• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi kasus motivasi berprestasi terhadap kinerja guru di MTs. Al-Inayah Rawa Kalong Gunung Sindur Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi kasus motivasi berprestasi terhadap kinerja guru di MTs. Al-Inayah Rawa Kalong Gunung Sindur Bogor"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KASUS MOTIVASI BERPRESTASI

TERHADAP KINERJA GURU

DI MADRASAH TSANAWIYAH AL-INAYAH

RAWA KALONG GUNUNG SINDUR BOGOR

Skripsi Ini Diajukan Sebagai Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh: Hidayat NIM : 104011000137

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skipsi yang berjudul “STUDI KASUS MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KINERJA GURU DI MTS AL-INAYAH RAWA KALONG GUNUNG SINDUR BOGOR” telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 26 Januari 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata Satu (S1) pada jurusan Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 18 Maret 2010

Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal Tanda tangan Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi PAI)

Dr. H. Abdul Fatah Wibisono, MA NIP. 19580112.198803.1.002

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Program Studi PAI) Drs. Sapiudin Shidiq, MA

NIP. 19670328.200003.1.001 Penguji 1

Prof. DR. Rif’at Syauqi Nawawi, MA NIP.

Penguji II

Nurlena Rifai MA, Ph.D NIP.

Mengetahui, Dekan FITK

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul: “Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Guru di Madrasah Tsanawiyah Al-Inayah Rawa Kalong Gunung Sindur Bogor” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada Desember 2009 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S. Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 06 Maret 2009

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Tanggal Tanda tangan

Dr. H. Abd. Fatah Wibisono, M. A ………….. ……….

NIP. : 150 236 009

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)

Drs. Sapiudin Shidiq, M. Ag ………….. ……….

NIP. : 150 299 477 Penguji I

Prof. Dr. Abudin Nata, M. A ………….. ……….

NIP. : 150 222 550 Penguji II

Drs. Sapiudin Shidiq, M. Ag ……… ……….

NIP. : 150 299 477

Mengetahui: Dekan,

(4)

LEMBAR PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Hidayat

Tempat/ Tgl Lahir : Jakarta, 31 Maret 1986 NIM : 104011000137

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Guru di MTS Al-Inayah Gunung Sindur Bogor

Pembimbing : Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed M.Phil

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 04 Januari 2010 Penulis

Hidayat

(5)

(104011000137)

Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Guru di MTS Al-Inayah Gunung Sindur Bogor.

Memberikan motivasi merupakan kegiatan yang positif untuk semua kalangan. Terutama bagi guru sangat penting sekali karena motivasi dapat membangkitkan semangat seseorang untuk meraih sebuah tujuan. Guru yang termotivasi untuk berprestasi akan melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik dan juga akan menghasil kinerja yang baik. Motivasi untuk berprestasi ini harus diberikan oleh lingkungan, pihak sekolah dan masyarakat sekitar. Maka dari itu peran yayasan, pihak sekolah, orang tua siswa, guru, masyarakat dan lingkungan sangat penting sekali memberikan motivasi berprestasi demi terciptanya kinerja guru untuk meraih sebuah tujuan.

Penelitian dalam skripsi ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh motivasi berprestasi terhadap kinerja guru, khususnya guru-guru yang berada di MTS Al-Inayah Rawa Kalong Gunung Sindur Bogor. Adapun metodologi penelitian dalam pembahasan ini adalah dengan metode penelitian deskriptif. Metodologi penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang objektif mengenai pengaruh motivasi berprestasi terhadap kinerja guru.

(6)

KATA PENGANTAR

Maha suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah, dan Allah maha besar. Yang memberikan nikmat, hidayah dan cinta kepada hamba-Nya, dan menerangi manusia dari kegelapan dengan cahaya ilmu.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad yang selalu dimuliakan oleh yang maha mulia, yang telah mendidik umatnya dengan akhlak yang mulia. Penulisan skripsi ini tidak akan pernah bisa selesai tanpa izin Allah SWT serta iringan do’a dan tirakat bapak dan mimi yang selalu memberi motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini aku persembahkan untuk keluargaku yang selalu mendoakan, dan memberi motivasi tiada henti. Atas selesainya penulisan skripsi ini penulis sampaikan rasa terima kasih sebanyak-banyaknya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Ketua dan Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. Rusydi Zakaria M.Ed, M.Phil selaku dosen pembimbing penulisan skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam membimbing penulis. 4. Bapak Prof. Dr. Armai Arief, MA., Dosen Penasihat Akademik.

5. Ayahanda Muhammad Soleh dan Ibunda Nadiroh tercinta, satu dari sekian harapan kalian telah ananda penuhi, semoga harapan-harapan yang lain dapat ananda wujudkan. Apa artinya ananda tanpa do’a dan bimbingan kalian, untuk itu ananda memohon untuk terus mendoakan dan membimbing ananda dengan penuh kesabaran untuk meraih sukses. 6. Kakanda tercintaku Nurhayati dan Mas Adang Suryana beserta putrinya Anneria Najwa

mahya yang selalu mencintai dan menghibur penulis dalam masalah keluarga, adik-adiku tercinta Nurhafifah, Misbah Mustofa, dan Muhammad Zidan Mubarok yang telah mewarnai hari-hari penulis dengan penuh keceriaan dan penuh kasih sayang, semoga kebahagiaan kita dirasakan jua oleh saudari kita Almh. Nursyarifah yang kini telah tentram di alam Baqa’.

(7)

8. Sahabat-sahabat FORMAL-ku, Bang Soim yang pertama memberikan inspirasi penulisan skripsi ini, Gus Hayat, Gus Andi dan Gus Zaenal Muttaqin yang sibuk membantu dan menemani penulis, Gus Rosyid, Gus Afifi, Gus Inu, Gus Bangbang, Gus Kodir, Gus Adoer, Gus Boim, Gus Muin, Gus Ghozi ,Gus dedi, Gus Roy, Gus Mozer, Gus Syarif, Gus Iskandar, Gus Amin, Gus Syafiq, Gus Lutfi, Gus Ayung, Habib Syaikhon Yahya, Mba Edah, Lulu, Tiharoh, Rofiah, yang selalu menemani penulis dengan penuh canda. 9. Teman-teman seperjuangan di Jurusan, Muallafat 2004, dan seluruh teman-temanku yang

tidak dapat disebutkan satu persatu.

10.For my brothers in the Sunter, (Brother ozi, Oman, Roy, “ I like you”.), Iwan, Zaenal, Arif Holic, Mas Ugeng, Mas Herman, Sepri, bowo, yang selalu menghibur penulis. Keluarga Padang, Mete edi, Uni Susi, Bang Mael “you the good people”, Hendra, Yanti yang sudah berbaik hati dan menjadi bagian keluarga penulis. Spesial untuk Zakiah Nurmalaku yang selalu memberikan motivasi dan mengisi hati penulis dengan penuh kebahagiaan, “aku takut kehilangan kamu”.

11.Dan seluruh teman-temanku yang selalu bertanya “kapan wisudanya…??” inilah jawabannya.

Semoga karya ilmiah yang berbentuk skripsi dan tentunya jauh dari kesempurnaan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amiiiin.

Jakarta, 04 Januari 2010

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ILMIAH... i

ABSTRAKSI... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ………...7

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah...7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...7

BAB II KAJIAN PUSTAKA...9

A. Motivasi Berprestasi...9

1. Pengertian Motivasi Berprestasi...9

2. Macam-Macam Motivasi...16

3. Fungsi-Fungsi Motivasi ...20

4. Motivasi Berprestasi Sebagai Investasi Kinerja...25

B. Kinerja Guru ...28

1...Pengertian Kinerja Guru ...28

2... Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kinerja...31

3...Kemampu an-Kemampuan Dalam Kinerja ...33

C. Kerangka berfikir ...35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...39

A. Lokasi Dan Waktu Penelitian ...39

B. Metode Penelitian...39

C. Populasi dan Sampel ...40

D. Variabel Penelitian ...40

E. Teknik Pengumpulan Data ...41

(9)

BAB IV HASIL PENELITIAN...47

A. Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyah Al-Inayah Rawa Kalong Gunung sindur Bogor...47

1. Sejarah Berdirinya MTS Al-Inayah ...47

2. Visi, Misi dan Tujuan...48.

3. Struktur Organisasi...48

4. Keadaan Guru Pegawai dan Siswa ...49

5. Sarana Prasarana...50.

B. Deskripsi data...51

C. Analisa Data...65

D. Interpretasi Data...71

BAB V PENUTUP...73

A. Kesimpulan ...73

B. Saran...74

DAFTAR PUSTAKA...76

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Melakukan Tugas mengajar dengan baik... ... 51

