• Tidak ada hasil yang ditemukan

KHUSUS MENGHADAPI SEORANG SUAMI SEPERTI ARJUNA MENURUT SRI KRESNA

Setelah diperhatikannya Dewi Wara Sumbadra mendengarkan dengan sungguh-sungguh nasihatnya, Sri Kresna melanjutkan petuahnya, "Adikku, terutama menghadapi seorang suami seperti Dinda Arjuna itu lebih sulit lagi. Ia berbudi luhur dan halus. Kelihatannya seperti orang yang lengah, tetapi 'katon lena prayitneng batin', artinya pada lahirnya saja terlihat lengah, tetapi kewaspadaannya tajam tiada taranya.

Kelihatannya saja seperti acuh tak acuh, padahal sebenarnya ia menaruh perhatian sepenuhnya. Ia sudah jelas adalah seorang yang sangat bijaksana, cerdas, 'tanggap ing sasmita', artinya walaupun diberi isyarat hanya sedikit ia cukup mengetahui apa yang dimaksud oleh seseorang. Keluhuran budinya tak seorang pun dapat menyamainya. Sungguh, Adikku, Janaka calon suamimu itu lain dari yang lain. Walaupun ia sebenarnya adalah saudaramu sendiri jangan engkau ang-gap mudah. Jangan karena ia engkau suruh apa saja dan ke mana saja ia pasti menurut lantas engkau menganggapnya ringan. Jangan karena ia berbudi luhur dan rendah hati dan tidak akan menolak setiap permin-taanmu lantas kurang penghargaanmu dan kurang baktimu. Jangan karena ia betul-betul telah jatuh hati padamu, betul-betul mencintaimu sejak masih muda hingga sekarang lantas engkau menjadi banyak ulah. Jangan lantaran engkau sangat yakin bahwa tidak ada wanita lain lagi yang mendapat tempat di hatinya selain engkau lantas engkau mengang-gapnya ringan. Adikku, walaupun sudah jelas bahwa suamimu pada suatu ketika membuat kesalahan engkau harus berusaha dapat mema-afkannya. Sedikit pun jangan ada terselip dalam hatimu bahwa karena suamimu sudah pasti tidak akan berani membuangmu lantas engkau ber-sikap mementingkan diri sendiri. O, Adikku, jangan sekali-kali ada terselip dalam pikiranmu bahwa tidak mungkin ia akan mendapatkan seorang istri secantik dan sebaik engkau. Suamimu adalah pelindungmu dan juga gurumu, Adikku. Jangan soal-soal yang kecil engkau jadikan

besar, sehingga menjadi 'ngambra-ambra', artinya lantas menjadi besar tak keruan." Demikian Sri Kresna.

Sejak mempunyai suami seorang istri menurut Sri Kresna menyerahkan Purbawisesa atas dirinya kepada sang suami

Setelah diperhatikannya adiknya Wara Sumbadra semakin menjadi tertarik akan petuah-petuahnya, Sri Kresna meneruskan nasihatnya, "Adikku Rara Ireng, pada saat seorang wanita menjadi istri, maka sejak saat itu ia menyerahkan purbawisesa atas dirinya, artinya nasib dan pemeliharaan atas dirinya, pada sang suami. Dewa pun tidak ikut cam-pur. Sejak saat itu sang suami mempunyai kekuasaan atas istrinya, seperti kekuasaan raja atas rakyatnya, kekuasaan guru kepada murid-nya, bahkan seperti kekuasaan seorang senapati perang atas pasukan yang di bawah perintahnya.

Bayangkan olehmu Adikku, kekacauan apa yang akan terjadi kalau rakyat menentang rajanya, kalau seorang murid menentang gurunya, dan seorang prajurit menentang senapati perangnya. Kalau pada suatu ketika seorang istri yang membuat kesalahan telah mendapat maaf dari sang suami, maka maaf sang suami tersebut tidak kurang nilainya jika dibanding dengan maaf yang diberikan oleh Hyang Jagad Pratingkah atau Hyang Maha Agung kepada umatnya yang bertobat. Oleh sebab itu Adikku Bratajaya, engkau harus menentukan sikap 'narima' terus lahir-batin, artinya pasrah lahir-batin pada suamimu. Sang Hyang Guru tidak akan mengizinkan seorang istri yang telah mengakui dosa-dosanya pada sang suami akan mendapat perlakuan yang tidak sewajarnya.

Sebaliknya dosa yang diperbuat oleh seorang istri yang belum men-dapat maaf dari sang suami akan tetap dibawa sampai ke neraka. Pendeknya Adikku, sudah menjadi kehendak dewa bahwa sejak seorang wanita menjadi istri ia tidak lagi dapat bertindak semaunya sendiri tanpa perkenan sang suami.

Ingat Adikku, bahwa hati seorang pria tidak dapat dibeli dengan 'raja brana', dengan harta benda, tetapi hati seorang pria justru akan tun-duk kepada seorang istri yang mampu menunjukkan dengan tulus kehalusan budi, ketulusan bakti, kesetiaan suci, sikap legawa sang istri, artinya sikap pasrah dari sang istri.

