• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

2. Khusus

a. Mengidentifikasi profil penyakit infeksi pada pasien pediatrik rawat inap di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periodeJanuari 2013 berdasarkan diagnosis kerja pada data rekam medis dan kemungkinan adanya penyakit penyerta pasien.

b. Mengidentifikasi profil peresepan antibiotika pada pasien pediatrik rawat inap di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Januari 2013.

c. Melihat rasionalitas peresepan antibiotika pada pasien pediatrik rawat inap di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Januari 2013 dikaji dari segi kualitas penggunaan antibiotika menurut kriteria Gyssen.

10 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Antibiotika

Antibiotika merupakan zat kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme (bakteri dan jamur), yang mempunyai kemampuan dalam menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme. Antibiotika yang relatif non-toksik bagi pejamunya digunakan sebagai agen kemoterapetik dalam pengobatan penyakit infeksi pada manusia, hewan, tanaman. Istilah ini sebelumnya digunakan terbatas pada zat yang dihasikan oleh mikroorganisme, tetapi penggunaan istilah ini meluas meliputi senyawa sintetik dan semisintetik dengan aktivitas kimia yang mirip (Dorland, 2010).

Antibiotika memiliki sifat toksisitas selektif, yang artinya bersifat sangat toksik terhadap mikroba tetapi relatif tidak toksik terhadap hospes. Berdasarkan sifat toksisitas selektif, antibiotika memiliki dua aktivitas yaitu bakteriostatik dan bakterisid. Bakteriostatik bersifat menghambat pertumbuhan mikroba sedangkan bakterisid bersifat membunuh mikroba (Katzung, 1997).

1. Jenis Antibiotika

Berdasarkan spektrum kerja, antibiotika dibagi menjadi dua kelompok, yaitu berspektrum sempit (misalnya streptomisin) dan berspektrum luas (misalnya tetrasiklin dan kloramfenikol). Batas kedua spektrum ini terkadang tidak jelas. Walaupun suatu antibiotika berspektrum luas,

efektivitas kliniknya belum tentu seluas spektrumnya sebab efektivitas maksimal diperoleh dengan menggunakan obat terpilih untuk infeksi yang diderita terlepas dari efeknya terhadap mikroorganisme lain. Selain itu antibiotika berspektrum luas cenderung menimbulkan infeksi oleh kuman atau jamur yang resisten (Staf Pengajar FKUI, 2007).

2. Penggolongan antibiotika berdasarkan struktur kimia

Berdasarkan struktur kimianya antibiotika dibedakan menjadi :

1. B-laktam, contoh antibiotik : penisilin, sefalosforin dan karbapenem. 2. Makrolida, contoh antibiotik : eritromisin, spiramisin, azitromisin,

klaritromisin.

3. Aminoglikosida, contoh : streptomisin, neomisin, kanamisin, gentamisin, amikasin, tobramisin.

4. Fluorokuinolon, contoh : siprofloksasin, ofloksasin, levofloksasin. 5. Tetrasiklin, contoh : tetrasiklin, doksisiklin, oksitetrasiklin.

6. Kuinolon, contoh : asam nalidiksat

7. Glikopeptida, contoh : vankomisin, teikoplanin.

8. Antibiotika jenis lain : kloramfenikol, tiamfenikol,metronidazol, kotrimoksazol, klindamisin.

( Kasper et. al., 2005, Setiabudi, 2007). 3. Mekanisme kerja antibiotika

Berdasarkan mekanisme kerjanya, antibiotika dibedakan menjadi 5 kelompok yaitu :

1. Inhibisi sinstesis protein bakteri. Sel dari bakteri akan mensitensis berbagai macam protein yang berada di ribosom dengan bantuan mRNA dan tRNA. Penghambatan ini terjadi melalui interaksi antara ribosom dengan bakteri, antibiotika yang termasuk kelompok ini adalah aminoglikosida, makrolida, linkomisin, tetrasiklin dan kloramfenikol. Selain aminoglikosida, pada umumnya obat ini bersifat bakteriostatik.