Tabel 2 Dalam hal mengajar ingin menjadi lebih baik ...51

Tabel 3 Melakukan tugas disekolah dengan baik ... 52

Tabel 4 Memberikan bimbingan kepada siswa yang kurang pandai di luar jam mengajar...52

Tabel 5 Berangkat ke sekolah untuk mengajar setiap hari...53

Tabel 6 Mengajar karena mengharapkan gaji dan tunjangan...53

Tabel 7 Merasa nyaman dalam melakukan tugas mengajar ...54

Tabel 8 Mendapat kesejahteraan dalam melaksanakan tugas... ...54

Tabel 9 Mempunyai hubungan yang baik dengan para pegawai...54

Tabel 10 Melaksanakan tugas mengajar mengikuti Prosedur Kerja...55

Tabel 11 Membuat RPP Sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar ...55

Tabel 12 Membuat Preetest dalam kegiatan belajar mengajar...56

Tabel 13 Menggunakan Metode yang sama dalam mengajar...56

Tabel 14 Menggunakan Media Pengajaran pada saat mengajar...57

Tabel 15 Memberikan kesempatan bertanya kepada siswa setelah menyampaikan pelajaran...57

Tabel 16 Memberikan tugas latihan kepada siswa ...58

Tabel 17 Mengalami kesulitan dalam mengajar...58

Tabel 18 Terlambat Masuk Kelas... ...59

Tabel 19 Menyelesaikan tugas tepat waktu...59

Tabel 20 Materi yang bapak/ibu sampaikan Dapat memuaskan siswa ...59

Tabel 21 Lulus dengan nilai yudisium yang baik...60

Tabel 22 Pernah mendapat piagam penghargaan selama mengajar...60

Tabel 23 Diberikan kesempatan untuk mengembangkan potensi akademik...61

Tabel 24 Mempunyai keterampilan khusus yang bersifat non akademik...61

Tabel 25 Mendapat appresiasi selama menjalankan tugas...62

Tabel 26 Merasa dihargai oleh rekan-rekan seprofesinya...62

Tabel 27 Merasa dihormati oleh karayawan dan siswanya ...62

Tabel 28 Figur yang memiliki reputasi yang baik di masyarakat sekitar...63

Tabel 29 Sosok yang disegani dalam pergaulan sosialnya...63

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Keadaan guru dan pegawai MTS Al-Inayah Gunung Sindur Bogor………80

2. Keadaan siswa-siswi MTS Al-Inayah Gunung Sindur Bogor………..82

3. Sarana MTS Al-Inayah Gunung Sindur Bogor……….83

4. Prasarana MTS Al-Inayah Gunung Sindur Bogor………85

5. Insturumen angket motivasi berprestasi………86

6. Instrumen angket kinerja guru………...87

(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Rendahnya sumber daya manusia Indonesia merupakan cerminan dari rendahnya mutu pendidikan, oleh karena itu harus ada usaha-usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan. Upaya tersebut tidak akan berhasil tanpa diimbangi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam pendidikan. Salah satu usaha yang harus dilakukan adalah meningkatkan kinerja guru, tidak dapat dipungkiri salah satu komponen dalam pendidikan adalah guru, dengan demikian jika kinerja guru meningkat maka mutu pendidikan akan meningkat pula. Itu sebabnya guru harus dididik dalam profesi kependidikan, agar memiliki kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya secara efisien dan efeketif. Hal ini hanya mungkin dilakukan jika kedudukan, fungsi, dan peran guru diakui sebagai profesi 1.

Bila kita kaitkan dengan ajaran Islam yang sangat mengutamakan penguasaan atas ilmu pengetahuan dan teknologi. Banyak ayat-ayat al-Qur’an juga hadits yang membicarakan pentingnya menuntut ilmu serta Allah mengangkat kedudukan orang-orang yang berilmu. Seperti dalam surat al-Mujadalah ayat 11 disebutkan :

! "

#$

%&'() *(+

,

(-./

0

"(-

23 .4(

5667

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Q.S. al-Mujadalah :11)2

SDM guru merupakan salah satu aspek penting yang menyatu dengan upaya meningkatkan mutu pendidikan, bahkan, pemerintah telah mengeluarkan sejumlah kebijakan baik ditingkat nasional maupun local dalam rangka menyikapi hal-hal yang berkenaan dengan tuntutan peningkatan kualitas dan mutu guru dalam pendidikan yang ada saat ini. Dalam undang-undang PP no 74 tahun 2008 tentang guru dijelaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

1

Oemar Hamalik, Pendidikan Guru,Bedasarkan Pendekatan Kompetensi. (Jakarta : Bumi aksara, 2002), hal.7

2

(13)

Hal yang sama terjadi diranah masyarakat sipil, yakni sejumlah inovasi pendidikan telah dikembangkan dengan mendirikan sekolah-sekolah berdasarkan sejumlah konsep ilmu pendidikan mutakhir dan melakukan invasi tekhnik dan penggunaan perangkat teknologi yang baik dalam proses pembelajarannya. Tak hanya itu konsep-konsep pembaharuan pendidikan mulai digerakkan untuk turut menjawab tantangan peningkatan kualitas pendidikan tersebut.

Hal itu hingga kini masih menyita perhatian para ilmuwan dan peneliti maupun praktisi pendidikan dalam upaya memajukan sekolah sebagai institusi formal dalam hirarki kelembagaan pendidikan Indonesia.

Definisi kinerja itu sendiri adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi lembaga. Armstrong, sepeti dikutip olehAbdullah Munir, mengatakan bahwa :

Kinerja dan hasil kerja selalu menjadi tanda keberhasilan lembaga dan orang-orang yang ada dalam lembaga tersebut. Prestasi kerja atau kinerja dipengaruhi oleh cara-cara yang ditempuh, usaha yang dilakukan, dan pada gilirannya akan memunculkan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam lembaga, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya mencapai sasaran/tujuan lembaga.3

Seorang guru yang memiliki kinerja tinggi sudah tentu konsisten terhadap tugasnya dan memiliki disiplin kerja yang tinggi. Karena dengan disiplin segala kegiatan akan teratur dan terarah, sehingga tujuan kerja yang diharapkan dapat dicapai dengan baik. Selain itu orang-orang yang berhasil dalam bidangnya mempunyai kedisiplinan yang tinggi, dan sebaliknya kebanyakan dari orang yang gagal umumnya tidak disiplin, “Disiplin yaitu suatu keadaan dimana sesuatu itu berada dalam keadaan tertib, teratur dan semestinya, serta tidak ada suatu pelanggaran langsung maupun tidak langsung.”4

Kinerja guru diharapkan dapat mengembangkan suasana yang senantiasa kondusif dalam pelaksanaan proses belajar mengajar disekolah melalui kecakapan dalam melakukan interaksi produktif, melakukan penilaian, pendekatan belajar, Sehingga dengan demikian pelaksanaannya dapat mencapai hasil yang diharapkan5. Guru harus bertanggung jawab menciptakan suasana belajar yang baik dikelas, sehingga dapat mengembangkan pola pikir yang lebih maju bagi siswa, menambah pengalaman baru, dan menguatkan analisis kritis secara praktis.

3

Abdullah Munir, Menjadi Kepala Sekolah yang Efektif, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2008) hal, 30.

4

Ali Imron, Pembinaan Guru di Indonesia, (Jakarta : Dunia Pustaka Jaya, 1995) hal. 183

5

(14)

Berbagai konsep dan wawasan baru tentang proses belajar mengajar telah muncul dan berkembang seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.6

Sosok guru yang memiliki kinerja yang tinggi bukan hanya akan terlihat dari kerajinannya dalam memberikan pengajaran didalam kelas, namun juga tergambar dari keinginannya untuk mendapatkan hasil yang optimal. Untuk itu ia akan senantiasa mencari metode mengajar yang paling tepat disamping senantiasa meningkatkan keahlian dan pengetahuan dirinya. Selain itu, seorang guru yang memiliki kinerja yang baik yaitu, datang dan bekerja secara efektif serta efisien, saling menghargai, suka bekerja sama, demokratis dan dalam bekerja ia bersungguh-sungguh, karena ia berusaha untuk meningkatkan kualitas kerjanya, dan akan memandang segala kesulitan sebagai tantangan yang harus ditaklukkan.

