• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Pengertian Kinerja

Istilah kinerja merupakan terjemahan dari kata “performance” yang berarti melakukan, menjalankan dan melaksanakan; memenuhi atau menjalankan kewajiban suatu janji, melaksanakan dan menyempurnakan tanggung jawab, melakukan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang. Kinerja merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan tugas dan wewenangnya sesuai tujuan organisasi yang dilakukan secara legal, tidak melanggar aturan dan berlandaskan moralitas yang baik.52

Sedangkan istilah kinerja secara terminologi adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi lembaga.53 Kinerja dan hasil kerja selalu menjadi tanda keberhasilan lembaga dan orang-orang yang ada dalam lembaga tersebut.

Prestasi kerja atau kinerja dipengaruhi oleh cara-cara yang ditempuh, usaha yang dilakukan, dan pada gilirannya memunculkan hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam lembaga, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya mencapai sasaran/tujuan lembaga. Wahjosumidjo seperti di dalam

51

Thomas J. Sergiovani dan Robert J. Starrat. Supervision Human Perspectives, (New York: McGill) hal 126.

52

Suyadi Prawirosentono, Kebijakan Kinerja Karyawan: Kiat Membangun Organisasi Kompetitif Menjelang Perdagangan Bebas Dunia, (Yogyakarta : BPFE, 1999) Hal 2.

bukunya mendefinisikan kinerja adalah sumbangan secara kualitatif dan kuantitatif yang terukur dalam rangka membantu tercapainya tujuan kelompok dalam suatu unit kerja.54

Pakar yang lain berpendapat, bahwa kinerja adalah prestasi atau hasil kerja yang disumbangkan oleh seseorang atau kelompok dalam menunjang tercapainya tujuan suatu organisasi. Singkatnya kinerja adalah prestasi, kontribusi sumbangan hasil kerja.55

Kinerja merupakan kesuksesan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Kinerja itu berkenaan dengan apa yang dihasilkan seseorang dari tingkah laku kerjanya. Orang yang tingkat kinerjanya tinggi disebut sebagai orang yang produktif, dan sebaliknya orang yang tingkat kinerjanya tidak mencapai standar dikatakan sebagai orang yang tidak produktif atau berkinerja rendah.56

Kinerja adalah hasil kerja berdasarkan penilaian tentang tugas dan fungsi jabatan sebagai pendidik, manajer lembaga pendidikan, administrator atau apapun yang penilaiannya dilaksanakan oleh suatu institusi tertentu, baik lembaga internal maupun eksternal.

Kinerja bukan suatu gambaran dari sebuah pekerjaan yang dilaksanakan seseorang dengan mengambil standar minimal pencapaian tujuannya, melainkan upaya maksimal seseorang dalam bekerja untuk mencapai dan bahkan melampaui tuntutan yang diharapkan. Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa kinerja tinggi merupakan sesuatu yang amat dibutuhkan dalam mencapai target tertentu yang telah direncanakan.

Selain itu dari sudut proses kerja, kinerja juga dapat diartikan sebagai usaha seseorang untuk mencapai hasil optimal berdasarkan kemampuan dan strategi yang tepat. Ada dua kondisi yang harus dipenuhi sekiranya para karyawan dikehendaki supaya merasa bahwa imbalan terkai dengan kinerja. Pertama, hubungan antara kinerja dan imbalan harus kelihatan dengan jelas oleh anggota- anggota organisasi. Kedua, tingkat kepercayaan yang memadai haruslah ada antara para karyawan dengan manajemen organisasi. Kepercayaan merupakan prasyarat yang perlu untuk sifat motivasional dari sistem kompensasi. Apabila para karyawan tidak mempercayai bahwa manajemen sungguh-sungguh memberikan imbalan yang dijanjikan atas knerja yang efektif, mereka tidak termotivasi akan bekerja secara efektif. Oleh karena itu, pemberdayaan sistem kompensasi untuk memotivasi kinerja yang efektif membutuhkan hubungan yang jelas dan terlihat antara kinerja dan imbalan serta iklim kepercayaan antara orang-orang yang bekerja dan pihak terkait yang menawarkan imbalan.57

54

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan permasalahannya, (PT. Raja Grafindo persada, Jakarta. 2005), hal 430

55

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan permasalahannya, hal 430

56

Muhammad As’ad, Psikologi Industri, (Yogyakarta: Liberty, 1999), hal 47.

