• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja Guru dalam Perencanaan Pembelajaran

Dalam dokumen s pgsd kelas 1101364 chapter4 (Halaman 48-54)

C. Paparan Wawancara Guru dan Siswa

1. Kinerja Guru dalam Perencanaan Pembelajaran

Dalam penelitian ini dilakukan penilaian terhadap kinerja guru dalam merencanakan pembelajaran, karena fungsi utama guru salahsatunya adalah sebagai seorang perencana pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Gage dan Berliner (Suyono & Hariyanto, 2011, hlm. 187) bahwa „Ada tiga fungsi utama guru dalam pembelajaran, yaitu sebagai perencana (planner), pelaksana dan pengelola (organizer), dan penilai (evaluator).‟

Pembelajaran yang dilaksanakan selama tiga siklus pada aspek kinerja guru dalam merencanakan pembelajaran meringkas isi buku menggunakan metode 6P di SDN Sirahcipelang direncanakan dengan baik sekali. Untuk mencapai niali akhir baik sekali, terjadi perbaikan pada setiap siklusnya.

Pada siklus satu guru membuat format pemetaan pikiran untuk diisi siswa. Hal ini dimaksudkan agar siswa mudah dalam membuat peta pikirannya. Namun, hal ini tidak membuat siswa antusias sehingga skor pada aspek kesesuaian sumber belajar dengan karakteristik siswa hanya dua. Guru melakukan perbaikan pada siklus dua dengan membebaskan siswa membuat pemetaan pikiran sesuai dengan kreasinya agar siswa dapat memberikan gambar dan mewarnaninya agar lebih menyenangkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Buzan (2004) bahwa gambar dapat memusatkan pikiran dan mengandung seribu kata, sedangkan warna dapat meningkatkan kreatifitas, membuat lebih hidup, dan lebih menyenangkan.

Pada siklus dua, guru menyediakan media gambar contoh pemetaan pikaran. Media gambar akan membantu siswa mempermudah dalam membuat peta pikiran. Selain itu, media ini juga mampu meningkatkan ketertarikan siswa dengan adanya respon dari siswa dengan melihat gambar secara lebih dekat saat guru memajang gambar di depan kelas. Pembuatan media gambar ini didasari oleh pendapat Sudirman (dalam Djuanda, 2014) bahwa salah satu ciri media gambar yang baik adalah dapat menyampaiakn ide tertentu, memberikan kesan, merangsang orang untuk melihat, menarik dan sesuai tujuan pembelajaran.

Selain itu, pada siklus dua, guru menyiapkan kata utama pada setiap pembahasan dalam buku. Hal ini untuk meningkatkan penilaian aspek mengarahkan siswa agar melaksanakan tahap pangkas pada pelaksanaan pembelajaran. Hal ini bertujuan agar siswa dapat lebih mudah menganalisis

bacaan untuk menetapkan kata kunci dan menggaris bawahinya. Hal ini berdasarkan pendapat Olivia (2009, hlm. 64) yang mengemukakan tips menggarisbawahi kata kunci yaitu “Garis bawah yang dibuat harus merupakan prinsip dasar dan transisi dari analisismu sendiri dari buku pelajaran dan bentuknya juga harus diorganisasikan.”

Guru juga membuat buku petunjuk tahap meringkas. Buku ini sebagai salah satu sumber belajar yang mempermudah untuk mengingatkan siswa bahwa ia sedang melaksanakan tahap meringkas. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudjana (dalam Djuanda, 2014, 53) “Sumber belajar adalah segala daya yang dapat dimanfaatkan guna memberi kemudahan kepada seseorang dalam belajar.”

Pada siklus satu dan dua, aspek kesesuaian teknik penilaian dengan tujuan pembelajaran selalu bernilai dua. Hal ini terjadi pemahaman yang berbeda antara guru pengamat dan guru praktikan. Guru pengamat beranggapan bahwa jumlah soal harus sama dengan jumlah tujuan. Beliau juga berpendapat bahwa bentuk soal uraian terlau sulit untuk siswa. Namun hal tersebut sudah diklarifikasi dengan berdiskusi dan menyampaikan expert opinion. Jumlah soal tidaklah harus sama dengan jumlah tujuan. Jika satu soal sudah dapat mencakup semua aspek tujuan, maka tidak perlu soal lain, hal ini dikhawatirkan akan terjadi ambiguitas. Seperti pada penelitian ini, tujuan menulis ringkasan terdiri dari tiga aspek, kelengkapan gagasan, panjang ringkasan, dan penggunaan huruf kapital serta tanda titik. Tiga aspek tersebut dijadikan satu soal saja dengan perintah buatlah sebuah ringkasan dari buku yang telah dipilih dengan gagasan yang lengkap, panjang ringkasan sesuai aturan, dan huruf kapital serta tanda titik yang benar. Soal uraian tersebut mampu dijawab siswa.

