• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

C. Kinerja Bank Syariah Mandiri

1. Kinerja Bank Syariah Mandiri Selama Krisis Ekonomi Global 2008

Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan keuangan bank syariah mandiri yang dipublikasikan melalui websitenya, diketahui nilai rata-rata CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, dan FDR terdapat dalam tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5

Nilai Rata-Rata CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO Dan FDR Bank Syariah Mandiri Periode 2007-2009

Tahun CAR ROA ROE NPF BOPO FDR

2007 13,07 1,22 12,76 3,64 81,15 93,6

2008 12,12 1,08 11,28 2,34 78,18 92,12

2009 13,60 2,10 40,33 1,89 73,43 82,93

Sumber: Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri

Selain itu, untuk memudahkan dalam mendeskripsikan variabel penelitian ini, berdasarkan data rasio keuangan dari laporan keuangan Bank Muamalat Indonesia tahun 2007-2009 maka dapat diketahui nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi dari masing-masing variabel penelitian yang dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini:

Tabel 4.6

Statistik Deskriptif Variabel CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, FDR

Bank Muamalat Indonesia Selama Krisis Ekonomi Global 2008

CAR ROA ROE NPF BOPO FDR

mean 12.90700 1.519000 23.19900 2.422000 76.87800 88.74400 median 12.54500 1.485000 15.24000 2.190000 77.95000 89.16500 maximum 14.73000 2.230000 44.20000 3.890000 81.34000 99.11000 minimum 11.54000 0.490000 5.390000 1.340000 72.05000 73.88000 std. dev 0.994653 0.590620 15.11688 0.731677 3.228666 6.818364 probability 0.75285 0.703480 0.50886 0.599895 0.688771 0.562608

a. Capital adequacy ratio (CAR)

Berdasarkan tabel 4.5 dan 4.6 Selama periode 2007 – 2009 terlihat bahwa CAR bank syariah mandiri mengalami fluktuasi. Pada awal periode penelitian tahun 2007 nilai CAR BSM sebesar 13,07%, kemudian mengalami penurunan sebesar 12,12% pada tahun 2008 dan kembali mengalami kenaikan pada tahuun 2009 sebesar 13,60%. Nilai maximum CAR BSM periode 2007-2009 sebesar 14,73% dan nilai minimum sebesar 11,54%. Walaupun CAR BSM periode 2007-2009 mengalami fluktuasi namun BSM sudah memenuhi criteria ideal yang ditetapkan oleh bank Indonesia yaitu 8%. Sementara nilai rata-rata CAR BSM sebesar 12,90% dengan standar deviasi sebesar 0,99%. Dalam hal ini data variabel CAR BSM dapat dikatakan baik karena nilai standar deviasi lebih kecil daripada nilai meannya. Berdasarkan PBI, nilai CAR BSM selama krisis mempunyai skor sebesar 90.

b. Return on asset (ROA)

Berdasarkan tabel 4.5 dan 4.6 Selama periode 2007-2009 ROA bank syariah mandiri mengalami fluktuasi. Pada tahun 2007 ROA BSM sebesar 1,22 kemudian pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 1,08% dan pada tahun 2009 kembali mengalami kenaikan sebesar 2,10%. Nilai maximum ROA sebesar 2,23% dan nilai minimum sebesar 0,49%. Dalam hal ini nilai ROA BSM belum memenuhi standar ROA yang ditetapkan oleh BI yaitu diatas 1,5%. Nilai rata-rata ROA BSM sebesar 1,51% dengan stander deviasi sebesar 0,59%. Dalam hal ini data variabel ROA BSM periode 2007-2009 dapat dikatakan baik karena nilai standar deviasi yang lebih kecil

daripada nilai meannya.Berdasarkan PBI, nilai ROA BSM selama krisis mempunyai skor sebesar 90.

c. Return on equity (ROE)