Untuk melihat efektifitas kinerja, Larnsen dan Mitchel mengusulkan beberapa teori, antara lain pendekatan kontigensi sebagai gabungan dari pendekatan lain. Intinya adalah kinerja akan bergantung pada perpaduan yang tepat antara individu dan pekerjaannya. Untuk mencapai produktivitas sekolah secara maksimum, sekolah harus menjamin dipilihnya orang yang tepat, dengan pekerjaan yang tepat disertai kondisi yang memungkinkan bagi mereka untuk bekerja optimal.7

Dengan demikian seorang guru tidak hanya penyebar informasi (Transfer of Knowledge) kepada murid secara efektif dan efisien, ia juga dapat menjadi motifator dan

fasilitator. Menurut Abuddin Nata, jika gurunya berkualitas baik, maka pendidikan pun akan baik pula. Kalau tindakan para guru dari hari ke hari bertambah baik maka akan menjadi lebih baik pulalah keadaan dunia pendidikan kita. Sebaliknya kalau tindakan para guru makin memburuk maka akan makin parahlah dunia pendidikan kita.8

Banyak aspek yang dipandang terkait serta berpengaruh terhadap kinerja guru, mulai dari aspek sarana, dukungan kelembagaan, tingkat kesejahteraan motivasi, lingkungan kerja, penadanaan dan sebagainya. Aspek yang diharapkan mampu memperbaiki kinerja guru tersebut penting mendapat perhatian terutama dalam konteks pengambilan kebijakan pendidikan baik di tingkat nasional, lokal, dan terutama ditingkat satuan pendidikan.

Salah satu aspek tersebut adalah motivasi berprestasi. Secara etimologis, motivasi atau motivation berasal dari bahasa latin, yaitu movere yang berarti “menggerakkan” (to move). Hal yang sama juga dikemukakan oleh Henry Simamora bahwa motivasi berasal dari

6

B. Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta : Rineka Cipta, 1997), Cet. Ke-I hal.3

7

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Konteks menyukseskan MBS dan KBK,

(Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. 2003) hal. 133

8

(15)

kata latin, movere yang bermakna bergerak.namun motivasi melibatkan lebih dari sekedar gerakan fisik. Motivasi memiliki gerakan fisik dan mental. Motivasi juga mempunyai dua sisi: gerakan dan motif. Gerakan dapat dilihat, akan tetapi motif harus disimpulkan.9 Sedangkan motivasi berprestasi ialah motivasi yang menyebabkan orang menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari kondisi sebelumnya.10

Kalau kita perhatikan masih banyak guru yang mengesampingkan upaya peningkatan motivasi berprestasi. Rendahnya motivasi guru untuk meningkatkan prestasinya dapat menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan di sekolah. Bahkan secara khusus dapat saja berpengaruh terhadap rendahnya kinerja guru yang disebutkan sebelumnya. Bagaimanapun, fakta-fakta tentang kinerja guru yang rendah tersebut selalu diikuti dengan fakta rendahnya motivasi berprestasi guru yang bersangkutan.

Pada umumnya lingkungan kerja di sekolah yang kondusif lambat laun dapat berpengaruh pada prestasi sekolah tersebut. Oleh sebab itu, lingkungan kerja sebagai suatu suasana yang melingkupi keseharian guru dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pengajar di sekolah semestinya selalu berada dalam kondusifitas yang prima. Lingkungan harus menyediakan suatu iklim yang mendukung proses berlangsungnya kegiatan belajar dan proses perbaikan manajemen sekolah terutama yang dapat meningkatkan motivasi guru dalam meningkatkan kinerjanya.

Pada banyak lembaga pendidikan lingkungan kerja kurang mendapat perhatian. Boleh jadi diakibatkan oleh pengertian yang keliru mengenai lingkungan kerja yang dimaksud. Oleh sebab itulah, sangat penting melakukan studi dan penelitian menyangkut kinerja guru tersebut, untuk mengetahui pengaruhnya dalam peningkatan motivasi belajar siswa. Sehingga kemajuan dan kekurangan yang ada pada diri siswa dapat dilihat untuk memperbaiki kinerja guru dalam mengolah proses belajar mengajar yang dilakukan di sekolah.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian tentang pengaruh motivasi berprestasi terhadap kinerja guru, dalam sebuah judul skripsi sebagai berikut :

“PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KINERJA GURU DI MTS AL-INAYAH RAWA KALONG GUNUNG SINDUR BOGOR”

9

Henry Simamora, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta : STIE YKPN, 2004) hal 456.

10

(16)

B. Identifikasi Masalah 1. Identifikasi Masalah

Sebelum membatasi masalah yang akan dibahas, maka penulis terlebih dahulu mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

a. Rendahnya motivasi guru dalam upaya meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan tugas keguruannya.

b. Rendahnya motivasi guru dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa di MTS Al-Inayah Rawa Kalong Gunung Sindur Bogor

(17)

C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Untuk memudahkan penelitian ini, maka penulis melakukan pembatasan masalah sebagai berikut:

a. Pengaruh motivasi berprestasi dalam upaya meningkatkan kinerja guru di MTS Al-Inayah Rawa Kalong Gunung Sindur Bogor

b. Motivasi guru yang mempengaruhi prestasi belajar siswa di MTS Al-Inayah Rawa Kalong Gunung Sindur Bogor

2. Perumusan Masalah

Adapun Rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Sejauh mana terdapat pengaruh motivasi berprestasi terhadap kinerja guru di MTS Al-Inayah Rawa Kalong Gunung Sindur Bogor?

b. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi motivasi berprestasi guru di MTS Al-Inayah Rawa Kalong Gunung Sindur Bogor?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui sejauh mana kinerja guru di MTS Al-Inayah Rawa Kalong, Gunung Sindur, Bogor.

b. Untuk mengetahui pengaruh motivasi berprestasi dalam peningkatan kinerja guru di MTS Al-Inayah Rawa Kalong, Gunung Sindur, Bogor

2. Manfaat Penelitian

a. Diperolehnya kajian mengenai Kinerja Guru di Mts Al-Inayah Gunung Sindur Bogor.

b. Hasil kajian tentang pengaruh motivasi berprestasi terhadap kinerja guru ini dapat menjadi sumbangsih pemikiran bagi MTS Al-Inayah Rawa Kalong, Gunung Sindur, Bogor.

(18)

1. Pengertian Motivasi Berprestasi

Secara etimologi, motivasi berasal dari akar kata motif, berasal dari bahasa inggris “motive” asal katanya ‘motion’ yang berarti gerak atau sesuatu yang bergerak.11

Menurut terminologi motivasi diartikan sebagai tenaga-tenaga (forces) yang membangkitkan atau mengarahkan kelakuan individu.12 Ada juga yang berpendapat bahwa motivasi adalah penggerak tingkah laku kearah suatu tujuan dengan didasari adanya suatu kebutuhan.13

Istilah motivasi ini juga dikutip oleh Drs. Uzer Usman yang berpendapat bahwa: Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.14

Menurut Mc.Donald yang dikutip oleh Sardiman A.M, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.15

Dari beberapa pengertian motivasi diatas, secara sederhana dapat diperoleh gambaran bahwa motivasi merupakan dorongan dari dalam yang digambarkan sebagai harapan, keinginan dan sebagainya yang bersifat menggiatkan atau menggerakkan individu untuk bertindak dan bertingkah laku, guna memenuhi kebutuhan. Sedangkan motivasi berprestasi ialah motivasi yang menyebabkan orang menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari kondisi sebelumnya.16

Motivasi juga cenderung naik turun, ada kalanya kita merasa di puncak motivasi. Namun kadangkala kita juga merasa sangat malas, sama sekali tidak ada gairah untuk melakukan sesuatu, saat itulah motivasi kita turun. Memang itu wajar, akan tetapi kehidupan menuntut kita untuk senantiasa berprestasi. Lingkungan akan memberi kita penghargaan apabila kita berprestasi. Tapi lingkungan juga akan menghina kita jika tidak produktif.17

Istilah motivasi ini baru digunakan sejak awal abad kedua puluh. Selama beratus-ratus tahun, manusia dipandang sebagai makhluk rasional dan intelek yang memilih tujuan dan

11

Dedi Supriyadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, (Yogyakarta: Adi Citra Karya Nusa, 1999). Hal 98

12

Sarlito Wirawan, PengantarUmum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang 1976) hal 57.

13

Drs. Mahfud Salahuddin, Pengantar Psikologi Pendidikan (Surabaya : Bina Ilmu 1990) Cet. Ke-3 hal 113

14

Drs. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya,2003). Hal 28

15

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar; Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru,

(Jakarta: Rajawali, 1990). hal 161.

16

http://patriotproklamasi.blogspot.com/2006/03/motivasi-berprestasi.