57

Definisi kinerja tersebut apabila diintegrasikan ke dalam kehidupan sekolah, memberikan makna lebih jauh sebagai berikut:

1. Kinerja kepemimpinan kepala sekolah adalah prestasi atau sumbangan yang diberikan oleh kepala sekolah, baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang terukur dalam rangka membantu tercapainya tujuan sekolah.

2. Sekolah sebagai lembaga pendidikan bertugas menyelenggarakan proses pendidikan, proses belajar mengajar dalam usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

3. Agar fungsi kepemimpinan kepala sekolah berhasil memberdayakan segala sumber daya sekolah untuk mencapai tujuan sesuai dengan situasi, diperlukan kemampuan profesional, yaitu kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan keterampilan profesional, pelatihan, dan pengetahuan profesional, serta kompetensi administrasi dan pengawasan.58

Pada hakekatnya orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan atas dorongan atau motivasi tertentu. Kebutuhan dipandang sebagai penggerak prilaku, sedangkan motivasi diarahkan untuk memenuhi kebutuhan.59

Sedangkan dalam proses pembelajaran, kinerja guru tertumpu pada kemampuan guru itu sendiri. Kinerja guru dalam proses belajar mengajar (PBM) adalah kesanggupan atau kecakapan para guru dalam menciptakan suasana komunikasi yang edukatif antara guru dan peserta didik yang mencakup segi kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai upaya mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjut agar tercapainya tujuan pengajaran.60

Kinerja guru dimaksud adalah hasil kerja guru yang terefleksi dalam cara merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses belajar mengajar yang intensitasnya dilandasi oleh etos kerja, disiplin, professional guru dalam proses pembelajaran.

2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja guru di antaranya, yaitu (1) efektifitas dan efisiensi, (2) otoritas (wewenang), (3) disiplin, (4) inisiatif, (5) pengarah/director (6) fasilitas

1) Efektifitas dan efisiensi

Kinerja yang baik adalah suatu pekerjaan yang berhasil mencapai tujuan. Hal tersebut dapat disebut bahwa pekerjaan tersebut efektif, namun jika ada sesuatu yang tidak diinginkan

58

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan permasalahannya, (PT. Raja Grafindo persada, Jakarta. 2005), hal. 431.

59

Iwan Purwanto, Manajemen Strategi, (Bandung : CV. Yrama Widya, 2007) hal 24

60

muncul di dalamnya berarti pekerjaan tersebut tidak efisien. Oleh sebab itu kedua-duanya yakni efektifitas dan efisiensi harus diperhitungkan bersama sebagai bagian utama dari kinerja.61 Hal tersebut juga berlaku pada kinerja guru. Guru dalam proses pembelajaran dapat diukur kinerjanya dengan asas efektifitas dan efisiensi.

2) Otoritas (wewenang)

Otoritas merupakan perintah dalam suatu organisasi formal yang dimiliki (diterima) oleh seorang anggota organisasi kepada anggota yang lain untuk melakukan suatu kegiatan kerja sesuai dengan kontribusinya. Perintah tersebut menyatakan apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan dalam organisasi tersebut.62

3) Disiplin

Yaitu, sikap ketaatan kepada hukum dan peraturan yang berlaku. Jadi disiplin guru merupakan kegiatan yang bersangkutan dalam menghormati perjanjian kerja dengan pihak sekolah dimana dia bekerja. Keterikatan terhadap perjanjian kerja dapat menjadi bagian dari munculnya kinerja yang optimal dari guru.