Berdasarkan tabel 4.5 dan 4.6 ROE BSM pada periode 2007-2009 mengalami fluktuasi yang cukup signifikan. Pada tahun 2007 ROE BSM sebesar 12,76% lalu pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 11,28, namun pada tahun 2009 mengalami kenaikan yang sangat signifikan sebesar 40,33%. Nilai maximum ROE

sebesar 44,20% dan nilai minimum sebesar 5,39%. Nilai rata-rata (mean) ROE BSM

sebesar 23,20% dengan standar deviasi sebesar 15,11%. Dalam hal ini data variabel ROE dapat dikatakan baik karena nilai standar deviasi yang lebih kecil daripada nilai meannya.

d. Non performing financing (NPF)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa rasio NPF periode 2007-2009 mengalami penurunan. Pada tahun 2007 sebesar 3,64%, tahun 2008 sebesar 2,34% dan tahun 2009 sebesar 1,89%. Nilai maximum NPF sebesar 3,90% dan nilai minimum sebesar 1,34%. Hal ini menunjukkan bahwa NPF BSM sudah berada dalam kondisi ideal menurut ketentuan BI karena berhasil membuat penurunan jumlah NPF kurang dari 5% (jumlah maksimum NPF). Nilai rata-rata NPF BSM sebesar 2,42% dengan standar deviasi sebesar 0,73%. Hal ini berarti data variabel NPF BSM dapat diakatan baik karena nilai standar deviasi yang lebih kecil dari nilai rata-ratanya. Berdasarkan PBI, nilai NPF BSM selama krisis mempunyai skor sebesar 100.

e. Beban operasional pendapatan operasional (BOPO)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai rasio BOPO BSM periode 2007-2009 mengalami penurunan. Pada tahun 2007 sebesar 81,15%, tahun 2008 sebesar 78,18% dan tahun 209 sebesar 73,43%. Nilai maximum sebesar 81,34% dan nilai minimum sebesar 72,05%. Dalam hal ini nilai BOPO BSM sudah berada dalam kondisi ideal yang ditetapkan oleh BI jika mengacu pada ketentuan bank Indonesia yang menyatakan standar ideal BOPO dibawah atau sama dengan 92% (≤92%). Dengan nilai rata-rata sebesar 76,88% dan nilai standar deviasi sebesar 3,23% menunjukkan bahwa data variabel BOPO baik karena nilai standar deviasi yang lebih kecil daripada nilai rata-ratanya. Berdasarkan PBI, nilai BOPO BSM selama krisis mempunyai skor sebesar 100.

f. Financing to deposit ratio (FDR)

Berdasarkan tabel 4.5 dan 4.6 Selama periode 2007-2009 terlihat bahwa FDR BSM terus mengalami penurunan. Pada tahun 2007 sebesar 93,6%, tahun 2008 sebesar 92,12% dan pada tahun 2009 sebesar 82, 93%. Nilai maximum FDR BSM sebesar 99,11% dan nilai minimum sebesar 73,88%. Nilai rata-rata FDR sebesar 88,74% dan nilai standar deviasi sebesar 6,82. Hal ini menunjukkan bahwa data variabel FDR baik karena nilai standar deviasi lebih kecil dari nilai rata-ratanya. Berdasarkan PBI, nilai FDR BSM selama krisis mempunyai skor sebesar 100.

2. Kinerja Bank Syariah Mandiri Setelah Krisis Ekonomi Global 2008

Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan keuangan bank syariah mandiri yang dipublikasikan melalui websitenya, diketahui nilai rata-rata CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, dan FDR terdapat dalam tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.7

Nilai Rata-Rata CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO Dan FDR Bank Syariah Mandiri Periode 2010-2012

Tahun CAR ROA ROE NPF BOPO FDR

2010 11,75 2,19 60,38 1,07 73,65 84,48

2011 12,19 2,08 68,63 1,11 74,34 87,11

2012 13,63 2,22 67,9 1,22 71,18 91,94

Sumber: laporan keuangan bank syariah mandiri

Selain itu, untuk memudahkan dalam mendeskripsikan variabel penelitian ini, berdasarkan data rasio keuangan dari laporan keuangan Bank Muamalat Indonesia tahun 2007-2009 maka dapat diketahui nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi dari masing-masing variabel penelitian yang dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini:

