaulatan bangsa dan negara, maka diperlukan langkah penyelesaian yang komprehensif dari berbagai instansi terkait tidak hanya dengan meningkatkan upaya pengawasan namun juga dilakukan dengan lebih memperlihatkan pembangunan kawasan perbatasan seiring dengan upaya diplomasi.

Secara geografis, Indonesia berbatasan langsung dengan tiga negara yaitu Malaysia (Provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur dengan Serawak dan Sabah), Provinsi Papua berbatasan dengan Papua New Guinea dan Provinsi Nusa Tenggara Timur berbatasan dengan Timor Leste. Sementara untuk wilayah

Permasalahan di perbatasan berpotensi menyebabkan ketegangan dan konflik. Selain

masalah perbatasan yang belum terselesaikan dengan beberapa negara tetangga, Indonesia

juga memiliki dua belas pulau–pulau kecil terluar yang masih memerlukan perhatian dalam

pengelolaannya agar kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI dapat terjaga. Pelanggaran dalam

bentuk memasuki wilayah kedaulatan Republik Indonesia secara ilegal masih berpotensi untuk

terjadi, terutama di kawasan perbatasan yang belum mendapatkan kesepakatan semua pihak dan

di sekitar pulau pulau kecil terluar yang belum dikelola dengan baik.

Naskah:

Brigjen (TNI) Adi Sudaryanto,S.IP

(Staf Khusus Kasad)

(17)

laut, Indonesia berbatasan dengan sepuluh negara, yaitu India, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, Palau, Papua New Guinea, Australia dan Timor Leste.

Di kawasan Asia Pasifik masih terdapat sengketa perbatasan yang belum sepenuhnya dapat diselesaikan oleh semua pihak. Fakta empiris menyatakan bahwa salah satu penyebab utama terjadinya perang adalah persoalan batas wilayah. Di Laut China Timur masih terjadi saling klaim atas kepemilikan Pulau Senkaku (Jepang) atau Diaoyu (China) antara China dan Jepang. Terkait dengan sengketa di wilayah Laut China Timur, China telah menetapkan Zona Identifikasi Pertahanan Udara atau Air Defence Identification Zone (ADIZ) yang tumpang tindih dengan sebagian wilayah Taiwan, Jepang dan Korea Selatan. Perkembangan di Laut China Timur akan meningkatkan kompleksitas permasalahan. Walaupun penerapan ADIZ merupakan hal yang lazim dan merupakan hak dari negara berdaulat di wilayahnya, namun ADIZ dinilai kontroversial oleh negara negara di sekitarnya.

Negara-negara di sekitar Laut China Timur menganggap ADIZ bukan hanya instrumen kedaulatan tetapi juga instrumen kekuasaan atas wilayah yang disengketakan. Sementara itu, di Laut China Selatan masih berlangsung persoalan tumpang tindih pengakuan batas wilayah di Kepulauan Spratly dan Paracel yang melibatkan China dengan beberapa negara di Asia Tenggara, yaitu Malaysia, Filipina, Vietnam, dan Brunei. Persoalan ini mengundang perhatian dunia, khususnya AS, dan beberapa negara lain yang berkepentingan dengan jalur pelayaran dan perdagangan serta kebebasan bernavigasi dan garis komunikasi.

Indonesia memiliki kepentingan untuk mengikuti perkembangan situasi di Laut China Selatan. Sejak tahun 1994 terdapat tumpang tindih klaim batas wilayah sekitar Kepulauan

Prajurit Satgas Pamtas Yonif Linud 433 Julu Siri Kostrad dan prajurit TDM (Tentara Darat Malaysia) di Pos Gabungan Bersama Indo-nesia-Malaysia di Seimenggaris, Nunukan, Kaltara.

(18)

Natuna berdasarkan nine dashed lines yang ditentukan secara sepihak oleh China. Saat ini China masih menerapkan kebijakan low profile terkait dengan wilayah perbatasannya di sekitar Kepulauan Natuna. Apabila China secara sepihak menguasai kawasan Kepulauan Natuna, maka akan mempengaruhi peluang Indonesia untuk mengelola potensi sumber daya alam seperti minyak dan gas.

Indonesia dan Malaysia masih memiliki masalah perbatasan. Kedua negara memiliki perbatasan darat sepanjang 2.004 km. Di sepanjang perbatasan darat masih terdapat sepuluh permasalahan terutama di Pulau Kalimantan yang dinamakan Outstanding Boundary Problems (OBP). Sementara permasalahan batas laut antara Indonesia dan Malaysia sedang dirundingkan, terutama masalah laut teritorial Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) dan Landas Kontinen di Selat Malaka dan perairan utara Tanjung Datu, Laut China Selatan dan Laut Sulawesi (sekitar Blok Ambalat). Klaim Malaysia atas sebagian wilayah Ambalat dan belum terselesaikannya perundingan batas darat dan batas laut berpotensi menjadi sumber ketegangan dan konflik. Indonesia dan PNG juga masih memiliki permasalahan perbatasan. Perbatasan darat kedua negara terletak pada posisi 141° BT sepanjang 820 Km yang membentang dari utara ke selatan.

Permasalahan perbatasan dengan Papua Nugini didominasi oleh sedikitnya jumlah tugu batas utama yang hanya terpasang 52 dan hanya 1.792 tugu prapatan. Kondisi tersebut belum dapat mencerminkan batas yang jelas dan tegas. Erosi yang terjadi pada tebing Sungai Fly antara MM 10 sampai dengan MM 11A dapat mengurangi wilayah Indonesia. Pihak PNG juga masih mempermasalahkan bangunan mercusuar di Muara Sungai Torasi yang berdekatan dengan MM 14 B.