Pada siklus tiga, guru praktikan merencanakan tujuan pembelajaran, mengorganisasikan materi, memilih sumber belajar dan media pembelajaran, merencanakan skenario pembelajaran, dan merencanakan penilaian dengan baik sekali. Guru menyiapkan gambar peta pikiran sebagai contoh untuk diamati siswa, menyiapkan materi dengan bahasa yang mudah siswa pahami. Hal ini sesuai dengan implikasi teori belajar konstruktivisme yangi dikemukakan oleh Djuanda (2014) bahwa dalam merencanakan isi dan proses pembelajaran bahasa Indonesia, guru harus mempersiapkan materi konkret yang bisa diamati siswa, karakteristik

materi, hubungan materi dengan lingkungan siswa, serta keterhubungan pembelajaran dengan kehidupan sosial siswa.

Berikut ini diagram peningkatan kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran.

Diagram 4.1

Kinerja Guru dalam Perencanaan Pembelajaran

Pada siklus satu, jumlah skor keseluruhan adalah 31 dengan persentase pencapaian 86,11% dan mendapat kriteria baik sekaliPada siklus dua, jumlah skor keseluruhan adalah 35 dengan persentase 97,22% dan mendapat kriteria baik sekali. Hal ini dikarenakan dilaksanakannya perbaikan pada aspek pengorganisasian materi, pemilihan sumber dan media pembelajaran, skenario pembelajaran, dan penilaian hasil belajar. Sedangkan pada siklus tiga, jumlah skor keseluruhan adalah 36 dengan persentase 100% dengan interpretasi baik sekali. Hal ini dikarenakan dilaksanakannya perbaikan pada aspek penilaian hasil belajar. Pada siklus tiga, hasil penilaian perencanaan pembelajaran telah mencapai target penelitian dengan perolehan skor ideal 36 dengan persentase 100% dan kriteria baik sekali.

2. Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran

Setelah guru membuat sebuah perencanaan, maka guru melaksanakan rencana yang telah dibuat dalam pembelajaran di kelas. Dalam pembelajaran meringkas isi buku menggunakan metode 6P di SDN Sirahcipealang, guru praktikan melaksanakan pembelajaran dengan baik sekali. Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Pelaksanaan yang diamati meliputi prapembelajaran, membuka pembelajaran, kegiatan inti

31 35 36 86,11 97,22 100 0 20 40 60 80 100 120

Sikuls 1 Siklus 2 Siklus 3

Skor Persentase

pembelajaran,pembelajaran yang memelihara keterlibatan siswa, dan kegiatan penutup pembelajaran. Pada setiap siklusnya selalu terjadi peningkatan skor akibat adanya perbaikan-perbaikan yang dilakukan berdasarkan analisis dan refleksi di setiap siklusnya.

Pada siklus satu, pembelajaran tidak lagi berfokus pada guru. Siswa sudah dilibatkan dalam pembelajaran dengan berdiskusi dalam kelompoknya. Guru hanya sebagai fasilitator saja. Hal ini sesuai dengan implikasi teori belajar humanisme pada pembelajaran bahasa Indonesia yang dikemukakan Resmini dkk. (2009) bahwa guru hanya sebagai fasilitator dan model saja karena siswa diyakini mampu menemukan pemahamannya sendiri.

Pada siklus dua, guru telah melaksanakan bimbingan di tiap tahap metode 6P dengan baik. Hal ini karena dipermudah oleh perencanaan pembelajaran yang baik. Guru telah menyiapkan sumber belajar yang mendukung pembelajaran, sehingga pada saat mengarahkan siswa melakukan tahap meringkas guru merasa terbantu. Meskipun demikian, pada tahap periksa di siklus dua, guru masih dinilai kurang membimbing. Hal ini diperbaiki pada siklus tiga dengan melakukan mini kuis. Guru melatih siswa menemukan kesalahan penggunaan huruf kapital dan tanda titik di depan kelas dengan menunjuk siswa yang masih belum paham. Siswa diberi penghargaan berupa hadiah jika mampu memperbaiki kesalahan penulisan. Latihan yang diberikan dalam mini kuis ini berlandaskan pada teori belajar behaviorisme tentang kaidah latihan menurut Edward L. Thorndike (dalam Djuanda, 2014, hlm. 9), “Dalam melakukan kontrol perlu diperhatikan tiga hal yaitu law of effect atau kaidah efek, law of excersise atau kaidah latihan, law of

readinnesatau kaidah kesiapan.” Mini kuis ini juga meningkatkan antusias siswa.

Untuk meningkatkan ketertiban siswa, guru juga memberlakukan peraturan bintang merah. Bintang merah adalah konsekuensi jika siswa tidak mengerjakan tugas, tidak memperhatikan guru, dan kurang antusias. Jika siswa mendapat dua bintnag merah maka ia akan mendapat konsekuensinya dengan melaksanakan sanksi harus piket kelas, atau diberi tugas tambahan. Pemberian bintang merah ini berlandaskan pada prinsip teori belajar behaviorisme kaidah efek dimana jika siswa diberi suatu stimulus maka ia akan memberikan suatu

efek. Stimulus dalam pemberlakuan bintang merah adalah adanya konsekuensi, sedangkan respon yang diharapkan adalah perilaku siswa yang tertib.