Tabel 4.8

Statistik Deskriptif Variabel CAR, ROA, ROE, NPF, BOPO, FDR

Bank Syariah mandiri Setelah Krisis Ekonomi Global 2008

CAR ROA ROE NPF BOPO FDR

mean 12.52583 2.165000 65.63917 1.137500 73.06000 87.84750 median 14.46500 2.215000 66.79500 1.140000 73.11000 86.78000 maximum 14.59000 2.300000 74.43000 1.550000 76.44000 94.40000 minimum 10.60000 1.950000 53.10000 0.660000 70.11000 82.54000 std. dev 1.299654 0.106983 5.247781 0.273699 1.901564 3.979610 probability 0.653613 0.492722 0.305560 0.760513 0.847093 0.609506 Sumber: data eViews 7 yang telah diolah

a. Capital adequacy ratio (CAR)

Berdasarkan tabel 4.7 dan 4.8 Selama periode 2009-2012 rasio CAR BSM terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2010 sebesar 11,75%, tahun 2011 sebesar 12,19% dan tahun 2012 sebesar 13,63%. Nilai maximum CAR BSM sebesar 14,59% dan nilai minimum sebesar 10,60%. Dalam hal ini nilai rasio CAR BSM sudah berada pada kondisi ideal yang ditetapkan oleh BI yang jika mengacu pada ketentuan bank Indonesia tentang kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM) bahwa standar terbaik atau minimum CAR adalah 8% maka BSM sudah berada pada kondisi ideal karena memiliki nilai CAR diatas ketentuan standar BI. Nilai rata-rataCAR sebesar 12,53% dengan standar deviasi sebesar 1,30%. Dalam hal ini data variabel CAR bisa dikatakan baik karena nilai standar deviasi lebih kecil daripada nilai meannya. Berdasarkan PBI, nilai CAR BSM setelah krisis mempunyai skor sebesar 90.

b. Return on asset (ROA)

Berdasarkan tabel 4.7 dan 4.8 Rasio ROA BSM selama periode 2010-2012 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2010 sebesar 2,19%, tahun 2011 sebesar 2,08% dan tahun 2012 sebesar 2,22%. Nilai maximum ROA sebesar 2,30% dan nilai minimum sebesar 1,95%. Hal ini bisa dikatakan bahwa nilai rasio ROA BSM sudah memenuhi kriteria ideal yang ditetapkan oleh BI yaitu 1,5%. Sementara untuk melihat berapa simpangan data pada rasio ROA dilihat dari standar deviasinya yaitu sebesar 0,10% dengan rata-rata (mean) ROA sebesar 2,16%. Dalam hal ini data variabel ROA bisa dikatakn baik karena nilai standar deviasinya lebih kecil daripada nilai meannya. Berdasarkan PBI, nilai ROA BSM setelah krisis mempunyai skor sebesar 100.

c. Return on equity (ROE)

Berdasarkan tabel 4.7 dan 4.8 Pada periode 2010-2012 ROE BSM mengalami fluktuasi. Pada tahun 2010 nilai ROE BSM sebesar 60,38%, pada tahun 2011 naik sebesar 68,63%, dan pada tahun 2012 turun sebesar 67,90%. Dalam hal ini, kemampuan BSM dalam mengehasilkan keuntungan paling besar adalah pada tahun 2011. Nilai maximum ROE BSM sebesar 74,43% dan nilai minimum sebesar 53,10%. Nilai rata-rata (mean) sebesar 65,64% dan standar deviasi sebesar 5,25%. Dalam hal ini data variabel ROE bisa dikatakan baik karena nilai standar deviasi yang lebih kecil daripada nilai meannya.

d. Non performing financing (NPF)