Indonesia dan Timor Leste masih memiliki permasalahan perbatasan di dua wilayah. Panjang perbatasan kedua negara masing-masing sekitar 149,1 km dan 119,7 km. Saat ini, ada dua unresolved segment di wilayah perbatasan. Atas kesepakatan kedua belah pihak, di wilayah tersebut tidak dilakukan aktifitas. Segmen pertama, di Noelbesi, Desa Netemnanu Utara, Amfoang Timur, Kabupaten Kupang, yang berbatasan dengan Distrik Oecusee, Timor Leste. Segmen kedua,

di Bijaelsunan, Oben, Kabupaten Timor. Merupakan areal seluas 489 bidang tanah sepanjang 2,6 kilometer atau 142,7 hektar.

Indonesia juga masih memiliki permasalahan perbatasan laut dengan Timor Leste, Filipina, Australia, Palau, India, Singapura, PNG, Vietnam, dan Thailand. Perbatasan laut ZEE antara Indonesia dan Singapura juga masih menyisakan masalah. Batas laut dengan Singapura pada segmen timur (Bintan-Pedra Branca) masih bermasalah. Apabila Pedra Branca (Singapura) direklamasi, Indonesia berpotensi kehilangan Zona Ekonomi Eksklusif seluas 10.360 Ha. Batas ZEE antara Indonesia-Vietnam yang terletak di utara perairan Natuna juga masih dalam proses perundingan dan sampai sekarang masih berjalan. Sementara itu, batas laut antara Indonesia Palau masih terjadi tumpang tindih karena Palau berupaya untuk memperluas zona perikanan hingga 200 mil.

Batas laut Indonesia-Filipina masih dalam penyelesaian. Perundingan perbatasan laut antara Indonesia Filipina masih terus dilakukan untuk menyelesaikan perbatasan laut kedua negara, khususnya batas maritim di laut Sulawesi dan Selatan Mindanao sejak 1973.

(19)

Perbatasan laut Indonesia-Australia masih memiliki tiga daerah yang belum terselesaikan. Pertama, Perjanjian garis batas Landas Kontinen yang terdiri dari 16 titik koordinat di Laut Arafura, perairan pantai selatan Papua dan Perairan utara pantai utara Papua. Kedua, wilayah di selatan Kepulauan Tanimbar pada Laut Arafura) dan selatan Pulau Roti dan Pulau Timor. Ketiga, meliputi ZEE dan batas landas kontinen Indonesia-Australia dari perairan selatan Pulau Jawa, termasuk perbatasan maritim di Pulau Ashmore dan Pulau Christmas. Perbatasan laut Indonesia dengan India dan Thailand masih belum selesai ditetapkan. Batas ZEE antara Indonesia dan India di Laut Andaman Samudera Hindia belum selesai ditetapkan. Demikian juga dengan batas ZEE antara Indonesia dan Thailand di perairan utara Selat Malaka juga belum selesai ditetapkan.

Secara umum terdapat 8 permasalahan yang timbul di kawasan perbatasan antar negara saat ini meliputi:

Belum disepakatinya garis-garis batas

1.

dengan negara tetangga secara menyeluruh, sehingga rentan terjadi permasalahan pelanggaran batas dan sengketa pemanfaatan potensi sumber daya alam.

Misalnya sengketa blok Ambalat RI-Malaysia, illegal fishing, illegal loging dan sebagainya. Terjadinya kesenjangan pembangunan yang

2.

berpengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakat perbatasan dengan negara tetangga maupun dengan wilayah lain di sekitarnya yang apabila tidak diantisipasi akan mengundang konflik perbatasan. Rendahnya kesejahteraan masyarakat di

3.

kawasan perbatasan yang disebabkan oleh orientasi pembangunan yang inward looking serta lebih menekankan kepada aspek keamanan semata.

Isu pelintas batas tradisional illegal yang

4.

disebabkan oleh kesamaan budaya, adat dan keturunan serta persoalan tanah ulayat masyarakat yang ada di dua wilayah negara.

Belum optimalnya pemanfaatan sumber

5.

daya alam, sementara potensi yang ada sangat besar sehingga mengundang kelompok non state actor untuk melakukan kegiatan illegal.

Belum optimalnya kerjasama internasional

6.

untuk menangani persoalan wilayah perbatasan antara RI dengan negara tetangga, misalnya kejahatan transnasional, perdagangan anak dan wanita, terorisme, narkoba, penyelundupan dan lain-lain. Kerusakan lingkungan akibat pemanfaatan

7.

sumber daya alam secara ilegal, misalnya penambangan pasir laut di Pulau Nipah, illegal logging di Kalimantan dan Papua dan lain-lain.

Belum tertatanya penempatan satuan TNI

8.

secara proporsional di perbatasan yang dapat membangun rasa aman dan tenteram bagi masyarakat setempat, memberdayakan wilayah perbatasan agar dapat mencegah berbagai kegiatan ilegal dan gangguan keamanan serta pelanggaran perbatasan.

Peran TNI dalam Pengelolaan Perbatasan

TNI terus memainkan perannya dalam mengelola dan menjaga daerah perbatasan dan pulau-pulau terluar. Berbagai peran TNI yang selama ini telah dilakukan antara lain:

Melaksanakan gelar pasukan pos-pos

1.

pengamanan perbatasan dan pulau - pulau terluar.

Melaksanakan pendidikan umum dan

2.

pendidikan bela negara melalui kerjasama Patroli bersama TNI - Polisi

Timor Leste dalam rangka mengamankan daerah perbatasan RI-RDTL.

