• Tidak ada hasil yang ditemukan

Di Astina Prabu Suyudana sedang sibuk menerima laporan tentang persiapan pengantin Raden Burisrawa. Semua yang tercantum dalam sayembara dilaksanakan dan diadakan sedapat-dapatnya, dan dapat dikatakan semuanya sudah siap.

Kereta kencana menyilaukan yang ditarik oleh kuda raksasa seperti yang ditentukan dalam sayembara telah diganti dengan kereta kencana biasa yang diprada kuning baru mengkilap, dan ditarik oleh seekor ga-jah.

Seratus ekor kerbau andanu yang pancal panggung yang ditentukan dalam sayembara telah pula diganti dengan seratus ekor banteng. Kusir dan pendamping mempelai pria dewa bagus yang ditentukan dalam sayembara telah diganti dengan dua orang pendeta muda yang parasnya agak elok.

Adapun sepasang kembar mayang dari kayu dewandaru seperti yang ditentukan dalam sayembara telah mereka ganti dengan pohon-pohonan dari kuningan yang diberi buah-buahan melekat yang dibuat dari perhiasan-perhiasan indah. Ada yang berbentuk buah-buahan besar, kecil, bunga atau putik, sedang daun-daunnya diberi warna intan biduri indah.

Sebagai pendamping pengantin putri bidadari cantik seperti yang ditentukan dalam sayembara telah diganti pula dengan seorang gadis yang memang berparas cantik.

Di depan barisan pengantin telah berjalan separo pasukan Astina yang siap tempur di bawah pimpinan Raden Dursasana dan Patih Sakuni.

Adapun gamelan Lokananta yang harus berbunyi di udara seperti yang ditentukan dalam sayembara telah mereka ganti dengan seperangkat gamelan biasa yang mereka masukkan dalam sebuah tandu yang digantung tinggi-tinggi. Dimasukkan di dalamnya sekaligus para penabuhnya.

Setelah semua persiapan selesai pengantin diberangkatkan. Burisrawa naik kereta kencana yang ditarik oleh seekor gajah tersebut. Dua orang pendeta muda yang parasnya agak elok dan seorang gadis cantik sekaligus dimasukkan dalam kereta yang sama.

Rakyat negeri Astina berjubel berdiri di tepi jalan yang dilalui oleh iring-iringan pengantin yang sedang melakukan kirab menuju ke negeri Madura dulu.

Gatotkaca berjumpa pasukan Astina

Perjalanan Gatotkaca dari Gunung Semeru menuju ke Amarta dengan diikuti oleh seratus ekor kerbau andanu yang pancal panggung tidak mengalami kesulitan^Kerbau-kerbau aneh yang semula disangkanya sangat liar dan buas itu ternyata adalah penurut sekali, berkat izin Betara Endra.

Tiba-tiba Gatotkaca menghentikan langkahnya, diikuti oleh semua kerbau pengiringnya. Seratus ekor kerbau andanu pancal panggung itu mengambil tempat di belakang satria Pringgadani yang mulai waspada dan curiga itu, karena dari depan jelas ada pasukan besar datang, yang tiada lain adalah pasukan Astina.

Gatotkaca putra Bima dari'Dewi Arimbi itu sudah sejak kecil memiliki sifat dan sikap selalu waspada. Waktu lahirnya dulu berupa raksasa, karena ibunya Dewi Arimbi yang cantik itu sebelum diperistri oleh Bima adalah seorang raksasi adik Prabu Arimba raja raksasa di negeri Pring-gadani.

Gatotkaca sangat sakti. Sejak lahir sebagai jabang bayi tidak ada sen-jata yang dapat memotong tali pusatnya. Tali pusatnya baru putus setelah dipotong oleh' dewa dengan senjata Kunta yang kemudian men-jadi senjata Adipati Karna di Awangga. Tetapi sarung senjata tersebut masuk ke dalam perut bayi Gatotkaca. Akibatnya bayi Gatotkaca ber-tambah menjadi semakin sakti.