Berdasarkan tabel 4.7 dan 4.8 Rasio aktiva bermasalah BSM selama periode 2010-2012 mengalami kenaikan. Pada tahun 2010 sebesar 1,07%, pada tahun 2011 sebesar 1,11% dan tahun 2012 sebesar 1,22%. Nilai maximum NPF sebesar 1,55% dan nilai minimum sebesar 0,66%. Namun, jika mengacu pada ketentuan BI tentang standal ideal NPF, maka BSM belum memenuhi criteria ideal yang ditetapkan oleh BI yaitu dibawah 5%. Dengan nilai rata-rata sebesar 1,14% dan standar deviasi sebesar 0,27% dapat dikatakan bahwa data variabel NPF baik karena nilai standar deviasi lebih kecil daripada nilai rata-ratanya. Berdasarkan PBI, nilai NPF BSM setelah krisis mempunyai skor sebesar 100.

e. Biaya operasional pendapatan operasional (BOPO)

Berdasarkan tabel 4.7 dan 4.8 Tingkat efisiensi BSM periode 2010-2012 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2010 BOPO BSM sebesar 73,65%, pada tahun 2011 sebesar 74,34% dan tahun 2012 sebesar 71,18%. Nilai maximum BOPO BSM sebesar 76,44% dan nilai minimum sebesar 70,11%. Nilai BOPO BSM dikatakan baik karena nilainya lebih kecil jika dibandingkan dengan ketetuan BI tentang standar

BOPO yaitu dibawah atau sama dengan 92% (≤92%). Dengan nilai rata-rata sebesar

73,06% dan standar deviasi sebesar 1,90% data variabel BOPO dapat dikatakan baik karena nilai standar deviasi yang lebih kecil dari nilai meannya. Berdasarkan PBI, nilai BOPO BSM setelah krisis mempunyai skor sebesar 100.

f. Financing to deposit ratio (FDR)

Berdasarkan tabel 4.7 dan 4.8 Selama periode 2010-2012 terlihat bahwa FDR BSM mengalami kenaikan. Pada tahun 2010 sebesar 84,48, tahun 2011 sebesar 87,11% dan tahun 2012 sebesar 91,94%. Nilai maximum FDR BSM sebesar 94,40% dan nilai minimum sebesar 82,54%. . Namun, jika mengacu pada standar FDR yang ditetapkan oleh bank Indonesia yaitu antara 85% - 110%, maka rasio FDR BSM belum memenuhi criteria ideal yang ditetapkan oleh BI. Dengan nilai rata-rata sebesar 87,84% dan nilai standar deviasi sebesar 3,98% data variabel FDR BSM dapat dikatakan baik karena nilai standar deviasi yang lebih kecil daripada nilai rata-ratanya. Berdasarkan PBI, nilai FDR BSM setelah krisis mempunyai skor sebesar 100.

D. Analisis Deskriptif Atau Comparing Means Variabel Penelitian Selama

Krisis Keuangan Global 2008

Tabel 4.9

Descriptive statistics rasio keuangan bank syariah

selama krisis keuangan global 2008

Group Statistics BSMbmi N Mean Std. Deviation Std. Error Mean CAR BSM 10 12.9070 .99465 .31454 BMI 10 11.1800 .68604 .21694 ROA BSM 10 1.5190 .59062 .18677 BMI 10 2.1280 .92292 .29185 ROE BSM 10 23.1990 15.11688 4.78038 BMI 10 27.3130 11.52557 3.64470 NPF BSM 10 2.4220 .73168 .23138 BMI 10 5.0820 1.77230 .56045 BOPO BSM 10 76.8780 3.22867 1.02099 BMI 10 83.1960 7.18823 2.27312 FDR BSM 10 88.7440 6.81836 2.15616 BMI 10 97.8960 6.66662 2.10817

Sumber: data SPPSS yang telah diolah

a. Capital adequacy ratio (CAR)