(20)

penugasan prajurit TNI sebagai guru di perbatasan serta penanaman wawasan kebangsaan melalui pembinaan teritorial. Patroli-patroli pengamanan perbatasan dan

3.

pulau pulau terluar.

Pemanfaatan dan pengerahan satuan-satuan

4.

Zeni TNI untuk membantu pembangunan di wilayah perbatasan.

Kerjasama militer untuk memperkuat diplomasi

5.

militer dalam mendukung penyelesaian masalah-masalah perbatasan.

Bekerjasama dengan kementerian dan

6.

lembaga terkait dalam mendukung pengelolaan perbatasan melalui pengerahan personel, pelatihan dan fasilitator/ mediator.

Mendukung dan bekerja sama dengan

7.

perusahaan swasta, Ormas/ LSM dalam program-program CSR (Corporate Social Responsibility) untuk masyarakat di wilayah perbatasan.

Secara umum konsep pengamanan di wilayah perbatasan saat ini adalah dengan penggelaran pasukan TNI di sepanjang perbatasan wilayah darat dan pulau-pulau kecil terluar serta mengaktifkan kegiatan patroli di wilayah darat, laut maupun udara dengan mengembangkan upaya pencegahan dan penangkalan melalui pembangunan dan meningkatkan kerjasama dengan negara-negara yang wilayahnya berbatasan dengan wilayah NKRI. Selain pengamananan, peran serta TNI dalam pengelolaan wilayah perbatasan adalah mendukung pemerintah dalam bidang pendidikan dan program transmigrasi purnawirawan TNI.

Penempatan pasukan sebagai pengamanan perbatasan ditujukan untuk mencegah terjadinya pelanggaran lintas batas dan penyelundupan dalam rangka tetap tegaknya kedaulatan NKRI. Penempatan pasukan ini sasarannya adalah agar satuan TNI di perbatasan selalu siap sebagai penindak awal terhadap pelanggaran yang terjadi di wilayah perbatasan. Kegiatan yang dilakukan adalah patroli-patroli dan pengawasan wilayah untuk mencegah dan menindak pelaku pelanggaran lintas batas dan penyelundupan di daerah perbatasan.

Saat ini, kekuatan pasukan yang siap di perbatasan darat antara RI-Malaysia. Untuk mengamankan perbatasan sepanjang 2.004

km, sebanyak 1.498 personel dengan jumlah pos yang tergelar sebanyak 55 pos. TNI juga menyiapkan pasukan di perbatasan RI-PNG sepanjang 817 KM, dengan jumlah pos sebanyak 144 dan yang ditempati sebanyak 94 pos serta kekuatan personel yang dilibatkan berjumlah 3.355 orang. Di perbatasan RI-RDTL sepanjang 267,8 KM, TNI menyiapkan 39 pos dan kekuatan personel yang dilibatkan berjumlah 1088 orang. Selain itu, terdapat pula pasukan yang siap di pulau-pulau terdepan yaitu di Pulau Rondo, Berhala, Sekatung, Nipah, Miangas, Marore, Marampit, Dana Rote, Batek, Fani, Brass dan Fanildo masing-masing sebanyak 34 orang baik dari satuan Marinir maupun dari satuan Kodam setempat.

Pos-pos yang diduduki oleh satuan-satuan TNI belum sepenuhnya berupa pos-pos permanen. Program untuk membangun pos-pos permanen saat ini sedang berjalan dan dilakukan secara bertahap. Selain itu, pasukan yang di-deploy mengamankan perbatasan belum sepenuhnya bersumber dari Kotamaops yang wilayahnya terdapat perbatasan dengan negara tetangga. Hal tersebut karena keterbatasan jumlah personil dan satuan yang tersedia, sehingga masih terdapat satuan-satuan yang berasal dari Kotamaops lain untuk mengamankan perbatasan.

Hambatan-hambatan lainnya yang dihadapi TNI, dalam mengamankan perbatasan adalah belum adanya undang-undang tentang Pengamanan Perbatasan yang dapat digunakan sebagai dasar hukum. Luas wilayah perbatasan dan kondisi medan yang sangat berat dank eterbatasan Alutsista serta sarana dan prasarana dihadapkan dengan kemajuan teknologi saat in juga menjadi tantangan tersendiri. Sarana infrastruktur yang dapat menghubungkan satu daerah ke daerah lainnya di sepanjang perbatasan terutama jalan darat juga masih belum tersedia. Permasalah lainnya adalah belum terintegrasinya semua pos perbatasan antara TNI dengan institusi lainya secara baik.

Kerjasama Keamanan Perbatasan.

Memelihara dan meningkatkan kemantapan keamanan dan ketahanan wilayah perbatasan NKRI dengan negara-negara tetangga ditujukan demi terwujudnya stabilitas keamanan daerah perbatasan serta mewujudkan stabilitas keamanan di kawasan Asia Tenggara. Wujud

(21)

kerjasama keamanan perbatasan dengan negara-negara tetangga dilakukan dengan berbagai cara.

(a) RI dengan Malaysia dilakukan melalui GBC Malindo (General Border Committee Malaysia-Indonesia), HLC Malindo (Hight Level Committee Malaysia-Indonesia, JKLB Malindo (Jawatan Kuasa Latihan Bersama Malaysia-Indonesia), KK Sosek Malindo (Kelompok Kerja Sosio Ekonomi Malaysia-Indonesia), dan JPCC Malindo (Joint Police Cooperation Committee Malaysia -Indonesia).

