• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN

A. Kajian Teori

2. Kinerja Kepala Sekolah

Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2006:67), istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai

commit to user

dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diperlukan kepadanya.

Jadi kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

b. Pengertian Kepala Sekolah

Menurut Wahjosumidjo (2003:83), kepala sekolah terdiri dari kata ”kepala” dan ”sekolah”, kata kepala dapat diartikan ”ketua” atau ”pemimpin” dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga, sedang ”sekolah” adalah lembaga menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran. Dengan demikian secara sederhana kapala sekolah dapat didefinisikan sebagai ” seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran”.

Kata ”memimpin” dari rumusan tersebut mengandung makna luas, yaitu ”kemampuan untuk menggerakkan segala sumber yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan ”. Dalam praktek organisasi kata memimpin mengandung konotasi: menggerakkan, mengarahkan, membimbing, melindungi, membina, memberi teladan, memberikan dorongan, memberikan bantuan. Batapa banyak arti yang terkandung dalam kata memimpin memberikan indikasi yang luas tugas dan peranan kepala sekolah sebagai pemimpin suatu organisasi.

commit to user

c. Kinerja Kepala Sekolah

Menurut E. Mulyasa (2004:98), kepala sekolah harus mampu melaksanakan pekerjaannya sebagai edukator, manajer, administrator, dan

supervisor (EMAS). Dalam perkembangan selanjutnya, sesuai dengan kebutuhan

masyarakat dan perkembangan jaman, kepala sekolah juga harus mampu berperan sebagai leader, inovator, dan motivator di sekolahnya. Degan demikian, dalam paradigma baru manajer pendidikan, kepala sekolah sedikitnya harus mampu berfungsi sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator,

dan motivator (EMASLIM).

a. Fungsi Kepala Sekolah sebagai edukator atau pendidik

Menurut Wahjosumidjo (2005:122-123), memahami arti pendidik tidak cukup dengan berpegang konotasi yang terkandung dalam definisi pendidik, melainkan harus dipelajari keterkaitannya dengan makna pendidikan, sasaran pendidikan, bagaimana strategi pendidikan itu dilaksanakan. Definisi pendidikan seecara leksikal dapat digali dari beberapa sumber antara lain: pendidik, adalah orang yang mendidik, Sedang mendidik diartikan memberikan latihan (ajaran, pemimpin) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran sehingga pendidikan dapat diartikan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Menurut E. Mulyasa (2004:98), kepala sekolah dalam melaksanakan fungsinya sebagai edukator harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya. Menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasehat kepada warga sekolah,

commit to user

memberikan dorongan kepada seluruh warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan serta melaksanakan modal pembelajaran yang menarik, seperti team teaching, moving class, dan mengadakan program akselerasi bagi peserta didik yang cerdas di atas normal.

Menurut Wahjosumidjo (2003:123-124), kepala sekolah sebagai seorang pendidik, ia harus mampu menanamkan, memajukan, dan meningkatkan paling tidak empat macam nilai, yaitu :

1) Mental, hal-hal yang berkaitan dengan sifat batin dan watak manusia.

2) Moral, hal-hal yang berkaitan dengan ajaran baik buruk mengenai perbuatan, sikap, dan kewajiban atau moral yang diartikan sebagi akhlak, budu pekerti, dan kesusilaan.

3) Fisik, hal-hal yang berkaitan dengan kondisi jasmani atau badan, kesehatan dan penampilan manusia secara lahiriah.

4) Artistik, hal-hal yang berkaitan dengan manusia terhadap seni dan keindahan. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas maka yang perlu diperhatikan oleh setiap kepala sekolah terhadap peranannya sebagai pendidik mencakup dua hal pokok, yaitu sasaran atau kepada siapa perilaku sebagai pendidik itu diarahkan. Sedangkan yang kedua yaitu peranan sebagai pendidik itu dilaksanakan. Adapun sasaran utamanya yaitu para guru atau tenaga fungsional yang lain, tenaga administrasi, dan kelompok para siswa atau kelompok peserta didik kedua sasaran tersebut berupa manusia yang memiliki unsur kejiwaan dan fisik yang berbeda-beda antara manusia yang satu dengan yang lainnya.

commit to user

Keteladanan juga merupakan sikap seorang edukator yang patut, baik yang perlu dicontoh yang ditampilkan oleh kepala sekolah melalui sikap, perbuatan dan perilaku termasuk penampilan kerja. Penampilan kerja seorang kepala sekolah yang patut dan baik dicontoh oleh para guru, staf dan siswa dapat berupa disiplin, jujur, penuh tanggung jawab, bersahabat, dan sebagainya termasuk pula penampilan fisik seperti cara dan sikap berbicara, berkomunikasi, berpakaian yang bersih, sehat jasmani, rapi, serasi, dan enerjik.