2. Inhibisi sintesis dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yang merupakan suatu kompleks polimer glikopeptida. Antibiotika golongan ini dapat mengakibatkan lisis sel pada bakteri. Antibiotika yang termasuk dalam golongan ini adalah sefalosforin, penisilin, basitrasin, vankomisin, dan sikloserin yang pada umumnya bersifat bakterisidal.

3. Inhibisi metabolisme bakteri (antibiotika yang mempengaruhi sitesis asam folat dari bakteri. Antibiotika yangtermasuk dalam golongan ini adalah sulfonamida, trimetoprim, aal paminosalisilat dan sulfon yang pada umumnya bersifat bakteriostatik.

4. Inhibisi sitesis atau aktivitas asam nukleat dari bakteri. Antibiotika yang temasuk golongan ini adalah rimfapisin dan antibiotika golongan kuinolon.

5. Antibiotika yang mempengaruhi permeabilitas membran sel bakteri. Antibiotika yang termasuk golongan ini adalah polimiksin.

B. Penggunaan antibiotika

Penggunaan antibiotika secara bijak erat kaitannya dengan penggunaan antibiotika berspektrum sempit dengan indikasi yang tepat, tepat dosis, serta pemakaian tidak lebih lama dari yang dibutuhkan.Terapi inisial dapat menggunakan antibiotik spektrum luas dan sebaiknya segera disesuaikan setelah hasil laboratorium mikrobiologi keluar. Proses ini disebut

streamlining(Staf Pengajar FKUI, 2008). Hal ini tidak hanya mengubah dari spektrum luas ke spektrum yang lebih sempit, tetapi juga dari terapi kombinasi ke terapi tunggal, serta dari antibiotika jenis baru ke jenis yang lebih lama. Strategi ini lebih menguntungkan dalam hal biaya, dapat menambah pengalaman dengan obat jenis lama terhadap jenis infeksi yang sama serta pencegahan terjadinya resistensi. Indikasi yang tepat diawali dengan diagnosis infeksi yang tepat. Antibiotika tidak diresepkan pada kasus infeksi virus atau self limited disease (Dertarani, 2009).

1. Penggunaan antibiotika pada pasien anak

Anak-anak berbeda dengan orang dewasa terutama pada dosis yang digunakan. Kurangnya data penting mengenai farmakokinetika dan farmakondinamika pada anak yang sering menimbulkan masalah keamananan dalam penggunaan obat maupun antibiotika pada anak (Staf Pengajar FKUI, 2008).

Efektivitas dan keamanan obat itu berbeda antara pada anak dan dewasa. Untuk menentukan kosentrasi efektif pada anak-anak itu bukanlah masalah

yang mudah. Pada penemuaan obat baru, penelitian farmakologis dan toksikologis umumnya dilakukan pada populasi dewasa, sehingga informasi yang didapat pada anak-anak dan bayi sangat kurang (Staf Pengajar FKUI, 2008).

Dalam penggunaan obat perlu memperhatikan perubahan fungsi organ yang sedang tumbuh ataupun berkembang yang terjadi pada anak-anak. Perkembangan organ tersebut akan mengakibatkan distribusi, metabolisme dan eliminasi obat pada anak yang dapat berbeda. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain (Staf Pengajar FKUI, 2008) :

a. Absorpsi

Pada labung dengan pHnetral pada saat kelahiran , namun akan turun ke tingkat dewasa pada umur 2-3 tahun. Pengosongan lambung juga lebih lambat pada 3 bulan pertama. Obat yang tidak stabil terhadap asam, seperti penisilin oral, akan lebih efisien jika diabsorpsi pada usia anak 3 bulan pertama dibandingkan dengan anak yang lebih tua atau dewasa. Absorpsi obat yang bervariasi di saluran cerna, tempat injeksi intrmuskular, dan kulit perlu diperhatikan terhadap pasien anak, terutama pada bayi prematur dan bayi yang baru lahir.

b. Distribusi

Ikatan protein obat juga bervariasi sesuai dengan usia, pada bayi lebih sedikit. Penurunan tempat ikatan protein dapat meningkatkan volume

distribusi dari obat, yang dapat mempengaruhi waktu paruh dan kosentrasi obat- obat tertentu.