17

(19)

menentukan sederet perbuatan secara bebas. Nalarlah yang menentukan apa yang dilakukan manusia. Manusia bebas untuk memilih, dan pilihan yang ada baik atau buruk, tergantung pada intelegensi dan pendidikan individu, oleh karenanya manusia bertanggung jawab penuh terhadap setiap perilakunya.18

Konsep motivasi terinspirasi dari kesadaran para pakar ilmu, terutama pakar filsafat, bahwa tidak semua tingkah laku manusia dikendalikan oleh akal, akan tetapi tidak banyak perbuatan manusia yang dilakukan di luar kontrol manusia. Sehingga lahirlah sebuah pendapat, bahwa manusia di samping sebagai makhluk rasionalistik, ia juga sebagai makhluk yang mekanistik yaitu makhluk yang digerakkan oleh sesuatu di luar nalar yang biasaya disebut naluri atau insting.19

Siagian menyatakan bahwa yang dimaksud dengan motivasi adalah : ”pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk menggunakan kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan tenaga dan waktunya untuk menggunakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya serta menunaikan kewajibannya dalam rangka mencapai tujuan dan berbagai sasaran organisasi-organisasi yang telah ditentukan sebelumnya.20

Sedangkan menurut Pidarta, motivasi adalah penentu arah tindakan seseorang. Seseorang pegawai yang termotivasi untuk meningkatkan karier,akan bekerja sambil belajar dilembaga pendidikan tertentu pada sore hari. Sebaliknya seorang pegawai yang tidak puas dengan keadaannya akan bekerja secara tidak tenang, mungkin didasari oleh motivasi ingin pindah pekerjaan.21

Motivasi sering pula dimaknakan sebagai modal dasar, yang fungsinya mendorong seseorang untuk beraktivitas, bahkan mampu melipatgandakan potensi dirinya. Kendati bukan barang yang mahal, motivasi telah menjadi komoditas yang layak dijual. Hal tersebut dikarenakan dengan bangkitnya motivasi berprestasi akan memicu ke segenap arah kegiatan, selanjutnya berujung pada peningkatan kinerja yang tidak terbilang besarnya. Banyak organisasi besar bahkan perusahaan besar dibelahan dunia ini, mengakrabi motivasi sebagai bagian yang penting dalam menggerakkan roda organisasinya.22

Setiap perbuatan yang dilakukan manusia baik yang disadari (rasional) atau yang tidak disadari (mekanikal/naluri) pada dasarnya merupakan sebuah wujud untuk menjaga

18

Abdul Rahman Saleh, Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar(Dalam Perspektif Islam),

(Jakarta : Prenada Media 2004) hal. 127

19

ref: http://bina-mahasiswa.blogspot.com

20

Sondag P. Siagian, Teori Motivasi Dan Aplikasinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995) hal 138.

21

Made Pidarta, Manajemen Pendidikan indonesia. (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004) hal 47.

22

(20)

sebuah keseimbangan hidup. Jika keseimbangan ini terganggu, maka akan timbul suatu dorongan untuk melakukan aktivitas guna mengembalikan keseimbangan kondisi tubuh. Aktivitas penjagaan keseimbangan ini, kadang-kadang terjadi atas dasar fisiologi semata, tanpa disertai kehendak manusia, seperti tubuh mengeluarkan keringat pada saat panas yang tinggi. Namun terkadang aktivitas tersebut berlangsung atas dasar kehendak tertentu, misalnya makan pada saat lapar.23

Islam sebagai agama yang sesuai dengan fitrah manusia, sangat memperhatikan konsep keseimbangan, seperti terdapat dalam ayat-ayat al-qur’an berikut:

!"

#$%&

'( )

'* %+,ﻡ

.

“Dan kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung

dan kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.” (Q.S. al-Hijr 15:19)24

-./

0 12

3 /,

0 4

.

”Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan

(susunan tubuh)mu seimbang,” (Q.S al-Infithar 82:7)25

5!

3 ﺕ (

%7/1

/

8 29

: ﺕ

0" ;

<

&

%7/1

0 =

5"ﺕ

>

/*=

7/1

<?@%ی

ی >%

.

“Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)

negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan

berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan

janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai

orang-orang yang berbuat kerusakan. (Q.S Al-Qashash 28:77).26

Menurut al-Qurtuby, seperti dikutip oleh Abdurahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab bahwa makna sempurna dan seimbang dalam penciptaan manusia, dipahami sebagai kesempurnaan dan keseimbangan secara menyeluruh yang mencakup semua penciptaan manusia, baik bentuk luar maupun dalam, serta berbagai fungsinya. artinya, bahwa hal itu

23

Abdul Rahman Saleh, Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar(Dalam Perspektif Islam),

(Jakarta : Prenada Media 2004) hal. 129

24

Kitab Suci Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama Republik Indonesia, hal 392

25

Kitab Suci Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama Republik Indonesia, hal 1032

26

(21)

mencakup pengertian keseimbangan yang diperlukan untuk memelihara diri manusia dan kelangsungan hidupnya.27

Motivasi sendiri memiliki tiga komponen pokok yaitu, :

1. Menggerakkan. Dalam hal ini motivasi menimbulkan kekuatan pada inidividu, membawa

seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Misalnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat kesenangan.

2. Mengarahkan. Berarti motivasi mengarahkan tingkah laku. dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan. tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu . 3. Menopang. Artinya, motivasi digunakan untuk menjaga dan menopang tingkah laku,

lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu.28

Dalam ilmu manajemen maupun psikologi, dapat ditemukan penjelasan bahwa motivasi selalu berhubungan dengan kebutuhan.

Seperti pendapat Abraham Maslow yang dikutip oleh Bukhori Zainun memberi penjelasan mengenai lima tingkat kebutuhan manusia seperti berikut: Pertama, (physical needs) kebutuhan fisik, mencakup kebutuhan dasar yang bersifat primer dan vital,

menyangkut fungsi-fungsi biologis, seperti kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan, kesehatan, dan kebutuhan sex. Kedua, kebutuhan akan rasa aman (safety needs), yaitu kebutuhan memperoleh keselamatan, keamanan, jaminan perlindungan dari ancaman-ancaman yang cepat membahayakan kelangsungan hidup dan segala aspek kehidupan manusia. ketiga, kebutuhan sosial (social needs), yaitu kebutuhan untuk disukai, diterima dalam kehidupan sosial, menyayangi, bergaul berkelompok, bermasyarakat berbangsa dan bernegara. keempat, kebutuhan akan penghargaan (self esteem needs), yaitu kebutuhan untuk memperoleh kehormatan, penghormatan, pujian, penghargaan dan pengakuan. kelima, aktualisasi diri (self actualization need) kebutuhan akan pengakuan orang lain seperti potensi dan prestasi yang diperoleh.29

Pada tahap tertinggi kebutuhan manusia adalah aktualisasi diri, karena dapat menimbulkan motivasi yang sangat kuat dalam diri manusia untuk mencapai tujuannya.

Dalam keterangan mengenai tingkat kebutuhan maslow membuat hierarki seperti berikut30:

27

Abdul Rahman Saleh, Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar(Dalam Perspektif Islam),

(Jakarta : Prenada Media 2004) hal. 130

28

M. Usman Najati, Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa, (Bandung : Pustaka Bandung ) Cet. Ke-2 hal 31

29

Bukhori Zainun, Manajemen dan Motivasi, (Jakarta: Balai Aksara 1979) hal. 27

30

(22)

Kebutuhan pertumbuhan

Kebutuhan dasar

Maslow mengelompokkannya menjadi kebutuhan tingkat tinggi dan tingkat rendah. Kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan keamanan digambarkan sebagai kebutuhan tingkat rendah, sedangkan kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan dan aktualisasi diri sebagai kebutuhan tingkat tinggi. Kebutuhan tingkat tinggi harus terpenuhi lebih dahulu kemudian kebutuhan pertumbuhan itu bisa diwujudkan. Itu sebabnya, faktor-faktor kepuasan kerja yang ditandai dengan kenaikan gaji dan kesejahteraan harus terlebih dahulu dipenuhi untuk mendorong terwujudnya motivasi kerja, prestasi dan tingkat aktualisasi diri yang lebih tinggi. Sebaliknya, jika hal tersebut belum terpenuhi maka manusia belum dan bahkan tidak akan mempunyai kesempatan untuk memikirkan prestasi dan aktualisasi dirinya. Hal ini disebabkan tuntutan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya yang mesti diutamakan dan perlu dipenuhi lebih dahulu.31

Di dalam lingkungan siswa atau pelajar seperti yang dikatakan Maslow anak yang lapar tidak akan termotivasi secara penuh dalam belajar. Sedangkan kebutuhan berikutnya seperti rasa aman adalah kebutuhan tingkat berikutnya setelah kebutuhan dasar yang bersifat fisik. Sebagai contoh siswa yang merasa terancam, maka siswa ini tidak akan termotivasi dengan baik dalam belajar, contoh lain seorang siswa yang merasa dirinya dikucilkan oleh temannya maupun oleh gurunya, tidak mungkin termotivasi dengan baik dalam belajar. Ada kebutuhan yang disebut harga diri, yaitu kebutuhan untuk merasa dipentingkan dan dihargai.