(b) RI dengan Singapura dilakukan melalui TSASM (TNI-SAF Annual Staf Meeting, ISJCC (Indonesia-Singapore Joint Coordinanting Committee, ISJTC (Indonesia-Singapore Joint Training Committee, ISJLC (Indonesia-Singapore Joint Logistic Committee, JAFTWG (Joint Air Force Training Working Group), JATWG (Joint Army Training Working Group), dan JNTWG (Joint Navy Training Working Group, dan kerjasama pertukaran informasi intelijen antara Sintel TNI-JID SAF.

(c) RI dengan Tomor Leste dilakukan melalui Joint Border Committee (Komisi Perbatasan Bersama), Kegiatan pertemuan TSC BDR RI-RDTL (Tehnical Sub-Committee on Border Demarcation and Regulation Between Republic of Indonesia and Repubic Democratic of Timor Leste).

(d) RI dengan Australi dilakukan melalui

Indonesia-Australia Defence Strategic Dialogue (IADSD).

(e) RI dengan PNG dilakukan melalui JBC (Joint Border Committee dan JSCSm (Joint Sub Committee on Security matters)

(f) RI dengan Philipina dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan berupa Chairmen Meeting, Patroli Terkoordinasi, penempatan ILO (IndonesiaLiaison Officer) di Davao, Batuganding, Tibanban dan Bungao dan PLO (Philipina Liaison Officer) berada di Manado, Tarakan, Miangas dan Marore.

(g) RI dengan Thailand dilakukan melalui Indonesia-Thailand High Level Committee danTOR ITHLC (Terms of References Indonesia-Thailand High Level Committee).HLC mempunyai 4 (empat) sub-komite, yaitu: 1) Joint Coordinated Operations Sub-Committee (JCOSC), Joint Training and Education Committee (JTESC), Joint Intelligence Sub-Committee (JISC) dan Non-Military Security Sub-Committee (NMSSC.

(h) Malaysia - Singapura - Indonesia - Thailand (Malsindothai) dilakukan melalui kerjasama pengamanan di Selat Malaka yang disebut Malacca Straits Patrol (MSP). Dua macam

Pemeriksaan kendaraan yang melewati jalan raya di depan Pos Satgas Pamtas RI-Malaysia, Yonif Linud 433 Kostrad

(22)

kerjasama pengamanan yang dilaksanakan yaitu :

(1) Di wilayah laut yang disebut Malacca Straits Sea Patrol (MSSP) yang pelaksanaannya merupakan kegiatan patroli laut terkoordinasi di wilayah masing-masing.

(2) Di wilayah udara dilaksanakan Patroli Maritim Udara Bersama yang disebut Eyes in the Sky (EiS). Patroli ini dilaksanakan dengan menggunakan pesawat dari salah satu negara secara bergantian dan di dalamnya terdapat awak pesawat sebagai LO dari negara yang lain yang disebut CMPT (Combine Mission Patrol Team). Patroli ini bertujuan untuk mendukung pelaksanaan patroli laut. Untuk mengevaluasi kedua patroli tersebut telah dibentuk komite bersama MSP JCC (Malacca Straits Patrol Joint Coordinating Committee) dan MSSP JWG (Malacca Straits Sea Patrol Joint Working Group) sedangkan untuk patroli udara telah dibentuk EiS JWG (Eyes in the Sky Joint Working Group).

Sinergisitas Pengelolaan Keamanan Perbatasan

Pengelolaan keamanan di perbatasan merupakan suatu wujud tanggung jawab negara dalam menjaga integritas wilayahnya. Hal ini dapat terlihat dari adanya berbagai aturan yang secara legal formal telah cukup memadai. Namun demikian bila ditilik lebih jauh Indonesia belum memiliki sebuah aturan yang baku dan komprehensif yang dikhususkan untuk mengelola keamanan perbatasan. Kebijakan keamanan perbatasan masih bersifat parsial, hal ini dapat dilihat dari berbagai aturan yang berlaku antara lain Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004, Pasal 7 Ayat (2) tentang Tugas Pokok TNI dalam Operasi Militer Selain Perang, di antaranya “Mengamankan wilayah perbatasan” maka TNI telah menempatkan pasukan pengamanan di wilayah perbatasan RI. Kemudian, Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yang mengamanatkan bahwa “Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum”. Selain itu, Undang-Undang RI Nomor 9 Tahun 1992 tentang keimigrasian dijelaskan mengenai wewenang yang dimiliki oleh lembaga keimigrasian, di antaranya pemberian paspor, dan berbagai tindakan keimigrasian termasuk larangan memasuki wilayah RI, serta karantina maupun Pemeriksaaan terhadap warga masyarakat yang

melintas di perbatasan darat RI-Malaysia di daerah Kalimantan Utara.

(23)

deportasi. Selanjutnya, U n d a n g - U n d a n g Nomor 37 Tahun 1999 mengamanatkan bahwa Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) merupakan koordinator dalam hubungan luar negeri, termasuk yang berkenaan dengan masalah perbatasan yang merupakan urusan dari kedua negara bertetangga, yang pada dasarnya tidak dapat diselesaikan oleh pihak yang tidak terkait langsung, di mana Kemenlu merupakan lembaga utama dalam memerankan urusan tersebut. Dengan peran dan tanggung jawab yang demikian maka Kemenlu sangat diharapkan mampu memerankan beberapa urusan yang terkait dengan perbatasan tersebut, termasuk di diantaranya masalah keamanan.