Pada tabel 4.9 dapat terlihat bahwa bank syariah mandiri (BSM) mempunyai nilai rata-rata (mean) rasio CAR sebesar 12,90% lebih besar dibandingkkan rasio CAR bank muamalat Indonesia (BMI) sebesar 11,18%. Persentase CAR BSM

menggambarkan bahwa nilai CAR BSM lebih bagus dibandingkan dengan nilai CAR BMI. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas prmodalan BSM lebih bagus dari kualitas permodalan BMI. Dilihat dari nilai CAR BMI yang menggambarkan bahwa modal bank lebih kecil dari nilai ATMRnya. Namun, jika mengacu pada ketentuan bank Indonesia tentang kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM) bahwa standar terbaik atau minimu CAR adalah 8% maka BSM dan BMI berada pada kondisi ideal karena memiliki nilai CAR diatas ketentuan standar BI.

b. Return on asset (ROA)

Dari tabel 4.9 dapat terlihat bahwa BSM mempunyai nilai rata-rata (mean) 1,51% lebih kecil dibandingkan dengan rasio ROA BMI yaitu sebesar 2,12%. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah keuntungan yang diperoleh BMI lebih besar bila dilihat dari segi penggunaan aktivanya. Sebaliknya, keuntungan yang diperoleh BSM lebih kecil dikarenakan jumlah penggunaan aktiva lebih banyak. Hal ini berarti selama periode 2007-2009 BMI memiliki nilai ROA lebih baik dibandingkan ROA BSM karena semakin tinggi nilai ROA maka akan semakin baik kualitas dan tingkat keuntungannya. Semakin tinggi nilai ROA mengidentifikasikan semakin baik kualitas manajemen dalam mengelila aktiva untuk meningkatkan pendapatan (keuntungan). Namun, jika mengacu pada ketentuan bank Indonesia yang menyatakan bahwa standar ideal ROA adalah sebesar 1,5% maka BSM dan BMI telah berada dalam kondisi ideal.

c. Return on equity (ROE)

Pada tabel 4.9 dapat dilihat bahwa BSM mempunyai nilai rata-rata (mean) rasio ROE sebesar 23,20% (pembulatan dua decimal) lebih kecil dibandingkan dengan rasio ROE BMI sebesar 27,31%. Persentase ROE BMI menunjukka bahwa kemampuan BMI dalam menghasilkan laba dari modal sendiri lebih besar dibandingkan dengan kemampuan BSM dalam menghasilkan laba. Hal ini berarti selama periode 2007-2009 BSM memiliki tingkat kemungkinan bank bermasalah lebih besar dibandingkan dengan BMI. Dalam hal ini, kenaikan harga saham lebih besar dihasilkan oleh BMI.

d. Non performing financing (NPF)

Berdasarkan tabel 4.9 terlihat bahwa BSM mempunyai nilai rata-rata (mean) rasio NPF sebesar 2,42%. Lebih kecil dibandingkan dengan rasio NPF BMI yaitu sebesar 5,08%. Persentase BMI menunjukkan bahwa bank tersebut memiliki total pembiayaan bermasalah lebih besar daripada nilai total pembiayaan bank, sedangkan BSM memiliki nilai total pembiayaan lebih besar dibandingkan dengan total pembiayaan bermasalah. Hal ini berarti selama periode 2007-2009 BSM memiliki nilai rasio NPF lebih baik dibandingkan dengan BMI, karena semakin rendah nilai NPF maka akan semakin baik kualitas aktiva suatu bank. namun, jika mengacu pada ketentuan bank Indonesia tentang kualitas aktiva produktif (KAP) bahwa standar terbaik NPF adalah dibawah 5% (<5%) maka BSM sudah berada pada kondisi ideal sedangkan BMI belum berada pada kondisi ideal karena memiliki nilai rasio NPF lebih besar dari nilai ideal yang ditentukan bank Indonesia.

e. Beban operasional pendapatan operasional (BOPO)