31

Abdul Rahman Saleh, Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar(Dalam Perspektif Islam),

(Jakarta : Prenada Media 2004) hal 133 Self-actualization needs

Self esteem needs

Social needs

Safety needs

(23)

Kepuasan terhadap kebutuhan ini akan menimbulkan perasaan percaya diri, merasa berharga, merasa kuat, merasa mampu, merasa berguna dalam hidupnya. Kebutuhan yang paling utama atau tertinggi yaitu jika seluruh kebutuhan secara individu terpenuhi maka akan merasa bebas untuk menampilkan seluruh potensinya secara penuh. Dasarnya untuk mengaktualisasikan sendiri meliputi kebutuhan menjadi tahu dan mengerti untuk memuaskan aspek-aspek kognitif yang paling mendasar.32

Sebagai pendidik perlu mengetahui kebutuhan yang diinginkan oleh para siswa. Seperti kebutuhan berprestasi, setiap siswa berbeda kebutuhan berprestasinya, ada siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, ada juga yang rendah. Siswa memiliki motivasi berprestasi tinggi kalau berkeinginan untuk sukses, benar-benar berasal dari dalam diri sendiri. Siswa akan bekerja keras baik dalam diri sendiri. Siswa akan bekerja keras baik dalam bersaing dengan orang lain, maupun dalam bekerja sendiri. Sedangkan siswa yang memiliki motivasi rendah cenderung takut gagal dan tidak mau menanggung resiko dalam mencapai prestasi yang tinggi.33

Kadang- kadang istilah ”kebutuhan” dan ”dorongan” digunakan secara bergantian, namun ”kebutuhan” lebih sering mengacu pada keadaan fisiologis, darihilangnya jaringan-jaringan, dan ”dorongan” mengacu pada akibat psikologis dari suatu kebutuhan. Kebutuhan dan dorongan berjalan dengan paralel tapi tidak identik.34

2. Macam-macam Motivasi

Dalam bahasan mengenai macam-macam motivasi ini terdapat beberapa pendapat, diantaranya ada ahli yang menggolongkan motivasi menjadi dua macam, yaitu : (a) motif jasmaniah dan (b) motif rohaniah.

a) Motif jasmaniah, seperti misalnya refleks, instink, otomatisme, nafsu, hasrat dan sebagainya.

b) Motif rohaniah, yaitu kemauan.

Kemauan itu terbentuk melalui empat momen, seperti disajikan berikut ini: 1) Momen timbulnya alasan-alasan:

32

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar; Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru,... Hal 163

33

http://chrisna.blogdetik.com/2008/10/09/fungsi-motivasi-dalam-belajar/

34

Abdul Rahman Saleh, Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar(Dalam Perspektif Islam),

(24)

Misalnya seorang sedang giat belajar dikamar karena (alasannya) sebentar lagi akan menempuh ujian. Tiba-tiba dipanggil ibunya dan disuruh mengantar/ menemui tamu melihat pertunjukkan wayang orang.

Disini timbul alasan baru: mungkin keinginan untiuk menghormati tamu, mungkin keinginan untuk tidak mengecewakan ibunya, mungkin pula keinginan untuk menyaksikan pertunjukan wayang orang tersebut.

2) Momen pilih:

Momen pilih yaitu keadaan dimana ada alternatif-alternatif, yang mengakibatkan persaingan antara alasan-alasan itu. Disini orang menimbang-nimbang dari berbagai segi untuk menentukan pilihan, alternatif mana yang dipilih.

3) Momen putusan:

Momen perjuangan alasan-alasan berakhir dengan dipilihnya salah satu alternatif, dan ini menjadi putusan, ketetapan yang menentukan aktivitas yang akan dilakukan. 4) Momen terbentuknya kemauan:

Dengan diambilnya suatu keputusan, maka timbullah di dalam batin manusia dorongan untuk bertindak, melakukan putusan tersebut.35

Disamping itu ada juga motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. a. Motivasi intrinsik

Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah: motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakuakan sesuatu. Sebagai contoh seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya. Kemudian kalau dilihat dari segi tujuan yang dilakukannya (misalnya kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri. Sebagai contoh konkrit, seorang siswa itu melakukan belajar, karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang lain-lain. Itulah sebabnya motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkait dengan aktifitas belajarnya. Seperti tadi dicontohkan bahwa seseorang belajar, memang benar-benar ingin mengetahui segala sesuatunya, bukan karena ingin pujian atau ganjaran.

35

(25)

Perlu diketahui bahwa siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang-orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai ialah belajar, tanpa belajar tidak mungkin mendapatkan pengetahuan, tidak mungkin menjadi ahli. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan-kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan esensial, bukan sekedar simbol dan seremonial.

b. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ektrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh seseorang itu belajar, karena tahu besok paginya akan ujian dengan harapan akan mendapat nilai baik, sehingga akan dipuji oleh pacarnya atau temannya. Jadi yang penting bukan karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tetapi karena ingin mendapat nilai yang baik, atau agar mendapat hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukannya itu. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan-dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar.

Perlu ditegaskan, bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik ini tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar-mengajar tetap penting. Sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar-mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.36

Kemudian ada juga yang berpendapat mengenai macam-macam motivasi ini, seperti pendapat Chaplin, dalam bukunya Abdul Rahman Saleh-Muhbib Abdul Wahab bahwa motivasi dapat dibagi menjadi dua:

a. Physiological drive

b. Social motives

Yang dimaksud dengan physiological drives adalah dorongan-dorongan yang bersifat fisik, seperti lapar, haus, seks, dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan social motives adalah dorongan-dorongan yang berhubungan dengan orang lain, seperti etetis,

dorongan ingin selalu berbuat baik, dan etis. Lindzy G. Hall, memasukkan kebutuhan

36

(26)

berkelompok, kebutuhan terhadap penghormatan, kebutuhan akan sesuatu yang dicintai ke dalam social motives.37

Sedangkan menurut pembagian Woodworth dan Marquis seperti yang dikutip Sardiman AM seperti berikut:

a. Kebutuhan organis, meliputi misalnya: kebutuhan untuk minum, makan, bernafas, seksual, berbuat dan kebutuhan untuk beristirahat. Ini sesuai dengan jenis physiological drives seperti telah disinggung didepan.

b. Motivasi darurat, yang termasuk dalam jenis motivasi ini antara lain: dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha, untuk memburu. Jelasnya motivasi ini timbul karena rangsangan dari luar.

c. Motivasi objektif, dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat. Motivasi ini muncul karena dorongan untuk menghadapi dunia luar secara efektif.38

Selain itu Woodworth juga mengklasifikan motivasi menjadi dua bagian, yaitu: a. Unlearned motives, adalah motivasi pokok yang tidak dipelajari atau motivasi bawaan.

Yaitu motivasi yang dibawa sejak lahir, seperti dorongan untuk makan, minum, seksual, bergerak dan istirahat. Motif ini sering juga disebut motivasi yang diisyaratkan secara biologis.

b. Learned motives, adalah motivasi yang timbul karena dipelajari, seperti misalnya: dorongan untuk belajar sesuatu cabang ilmu pengetahuan, mengejar jabatan, dan lain sebagainya. Motivasi ini sering disebut motivasi yang diisyaratkan secara sosial, karena manusia hidup dalam lingkungan sosial.39

Dengan demikian dilihat dari beberapa macam motivasi diatas manusia dapat meraih kesuksesan/tujuannya, apabila memiliki motivasi yang tinggi dalam mencapai prestasinya.

3. Fungsi-Fungsi Motivasi

Fungsi dari motivasi adalah mendorong manusia untuk berbuat, menentukan arah perbuatan, untuk mencapai tujuan dan menyeleksi perbuatan yakni perbuatan mana yang akan dikerjakan.

37

Abdul Rahman Saleh, Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar(Dalam Perspektif Islam),

(Jakarta : Prenada Media 2004) hal. 138.

38

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar; Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru, ... hal 87.