Dari berbagai aturan kebijakan pengamanan perbatasan tersebut pada akhirnya sinergisitas dalam pembuatan program dan kebijakan dari instansi pemerintah yang terkait dengan pengamanan di perbatasan belum ada keterpaduan. Meskipun pada dasarnya setiap instansi membuka peluang untuk saling menopang satu dengan yang lainnya sebagaimana yang telah tertuang dalam berbagai peraturan perundang-undangan, namun belum terlihat adanya suatu organisasi keamanan perbatasan yang terintegrasi dalam satu komando. Tiap-tiap instansi masih terlihat mempunyai pemahaman dalam menjabarkan program keamanan di perbatasan, hal ini terjadi dikarenakan visi dan misi dari masing-masing instansi yang tidak sama. Dengan demikian pengelolaan kebijakan dari berbagai instansi masih terlihat otonom dikarenakan persoalan pengamanan perbatasan tidak berada dalam satu visi yang seharusnya dapat dipahami secara bersama-sama.

Kondisi demikian menunjukkan bahwa sinergisitas pelaksanaan pengamanan perbatasan masih perlu dioptimalkan. Kebijakan dari instansi terkait yang masih parsial, tidak adanya rantai komando yang jelas, penganggaran yang tidak terkoordinasi dengan baik serta adanya perbedaan skala prioritas dari tiap-tiap instansi pada gilirannya akan bermuara pada pengelolaan pengamanan perbatasan yang masih terlihat saling tumpang tindih. Hal ini berimplikasi tidak hanya dalam hal keamanan itu sendiri, namun berpengaruh terhadap upaya mensejahterakan masyarakat perbatasan.

Saat ini Indonesia belum memiliki aturan yang khusus mengelola persoalan keamanan perbatasan. Aturan pengelolalaan keamanan perbatasan yang ada saat ini masih bersifat parsial. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara, pada dasarnya telah memenuhi kepentingan publik, terutama yang berkaitan dengan penjelasan tentang posisi geografis Indonesia dan dapat dijadikan landasan atau payung hukum, dalam memastikan kedudukan wilayah perbatasan sebagai wilayah yang harus diberdayakan dan disejahterakan. Undang-Undang tersebut juga telah memberikan peluang berdirinya sebuah institusi khusus baru, yang tidak melibatkan berbagai institusi terkait selama ini, yang akan bertanggung jawab langsung terhadap persoalan di wilayah perbatasan dengan melibatkan berbagai kalangan di pusat maupun daerah.

Bila dicermati dari substansinya UU ini, masih belum ditemui pasal yang mengatur secara khusus kepada hal-hal yang berkaitan dengan masalah keamanan. Masalah keamanan perbatasan yang tertuang dalam Pasal 2 mengenai asas dari UU ini dan Pasal 10 mengenai kewenangan pemerintah pusat dalam pengelolaan wilayah perbatasan di mana “menjaga keamanan” merupakan bagian dari kewenangan pemerintah pusat. Adapun kebijakan pemerintah pusat tentang keamanan di perbatasan hingga saat ini masih berdasarkan pada “ kebijakan dan program beberapa instansi pemerintah yang memiliki keterkaitan dengan keamanan di perbatasan”. Di antaranya TNI, POLRI, Keimigrasian, Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Dalam Negeri.

Guna menindak lanjuti subtansi UU Nomor 43 Tahun 2008 tersebut, maka pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia, Nomor 12 Tahun 2010 tanggal 25 Januari 2010 tentang Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP). Pada Pasal 3 Kepres ini, menetapkan bahwa BNPP mempunyai tugas menetapkan kebijakan program pembangunan perbatasan, menetapkan rencana kebutuhan anggaran, mengkoordinasikan pelaksanaan, dan melaksanakan evaluasi dan pengawasan terhadap pengelolaan batas wilayah negara. Adapun Badan Pengelola perbatasan di daerah di koordinasi oleh Gubernur Propensi yang mempunyai wilayah perbatasan, sebagaimana

(24)

tertuang dalam Pasal 17 ayat (3).

Permasalahan pengelolaan keamanan perbatasan dalam Kepres ini, juga belum disinggung secara jelas. Permasalahan keamanan hanya dijelaskan sekilas pada Pasal 4, huruf d, yang menyatakan bahwa BNPP menyelenggarakan fungsi tentang pengelolaan dan fasilitas penugasan, pemeliharaan dan pengamanan Batas Wilayah Negara.

Adapun kebijakan tentang pengelolaan pulau-pulau kecil terluar yang diatur melalui Perpres RI Nomor 78 Tahun 2005 masih belum ditemui pasal yang mengatur secara khusus kepada hal-hal yang berkaitan dengan masalah keamanan. Permasalahan keamanan hanya disinggung secara sekilas pada Pasal 4 Ayat (2) menyatakan bahwa pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar dilakukan secara terpadu antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah meliputi bidang-bidang di antaranya pertahanan dan keamanan.

Meskipun pada dasarnya setiap instansi mempunyai komitmen yang sama untuk saling membantu dan saling menyatakan untuk siap bekerja sama, sebagaimana yang telah tertuang oleh berbagai peraturan perundang-undangan, namun pada pelaksanaan di lapangan kadang-kadang berbeda. Hal ini terjadi karena tidak adanya payung hukum yang secara spesifik mengatur tentang pengamanan perbatasan. Sehingga berakibat pada kecenderungan terjadinya pengelolaan kebijakan keamanan masing-masing instansi yang cenderung otonom, dikarenakan masalah pengelolaan keamanan perbatasan tersebut tidak berada dalam satu atap, yang dilandasi oleh sebuah aturan yang komprehensif. Kondisi demikian berdampak pada kebijakan pengelolaan keamanan yang tidak terpadu dan tidak efektif, lemahnya

koordinasi antar instansi terkait karena tidak adanya rantai komando yang yang jelas, ditambah minimnya dan tidak sinkronnya anggaran yang dialokasikan, sehingga berakibat pada pelaksanaan pengelolaan keamanan yang kurang optimal dan kurang efisien.