Berdasarkan tabel 4.9 BSM mempunyai nilai rata-rata (mean) sebesar

76,88%(pembulatan dua decimal) lebih kecil dibandingkan dengan nilai rata-rata (mean) BMI yaitu sebesar 83,20% (pembulatan dua decimal). Persentase BOPO BSM menunjukkan bahwa pendapatan operasionalnya lebih besar daripada biaya operasionalnya begitu sebaliknya dengan BMI mempunyai nilai biaya operasional lebih besar daripada pendapatan operasionalnya. Hal ini menunjukkan selama periode 2007-2009 BSM memiliki BOPO lebih baik dibandingkan dengan BMI, karena semakin rendah nilai BOPO maka akan semakin baik kualitas dan tingkat efisiensinya. Namun, jika mengacu pada ketentuan bank Indonesia yang menyatakan bahwa standar ideal BOPO adalah dibawah atau sama dengan 92% (≤92%), maka BSM dan BMI sudah berada pada kondisi ideal.

f. Financing to deposit ratio (FDR)

Berdasarkan tabel 4.9 diatas, maka dapat diketahui bahwa BSM mempunyai nilai rata-rata (mean) rasio FDR sebesar 88,74% lebih kecil dibandingkan dengan rasio FDR BMI yaitu sebesar 97,90% (pembulatan dua decimal). Persentase FDR mengidentifikasikan tingkat kemampuan bank syariah dalam mengembalikan kewajiban-kewajibannya tanpa terjadi penangguhan. Hal ini berarti selama periode 2007-2009 BMI memiliki FDR lebih baik dibandingkan dengan BSM, karena semakin besar nilai FDR maka akan semakin baik kualitas dan tingkat likuiditasnya. Namun, jika mengacu pada ketentuan bank Indonesia yang menyatakan standar ideal

FDR antara 85%-110% maka BSM dan BMI sudah berada pada kondisi ideal yang ditentukan oleh bank Indonesia.

E. Analisis deskriptif atau comparing means variabel penelitian setelah krisis

keuangan global 2008

Tabel 4.10

Descriptive Statistics Rasio Keuangan Bank Syariah Setelah Krisis Keuangan Global 2008

Group Statistics

BSMbmi N Mean Std. Deviation Std. Error

Mean CAR BSM 12 12.5258 1.29965 .37518 BMI 12 12.1508 1.23428 .35631 ROA BSM 12 2.1650 .10698 .03088 BMI 12 1.4325 .25751 .07434 ROE BSM 12 65.6392 5.24778 1.51490 BMI 12 22.6517 5.22393 1.50802 NPF BSM 12 1.1375 .27370 .07901 BMI 12 3.7975 1.37200 .39606 BOPO BSM 12 73.0600 1.90156 .54893 BMI 12 87.1500 4.34291 1.25369 FDR BSM 12 87.8475 3.97961 1.14881 BMI 12 95.8517 5.26083 1.51867

a. Capital adequacy ratio (CAR)

Pada tabel 4.10 dapat terlihat bahwa BSM mempunyai nilai rata-rata (mean) rasio CAR sebesar 12,53%. Lebih besar dibandingkan rasio CAR BMI sebesar 12,15%. Persentase CAR BSM menggambarkan bahwa nilai CAR BSM lebih bagus dibandingkan dengan nilai CAR BMI. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas permodalan BSM lebih bagus dari kualitas permodalan BMI. Dilihat dari nilai CAR BMI yang menggambarkan bahwa modal bank lebih kecil dari nilai ATMRnya. Namun, jika mengacu pada ketentuan bank Indonesia tentang kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM) bahwa standar terbaik atau minimum CAR adalah 8%, maka BSM dan BMI sudah berada pada kondisi ideal karena memiliki nilai CAR diatas ketentuan standar BI.

b. Return on asset (ROA)

Dapat terlihat dari tabel 4.10 bahwa BSM mempunyai nilai rata-rata (mean) 2,16 % lebih besar dibandingkan dengan rasio ROA BMI yaitu sebesar 1,43. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah keuntungan yang diperoleh BSM lebih besar bila dilihat dari segi penggunaan aktiva. Sebaliknya keuntungan yang diperoleh BMI lebih kecil dikarenakan penggunaan aktiva yang lebih banyak. Hal ini berarti selama periode 2010-2012 BSM memiliki nilai ROA yang lebih baik dibandingkan ROA BMI, karena semakin tinggi nilai ROA mengidentifikasikan semakin baik kualiatas manajemen dalam mengelola aktiva untuk meningkatkan pendapatan (keuntungan). Namun, jika mengacu pada ketentuan BI yang menyatakan standar ideal ROA adalah

sebesar 1,5% maka BSM sudah memenuhi criteria ideal yang ditentuan dan BMI belum berada pada kondisi ideal karena nilai ROA yang lebih kecil dari 1,5%.