39

Abdul Rahman Saleh, Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar(Dalam Perspektif Islam),

(27)

Selain fungsi motivasi diatas yang merupakan dorongan untuk berbuat pada diri manusia. Motivasi dalam suatu perbuatan juga memegang peran sangat penting, Kuat lemahnya upaya yang dikerahkan seseorang dalam mengerjakan sesuatu sangat ditentukan oleh motivasinya. Oleh karena itu, mengetahui dan membina motivasi yang benar adalah suatu kemestian bagi siapa saja yang ingin meraih keberhasilan. Motivasi yang mendorong manusia untuk melakukan perbuatan dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yakni:

1. Motivasi fisik - material.

Manusia terdorong untuk melakukan suatu perbuatan bisa karena keinginan untuk mendapatkan imbalan fisik material, misalnya dengan terpenuhinya kebutuhan jasmani, baik berupa barang atau uang. Motivasi seperti ini sangat lemah dan sifatnya sangat sementara. Misalnya orang yang melakukan sesuatu untuk sekadar mendapat makanan guna menutupi rasa lapar, maka ketika sudah kenyang ia akan kehilangan motivasi. Sebaliknya, ia pasti akan kehilangan motivasi untuk melakukan perbuatan yang justru membuat ia lapar, misalnya berpuasa. Apalagi memperjuangkan suatu kebenaran, yang mungkin akan membuatnya menderita. Jadi, motivasi fisik material sekalipun ada dan memang perlu, tapi sulit untuk dikembangkan untuk menjadi pendorong utama bagi manusia dalam berusaha40.

2. Motivasi psiko-emosional

Motivasi psiko-emosional akan menggerakkan manusia untuk berbuat karena suatu kondisi kejiwaan yang ingin dimiliki seseorang ini seperti rasa kebahagiaan, kehormatan, kebanggaan dan sebagainya. Orang sering menyebutnya kepuasan batin. Misalnya, seseorang berani melakukan perlawanan keras terhadap orang yang dinilai telah merusak nama baiknya. Atau berjuang mati-matian dengan mempertaruhkan harta dan jiwa demi menjaga kemerdekaan. Dan sebagainya. Motivasi ini meski lebih kuat bila dibandingkan dengan motivasi fisik - material, sebenarnya juga masih lemah dan sementara sifatnya41.

3. Motivasi spiritual atau ruhiyah

Inilah motivasi terkuat yang terdapat pada diri manusia. Motivasi ini dibangun oleh kesadaran seorang muslim dalam hubungannya dengan Allah SWT. Dzat yang menciptakan manusia, menghidupkan, memberi rizki dan mematikan serta akan meminta pertanggungjawaban manusia atas segala perbuatannya di dunia. Motivasi ibadah dan

40 41

(28)

pertanggungan inilah yang mampu mendorong manusia untuk melakukan perbuatan apa saja, meski harus mengorbankan harta, tenaga dan nyawa sekalipun, selama berjalan dalam batas yang diperintahkan Allah SWT. Inilah konsep lillahi Ta'ala (demi Allah semata). Bila ditanamkan, dibina dan dijaga dengan sebaik-baiknya, motivasi ini akan mampu membentuk pribadi yang konsisten, teguh dan berani. Pada masa Rasulullah, motivasi ini mampu menggetarkan musuh pada Perang Badar meski pasukan musuh berjumlah tiga kali lipat dari pasukan kaum Muslimin. Pada masa sekarang, kita dapati pada pejabat yang jujur. Mereka berani menolak uang suap milyaran rupiah meski sesungguhnya dari segi materi uang sebanyak itu tentu sangat menggiurkan. Tapi keimanannya kepada Allah mencegahnya untuk berbuat seperti itu42.

Motivasi yang harus dibangun oleh setiap manusia dalam mewujudkan aktivitas kehidupannya adalah motivasi spiritual semata. Dengan motivasi ini, seseorang akan terpacu untuk berikhtiar terus-menerus disertai dengan sikap tawakal dan pantang berputus harapan hingga akhirnya meraih keberhasilan dengan izin Allah Yang Maha Pemurah lagi Penyayang. Inilah motivasi berprestasi yang sesungguhnya.43

Perlu ditegaskan, bahwa motivasi bertalian dengan suatu tujuan. Seperti contoh: para pemain sepak bola yang rajin berlatih tanpa mengenal lelah, karena mengharapkan akan mendapatkan kemenangan dalam pertandingan yang akan dilakukannya. Dengan demikian motivasi itu mempengaruhi adanya kegiatan.

Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi:

1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakansesuai dengan rumusan tujuannya.

3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seseorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan

(29)

harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.44

Motivasi menjadi efektif dan tepat sasaran ketika dilakukan sesuai dengan teori dan ditarafkan pada objek yang tepat. Dalam kasus anak didik misalnya, ketika seorang anak didik menjadi tekun dalam belajar, hampir dapat dipastikan dia termotivasi dengan sesuatu seperti ingin menjadi pintar atau ingin menjadi juara umum dan mendapat hadiah. Anak didik yang memiliki motivasi yang kuat dan jelas, pasti akan tekun dan berhasil dalam belajarnya. Kepastian itu dimungkinkan oleh sebab adanya ketiga fungsi motivasi sebagai berikut: 1. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan, seperti timbulnya dorongan untuk

belajar.

2. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan ke pencapaian tujuan yang diinginkan.

3. Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu perbuatan.45

Dengan demikian jika didapati manusia yang dalam tingkah lakunya tidak terarah dan tanpa tujuan, dapat dipastikan orang tesebut tidak memiliki motivasi.

Selain itu juga, motivasi bertalian erat dengan suatu tujuan. Makin berharga tujuan itu bagi yang bersangkutan, makin kuat pula motovasinya. Jadi motivasi itu sangat berguna bagi tindakan atas perbuatan seseorang. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut:

a) Motivasi itu mendukung manusia untuk berbuat atau bertindak, motivasi berfungsi sebagai penggerak yang memberikan energi atau kekuatan kepada seseorang untuk melakukan sesuatu.

b) Motivasi dapat menentukan agar perbuatan: yakni ke arah perwujudan suatu tujuan atau cita-cita, motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang lurus untuk mencapai tujuan. Maka makin jelas tujuan itu, makin jelas pula jalan yang akan ditempuh.

c) Motivasi menyeleksi perbuatan, Artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi guna mencapai suatu tujuan dengan mengenyampingkan perbuatan yang tidak atau kurang bermanfaat bagi tujuan semula.46

Motivasi mempunyai nilai dalam pengajaran, adalah menjadi tanggung jawab guru agar pengajaran yang diberikannya berhasil dengan baik. Keberhasilan ini banyak bergantung

44 M. Usman Najati, Jiwa Manusia dalam sorotan al-Qur’an, (Jakarta: CV. Cendekia Sentra Muslim,

2001) hal 57

45

Riyanti,dkk., Psikologi Umum I, (Jakarta: Universitas Gunadarma,1996) hal. 71

46

(30)

pada usaha guru untuk dapat membangkitkan motivasi pada siswanya untuk belajar. Dalam garis besarnya motivasi mengandung nilai-nilai sebagai berikut:

1. Motivasi menentukan tingkat berhasil atau kegagalan perbuatan belajar siswa. Belajar tanpa motivasi kiranya sulit untuk berhasil.

2. Pengajar yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang dimiliki oleh siswa.

3. Pengajaran yang bermotivasi membentukaktivitasdan imaginitas pada gum untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yangsesuai dan serasi guna membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa. Guru senantiasa berusaha agar siswa-siswa pada akhirnya memiliki self motivasi dan yang baik.

4. Berhasil atau tidak berhasilnya dalam membangkitkan penggunaan motivasi dalam pengajaran sangat erat hubungan dengan aturan disiplin dalam kelas. Ketidakberhasilan dalam hai ini mengakibatkan timbulnya masalah disiplin dalam kelas.

5. Azas motivasi menjadi salah satu bagian yang integral dari asas-asas mengajar. Penggunaan motivasi dalam mengajar bukan saja melengkapi prosedur mengajar, tetapi juga menjadi faktor yang menentukan pengajaran yang efektif. Demikian pengajaran asas motivasi adalah sangat penting dalam proses belajar dan mengajar.47

Adanya fungsi motivasi ini sebagai pendorong manusia dalam menentukan arah perbuatan dalam mencapai tujuannya. Karena tanpa adanya motivasi maka manusia sulit untuk menggapai tujuannya.