Seorang pria akan sangat mudah tertarik pada^sifat-sifat seorang istri yang hidupnya gemi, nastiti, hati-hati, sifatnya belaka suta tetapi pandai menyimpan rahasia sang suami. Gemi artinya tidak boros, nastiti artinya teliti, hati-hati mengandung arti penuh kewaspadaan. Belaka suta berarti 163

tiada sesuatu yang dirahasiakan pada suaminya tetapi pandai menyim-pan rahasia kelemahan sang suami di -demenyim-pan umum." Demikian Sri Kresna.

Menurut Sri Kresna seorang istri harus menjauhi hal-hal yang menjadi larangan suaminya dan melaksanakan hal-hal yang menjadi kehen-daknya

Sri Kresna memperhatikan sebentar sikap adiknya. Setelah nampak bahwa adiknya mencamkan «betul-betul petunjuk-petunjuknya, ia meneruskan pesan-pesannya, "Adikku Wara Sumbadra, demi keba-hagiaan rumah tanggamu jauhilah hal-hal yang menjadi larangan suamimu, dan laksanakan dengan tepat penuh bijaksana hal-hal yang menjadi suruhannya atau perintahnya. Cinta seorang suami sering dapat dipupuk melalui perut. Catat baik-baik yang menjadi kesukaan suami-mu waktu makan kapan saja. Adikku, semoga engkau selalu 'eling lan waspada', artinya selalu teringat dan selalu tidak lengah menjaga mahkota kehormatanmu sebagai istri, ialah untuk tidak berlaku serong.

Seorang istri akan kehilangan hormat dari suami dan semua pihak begitu diketahui ia bertindak serong, menyeleweng dengan laki-laki lain. Jika hal itu terjadi maka ia telah membuat dua macam dosa sekaligus, ialah dosa kepada suami dan dosa kepada Hyang Maha Kuasa. Sulastri menurut Sri Kresna harus dicintai sepenuhnya

Duh Adikku Sumbadra, nampaknya saja sulit pesan-pesan dari kakan-da tadi, tetapi percayalah sebenarnya sama sekali tikakan-dak sulit, asal hatimu, jiwamu, tingkah lakumu satu, dan tidak dibuat-buat, wajar sa-ja. Pasti semuanya akan berlangsung lancar, enak, menyenangkan, bahkan mengasyikkan. Sama sekali tidak Adikku rasakan sebagai sesuatu yang menambah beban.

Sekarang ada pesan khusus dari kakanda, ialah mengenai diri Sulastri, yang bersama keris pusaka Pulanggeni dari Dinda Arjuna dulu menjadi 'patiba sampir' atau tali pengikat perjodohanmu. Keduanya sekarang berada di tanganmu.

Ingat Adikku, Sulastri adalah seorang anak raja utama. Ayahnya adalah Prabu Rajapeti. Walaupun dibandingkan dengan Dwarawati kerajaannya jauh lebih kecil, Sulastri tetap putri raja, Adikku. Jangan engkau buang dia. Jangan engkau sia-siakan dia.

Cintailah dia, dan lindungilah dia itu, Adikku. Ia akan menambah kebahagiaan rumah tanggamu. Barangsiapa akan berniat jahat padamu

Adikku, selama Sulastri berada di sampingmu, maka yang jahat itu akan mengurungkan niatnya." Demikian Sri Kresna.

Sri Kresna berterus 'terang bahwa Arjuna akan menurunkan raja-raja di Jawa

Setelah diperhatikan oleh Sri Kresna bahwa Dewi Wara Sumbadra benar-benar dapat menerima petuah-petuahnya, maka sampailah sang prabu pada hal yang dianggapnya terpenting, "Sumbadra Adikku, ketahuilah olehmu sekarang bahwa calon suamimu Dinda Arjuna itu adalah 'mustikeng dumadi', artinya terbaik dari semua yang ada di dunia ini, karena ialah yang akan menurunkan raja-raja di Jawa.

Calon suamimu Dinda Janaka itu sudah dipastikan oleh dewa menjadi 'ugering tanah Jawa', artinya ia akan menjadi pedoman dan sekaligus sumber dari raja-raja yang memerintah tanah Jawa.

Itulah sebabnya adikku, mengapa kakanda menyetujui perjodohanmu dengan dia. Keris pusaka Pulanggeni yang sekarang ada di tanganmu adalah pusaka tanah Jawa, Adikku. Barangsiapa ketempatan keris pusaka tersebut, maka sudah dapat dikatakan pasti akan menjadi benih dari raja-raja di Jawa. Sekarang keris tersebut sudah berada di tangan-mu, Adikku.

Kakanda sungguh tidak dapat mengerti siapa yang telah memberi petunjuk padamu, Adikku, sampai-sampai engkau meminta keris pusaka Pulanggeni dahulu itu.

Ini berarti sudah pasti bahwa dirimu menjadi 'wadah turune nugraha gung', tempat dari mana anugerah agung diturunkan. Engkaulah

Adikku yang menjadi 'babon' atau induk ayam betina yang akan me-nurunkan raja-raja di Jawa ini." Demikian Sri Kresna.

SEKALI LAGI SRI KRESNA BERBICARA