Seperti diketahui bahwa kehidupan manusia selalu dikendalikan dan ditentukan oleh faktor-faktor psikis yang ada di dalam dirinya serta kondisi fisik yang dimiliknya. Faktor psikis, seperti pandangan hidup atau sikap keinginan, harapan, harga diri, rasa puas dan sebagainya. Sedangkan kondisi fisik ialah keadaan lahiriah manusia yang bersifat jasmaniah yang diharapkan sehat sehingga mampu mendukung secara serasi unsur-unsur psikis tersebut, sehingga tercipta manusia yang harmonis antara pertumbuhan, perkembangan, kestabilan psikis dengan kondisi jasmani yang sehat bugar.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah harus memiliki kemampuan memberdayakan tenaga kependidikan di sekolah diwujudkan dalam memberikan arahan secara dinamis pengkoordinasian tenaga kependidikan dalam pelaksanaan tugas, pemberian hadiah (reward) bagi mereka yang berprestasi dan pemberian hukuman

(punisment) bagi yang kurang disiplin dalam melaksanakan tugasnya kepala

sekolah juga mempunyai kemampuan mendayagunakan sumberdaya sekolah yang harus diwujudkan dalam pendayagunaan serta perawatan sarana prasarana

commit to user

sekolah, pencatatan berbagai kinerja tenaga kependidikan, dan pengembangan program peningkatan profesionalisme.

b. Fungsi Kepala Sekolah sebagai manajer

Manajemen pada hakikatnya merupakan suatu proses perencanaan, mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin dan mengendalikan usaha para anggota organisasi serta mendayagunakan seluruh sumberdaya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dikatakan suatu proses karena semua manajer dengan ketangkasan dan keterampilan yang dimilikinya mengusahakan dan mendayagunakan berbagai kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan.

Dalam rangka melalukan peran dan fungsinya sebagai menajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerjasama atau kooperatif, memberikan kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah (E. Mulyasa, 2004:103).

Temuan di lapangan bahwa kepala sekolah SD Negeri IV Girimarto telah melaksanakan peran dan fungsinya sebagai manajer melalui:

Pertama, memberdayakan tenaga kependidikan melaui kerjasama atau kooperatif dimaksudkan bahwa dalam peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus mementingkan kerjasama dengan tenaga kependidikan dan pihak lain yang terkait dalam melaksanakan setiap kegiatan. Sebagai manajer kepala sekolah harus mau dan mampu

commit to user

mendayagunakan seluruh sumber daya sekolah dalam rangka mewujudkan visi, misi dalam mencapai tujuan. Kepala sekolah harus mampu bekerja melalui orang lain (wakil-wakilnya), serta berusaha untuk senantiasa mempertanggungjawabkan setiap tindakan. Kepala sekolah harus mampu menghadapi berbagai persoalan di sekolah berfikir secara analitik dan konseptual, serta harus senantiasa berusaha untuk menjadi juru penengah dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi oleh para tenaga kependidikan yang menjadi bawahannya, serta berusaha untuk mengambil keputuan yang memuaskan bagi semua.

Kedua, memberikan kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya secara persuasif dan dari hati ke hati. Dalam hal ini, kepala sekolah harus bersifat demokratis dan memberikan kesempatan kepada seluruh tenaga kependidikan untuk mengembangkan profesinya secara optimal. Misalnya, memberikan kesempatan kepada bawahan untuk meningkatkan profesinya melalui berbagai penataran dan lokakarya sesuai dengan bidangnya msing-masing.

Ketiga, mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan, dimaksudkan bahwa kepala sekolah harus berusaha untuk mendorong keterlibatan semua tenaga kependidikan dalam setiap kegiatan di sekolah (partisipasif).

