PENCULIKAN JENDERAL A.H. NASUTION
Sekitar pukul 03.00 WIB dini hari 1 Oktober 1965 pasukan yang bertugas menculik Menko Hankam/Kasab Jenderal A.H. Nasuion berangkat dari Desa Lubang
Buaya pertama kali. Pasukan ini dipimpin oleh Pelda Djahurub dari Resimen Cakrabirawa, yang terdiri dari 1 peleton Brigif 1 Kodam V/Jaya, 1 regu Cakrabirawa, 1 peleton dari Yon 530/Brawijaya, 1 peleton dari Yon 454/Diponegoro, 1 peleton PGT dan 1 peleton sukarelawan. Mereka menggunakan 3 truk dan 2 jeep. Kekuatan
pasukan ini adalah yang terbesar sampai lebih kurang 100 orang, karena Jenderal A.H. Nasuion dianggap sasaran yang paling pening.
Sebelum memasuki rumah Jenderal A.H. Nasuion, gerombolan penculik melumpuhkan regu pengawal rumah Wakil Perdana Menteri (Waperdam) II Dr. Leimena yang letaknya berdekatan dengan rumah Jenderal A.H. Nasuion. Dalam perisiwa itu seorang pengawal Aipda Karel Satsuit Tubun gugur karena ditembak
salah satu penculik.
Di depan kediaman Jenderal A.H. Nasuion di Jalan Teuku Umar No. 40 Jakarta, pasukan penculik bergerak menuju halaman. Pengawal rumah Jenderal A.H. Nasuion yang berada di halaman idak curiga karena mereka memakai seragam Pasukan Pengawal Istana, Resimen Cakrabirawa. Sekitar 30 pasukan penculik
bergerak masuk pekarangan dan menyergap para pengawal yang berada di pekarangan. Sebagian pasukan penculik mengepung rumah dan memblokir jalan. Sementara sekitar 15 penculik lainnya masuk ke dalam rumah.
Terbukanya pintu ruang tamu dan terdengarnya suara gaduh menyebabkan Istri Jenderal A.H. Nasuion membuka pintu kamar, dan melihat seorang anggota Cakrabirawa siap untuk menembak. Merasa curiga, Istri Jenderal A.H. Nasuion segera menutup kembali pintu kamarnya. Kemudian memberitahu Jenderal A.H. Nasuion. Keika Jenderal A.H. Nasuion membuka pintu, beberapa tembakan diarahkan kepadanya. Jenderal A.H. Nasuion menjatuhkan diri ke lantai untuk menghindari tembakan. Kemudian Istri Jenderal A.H. Nasuion secara spontan segera menutup pintu kamar dan menguncinya. Mendengar suara gaduh tersebut, ibu dan adik perempuan Jenderal A.H. Nasuion yang bernama Mardiyah masuk ke kamar idur Jenderal A.H. Nasuion melalui pintu kamar sebelah. Mardiyah kemudian segera mengambil Ade Irma Suryani yang masih berumur 5 tahun untuk diselamatkan ke tempat lain. Namun, karena panik ia membuka pintu kamar utama. Keika
ia membuka pintu, anggota Cakrabirawa telah menunggu dan menembaknya sehingga mengenai Ade Irma Suryani.
Tembakan-tembakan yang dilepaskan dari luar pintu ternyata satu peluru menyerempet mengenai kepala Istri Jenderal A.H. Nasuion dan satu lagi mengenai dada yang menyebabkan goresan di kulit. Dalam keadaan yang demikian, Istri Jenderal A.H. Nasuion kemudian menyarankan Jenderal A.H. Nasuion untuk segera lari ke luar melalui pintu yang lain. Selanjutnya Jenderal A.H. Nasuion ke samping rumah dan naik ke tembok pagar yang berbatasan dengan Kedutaan Besar Irak. Keika Jenderal A.H. Nasuion melompai tembok, penculik sempat melepaskan tembakan tetapi idak mengenainya. Keika berada di atas tembok dan melihat anaknya, Ade Irma Suryani tertembak, ia bermaksud kembali, tetapi Istri Jenderal A.H. Nasuion memberi isyarat agar menyelamatkan diri. Jenderal A.H. Nasuion
kemudian melompat dan berhasil menyelamatkan diri.
THE KIDNAPPING OF GENERAL A.H. NASUTION
At around 3:00 AM, October 1, 1965, a troop assigned to kidnap the Coordinator Minister of Defense and Security (Menko Hankam)/Chief of Staff of the Indonesian Armed Forces (Kasab) General A.H. Nasution departed from lubang Buaya firstly. This troops were led by Warant Officert Djahurub from Cakrabirawa Regimen and comprised of some troops such as Infantry Brigade 1 Military Regional Command (Kodam) V/Jaya, Cakrabirawa troop, Battalion 530th/ Brawijaya, Battalion 454th/ Diponegoro, Fast Movement Troop (PGT) and volunteer troop. Each of them consisted of one platoon, except Cakrabirawa was only one team. They drove 3 trucks and 2 jeeps. This was the most numerous troops for about a hundred people because General Nasution was the most important target.
Before entering the General Nasution’s residence, the kidnappers demolished the home guard of Deputy Prime Minister II (Waperdam) Dr. Leimena which was so close with General Nasution’s residence. On that incident, a guard named Aipda Karel Satsuit Tubun was shot and killed by the kidnapper.
In front of General A.H. Nasution’s residence at Teuku Umar Street No. 40 Jakarta, the kidnapper troops moved into the yard. The home guards at the yard did not suspect anything because they wore Cakrabirawa uniform (the President Guard forces).
Around 30 soldiers moved into the yard and demolished the guards. Most kidnappers surrounded the house and blocked the road. Meanwhile 15 others entered the house.
The opening of living room door and noisy sound had caused the wife of General A.H. Nasution opened the bedroom door. She saw a member of Cakrabirawa who ready to shoot. In suspicious, General A.H. Nasution’s wife immediately closed the door and told her husband. When General A.H. Nasution opened the door, several shots were fired him. He dropped himself to the floor in avoiding gunfire. Then the wife of General Nasution spontaneously closed and locked the door. Because of the noise, the mother and sister of General Nasution named Mardiyah came into Nasution’s room through the next room door. Mardiyah then immediately took Ade Irma Suryani, the Nasution’s daughter who was still 5 years old to be saved elsewhere. Unfortunately, she opened the main door because of panic. When she opened the door, the Cakrabirawa soldier have waited and then shot which caused Ade Irma Suryani got shot.
The shots from outside the door apparently grazed the head and chest of Nasution’s wife which caused scratches on the skin. In that condition, Mrs. Nasution suggested her husband to run through another door and he followed. Next, General Nasution tried to jump over the wall which borders with Iraqi Ambassador's Residence. When General A.H. Nasution climbed the wall, the kidnappers had opened fire but did not hit him. While on the wall, General Nasution saw his daughter, Ade Irma Suryani shot. He wanted to come back, but Nasution's wife gave a signal to run away. General A.H. Nasution then jumped and escaped to avoid the kidnapping.