Bayi Gatotkaca kemudian oleh dewa dimasukkan dalam kawah Can-dradimuka, dimasak seperti bubur, sehingga menjadi pemuda Gatotkaca yang ganteng dan gagah, artinya bagus dan perkasa, sakti man-draguna, artinya seolah-olah berurat kawat, bertulang besi, berkulit tembaga, mempunyai kecepatan terbang di awan seperti kilat dan liar sebagai halilintar. Gatotkaca dengan mudah dapat memuntir leher musuh sampai putus.

Gatotkaca semacam itulah yang sekarang ini berhadapan dengan pasukan Astina yang siap tempur.

Patih Sakuni mencoba membujuk Gatotkaca

Patih Harya Sakuni,yang melihat Gatotkaca telah berhasil men-dapatkan seratus ekor kerbau andanu yang pancal panggung, mengelus dada dan menarik napas panjang.

Ia segera memberi perhatian pada para kadang Kurawa, "Lihatlah oleh kamu sekalian. Untung benar Pendawa itu mempunyai seorang seperti Gatotkaca yang berhasil mendapatkan seratus ekor kerbau an-danu yang pancal panggung. Supaya, semua siap dan waspada."

Berkata demikian itu patih yang sangat cerdik dan licik itu segera mendekati Gatotkaca. Dirangkulnya dengan mesra satria Pringgadani tersebut, dan seperti ditimang-timangnya, "Aduh, cucuku Gatotkaca orang bagus, sembada dan perkasa, sakti mandraguna, sejagat ini cucuku hanya engkau. Bukan main perkasanya engkau, dapat memper-oleh seratus ekor kerbau andanu yang pancal panggung. Dari mana engkau mendapatkannya, Angger. Uwakmu Prabu Astina dan kakekmu aku ini telah mengerahkan bala tentara Astina untuk mendapatkan seratus ekor kerbau andanu yang pancal panggung tersebut, untuk disumbangkan ke Amarta, tetapi belum berhasil. Baru berhasil men-dapatkan seratus ekor banteng saja." Demikian Patih Sakuni.

Mendengar ini Gatotkaca hanya tersenyum. Ia segera dapat mengerti bahwa Patih Sakuni membohong. Jawabnya, "Eyang, seratus ekor ker-bau andanu pancal panggung ini cucunda terima dari Betara Endra."

Mendengar jawaban tersebut Patih Sakuni memeluk Gatotkaca lagi sambil berkata memuji, "Lha, kan betul dugaan kakekmu ini. Hanya cucuku engkau seorang di dunia yang mampu pergi ke Kaendran. Orang lain mana mungkin. Sudah, kalau begitu kita berjalan bersama-sama sa-ja cucuku. Kerbau-kerbau andanu itu biarlah bersa-jalan di depan bersama banteng-banteng. Separo pasukan Astina ini adalah sengaja dikirim oleh uwakmu Prabu Astina untuk diperbantukan ke Amarta dalam meng-hadapi setiap kemungkinan. Mereka inilah yang akan mengiring pengan-tin pamanmu Arjuna besok ke Dwarawati. Banyak sumbangan uwakmu Prabu Astina lainnya lagi untuk dibawa ke Amarta, barang-barang dari isi istana Astina yang berupa emas intan rajabrana yang tak ternilai harganya, termasuk pakaian-pakaian yang bagus-bagus." Demikian Patih Sakuni.

Gatotkaca di keroyok

Patih Harya Sakuni

cucunda berjalan di belakang saja. Karena kerbau-kerbau itu perlu diawasi terus-menerus larinya."

Mendengar ini Patih Sakuni memotong dengan nada suara keras, "Berbicara dengan kakekmu ini jangan kasar begitu. Aku sudah memutuskan semua kerbau harus berjalan di depan. Engkau berkumpul dengan kita di tengah-tengah."