Menurut Wahjosumidjo (2003:96), kepala sekolah sebagai seorang

manajer pada hakikatnya adalah seorang perencana, organisator, pemimpin, dan

seorang pengendali. Keberadaan manajer pada suatu organisasi sangat diperlukan, sebab organisasi sebagi alat mencapai tujuan organisasi di mana di dalamnya berkembang berbagai macam pengetahuan serta organisasi yang menjadi tempat

commit to user

untuk membina dan mengembangkan karir-karir sumberdaya manusia, memerlukan manajer yang mampu merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan agar organisasi dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan pendapat dari para ahli tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah harus memiliki kemampuan memberdayakan tenaga kependidikan di sekolah diwujudkan dalam memberikan arahan secara dinamis, pengkoordinasian tenaga kependidikan dalam pelaksanaan tugas, pemberian hadiah (reward) bagi mereka yang berprestasi, dan pemberian hukuman

(punisment) bagi yang kurang disiplin dalam melaksanakan tugasnya. Kepala

sekolah juga mempunyai kemampuan mendayagunakan sumberdaya sekolah yang harus diwujudkan dalam pendayagunaan serta perawatan sarana prasarana sekolah, pencatatan berbagai kinerja tenaga kependidikan dan pengembangan program peningkatan profesionalisme.

c. Kepala Sekolah sebagai administrator

Menurut E. Mulyasa (2005:107-108) kepala sekolah sebagai administrator

adalah memiliki hubungan yang sangat erat dengan berbagai aktifitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan dan pendokukmenan seluruh program sekolah. Secara spesifik kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi peserta didik, mengelola administrasi personalia, mengelola adminstrasi sarana dan prasarana, mengelola administrasi kearsipan dan mengelola administrasi keuangan. Kegiatan tersebut dilakukan secara efektif dan efeisien agar dapat menunjang produktifitas sekolah.

commit to user

Untuk itu, kepala sekolah harus mampu menjabarkan kemampuan di atas dalam tugas-tugas operasional sebagai berikut:

1) Kemampuan Mengelola Kurikulum, harus diwujudkan dalam penyususnan

kelengkapan data administrasi pembelajaran, penyusunan kelengkapan data administrasi bimbingan konseling, penyusunan kelengkapan data kegiatan praktikum, dan kelengkapan penyusunan data administrasi kegiatan belajar peserta didik di perpustakaan.

2) Kemampuan Mengelola Administrasi Peserta Didik, harus diwujudkan

dalam penyusunan kelengkapan dan administrasi peserta didik, penyusunan kelengkapan data administrasi kegiatan ekstra kurikuler, dan kelengkapan penyusunan kelengkapan data administrasi hubungan sekolah dengan orang tua peserta didik.

3) Kemampuan Mengelola Administrasi Personalia, harus diwujudkan dalam

kelengkapan data administrasi tenaga guru, serta pengembangan kelengkapan data administrasi tenaga kependidikan non guru seperti pustakawan, laporan, pegawai tata usaha, penjaga sekolah, dan teknisi.

4) Kemampuan Mengelola Administrasi Sarana dan Prasarana, harus

diwujudkan dalam pengembangan kelengkapan dan administrasi gedung dan ruang, pengembangan data administrasi mebeler, pengembangan kelengkapan data administrasi alat dan mesin kantor (AMK), pengembangan data administrasi buku atau bahan pustaka, pengembangan kelengkapan data dan administrasi laboratorium, serta pengembangan kelengkapan data administrasi alat bengkel dan workshop.

commit to user

5) Kemampuan Mengelola Administrasi Kearsipan, harus diwujudkan dalam

pengembangan kelengkapan data administrasi surat masuk, pengembangan kelengkapan data administrasi surat keluar, pengembangan kelengkapan data administrasi surat keputusan, dan pengembangan kelengkapan data administrasi surat edaran.

6) Kemampuan Mengelola Administrasi Keuangan, harus duwujudkan

dengan pengembangan administrasi keuangan rutin, pengembangan administrasi keuangan yang bersumber dari masyarakat dan orang tua peserta didik, pengembangan administrasi keuangan yang bersumber dari pemerintah, yakni uang yang harus dipertanggungjawabkan (UYHD), dan dana bantuan operasional (DBO), pengembangan proposal untuk mendapatkan bantuan keuangan, seperti hibah atau block grant, dan pengembangan proposal untuk mencari berbagai kemungkinan dan mendapatkan bantuan keuangan dari berbagai pihak yang tidak mengikat.