Meningkatkan Peran TNI

Selama ini pelaksanaan tugas yang diberikan kepada TNI sudah dilaksanakan dengan baik,namun demikian masih terdapat peluang dan upaya untuk lebih mendapatkan hasil yang lebih optimal.

Adapun upaya untuk lebih meningkatkan Peran TNI ,sehingga hasilnya lebih optimal antara lain pertama, menambah jumlah pos perbatasan/pos pengamanan khususnya untuk pulau terluar agar dapat mengawasi dan mengamankan lebih luas wilayah di pulau terluar. Kedua, mengoptimalkan kemampuan pos pengaman yang sudah ada dengan melengkapi sarana dan prasarana pendukungnya, khususnya alat transportasi dan pembangunan pos pengamanan perbatasan. Ketiga, mengefektifkan forum kerjasama perbatasan dalam hal ini BNPP agar terjalin sinergitas lebih baik lagi khususnya pada strata teknis di lapangan. Keempat, meningkatkan anggaran pengaman perbatasan sehingga dapat mendukung pelaksanaan tugas pasukan pam tas yang lebih optimal. Kelima, menambah jumlah/efektifitas prajurit TNI yang menjelang purnatugas yang masih produktif/sehat untuk menjadi transmigran di perbatasan negara, dengan dibekali kemampuan sesuai bidang dan kondisi tempat yang disiapkan, Keenam, membangun sarana dan prasarana di perbatasan,khususnya perbatasan darat dengan negara sahabat,seperti pembangunan jalan dan lapangan terbang dengan melibatkan satuan/prajurit TNI khususnya prajurit Zeni lebih optimal lagi,sehingga dapat membantu percepatan pembangunan wilayah perbatasan.

(25)

Ter-Nama : Adi Sudaryanto,S.IP Pangkat : Brigjen Tni.

Jabatan : Pati staf Khusus Kasad.

Riwayat Pendidikan : 1. Akmil/1984. 2.Susarcab Zeni/1984. 3.Sussar Para/1983. 4.Suspa Intelpur/1989. 5.Suslapa-1 Zeni/1995. 6.Suslapa-2 Zeni/1996. 7.Suspa Intel strat Tk.1/1997. 8.Seskoad/1999-2000. 9.Susdanlemdik/2008.

10.Lemhannas Ri PPRA-50/2013.

Penugasan :

1.Danton Yon zipur 8 Dam VII/WRb. 2.Kasi Intel Yonzipur 8 Dam VII/Wrb.

3.Danki Jihandak Ditziad. 4.Gumiltih Gol VII Pusdikzi. 5.Kasi Nikzi Pusdikzi.

6.Kasi DikBangspesba Ditziad. 7.Dandenzipur 7 Dam VI/Tpr. 8.Kasi Bangmil Pusdiksi.

9.Kasi Intelrem 101/Ant,.Pby Min Inteldam VI/Tpr. 10.Kasi Intelrem 091/Asn.

11.Dandim 1009/Plh. 12. Waas Inteldam VI/Tpr. 13.Kazidam III/Slw.

14.Aslog Kasdam XVII/Cen. 15.Danpusdikzi Kodiklat TNI AD. 16.Danrem 033/WP.

17.Irdam I/BB,.Irlog Itjenad.

18.Bandep Bid Pemerintahan Setjen Wantannas. 19.Pati Sahli Tk.II Bid Wassus dan LH Panglima TNI. 20.Pati Staf Khusus Kasad.

(26)

Upaya KOREM 064/MY

Membantu Penanggulangan

Bencana Alam

di Provinsi Banten

Upaya KOREM 064/MY

Membantu Penanggulangan

Bencana Alam

di Provinsi Banten

J

ajaran pegunungan yang membentuk cincin pegunungan berapi mengelilingi wilayah Indonesia yang disebut sebagai “ring of fire”, menyebabkan khususnya sepanjang Busur Sunda-Banda di mana Provinsi Banten merupakan bagian dari padanya, menjadi sangat rentan terhadap bencana alam geologi seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, tanah longsor dan lain-lain.

Di wilayah Banten terdapat zona tunjaman atau subduksi di sepanjang Banten bagian selatan di daerah Samudra Indonesia. Pergerakan lempeng pada zona subduksi ini menurut data rata-rata 7,5 mm/tahun. Gempa bumi biasanya bersumber dari terjadinya pergeseran atau pelepasan energi pada zona subduksi seperti ini. Di daerah Banten selatan yaitu di daerah Sumur - Ujung Kulon, sering terjadi gempa dan gempa terakhir yang cukup besar terjadi pada 16 Oktober 2009 dengan kekuatan 6,3 SR pada kedalaman 53,7 Km. Gempa di daerah ini harus diwaspadai karena kerap diikuti tsunami di pantai-pantai daerah selatan Banten, karena selama ini sumber gempa Banten biasanya bersumber di daerah selatan yaitu sekitar Lampung, Ujung Kulon, daerah Bayah hingga Pelabuhan Ratu yang

Naskah:

Kolonel Ana Supriatna, S.I.P., M.Si. (Danrem 064/MY)

Berbagai jenis bencana yang dapat terjadi di wilayah Banten meliputi bencana geologi maupun

bencana Industri akan sangat berpengaruh terhadap wilayah lainnya, disebabkan Banten

merupakan urat nadi penting bagi perekonomian di Indonesia, karena merupakan penghubung

antara Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera, sehingga kebencanaan yang dihadapinya dipandang

(27)

merupakan jalur tumbukan lempeng/subdaksi lempeng Indo Australia dengan lempeng Eurasia1.