4) Inisiatif

Yaitu, berkaitan dengan daya pikir dan kreatifitas dalam bentuk ide untuk merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi. Jadi inisiatif adalah daya dorong kemajuan yang bertujuan untuk mempengaruhi kinerja organisasi. Karyawan yang memiliki daya inisiatif yang tinggi selalu akan menampakkan kinerja yang lebih maju.63 Guru dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar. Sudah barang tentu ide-ide itu merupakan ide-ide kreatif yang dapat dicontoh oleh anak didiknya.

5) Pengarah/director

Jiwa kepemimpinan bagi guru dalam peranan ini lebih menonjol. Guru dalam hal ini harus dapat membimbing, memberikan motivasi dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.64

6) Fasilitas

Guru dalam hal ini akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar mengajar, misalnya saja dengan menciptakan suasana kegiatan belajar yang sedemikian rupa,

61

Suyadi Prawirosentono, Analisis Kinerja Organisasi, (Bandung: PT. Rineka Cipta, 1999.) hal 6

62

Suyadi Prawirosentono, Analisis Kinerja Organisasi, hal 7

63

Suyadi Prawirosentono, Analisis Kinerja Organisasi, (Bandung: PT. Rineka Cipta, 1999.) hal 7.

64

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar; Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru,

serasi dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar mengajar akan berlangsung secara efektif.65

Adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhi kinerja seseorang, seperti: lingkungan (Kegaduhan/desakan), Dalam diri seseorang (harapan/cita-cita, emosi, dan keinginan) dan tujuan (kepuasan kerja dan tanggung jawab).66

Kinerja sesungguhnya dipengaruhi oleh kemampuan unjuk kerja yang perlu dinilai atau dievaluasi untuk membandingkan luaran kerja (hasil) dibanding dengan perilaku kerjanya. Misalnya; cara kerja (lamban atau cekatan), absensi (terlambat atau tepat waktu), praktek penghematan (hemat atau boros), optimisme (yakin atau ragu), dan kebiasaan dan keselamatan kerja (hati-hati atau ceroboh). Hal-hal tersebut merupakan bagian dari unjuk kerja yang berhubungan erat dengan budaya perusahaan atau organisasi untuk mencapai hasil yang terbaik.67

3. Kemampuan-kemampuan dalam kinerja

Kemapuan-kemampuan dasar yang dapat dijadikan alat ukur kinerja guru adalah : Penguasaan bahan atau materi pembelajaran termasuk kesesuaiannya dengan kurikulum, pengelolaan proses belajar mengajar, penguasaan kelas, penggunaan media dan sumber belajar, penguasaan tentang landasan kependidikan, pengelolaan interaksi belajar mengajar, penilaian yang tepat, penyelenggaraan administrasi disekolah termasuk pelaporan hasil belajar, dan penafsiran serta analisis hasil penelitian guna keperluan pengajaran serta memahami penalaran yang berkaitan dengan perkembangan nalar siswa dan pengembangan proses belajar mengajar.68

Selain itu, untuk lebih memahami tentang kinerja tenaga kependidikan, berikut disajikan beberapa pendapat menurut pengertian operasional :

a) Model Vroomian

“Performance” = f (Ability x Motivation)”. Menurut model ini kinerja seseorang merupakan fungsi perkalian antara kemampuan (Ability) dan motivasi. Hubungan perkalian tersebut mengandung arti bahwa : jika seseorang rendah pada salah satu komponen maka

65

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar; Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru, hal 143.

66

Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s 2006) hal 44-45

67

Bennet Silalahi, Corporate Culture & Performance Apprasial; Budaya Perusahaan dan Penilaian Unjuk Kerja. Jakarta: Alhambra, 2004). Hal 38-39.