c. Return on equity (ROE)

Pada tabel 4.10 dapat dilihat bahwa BSM mempunyai nilai rata-rata (mean) rasio ROE sebesar 65,64% (pembulatan dua decimal) lebih besar dibandingkan dengan rasio ROE BMI sebesar 22,65%. Persentase ROE BSM menunjukkan bahwa kemampuan BSM dalam menghasilkan laba dari modal sendiri lebih besar dibandingkan dengan kemampuan BMI dalam menghasilkan laba. Hal ini berarti selam periode 2010-2012 BMI mempunyai tingkat kemungkinan bank bermasalah lebih besar dibandingkan dengan BSM.

d. Non performing financing (NPF)

Pada tabel 4.10 dapat dilihat bahwa BSM mempunyai nilai rata-rata (mean) rasio NPF sebesar 1,14% (pembulatan dua decimal) lebih kecil dibandingkan dengan rasio NPF BMI sebesar 3,80% (pembulatan dua decimal). Persentase BMI menunjukkan bahwa bank tersebut memiliki total pembiayaan bermasalah lebih besar daripada nilai total pembiayaan bank, sedangkan BSM memiliki nilai total pembiayaan lebih besar dibandingkan pembiayaan bermasalah. Hal ini menunjukkan berarti bahwa selama periode 2010-2012 BSM memilik nilai rasio NPF yang lebih baik dibandingkan BMI, karena semakin rendah nilai NPF maka akan semakin baik kualitas aktiva suatu bank. namun, jika mengacu pada ketentuan BI tentang kualitas aktiva produktif (KAP) bahwa standar terbaik NPF adalah dibawah 5% (<5%) maka BSM dan BMI sudah berada pada kondisi ideal.

e. Biaya operasional pendapatan operasional (BOPO)

Terlihat dari tabel 4.10 bahwa BSM mempunyai nilai rata-rata (mean) sebesar 73,06% lebih kecil dibandingkan nilai rata-rata (mean) BMI yaitu sebesar 87,15%. Persentase BOPO BSM menunjukkan bahwa pendapatan operasionalnya lebih besar daripada biaya operasioanlnya begitu sebaliknya dengan BMI yang mempunyai nilai biaya operasional lebih besar daripada pendapatan operasionalnya. Hal ini menunjukkan selama periode 2010-2012 BSM memiliki BOPO lebih baik dibandingkan dengan BMI, karena semakin rendah nilai BOPO maka akan semakin baik kualitas dan tingkat efisiensinya. Namun, jaka mengacu pada ketentuan BI yang

menyatakan bahwa standar ideal BOPO adalah dibawah 92% (≤92%) maka BSM dan

BMI sudah berada pada kondisi ideal. f. Financing to deposit ratio (FDR)

Berdasarkan tabel 4.10 diatas, maka dapat diketahui bahwa BSM mempunyai nilai rata-rata (mean) FDR sebesar 87,85% (pembulatan dua decimal) lebih kecil dibandingkan dengan rasio FDR BMI yaitu 95,85%. Persentase FDR mengidentifikasikan tingkat kemampuan bank dalam mengembalikan kewajibannya tanpa terjadi penangguhan. Hal ini berarti bahwa selama periode 2010-2012 BMI memiliki FDR lebih baik dibandingkan dengan BSM, karena semakin besar nilai FDR maka akan semakin baik kualitas dan tingkat likuiditasnya. Namun, jika mengacu pada ketentuan BI yang menyatakan standar ideal FDR antara 85%-110% maka BSM dan BMI sudah berada pada kondisi ideal yang ditentukan bank Indonesia.