Dalam melaksanakan tugas di atas, kepala sekolah sebagai administrator, khususnya dalam meningkatkan kinerja dan produktifitas sekolah, dapat dianalisis berdasarkan beberapa pendekatan, baik pendekatan sifat, pendekatan perilaku maupun pendekatan situasional. Dalam hal ini kepala sekolah harus mampu bertindak situasional, sesuai degan situasi dan kondisi yang ada. Meskipun demikian pada hakekatnya kepala sekolah harus lebih mengutamakan tugas (task

oriented), agar tugas-tugas yang diberikan kepada setiap tenaga kependidikan bisa

dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Di samping orientasi terhadap tugas, kepala sekolah juga harus menjaga hubungan kemanusiaan dengan para stafnya, agar

commit to user

setiap tenaga kependidikan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, tetapi mereka tetap merasa senang dalam melaksanakan tugasnya. Dengan demikian, efektifitas kerja kepala sekolah bergantung pada tingkat pembauran antara gaya kepemimpinan dengan tingkat menyenangkan dalam situasi tertentu, ketika para tenaga kependidikan melakukan tugas-tugas yang diembankan kepadanya.

Menurut Oemar Hamalik (1992:143-144) kepala sekolah sebagai

administrator lebih ditekankan kepada pelaksanaan kepemimpinan dibandingkan

dengan administrasi umumnya. Administrasi sekolah disesuaikan dengan kebijakan-kebijakan yang ada, pada hakekatnya lebih mudah dilaksanakan dibandingkan dengan masalah kepemimpinan itu sendiri. Kepemimpinan harus dilatih dalam profesi, dalam masyarakat dan dalam negara serta bangsa. Kepemimpinan dalam hal ini lebih luas artinya dibandingkan dengan pelaksanaan kepemimpinan dalam sistem sekolah.

Menurut Ngalim Purwanto (2006:106) kepala sekolah sebagai

administrator pendidikan bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan

pendidikan dan pengajaran di sekolahnya. Oleh karena itu, untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, kepala sekolah hendaknya memahami, meguasai dan mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan fungsinya sebagai administrator pendidikan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, disimpulkan bahwa peranan

administrator sekolah sudah tentu berbeda dari administrator dalam

bidang-bidang lainnya. Dia berperan sebagai pemimpin profesi kependidikan dan juga sebagai pemimpin sekolah. Peranan kepemimpinan adminstrator sekolah harus

commit to user

menampilkan keahlian dalam profesionalisasi kependidikan, dalam proses mobilisasi sumber-sumber dan dalam usaha memenuhi kebutuhan atau bekerja memecahkan masalah. Ini berarti seorang administrator sekolah harus memiliki kemampuan menampung, menginventarisasi, mengarahkan tenaga, dan memberikan kemudahan-kemudahan.

d. Kepala Sekolah sebagai supervisor

Menurut E. Mulyasa (2005:111) kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktifitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektifitas pembelajaran. Oleh karena itu salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Sergiovani dan Starrat dalam Mulyasa (2005:111), menyatakan bahwa ”Supervision is a process designed to help teacher and supervisor learn more abaut their practice, to better able to use their knowledge and skills to better serve parents and schools and to make the schools a more effective learning community” .

Kutipan tersebut menunjukkan bahwa supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membentuk para guru dan supervisor dalam mempelajari tugas sehari-hari di sekolah, agar dapat menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memberi layanan yang lebih baik pada orang tua peserta didik di sekolah, serta berupaya menjadikan sekolah sebagi masyarakat belajar yang lebih efektif.

commit to user

Supervisi sesungguhnya dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah yang berperan sebagai supervisor, tetapi dalam system yang lebih independen, dan dapat meningkatkan obyektifitas dalam pembinaan dan pelaksanaan tugasnya. Jika supervise dilaksanakan oleh kepala sekolah, maka ia harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan. Pengawasan dan pengendalian ini merupakan kontrol agar kegiatan pendidikan sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan dan pengendalian juga merupakan tindakan preventif untuk mencegah agar para tenaga kependidikan tidak melakukan penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaannya.

Menurut Oemar Hamalik (1992:173) kepala sekolah sebagai supervisor : 1) Seorang supervisor mempunyai tugas mengendalikan (tugas pengendalian) 2) Seorang supervisor itu harus dapat mensposori (sebagai sponsor)

3) Seorang supervisor itu sebagai evaluator 4) Seorang supervisor itu sebagai pengawas.