Berkata demikian itu Patih Sakuni sambil mengedipkan matanya yang ditujukan pada Dursasana. Raden Dursasana tanggap ing sasmita, ar-tinya mengerti isyarat yang dimaksud oleh Patih Sakuni. Ia segera men-dahului menubruk Gatotkaca, diikuti oleh Durmuka, Durmagati dan lain-lain kadang Kurawa dari depan, dari belakang, dari kanan dan dari kiri.

Tetapi Gatotkaca cepat menghindar, sehingga tak seorang pun yang berhasil menyentuh tubuhnya. Celaka bagi orang-orang Astina. Karena seratus kerbau andanu lantas mengamuk. Banyak orang-orang Astina yang ditanduk, dilempar, dikejar-kejar. Kacau balau pasukan Astina dibuat oleh kerbau-kerbau andanu yang menjadi buas lagi tersebut.

Gatotkaca sendiri enak-enak melihat semua kejadian tersebut dari udara. Senang ia melihat seratus ekor kerbau andanu itu mengamuk dengan hebatnya dan pilih tanding. Kerbau-kerbau tersebut ternyata kebal, tak sebatang tombak pun yang dapat melukai mereka. Ditusuk dengan senjata tajam lainnya bulunya bergerak atau berubah pun tidak. Tanduk mereka telah menimbulkan korban banyak sekali.

Setiap yang diterjang hancur, yang kebal pasti jatuh terbanting. Tidak sedikit yang dilempar ke udara. Jatuh dari udara diterima pula oleh tanduk-tanduk yang runcing. Yang kebal begitu jatuh di tanah segera diinjak-injak sampai menjadi lemas. Seratus kerbau andanu tersebut mengamuk serentak seperti raksasa.

Akhirnya seratus ekor banteng yang ada, karena kena terjangan pula oleh kerbau-kerbau tersebut, terlepas dari tali-tali yang mengikat mereka, dan ikut pula mengamuk pada siapa saja yang dijumpainya. Lari tunggang-langganglah semua orang Astina, menabrak-nabrak pohon tak keruan, mengungsi ke dalam hutan belantara, menoleh pun tidak berani. Hati mereka menjadi kecut dan selalu berdebar-debar menyaksikan amukan kerbau-kerbau aneh yang buas itu.

Amukan seratus ekor kerbau andanu tersebut sekarang dibantu oleh tenaga seratus ekor banteng yang terlepas dari ikatan. Semua kadang Kurawa termasuk Patih Sakuni berikut pimpinan pasukan lainnya untuk sementara waktu tidak dapat berbuat apa-apa. Malahan banyak dari

mereka yang ikut jatuh bangun lari menabrak-nabrak apa saja. Kasihan pengantin Burisrawa. Ia ditanduk oleh seekor kerbau andanu yang ganas, dilempar ke udara, dan begitu jatuh di tanah terus diinjak-injak dan ditanduk lagi. Gajah penarik keretanya pun ikut mengungsi. Gatotkaca meneruskan perjalanan ke Amarta

Gatotkaca yang terbang di udara senang sekali menyaksikan apa yang terjadi di bawahnya. Tidak terlihat lagi orang-orang Kurawa di sana. Yang terlihat hanyalah seratus ekor kerbau andanu pancal panggung yang baru saja selesai mengamuk.

Seratus ekor banteng yang adapun lari semuanya masuk hutan. Gatotkaca segera turun. Berdatanganlah seratus ekor kerbau andanu itu mengerumuninya.

Kepala-kepala dari kerbau-kerbau itu diusap dan ditepuk-tepuk oleh Gatotkaca dengan mesra dan penuh kasih sayang. Begitu juga tanduk-tanduk dan punggung-punggung mereka. Kerbau-kerbau tersebut seperti lantas menjadi semakin tunduk dan patuh padanya.

Akhirnya Gatotkaca melakukan lari cepat menuju Amarta yang diikuti oleh kerbau-kerbau yang aneh itu dengan berlari cepat pula tetapi tertib.

SRI PUNTADEWA MENGIRIMKAN