Wilayah Banten juga terdapat daerah rawan bencana tanah longsor yang meliputi daerah Mancak, Anyer, Cinangka, Ciomas dan Padarincang di Kabupaten. Serang. Daerah Mandalawangi, Jiput, Munjul, Panimbang, Cikeusik, Cigeulis, Sumur, Cibaliung dan Cimanggu di Kabupaten Pandeglang. Daerah Cimarga, Cileles, Bayah, Malingping, Bojongmanik, Leuwidamar, Muncang, Cijaku, Cigemblong, Banjarsari, Panggarangan, Cilograng, Cibeber, Sajira dan daerah Cipanas di wilayah Kabupaten Lebak.

Provinsi Banten juga memiliki potensi bahaya letusan gunung terutama yang berasal dari Gunung Krakatau di Selat Sunda. Sejarah

1 Potensi Bencana Geologi di Provinsi Banten, oleh : Eko Palmadi 2013

telah mencatat letusan Gunung Krakatau pada 27 Agustus 1883 telah menewaskan lebih dari 40.000 orang yang sebagian besar diakibatkan oleh tsunami akibat letusan gunung tersebut.

Provinsi Banten merupakan salah satu kawasan andalan nasional di Indonesia untuk sektor industri dan pariwisata. Kedua sektor andalan tersebut tersebar di wilayah Korem 064/MY seperti Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, dan Kota Cilegon. Di Banten terdapat pabrik baja terbesar di tanah Air, yakni Krakatau Steel yang didirikan pada tahun 1966 yang termasuk dalam wilayah Kota Cilegon. Kota ini memang dikenal sebagai kota industri, hal tersebut turut mendorong Cilegon sehingga disebut sebagai Kota Baja, mengingat kota ini merupakan penghasil baja terbesar di Asia Tenggara yang mencapai sekitar 6 (enam) juta ton baja setiap tahunnya. Selain itu, di kota ini juga terdapat berbagai macam Pembukaan latihan penggulangan bencana

(28)

objek vital negara antara lain Pelabuhan Merak, Pelabuhan Cigading, Habeam Centre, Kawasan Industri Krakatau Steel, PLTU Suralaya, PLTU Krakatau Daya Listrik, Krakatau Tirta Industri Water Treatment Plant, dan (Rencana Lot) Kawasan Industri Berikat Selat Sunda2.

Selain di kawasan Cilegon, kawasan industri lainnya di Provinsi Banten terdapat

2 Seminar Nasional Penanggulangan Bencana Kegagalan Teknologi Pada Industri Di Provinsi Banten, dg tema Kegagalan Industri Adalah Ancaman Bagi Pemerintah, Masyarakat dan Lingkungan, Tahun 2014.

musim kemarau, amat beresiko mengakibatkan terjadinya bencana banjir, tanah longsor dan angin topan serta bencana kekeringan dan kebakaran hutan dan lahan. Hal ini memerlukan penanganan yang sistematis, terpadu, dan terkoordinasi sebagai upaya Korem 064/MY membantu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan masyarakat dalam penanggulangan bencana alam di Provinsi Banten.

Berangkat dari permasalahan di atas Korem 064/MY sesuai dengan UU RI Nomor 34 tahun 20043, memiliki tugas pokok operasi

militer selain perang (OMSP), salah satu tugas tersebut adalah membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian dan pemberian bantuan kemanusiaan. Agar Korem 064/MY memiliki kesiapan yang lebih baik dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana alam di wilayahnya, maka perlu untuk mengoptimalkan kesiapan baik aspek organisasi, personel maupun materiil. sehingga diharapkan ke depan jika terjadi bencana alam di suatu wilayah dan diminta untuk membantu, maka Korem 064/MY dan jajarannya dituntut memiliki kesiapan untuk membantu pemerintah daerah secara efektif dan efisien. Apalagi, tuntutan dan harapan masyarakat terhadap keterlibatan jajaran Korem 064/MY dalam penanggulangan bencana alam sangat tinggi.

TNI sebagai bagian dari komponen bangsa, wajib untuk turut serta melindungi dan membantu masyarakat yang terkena musibah bencana alam baik diminta maupun tidak. Ancaman atau bencana yang terjadi di suatu wilayah Indonesia merupakan ancaman atau bencana bagi seluruh bangsa yang harus dihadapi dan ditanggulangi oleh seluruh bangsa indonesia tanpa memandang suku, agama, ras, ataupun golongan4. Ancaman

terhadap kelestarian bumi secara umum saat ini bisa dikatakan sudah mencapai titik mengkhawatirkan. Eksploitasi terhadap sumber daya alam dan pemanfaatan sumber energi yang berlebihan berdampak pada

3 Pasal 7 ayat 2 UU RI No 34 Tahun 2004 tentang TNI 4 Hakekat wawasan kebangsaan, oleh Direktorat

Pendidi-di wilayah Serang Timur yang masuk wilayah Kabupaten Serang, serta di Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang. Di berbagai wilayah tersebut tersebar bermacam macam jenis industry, mulai dari industri padat karya, dengan ratusan bahkan ribuan buruh, hingga industri yang memanfaatkan teknologi biasa sampai mesin teknologi tinggi dan beberapa industri kimia, bahan alam, dan pengolahan plastik yang berpotensi menghasilkan efek samping, misalkan polutan yang berbahaya bagi masyarakat dan lingkungan.

Oleh sebab itu, wajar jika Banten merupakan daerah yang rawan dengan terjadinya bencana geologi maupun bencana industri akibat kegagalan teknologi. Di samping itu, sebagai daerah tropis dan memiliki musim hujan dan Pelatihan penanggulangan

(29)

pemanasan global (global warming), yang dapat menyebabkan berbagai bencana. Banten secara umum hampir seluruh wilayahnya memiliki potensi bahaya yang sangat tinggi dan beragam baik berupa bencana alam, bencana akibat ulah manusia ataupun murni akibat bencana geologi.