4. Motivasi Berprestasi Sebagai Investasi Kinerja

Kerja merupakan kegiatan dalam melakukan sesuatu dan orang yang kerja ada kaitannya dengan mencari nafkah atau bertujuan untuk mendapatkan imbalan atas prestasi yang telah diberikan atas kepentingan organisasi.

Prestasi kerja atau kinerja (performance) diartikan sebagai ungkapan kemampuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap dan keterampilan dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu. Masalah kerja selalu mendapatkan perhatian dalam manajemen karena berkaitan dengan produktivitas organisasi.

47

(31)

Pada hakikatnya orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan atas dorongan atau motivasi tertentu. Kebutuhan dipandang sebagai penggerak atau pembangkit perilaku, sedangkan tujuan berfungsi mengarahkan perilaku. Proses motivasi sebagian besar diarahkan untuk memenuhi dan mencapai kebutuhan. Apabila digambarkan proses pemenuhan kebutuhan manusia itu secara sederhana tampak sebagai berikut:

KEBUTUHAN USAHA/PERILAKU PRESTASI

EVALUASI KEBUTUHAN IMBALAN Sumber : Landasan Manajemen Pendidikan, DR Nanang Fattah

Sebagaimana telah disinggung pada bagian terdahulu dalam teori perilaku, proses pemenuhan kebutuhan didasari oleh teori perilaku yaitu teori motivasi. Motivasi kerja telah dikemukakan oleh para pakar manajemen secara bervariasi. Maslow dengan model hierarki kebutuhan, herzberg dengan teori dua faktor, McClelland dengan motivasi berprestasi diikuti oleh teori harapan Model Patchenm Porter dan Lawler.

1. Maslow: kebutuhan bertingkat mulai dari yang paling tinggi berturut-turut sampai yang paling rendah: pemujudan diri, kebutuhan ego, kebutuhan kasih sayang, kebutuhan rasa aman, dan kebutuhan fisiologis.

2. Herzberg: teori dua faktor.

Faktor Higine Motivasi

Gaji Kondisi

Kebijakan perusahaan Penyediaan

Kelompok Kerja

Kemajuan Perkembangan Tanggung jawab Penghargaan Prestasi

Pekerjaan itu sendiri

Sumber : Landasan Manajemen Pendidikan, DR Nanang Fattah

(32)

4. Vroom (1960), motivasi kerja ditentukan oleh : kekuatan, harapan dan batu loncatan.48 Disamping motivasi-motivasi diatas, ada juga yang berpendapat bahwa uang menjadikan orang untuk mengejarnya. Maksudnya uang dapat mengungkapkan prestasi, kesuksesan, rasa aman, dan persahabatan. dalam penulisan ini akan dipilih pendapat David C. McCelland.

Seorang pemimpin yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi memiliki karakteristik, antara lain:

1. Memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi;

2. Memiliki program kerja berdasarkan rencana dan tujuan yang realistik serta berjuang untuk merealisasikannya;

3. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dan berani mengambil risiko yang dihadapi-nya;

4. Melakukan pekerjaan yang berarti dan menyelesaikannya dengan hasil yang memuaskan.

5. Mempunyai keinginan menjadi orang terkemuka yang menguasai bidang tertentu. Sebaliknya pemimpin yang motif berprestasinya rendah, dicirikan oleh sejumlah hal berikut :

1. Kurang memiliki tanggung jawab pribadi dalam mengerjakan suatu aktivitas;

2. Memiliki program kerja tetapi tidak didasarkan pada rencana dan tujuan yang realistik serta lemah rnelaksanakannya;

3. Bersikap apatis dan tidak percaya diri; 4. Ragu-ragu dalam mengambil keputusan; 5. Tindakannya kurang terarah pada tujuan.49

Seseorang yang mempunyai motivasi yang tinggi maka dia akan berusaha melakukan yang terbaik, memiliki kepercayaan terhadap kemampuan untuk bekerja mandiri dan bersikap optimis, memiliki ketidakpuasan terhadap prestasi yang telah diperoleh serta mempunyai tanggung jawab yang besar atas perbuatan yang dilakukan sehingga seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi pada umumnya lebih berhasil dalam menjalankan tugas dibandingkan dengan mereka yang memiliki motif berprestasi yang rendah.50

48

DR. Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004) Cet ke-7 hal 19-20.

49

http://kspei.multiply.com/journal

50

(33)

Penjelasan ini menunjukkan bahwa motivasi berprestasi para guru amat penting dalam peningkatan kualitas kerja guru dan karyawan di sekolah. Motivasi kerja diartikan sebagai investasi kinerja (performace) individu dalam pekerjaan sebagai usaha untuk memperoleh penghargaan. Bentuk investasi kinerja tersebut berupa : waktu, energi fisik, energi mental, kreatifitas, semangat, rasa antusias, pengetahuan, keterampilan, dan usaha. Sedangkan penghargaan yang diharapkan antara lain: gaji, keamanan, penghargaan, penerimaan sosial dan rasa berhasil.51

B. Kinerja Guru

1. Pengertian Kinerja

Istilah kinerja merupakan terjemahan dari kata “performance” yang berarti melakukan, menjalankan dan melaksanakan; memenuhi atau menjalankan kewajiban suatu janji, melaksanakan dan menyempurnakan tanggung jawab, melakukan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang. Kinerja merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan tugas dan wewenangnya sesuai tujuan organisasi yang dilakukan secara legal, tidak melanggar aturan dan berlandaskan moralitas yang baik.52

Sedangkan istilah kinerja secara terminologi adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi lembaga.53 Kinerja dan hasil kerja selalu menjadi tanda keberhasilan lembaga dan orang-orang yang ada dalam lembaga tersebut.

Prestasi kerja atau kinerja dipengaruhi oleh cara-cara yang ditempuh, usaha yang dilakukan, dan pada gilirannya memunculkan hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam lembaga, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya mencapai sasaran/tujuan lembaga. Wahjosumidjo seperti di dalam

51

Thomas J. Sergiovani dan Robert J. Starrat. Supervision Human Perspectives, (New York: McGill) hal 126.

52

Suyadi Prawirosentono, Kebijakan Kinerja Karyawan: Kiat Membangun Organisasi Kompetitif Menjelang Perdagangan Bebas Dunia, (Yogyakarta : BPFE, 1999) Hal 2.

53

(34)

bukunya mendefinisikan kinerja adalah sumbangan secara kualitatif dan kuantitatif yang terukur dalam rangka membantu tercapainya tujuan kelompok dalam suatu unit kerja.54

Pakar yang lain berpendapat, bahwa kinerja adalah prestasi atau hasil kerja yang disumbangkan oleh seseorang atau kelompok dalam menunjang tercapainya tujuan suatu organisasi. Singkatnya kinerja adalah prestasi, kontribusi sumbangan hasil kerja.55

Kinerja merupakan kesuksesan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Kinerja itu berkenaan dengan apa yang dihasilkan seseorang dari tingkah laku kerjanya. Orang yang tingkat kinerjanya tinggi disebut sebagai orang yang produktif, dan sebaliknya orang yang tingkat kinerjanya tidak mencapai standar dikatakan sebagai orang yang tidak produktif atau berkinerja rendah.56

Kinerja adalah hasil kerja berdasarkan penilaian tentang tugas dan fungsi jabatan sebagai pendidik, manajer lembaga pendidikan, administrator atau apapun yang penilaiannya dilaksanakan oleh suatu institusi tertentu, baik lembaga internal maupun eksternal.

Kinerja bukan suatu gambaran dari sebuah pekerjaan yang dilaksanakan seseorang dengan mengambil standar minimal pencapaian tujuannya, melainkan upaya maksimal seseorang dalam bekerja untuk mencapai dan bahkan melampaui tuntutan yang diharapkan. Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa kinerja tinggi merupakan sesuatu yang amat dibutuhkan dalam mencapai target tertentu yang telah direncanakan.

Selain itu dari sudut proses kerja, kinerja juga dapat diartikan sebagai usaha seseorang untuk mencapai hasil optimal berdasarkan kemampuan dan strategi yang tepat. Ada dua kondisi yang harus dipenuhi sekiranya para karyawan dikehendaki supaya merasa bahwa imbalan terkai dengan kinerja. Pertama, hubungan antara kinerja dan imbalan harus kelihatan dengan jelas oleh anggota- anggota organisasi. Kedua, tingkat kepercayaan yang memadai haruslah ada antara para karyawan dengan manajemen organisasi. Kepercayaan merupakan prasyarat yang perlu untuk sifat motivasional dari sistem kompensasi. Apabila para karyawan tidak mempercayai bahwa manajemen sungguh-sungguh memberikan imbalan yang dijanjikan atas knerja yang efektif, mereka tidak termotivasi akan bekerja secara efektif. Oleh karena itu, pemberdayaan sistem kompensasi untuk memotivasi kinerja yang efektif membutuhkan hubungan yang jelas dan terlihat antara kinerja dan imbalan serta iklim kepercayaan antara orang-orang yang bekerja dan pihak terkait yang menawarkan imbalan.57

54

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan permasalahannya, (PT. Raja Grafindo persada, Jakarta. 2005), hal 430

55

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan permasalahannya, hal 430

56

Muhammad As’ad, Psikologi Industri, (Yogyakarta: Liberty, 1999), hal 47.