c. Metabolisme

Banyak obat termasuk antibiotika yang akan mengalami biotransformasi metabolik sebelum tereliminasi dari tubuh. Sebagian dari transformasi tersebit akan dipengaruhi oleh berbagai macam sistm ensim yang terdapat di hati. Pada bayi, organ dan enzim masih dalam bentuk proses berkembang.

d.Ekskresi

Pada bayi yang baru lahir, fungsi ginjal masih kurang efisien dibandingkan dengan anak-anak, karena fungsi dari glomerulus dan tubulus sedang mengalami pematangan. Kecepatan klirens pada bayi yang baru lahir sekitar sepertiga dari anak-anak. Namun pada sebagian besar bayi dapat mencapai filtrasi glomelurus seperti yang terjadi pada orang dewasa pada usia 12 bulan.

Metode dalam pemberian obat yang khusus sering diperlukan pada bayi dan anak. Banyak obat yang diperlukan pada anak namun kadang tidak tersedia dalam sediaan yang tepat untuk digunakan pada anak, oleh karena itu sediaan obat pada orang dewasa perlu dimodifikasi agar dapat diterima oleh bayi dan anak namun tetap harus menjamin potensi dan keamananya.

Berdasarkan penggunaannya, antibiotika digunakan dalam 3 jenis terapi yaitu :

a. Terapi empiris : terapi yang diberikan berdasarkan diagnosis klinis dengan pendekatan ilmiah dari klinisisebelum mikroorganisme penyebab dapat diidentifikasi dan antibiotika yang spesifik dapat ditentukan.

b. Terapi definitif : pemberian antibiotika untuk mikroorganisme spesifik yang menyebabkan infeksi aktif.

c. Profilaksis : pemberian antibiotika untuk mencegah agar tidak terjadi infeksi.

Kualitas penggunaan antibiotika untuk terapi empiris dan profilaksis umumnya dinilai dari data yang tersedia di penelitian lokal dan resistensi mikroba serta dari informasi yang didapatkan pada epidemiologi infeksi dan organisme penyebab lokal ( Gyssens, 2005)

C. Kajian Rasionalitas penggunaan antibiotika

Pengkajian kualitas penggunaan antibiotika dapat dilakukan dengan pendekatan retrospektif dengan melihat rekam medik. Penilaian penggunaan antibiotika yang rasional atau tidak rasional berdasarkan indikasi, dosis, lama pemberian, pilihan jenis, dan lain-lain (Shea, 2001).

Penilaian peresepan antibiotika yang akan dilakukan menggunakan metode Gyssens (2001) yang terbagi dalam kategori 0-VI dan akan dinyatakan dalam presentase(Van Der Meer, 2003). Metode Gyssens ini berbentuk diagram alir yang diadaptasi dari kriteria (Kunin et. al). Metode ini mengevaluasi seluruh aspek mengenai peresepan antibiotika, misalnya seperti penilaian peresepan atau penggunaan alternatif yang lebih efektif, lebih tidak toksik, lebih murah, spektrum lebih sempit. Selain itu juga dievaluasi lama penggunaan obat dan dosis, interval rute pemberian serta waktu pemberian (Gyssens, 2005).

Diagram alir Gyssen ini merupakan alat yang sangat penting untuk menilai suatu penggunaan antibiotika. Dengan menggunakan diagram alir Gyssens ini, terapi empiris dapat dinilai, demikian juga dengan terapi definitif setelah pemeriksaan mikrobiologi dapat diketahui (Gyssens, 2005).

Gambar diagram alur penilaian kualitas pemberian antibiotika metode Gyssens

Evaluasi antibiotika dimulai dari kotak yang paling atas, yaitu dengan melihat apakah data pasien sudah lengkap atau tidak untuk bisa digunakan dalam mengkategorikan penggunaan antibiotika.