Wilayah Banten jika ditinjau dari aspek geografi, demografi maupun kondisi sosial juga mengandung potensi kerawanan yang harus diantisipasi. Kondisi geografi5 di mana secara

umum terdiri dari medan pegunungan, lembah dan bukit, sungai besar dan kecil serta hutan yang sebagian besar telah rusak dan gundul akibat ulah manusia. Sungai yang telah dangkal dan menyempit, dikotori sampah dan limbah, penataan tata ruang di sebagian wilayah masih mengorbankan lahan hijau dan persawahan untuk kepentingan industri, pemukiman telah merambah ke perbukitan dan daerah resapan air. Di sebagian daerah memiliki curah hujan yang sangat tinggi, sedangkan di daerah lain justru daerah kering dan gersang.

Penyebaran penduduk juga tidak merata akibat kesenjangan ekonomi yang menyebabkan arus urbanisasi, di satu sisi ada daerah yang sangat padat di sisi lain ada daerah yang sangat jarang penduduknya. Penduduk dengan tingkatan sosial ekonomi dan pendidikan yang lebih baik umumnya terkonsentrasi di perkotaan, sementara penduduk dengan tingkatan sosial dan ekonomi kurang baik berada di pedesaan. Laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dari tahun ke tahun, menyebabkan lonjakan jumlah penduduk yang tidak sesuai dengan penyediaan lapangan kerja, pendidikan dan ketersediaan pangan.

Dampak dari reformasi mempengaruhi segala bidang kehidupan sosial, ekonomi, hukum dan politik. dengan dalih kebebasan dan alasan ekonomi, hutan dirusak dan digunduli. sungai penuh sampah dan makin menyempit akibat bangunan liar di bantaran. Sifat gotong-royong dan musyawarah pada beberapa daerah juga telah menurun ditambah kewibawaan pemerintah dan aparat penegak

5 Kondisi geografis Banten, Bantenprov.go.id, 2012

hukum makin memudar, sehingga masyarakat cenderung main hakim sendiri. Kondisi perekonomian merosot akibat krisis ekonomi global akibatnya jumlah penduduk miskin meningkat, pengangguran meningkat, daya beli masyarakat semakin tertekan, sementara harga-harga semakin melambung tinggi sehingga dikhawatirkan akan menyebabkan anak-anak tidak bisa sekolah akibat terbentur biaya, dan kebodohan menjadi ancaman serius sebagai bencana baru dimasa mendatang.

Keterlibatan Korem 064/MY dalam mengatasi dampak bencana alam di wilayah Banten adalah sebagai bentuk keterpanggilan dan kepedulian untuk ikut serta mengurangi beban masyarakat yang sedang mengalami musibah. Karena sesuai undang-undang yang berlaku, bahwa penempatan peran TNI dalam penanganan bencana alam adalah selalu siap sedia untuk membantu penanggulangan bencana, namun kenyataannya kondisi di lapangan yang terjadi justru sebaliknya, seolah-olah aparat TNI sebagai pihak yang paling bertanggung jawab sehingga dengan keterbatasan yang ada dituntut untuk terjun ke lapangan membantu masyarakat yang terkena bencana.

Oleh karena itu dihadapkan dengan skala dan intensitas bencana yang cukup tinggi akhir-akhir ini, sekalipun dirasakan tidak sebanding dengan kesiapan dan kemampuan TNI baik dari segi organisasi, personel maupun materiil yang dimiliki saat ini. Peranan TNI dalam penanganan bencana sangat penting, mengingat sistem organisasi yang dimiliki TNI terstruktur dengan baik. Batasan/prosedur yang mengikat satuan TNI dalam melaksanakan tugas tidak selamanya harus mengikuti tahapan yang sudah ditentukan terutama dalam perbantuan TNI dalam penanggulangan bencana alam. Setiap prajurit TNI harus memiliki kepedulian serta perlu adanya upaya untuk mengoptimalkan kesiapan TNI dalam penanggulangan bencana alam khususnya aspek organisasi, personel dan materil sehingga semakin mendekatkan diri dan menciptakan citra yang positif terhadap masyarakat Banten.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jumlah individu di stasiun Bahowo jauh lebih banyak dibanding- kan dengan jumlah individu di stasiun Batu meja dan Rap-Rap,

Siklus Otto ideal terdiri dari dua proses volume konstan dan dua proses adiabatik, seperti yang ditunjukkan oleh gambar 8..

Danang Wahyu Lisnawan (2005) dalam penelitiannya yang berjudul: “Analisa Keruangan Pasar Burung Depok di Kelurahan Manahan Kecamatan Banjarsari Surakarta”, bertujuan: 1)

Para akhli Psikologi dan pendidikan pada umumnya berkeyakinan bahwa dua orang anak (yang kembar sekalipun) tidak pernah memiliki respon yang sama persis terhadap situasi

Submarine canyon berbentuk seperti lembah yang memotong lereng benua (continental slope) dan membentang pada bagian landasan benua (continental shelf)

Pernyataan yang setara dengan pernyataan “Jika dia tidak miskin dan bahagia maka dia kaya.” adalah ….. Jika dia miskin atau tidak bahagia maka

kriteria sangat menarik. Tidak hanya dalam bentuk tabel hasil.. penilaian peserta didik terhadap media pop-up book terintegrasi ayat-ayat Al- Qur’ an juga disajikan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Jenis kesalahan siswa dalam mengerjakan soal pada materi Hukum Newton tentang Gravitasi adalah kesalahan comprehension,