68

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar; Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru,

prestasi kerjanya akan rendah pula. Kinerja seseorang yang rendah merupakan hasil dari motivasi yang rendah dengan kemampuan yang rendah.

b) Model Lawler and Porter

Performance adalah hasil perkalian effort (energi yang dikeluarkan), abilities (karakteristik dan sifat-sifat individu) dan role perception (kesesuaian antara usaha yang dilakukan dengan persepsi yang ditimbulkannya).

c) Ander and Butzin

Performance adalah hasil penjumlahan antara seluruh hasil kerja yang telah dilakukan dengan hasil kali antara ability dan motivation. Perkalian antara ability dan motivasi menjadi sangat populer sehingga banyak sekali dikutip para ahli dalam membicarakan kinerja.69

Dengan demikian, model-model yang menggambarkan kinerja ini menunjukkan bahwa kinerja seseorang dipengaruhi oleh kemampuan, motivasi, upaya keras dan persepsi orang lain terhadap kinerjanya. Model yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah yang dikemukakan oleh model Vroomian bahwa antara ”motivasi dan kemampuan harus saling mendukung, karena apabila salah satu dari keduanya rendah maka akan mempengaruhi rendahnya kinerja seseorang”.

Kinerja guru merupakan perilaku nyata yang ditunjukkan oleh guru pada waktu memberi pelajaran kepada siswanya. Kinerja tersebut dapat dilihat saat melaksanakan interaksi belajar mengajar di kelas termasuk sejumlah persiapan yang dibuatnya. Kinerja guru juga mencakup prestasi yang terkait dengan kualitas individu yang ditunjukkan dengan keterampilan dan unjuk kerja dibidangnya berdasarkan pengetahuan dan penguasaan materi pembelajaran, keterampilan untuk menjelaskan hubungan baik dengan unsur lain yang terlibat dalam pendidikan guna melaksanakan kewajiban atau tugas pekerjaan yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya pada waktu tertentu dan prosedur serta aturan tertentu yang berlaku untuk kepentingan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.70

Salah satu aspek yang menunjukkan bahwa seseorang memiliki kinerja yang baik adalah kreatifitas kerjanya. Bebepara faktor yang menandai orang-orang kreatif adalah:

1) Kemampuan kognitif yang meliputi kecerdasan diatas rata-rata, kemampuan melahirkan gagasan baru, gagasan yang berlainan dan fleksibilitas kognitif.

2) Sikap yang terbuka yang meliputi stimulus internal dan eksternal serta memiliki minat yang beragam dan luas.

69

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Konteks menyukseskan MBS dan KBK,

(Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. 2003) hal. 136-137.

70

3) Sikap yang bebas otonom dan percaya pada diri sendiri meliputi keinginan untuk senantiasa ingin menampilkan kemampuan dirinya sendiri dan tidak terlalu terikat pada konvensi-konvensi sosial.

Kemampuan para petugas (guru) yang perlu ditingkatkan ialah cara mereka membina para siswa baik secara individual maupun secara berkelompok, belajar sendiri menciptakan alat-alat belajar yang memadai dan bekerja sama dengan nara sumber atau dalam tim guru. Karena spesifikasi petugas-petugas dalam pendidikan seperti ini sukar didapat, maka para manajer tidak dapat menggantikan petugas lama dengan petugas yang spesifik.71

Kinerja merupakan faktor yang memiliki korelasi dengan kompetensinya. Artinya, kompetensi guru amat mendukung kinerjanya. Oleh sebab itu peningkatan kinerja guru juga memiliki korelasi dengan kompetensinya. Peningkatan kompetensi guru perlu dilakukan dengan cara mengusahakan buku-buku ilmiah dan petunjuk mengajarkannya. Serta melibatkan hatinya ketika melakukan proses belajar mengajar dengan siswa.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah usaha dan tampilan kerja guru dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya untuk mencapai keberhasilan proses belajar mengajar yang dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam melaksanakan kinerjanya.

Dokumen terkait