1. Bila data tidak lengkap, berhenti di ketgori VI.

Data tidak lengkap adalah data rekam medis tanpa diagnosis kerja, atau ada halaman rekam medis yang hilang sehingga tidak dapat dievaluasi. Pemeriksaan penunjang/laboratorium tidak harus dilakukan karena mungkin tidak ada biaya, dengan catatan sudah direncanakan pemeriksaannya untuk mendukung diagnosis. Diagnosis kerja dapat ditegakkan secara klinis dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Bila data lengkap, dilanjutkan dengan pertanyaan di bawahnya, apakah ada infeksi yang membutuhkan antibiotika?

2. Bila tidak ada indikasi pemberian antibiotika, berhenti di kategori V.

Bila antibiotika memang terindikasi, lanjutkan dengan pertanyaan di bawahnya. Apakah pemilihan antibiotika sudah tepat ?

3. Bila ada pilihan antibiotika lain yang lebih efektif, berhenti di kategori IVa.

Bila tidak, lanjutkan dengan pertanyaan di bawahnya, apakah ada alternatif lain yang kurang toksik ?

4. Bila ada pilihan antibitika lain yang kurang toksik, berhenti di kategori IVb.

Bila tidak, lanjutkan dengan pertanyaan di bawahnya, apakah ada alternatif lain yang spektrumnya lebih sempit ?

5. Bila ada pilihan antibiotika lain yang lebih murah, berhenti di kategori IVc.

Bila tidak, lanjutkan dengan pertanyaan di bawahnya, apakah ada alternatif lain yang spektrumnya lebih sempit ?

6. Bila ada pilihan antibiotika lain dengan spektrum yang lebih sempit, berhenti di kategori IVd.

Jika tidak ada alternatif lain yang lebih sempit, lanjutkan dengan pertanyaan di bawahnya, apakah durasi antibiotika yang diberikan terlalu panjang ?

7. Bila durasi pemberian antibiotika terlalu panjang, berhenti di kategori IIIa.

Bila tidak, diteruskan dengan pertanyaan apakah durasi antibiotika terlalu singkat ?

8. Bila durasi pemberian antibiotika terlalu singkat, berhenti di kategori IIIb.

Bila tidak, diteruskan dengan pertanyaan di bawahnya. Apakah dosis antibiotika yang diberikan sudah tepat ?

Bila dosisnya tepat, lanjutkan dengan pertanyaan berikutnya, apakah interval antibiotika yang diberikan sudah tepat ?

10.Bila interval pemberian antibiotika tidak tepat, berhenti di kategori IIb.

Bila intervalnya tepat, lanjutkan dengan pertanyaan di bawahnya. Apakah rute pemberian antibiotika sudah tepat ?

11.Bila rute pemberian antibiotika tidak tepat, berhenti di kategori IIc.

Bila rute tepat, lanjutkan ke kotak berikutnya.

12.Bila timing pemberian tidak tepat, berhenti dikategori I

13.Bilaantibiotika tidak termasuk kategori I sampai dengan VI, antibiotika tersebut merupakan kategori 0.

D. Keterangan Empiris

Masih terdapat ketidakrasionalan dalam peresepan antibiotika pada pasien pediatrik yang menjalani rawat inap. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kualitas peresepan antibiotika pasien pediatrik rawat inap di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Januari 2013 yang dikaji dengan pendekatan kualitatif menggunakan metode Gyssens.

23 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian kajian literatur rasionalitas antibiotika berdasarkan kriteria Gyssens pada pasien pediatrik rawat inap di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode bulan Januari 2013 merupakan jenis penelitian deskriptif evaluatif dengan rancangan penelitian cross sectional menggunakan data retrospektif.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel

a. Profil pasien

Profil pasien dalam penelitian ini meliputi umur, berat badan jenis kelamin.

b. Profil penyakit infeksi

Dalam penelitian ini yang dimaksud jenis penyakit infeksi yang terjadi pada pasien pediatrik yang ditetapkan berdasarkan diagnosis kerja yang tertulis di rekam medik.

c. Profil peresepan obat

Disini profil peresepan obat meliputi :

1. Golongan antibiotika yang dimaksud dalam penelitian misalnya golongan sefalosforin, golongan kuinolon.

2. Jenis antibiotika misalnya ampisilin, gentamisin, rifampisin dll.

3. Rute pemberian, misalnya intravena dan per oral.

4. Lama penggunaan yaitu jumlah hari penggunaan antibiotika. 5. Bentuk sediaan misalnya injeksi, tablet, dan sirup.

d. Kualitas / rasionalitas persepan antibiotika.