Pada siklus satu di aspek menaggapi respon siswa, guru sudah menanggapi pertanyaan siswa dengan baik namun kurang efektif. Hal ini diperbaiki pada siklus tiga dengan melaksanakan mini lesson. Mini lesson ini, diberikan pada kelompok yang memerlukan bimbingan. Dalam kegiatan ini, guru memfasilitasi siswa untuk memberikan tips dan memberikan langkah-langkah memecahkan kesulitan pada fokus materi. Menurut Susiwi (tanpa tahun, hlm 33) dalam kegiatan ini “Peran guru adalah sebagai organisator KBM, sumber informasi bagi siswa, pendorong siswa untuk belajar, penyedia materi dan kesempatan belajar bagi siswa, pendiagnosa dan pemberi bantuan kepada siswa sesuai kebutuhannya.”

Pada penggunaan waktu pembelajaran, guru sudah mampu mengorganisasikan waktu dengan baik sehingga pembelajaran pada setiap siklusnya sudah sesuai dengan alokasi waktu yang ditetapkan. Guru juga memberikan bimbingan dengan baik.

Berikut ini diagram peningkatan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Diagram 4.2

Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran

Pada siklus satu, jumlah skor keseluruhan adalah 51 dengan persentase pencapaian 85% dan mendapat kriteria baik sekali. Pada siklus dua, jumlah skor keseluruhan adalah 58 dengan persentase 96,67% dan mendapat kriteria baik sekali. Hal ini dikarenakan perbaikan pada aspek membuka pelajaran, kegiatan ini

51 58 60 85 96,67 100 0 20 40 60 80 100 120

Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3

Skor Persentase

pada tahap pangkas, panggil dan periksa, pembelajaran yang memelihara keterlibatan siswa, serta kegiatan menyimpulkan pembelajaran. Sedangkan pada siklus tiga, jumlah skor keseluruhan adalah 60 dengan persentase 100% dan interpretasi baik sekali. Hal ini dikarenakan dilaksanakan perbaikan pada aspek kegiatan inti pada tahap periksa, pembelajaran yang memelihara keterlibatan siswa pada aspek menangani respon dan pertanyaan siswa. Pada siklus tiga, hasil penilaian pelaksanaan pembelajaran telah mencapai target penelitian dengan perolehan skor ideal 60 dengan persentase 100% dan interpretasi baik sekali.

3. Aktivitas Siswa

Dalam proses pembelajaran, siswa merupakan subjek kegiatan belajar bukan hanya menjadi objek. Siswa dituntut untuk terlibat dalam pembelajaran dengan melakukan aktivitas belajar secara mandiri. Aktivitas ini tentu berada dalam bimbingan guru. Aktivitas siswa dalam kegiatan belajar yang diamati dalam penelitian ini meliputi aspek mengerjakan tugas, memperhatikan penjelasan guru, serta antusiasme. Berdasarkan pengamatan dalam setiap siklus, aktivitas siswa selalu meningkat. Hal ini akibat dari proses pembelajaran yang selalu diperbaiki pada setiap siklusnya. Untuk meningkatkan aktivitas siswa kelas V SDN Sirahcipelang pada pembelajaran menulis ringkasan buku, dilakukan beberapa kegiatan seperti pengelompokan siswa, penggunaan pensil warna, pemberian bintang merah, dan adanya kuis.

Pada siklus satu, siswa dikelompokan dengan jumlah anggota tiap kelompoknya adalah empat. Pengelompokan ini memudahkan siswa dalam belajar agar dapat saling membantu dalam kelompoknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijono (2012, hlm. 58) bahwa “Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama…”

Untuk meningkatkan respon siswa dalam bentuk keterlibatan siswa dalam pembelajaran maka diadakan sebuah kuis di siklus tiga agar siswa lebih tertarik, mau mencatat, dan antusias. Pemberian bintang merah yang dilakukan di siklus dua juga memberikan efek agar siswa tertib dalam mengerjakan tugas. Hal ini sesuai dengan pendapat Edward L. Thorndike (dalam Djuanda, 2014, hlm. 9)

“Dalam melakukan kontrol perlu diperhatikan tiga hal yaitu law of effect atau kaidah efek, law of excersise atau kaidah latihan, law of readinnes atau kaidah kesiapan.”

Siswa juga diberikan pensil warna saat harus menggarisbawahi kata kunci dan membuat pemetaan pikiran. Pada saat membuat peta pikiran mereka membuat gambar-gambar sebagai penanda kata kunci. Mereka terlihat antusias dan senang. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Buzan (2004) bahwa gambar dapat memusatkan pikiran dan mengandung seribu kata, sedangkan warna dapat meningkatkan kreatifitas, membuat lebih hidup, dan lebih menyenangkan. Selain itu Iswara (2014) mengemukakan bahwa saat menggarisbawahi penggunaan pensil warna akan lebih mudah dihapus dan lebih menyenangkan.

Berikut ini disajikan diagram peningkatan aktivitas siswa dalam setiap siklus.

Diagram 4.3

Dalam dokumen s pgsd kelas 1101364 chapter4 (Halaman 48-54)

Dokumen terkait