F. Pengujian Hipotesis Selama Krisis Ekonomi Global 2008

Tabel 4.11

Hasil Uji Statistic Independent Samples T-Test selama krisis ekonomi Global 2008

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper CAR Equal variances assumed 2.793 .112 4.520 18 .000 1.72700 .38210 .92424 2.52976 Equal variances not assumed 4.520 15.983 .000 1.72700 .38210 .91692 2.53708 ROA Equal variances assumed 1.323 .265 -1.758 18 .096 -.60900 .34650 -1.33696 .11896 Equal variances not assumed -1.758 15.313 .099 -.60900 .34650 -1.34623 .12823 ROE Equal variances assumed 3.537 .076 -.684 18 .502 -4.11400 6.01131 -16.74330 8.51530 Equal variances not assumed -.684 16.821 .503 -4.11400 6.01131 -16.80707 8.57907 NPF Equal variances assumed 4.435 .050 -4.387 18 .000 -2.66000 .60633 -3.93386 -1.38614 Equal variances not assumed -4.387 11.981 .001 -2.66000 .60633 -3.98131 -1.33869 BOPO Equal variances assumed 4.246 .054 -2.535 18 .021 -6.31800 2.49189 -11.55326 -1.08274 Equal variances not assumed -2.535 12.489 .025 -6.31800 2.49189 -11.72385 -.91215 FDR Equal variances assumed .149 .704 -3.035 18 .007 -9.15200 3.01553 -15.48738 -2.81662 Equal variances not assumed -3.035 17.991 .007 -9.15200 3.01553 -15.48761 -2.81639

a. Capital adequacy ratio (CAR)

Berdasarkan tabel 4.11 terlihat pada levene’s test diperoleh Fhitung untuk CAR 2,793% dengan probabilitas (sig) 0,112 (>0,05). Dengan tingkat kepercayaan 95% (α

= 0,05), pada tabel distribusi F diperoleh nilai Ftabel 4,41. Karena Fhitung < Ftabel dan

probabilitas (sig) > 0,05, maka dapat dinyatakkan bahwa kedua sampel memiliki kesamaan ragam atau dengan kkata lain tidak terdapat perbedaan ragam varian CAR dari kedua bank tersebut.

Pada CAR, karena ragam varian kedua bank tersebut adalah sama maka untuk membandingkan kedua populasi dengan t-test digunakan asumsi kedua varian sama (equal varians assumed). Dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05) diperoleh Thitung 4,520 dengan probabilitas (sig) 0,00 (<0,05), sementara itu nilai ttabel sebesar

1,734 (4,520 > 1,734 atau thitung > ttabel). Karena thitung > ttabel maka keputusan yang

diambil adalah menolak H0 dan menerima Ha. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang

signifikan antara kineja BSM dan BMI berdasarkan CAR. b. Return on asset (ROA)

Berdasarkan tabel 4.11 terlihat pada levene’s test diperoleh Fhitung untuk ROA 1,323 dengan probabilitas (sig) 0,265 (>0,05). Dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Pada tabel distribusi F diperoleh nilai Ftabel 4,41. Karena Fhitung < Ftabel (sig

>0,05), maka dapat dinyatakan bahwa kedua populasi memiliki kesamaan ragan atau dengan kata lain tidak terdapat perbedaan varian dari kedua bank tersebut. Pada ROA karena ragam varian kedua bank tersebut adalah sama maka digunakan (equal variance assumed). Dengan tingkat kepercayaan 95% (0,05) diperoleh thitung 1,758

(tanda minus diabaikan) dengan probabilitas (sig) 0,096 (>0,05). Sementara itu nilai ttabel sebesar 1,734 (1,758 > 1,734 atau thitung > ttabel) maka keputusan yang diambil

adalah menolak H0 dan menerima Ha. Hal ini berarti terdapat perbedaan antara

kinerja BSM dan BMI berdasarkan ROA selama periode 2007-2009 (selama krisis) c. Return on equity (ROE)

Berdasarkan tabel 4.11 terlihat pada levene’s test diperoleh Fhitung untuk ROE

Dokumen terkait