Kualitas/ rasionalitas ini di evaluasi menggunakan metode Gyssens (2011) yang akan dimasukkan dalam 10 kategori dengan kategori sebagai berikut :

0 : penggunaan tepat /rasional

I :timingtidak tepat

IIA : tidak tepat dosis

IIB : tidak tepat interval

IIC : tidak tepat cara pemberian

IIIA : pemberian yang terlalu lama

IIIB : pemberian yang terlalu singkat

IVA : ada antibiotika lain yang lebih efektif

IVB : ada antibiotika lain yang kurang toksik

IVD : ada antibiotika lain yang lebih spesifik

V : penggunaan antibiotika tanpa ada indikasi

VI : rekam medik tidak lengkap untuk dievaluasi

Golongan 0 termasuk kategori rasional.

Golongan I-V termasuk kategori tidak rasional

Pada penelitian ini kajian rasionalitas peresepan antibiotika dilakukan dengan menggunakan kriteria Gyssens (Gyssens & Meers, 2001). Literatur seperti , Tan & Rahardja (2007), Kemenkes (2011), Lacy, Amstrong, Goldman, Lace (2011), SPM (Standar Pelayanan Medik) RSUP Dr. Sardjito (2005) , berbagai buku farmakoterapi seperti Sukandar, dkk, (2008), Dipiro & Schwinghammer, Dipiro (2009), Gunawan (2012), dan berbagai jurnal terkait.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian terdiri dari pasienpediatrik rawat inap di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode bulan Januari 2013.

D. Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan adalah lembar rekam medik pasien pediatrik yang menerima resep obat antibiotika berdasarkan SPM (standar pelayanan medik) yang digunakan oleh di RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta periode bulan Januari 2013 yang ditulis oleh dokter, perawat dan apoteker mengenai data klinis pasien, pengobatan, dan pemeriksaan lainnya yang dilakukan.

E. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

1. Form yang digunakan untuk mengambil data pengobatan pasien (Lampiran 1).

2. Diagram Gyssen yang digunakan untuk mengkaji rasionalitas peresepan antibiotika. Literatur untuk mengkaji seperti yang telah disebutkan di atas.

F. Tempat Penelitian

Penelitian di bangsal anak INSKA II RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.Bangsal anak INSKA II terdiri atas sub-bagian ruangan yang terbagi atas paviliun VIP Cempaka Mulya, paviliun rawat inap kelas I, II dan III serta ruang NICU dan PICU.Tempat pengambilan data di instalasi catatan medik RSUP Dr. Sardjito Kota Yogyakarta.

G. Waktu pengambilan data

Pengambilan data dilakukan pada bulan September 2013 –

November 2013. H. Tata Cara Penelitian

Tata cara penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap Orientasi dan Studi Pendahuluan

Pada tahapan ini dilakukan penyusunan proposal kegiatan dan mengurus perizinan No. 1156/D/VII/13 (Lampiran X).Dilakukan pula pengurusan ethical clearance di RSUP Dr. Sardjito No.KE/FK/799/EC (Lampiran 3).

Pada tahap orientasi dilakukan pencarian informasi mengenai teknis pengambilan bahan penelitian. Setelah itu dilakukan studi pendahuluan mengenai teknis pengambilan data secara rinci. Dilakukan studi pendahuluan untuk mencari informasi tentang gambaran penggunaan antibiotika pada pasien pediatrik rawat inap di RSUP Dr. Sardjito selama periode Januari 2013. Hasil studi pendahuluan selama periode Januari 2013, tercatat ada 187 rekam medik pasien pediatrik rawat inap.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan, tidak didapatkan data pasti tentang berapa banyak pasien pediatrik yang benar-benar menggunakan antibiotika.