57

(35)

Definisi kinerja tersebut apabila diintegrasikan ke dalam kehidupan sekolah, memberikan makna lebih jauh sebagai berikut:

1. Kinerja kepemimpinan kepala sekolah adalah prestasi atau sumbangan yang diberikan oleh kepala sekolah, baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang terukur dalam rangka membantu tercapainya tujuan sekolah.

2. Sekolah sebagai lembaga pendidikan bertugas menyelenggarakan proses pendidikan, proses belajar mengajar dalam usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

3. Agar fungsi kepemimpinan kepala sekolah berhasil memberdayakan segala sumber daya sekolah untuk mencapai tujuan sesuai dengan situasi, diperlukan kemampuan profesional, yaitu kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan keterampilan profesional, pelatihan, dan pengetahuan profesional, serta kompetensi administrasi dan pengawasan.58

Pada hakekatnya orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan atas dorongan atau motivasi tertentu. Kebutuhan dipandang sebagai penggerak prilaku, sedangkan motivasi diarahkan untuk memenuhi kebutuhan.59

Sedangkan dalam proses pembelajaran, kinerja guru tertumpu pada kemampuan guru itu sendiri. Kinerja guru dalam proses belajar mengajar (PBM) adalah kesanggupan atau kecakapan para guru dalam menciptakan suasana komunikasi yang edukatif antara guru dan peserta didik yang mencakup segi kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai upaya mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjut agar tercapainya tujuan pengajaran.60

Kinerja guru dimaksud adalah hasil kerja guru yang terefleksi dalam cara merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses belajar mengajar yang intensitasnya dilandasi oleh etos kerja, disiplin, professional guru dalam proses pembelajaran.

2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja guru di antaranya, yaitu (1) efektifitas dan efisiensi, (2) otoritas (wewenang), (3) disiplin, (4) inisiatif, (5) pengarah/director (6) fasilitas

1) Efektifitas dan efisiensi

Kinerja yang baik adalah suatu pekerjaan yang berhasil mencapai tujuan. Hal tersebut dapat disebut bahwa pekerjaan tersebut efektif, namun jika ada sesuatu yang tidak diinginkan

58

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan permasalahannya, (PT. Raja Grafindo persada, Jakarta. 2005), hal. 431.

59

Iwan Purwanto, Manajemen Strategi, (Bandung : CV. Yrama Widya, 2007) hal 24

60

(36)

muncul di dalamnya berarti pekerjaan tersebut tidak efisien. Oleh sebab itu kedua-duanya yakni efektifitas dan efisiensi harus diperhitungkan bersama sebagai bagian utama dari kinerja.61 Hal tersebut juga berlaku pada kinerja guru. Guru dalam proses pembelajaran dapat diukur kinerjanya dengan asas efektifitas dan efisiensi.

2) Otoritas (wewenang)

Otoritas merupakan perintah dalam suatu organisasi formal yang dimiliki (diterima) oleh seorang anggota organisasi kepada anggota yang lain untuk melakukan suatu kegiatan kerja sesuai dengan kontribusinya. Perintah tersebut menyatakan apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan dalam organisasi tersebut.62

3) Disiplin

Yaitu, sikap ketaatan kepada hukum dan peraturan yang berlaku. Jadi disiplin guru merupakan kegiatan yang bersangkutan dalam menghormati perjanjian kerja dengan pihak sekolah dimana dia bekerja. Keterikatan terhadap perjanjian kerja dapat menjadi bagian dari munculnya kinerja yang optimal dari guru.

4) Inisiatif

Yaitu, berkaitan dengan daya pikir dan kreatifitas dalam bentuk ide untuk merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi. Jadi inisiatif adalah daya dorong kemajuan yang bertujuan untuk mempengaruhi kinerja organisasi. Karyawan yang memiliki daya inisiatif yang tinggi selalu akan menampakkan kinerja yang lebih maju.63 Guru dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar. Sudah barang tentu ide-ide itu merupakan ide-ide kreatif yang dapat dicontoh oleh anak didiknya.

5) Pengarah/director

Jiwa kepemimpinan bagi guru dalam peranan ini lebih menonjol. Guru dalam hal ini harus dapat membimbing, memberikan motivasi dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.64

6) Fasilitas

Guru dalam hal ini akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar mengajar, misalnya saja dengan menciptakan suasana kegiatan belajar yang sedemikian rupa,

61

Suyadi Prawirosentono, Analisis Kinerja Organisasi, (Bandung: PT. Rineka Cipta, 1999.) hal 6

62

Suyadi Prawirosentono, Analisis Kinerja Organisasi, hal 7

63

Suyadi Prawirosentono, Analisis Kinerja Organisasi, (Bandung: PT. Rineka Cipta, 1999.) hal 7.

64

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar; Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru,

(37)

serasi dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar mengajar akan berlangsung secara efektif.65

Adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhi kinerja seseorang, seperti: lingkungan (Kegaduhan/desakan), Dalam diri seseorang (harapan/cita-cita, emosi, dan keinginan) dan tujuan (kepuasan kerja dan tanggung jawab).66

Kinerja sesungguhnya dipengaruhi oleh kemampuan unjuk kerja yang perlu dinilai atau dievaluasi untuk membandingkan luaran kerja (hasil) dibanding dengan perilaku kerjanya. Misalnya; cara kerja (lamban atau cekatan), absensi (terlambat atau tepat waktu), praktek penghematan (hemat atau boros), optimisme (yakin atau ragu), dan kebiasaan dan keselamatan kerja (hati-hati atau ceroboh). Hal-hal tersebut merupakan bagian dari unjuk kerja yang berhubungan erat dengan budaya perusahaan atau organisasi untuk mencapai hasil yang terbaik.67

3. Kemampuan-kemampuan dalam kinerja

Kemapuan-kemampuan dasar yang dapat dijadikan alat ukur kinerja guru adalah : Penguasaan bahan atau materi pembelajaran termasuk kesesuaiannya dengan kurikulum, pengelolaan proses belajar mengajar, penguasaan kelas, penggunaan

Gambar

Tabel 3.2  Besarnya “r”
Tabel  di  atas  menunjukan  bahwa  guru-guru  yang  melakukan  tugas  sekolah  dengan  baik didapatkan sebanyak 9 guru atau 64% menyatakan selalu, 4 guru atau 29% menyatakan  sering, dan 1 guru atau 7%  meyatakan kadang-kadang
Tabel  di  atas  menunjukan  bahwa  guru-guru  yang  menyelesaikan  tugas  tepat  waktu  didapatkan  sebanyak  3  guru  atau  21%  menyatakan  selalu,  7  guru  atau  50%  menyatakan  sering  dan  4  guru  atau  29%  menyatakan  kadang-kadang
FIGUR YANG MEMILIKI REPUTASI YANG BAIK DI MASYARAKAT SEKITAR

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian dan analisis data diperoleh bahwa tingkat kecenderungan kemampuan menulis karya ilmiah adalah sedang, motivasi berprestasi tinggi dan

Lingkup penelitian ini adalah kinerja guru yang dipengaruhi oleh iklim organisasi, profesionalisme guru, dan motivasi berprestasi guru baik itu secara sendiri- sendiri

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dijelaskan bahwa insentif dan motivasi merupakan faktor yang sangat penting didalam upaya mening- katkan kinerja

Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan yaitu, motivasi, kemampuan, pengetahuan, keahlian, pendidikan pengetahuan, pelatihan, minat, sikap,

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis hubungan antara motivasi berprestasi, disiplin mengajar, dan kemampuan pedagogis dengan kinerja guru

Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan &#34;motivasi berprestasi berkontribusi terhadap kinerja guru sekolah dasar negeri Kecamatan Padang Utara&#34; dalam

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kompetensi pedagogik yang efektif dan semakin baiknya motivasi berprestasi guru, maka akan semakin meningkatkan derajat kinerja

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan antara persepsi guru tentang supervisi kepala sekolah dan motivasi berprestasi guru terhadap kinerja mengajr guru SMK RSBI