2. Pengambilan Data

Pengambilan data ini dilakukan dengan cara mencetak print out yang memuat data dasar pasien meliputi (Identitas, diagnosis masuk, diagnosis penyerta dan tanggal keluar-masuk RS) yang dirawat selama Januari 2013, lalu memilah rekam medik pasien. Untuk menentukan jumlah sampel yang masuk dalam kriteria

inklusi, peneliti mencocokan diagnosis utama dan penyerta dari pasien dengan standar pelayanan medik (SPM) yang digunakan RSUP Dr. Sardjito sehingga akan didapat data/bahan penelitian yang diperkirakan benar-benar menggunakan antibiotika. Pencocokan dengan menggunakan SPM merupakan teknis yang paling memungkinkan untuk memastikan bahwa rekam medis yang diambil adalah yang memuat penggunaan antibiotika pada pasien anak rawat inap di bangsal INSKA II selama periode penelitian, karena sistem yang digunakan RSUP Dr. Sardjito itu sendiri berbeda dengan rumah sakit lainya terkait dengan masalah teknis akses data yaitu harus membayar setiap rekam medik pasien yang keluar, sedangkan belum tentu semua rekam medik pasien yang keluar tersebut menerima resep antibiotika.

3. Penelusuran data

Penelusuran data dilakukan dengan cara melihat data rekam medik pasien pediatrik rawat inap yang memuat identitas, tanda vital, riwayat pengobatan, riwayat penyakit, lama tinggal di rumah sakit, anamnesis, diagnosis, obat yang diberikan (terapi), jenis antibiotika yang diberikan dan data laboratorium serta keterangan kesembuhan di rumah sakit tersebut.

Data yang di telusuri harus memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi.

1. Rekam medik pasien pediatrik rawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Januari 2013 yang dengan penyakit infeksi yang menerima resep antibiotika menurut SPM (standar pelayanan medik) di RSUP Dr. Sardjito

2. Rekam medik yang jelas terbaca.

3. Pasien dengan status keluar dari rumah sakit diizinkan dengan keadaan keluar membaik atau sembuh.

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Pasien yang mendapatkan antibiotika pulang paksa sebelum program pemberian antibiotika pasien tersebut selesai.

2. Pasienmelanjutkanpengobatan di tempat lain. 3. Pasien yang menjalani rawat inap di NICU/PICU. 4. Pasien dengan status meninggal dunia.

4. Pengolahan Data

Pengolahan data akan dilakukan dengan : 1. Editting dan Cleaning

Editting dilakukan dengan memeriksa ulang kelengkapan data –

data yang diperoleh dari rekam medik RSUP Dr. Sardjito YogyakartaperiodebulanJanuari 2013.Sedangkan Cleaning

dilakukan dengan memeriksa ulang data-data yang telah dimasukkan.

Analisis data dilakukan secara analisis deskriptif. Analisis deskriptif dilakukan dengan menguraikan data-data yang didapatkan dari rekam medik antara lain nama antibiotika, jenis antibiotika, dosis, frekuensi, rute pemberian, lama penggunaan, data demografi (umur, jenis kelamin). Penilaian kualitas penggunaan antibiotika di evaluasi dengan menggunakan kriteria Gyssens. Hasilnya disajikan dalam bentuk tabel berupa presentase peresepan antibiotika yang rasional atau tidak rasional .

5. Penyajian Data

Hasil yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dengan pembahasannya, yaitu profil pasien, profil penyakit, profil peresepan, evaluasi peresepan antibiotika yang diberikan kepada pasien pediatrik rawat inap Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Januari 2013.

31 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian mengenai Kajian Literatur Rasionalitas Peresepan Antibiotika Berdasarkan Kriteria Gyssens Pada Pasien Pediatrik Rawat Inap Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Januari 2013” dilakukan dengan cara menelusuri kasus pasien pediatrik rawat inap yang didiagnosa terkena penyakit infeksi dan menerima resep antibiotika. Disini data rekam medik yang digunakan bersifat

retrospektif.

Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini akan dibahas menjadi beberapa bagian, yaitu mengidentifikasi profil pasien, profil penyakit infeksi pada pasien pediatrik, mengidentifikasi profil penggunaan antibiotika pada pasien pediatrik dan mengevaluasi rasionalitas penggunaan antibiotika pada pasien pediatrik rawat inap di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Januari 2013 dikaji dari segi kualitas penggunaan antibiotika menurut kriteria Gyssen.

A. Profil Pasien

Selama periode Januari 2013, terdapat 31 pasien yang didiagnosa terkena penyakit infeksi dan dipastikan menerima resep antibiotika berdasarkan SPM (standar pelayanan medik) yang digunakan oleh RSUP Dr. Sardjito. Berdasarkan 31 rekam medik tersebut, didapatkan distribusi jenis kelamin dan umur, dapat di lihat pada Gambar 1 dan Tabel 1.

Gambar 1. Perbandingan jumlah pasien pediatrik laki-laki dan perempuan yang menerima antibiotika periode Januari 2013 di RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta

Tabel I. Distribusi jumlah pasien berdasarkan range usia pada pasien pediatrik periode Januari 2013 di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

Range Usia Jumlah pasien Presentase (%)

< 1 bulan - -

1 – 24 bulan 8 25,8%

2-12 tahun 23 74,2%

Total 31 100

Pembagian usia pada pasien pediatrik pada penelitian ini berdasarkan yang telah disebutkan World Health Organization (2007) yang membagi usia pediatrik menjadi : neonatus (≤ 1 bulan ), bayi (1-24 bulan), serta anak (2-12 tahun).

B. Profil Penyakit Infeksi

Dari 31 rekam medik didapatkan data profil penyakit infeksi yang ditemukan di RSUP Dr. Sardjito seperti yang dapat dilihat di Tabel II dan Tabel III dibawah ini.

Tabel II. Diagnosis utama penyakit pada pasien pediatrik periode Januari 2013 di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

Nama Penyakit Jumlah Presentase (%)

Gastroenteritis Akut 4 12,5

HIV* Stadium III 1 3,1

Prokemoterapi ALL* 7 21,9

Diabetes Melitus Tipe I 1 3,1

Demam Netropenia 1 3,1

Pertusis Klinis 1 3,1

Pneumonia 8 25,0

Dengue Shock Syndrome 1 3,1

Kejang Dengan Demam 1 3,1

Tonsilofaringitis Akut 1 3,1

Asma 3 9,4

Gagal Ginjal Dengan CAPD* 1 3,1

ISK* 1 3,1

Kejang Demam Kompleks 1 3,1

Total 32 100

Keterangan : *ISK (Infeksi Saluran Kemih), HIV (Human Immunodeficiency Virus), CAPD (Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis), ALL (Acute Leukemia Lymphoblastic)

Tabel III. Diagnosis penyerta penyakit pada pasien pediatrik periode Januari 2013 di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

Nama Penyakit Jumlah Presentase (%)

Hipokalimia 1 3,3 Sepsis 4 13,3 Gastroenteritis Akut 3 10,0 ISK* 2 6,7 Ketoasidosis Diabetikum 1 3,3 ALL* 2 6,7 Asidosis Metabolik 1 3,3 Demam Neutropenia 2 6,7

Gizi Buruk Tipe Marasmik 2 6,7

Pneumonia 3 10,0

Tonsilo Faringitis Akut 1 3,3

Krisis Hipertensi 1 3,3 Cytitis 1 3,3 Fever Unspecified 4 13,3 Ca Nasofaring 1 3,3 Suspect ISK* 1 3,3 Total 30 100

Dari 31 catatan medik didapatkan urutan teratas diagnosis utama penyakit yang paling banyak terjadi adalah pneumonia yaitu sebesar 25% dan diagnosis penyerta yang paling banyak terjadi adalah sepsis yaitu sebesar 13,3%. Hal ini serupa dengan yang telah dikemukan pada buku Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010 dan buku Profil Kesehatan Provinsi D. I. Yogyakarta tahun

Dokumen terkait