Menurut Ngalim Purwanto (2006:115-116) supervisi adalah aktivitas menentukan kondisi/ syarat-syarat yang esensial, yang akan menjamin tercapainya tujuan pendidikan. Maka tugas kepala sekolah sebagai supervisor, dia hendaknya padai meneliti, mencari, dan menentukan syarat-syarat yang diperlukan bagi kemajuan sekolahnya sehingga tujuan-tujuan pendidikan di sekolah itu semaksimal mungkin dapat tercapai. Ia harus dapat meneliti dan menentukan syarat-syarat mana yang telah ada dan mencukupi, mana yang belum ada atau kurang mencukupi yang perlu diusahakan dan dipenuhi.

commit to user

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan, tugas seorang supervisi memang harus dilaksanakan oleh kepala sekolah, kepala sekolah juga harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengandalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan. Pengawasan dan pengendalian merupakan kontrol agar kegiatan pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan dan pengendalian juga merupakan tindakan preventif untuk mencegah agar pada tenaga kependidikan tidak melakukan penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam melakukan pekerjaannya. Kepala sekolah sebagai supervisor dapat dilakukan secara efektif antara lain melalui diskusi kelompok, kunjungan kelas, pembicaraan individual, dan simulasi pembelajaran.

e. Kepala Sekolah sebagai leader

Menurut Ngalim Purwanto (2006:62-63) kepala dan pemimpin sebenarnya merupakan dua pengertian yang tidak identik. Keduanya ada persamaan dan perbedaannya.

1) Persamaannya :

a) Keduanya menghadapi/ mengepalai kelompok b) Keduanya bertanggungjawab

2) Perbedaannya :

a) Kepala bertindak sebagai penguasa, sedangkan pemimpin bertindak sebagai organisator dan koordinator.

b) Kepala bertanggungjawab terhadap pihak ketiga, pihak atasannya, pemimpin bertanggung jawab terhadap kelompok yang dipimpinnya.

commit to user

c) Kepala tidak selalu merupakan bagian dari kelompok, sedangkan pemimpin merupakan bagian dari kelompok.

d) Kekuasaan kepala biasanya berasal dari peraturan-peraturan atau dari pihak ketiga, sedangkan kekuasaan pemimpin berasal dari kepercayaan anak buah/kelompoknya.

e) Kelompok atau anak buah seorang kepala biasanya bukan atas kemampuan sendiri, melainkan ditunjuk oleh peraturan-peraturan (karena adanya pengangkatan seorang kepala oleh pihak ketiga). Pemimpin diangkat oleh anggota-anggotanya dan dianggap anggota dari kelompoknya. Perlu dijelaskan di sini bahwa perbedaan-perbedaan seperti diuraikan di atas hanya perbedaan-perbedaan dari teori saja. Sedangkan di dalam praktik banyak kepala menjalankan fungsinya.

Jadi tugas seorang kepala adalah bertanggung jawab terhadap pihak ketiga/atasannnya, bertanggung jawab terhadap tugas yang telah dipikulkan kepadanya. Seorang kepala sekolah dianggap berhasil jika kelompoknya berhasil, dan sebaliknya. Dengan kata lain, kecakapan yang penting dari seorang kepala sekolah adalah membuat kelompoknya berhasil.

Apa yang dimaksud dengan ”berhasil” ?

Jika kelompokmya mengerjakan sesuatu dengan cara yang telah ditetapkan, dengan hasil yang telah ditentukan, dan dalam waktu yang sudah ditetapkan. Segala sesuatu dilakukan oleh kelompok, sesuai dengan keinginan kepala itu sendiri atau atasannya, bukan karena kemauan kelompok. Jadi, segala sesuatu itu dilakukan oleh kelompok berdasarkan keinginan kepala/atasan secara

commit to user

paksaan, bukan berdasarkan keinginan atau kreasi kelompok. Seorang kepala akan benar-benar berhasil jika ia dapat membawa kelompoknya kepada keinginan-keinginan yang sesuai dengan keinginan-keinginan atasannya.

Menurut E. Mulyasa (2004:115) kepala sekolah sebgai leader adalah harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah, mendelegasikan tugas.

Menurut Wahjosumijo (2003:110) mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai leader harus memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman, dan pengetahuan profesional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan.

Menurut Hersye dan Blanchard (1988:5) menjelaskan : “ leadership occurs

any time one attemps to influence the behavior of on individual or group” . Setiap

tindakan yang dilakukan untuk mempengaruhi orang lain melakukan sesuatu sesuai dengan harapan yang mempengaruhi di dalamnya telah terjadi proses kepemimpinan.

Menurut Stogdill dalam Keith Grint (1997:114) menjelaskan ” Leadership is the process (act)of influencing the activities of an organized group in its efforts

goal setting and goal achievement” . Pendapat ini menerapkan pemahaman

kepemimpinan sebagai tindakan mempengaruhi kegiatan kelompok dan pencapaian tujuan. Di dalamnya terdiri dari unsur-unsur kelompok (dua orang atau lebih), ada tujuan dalam orientasi kegiatan serta pembagian tanggung jawab sebagai bentuk perbedaan kewajiban.

commit to user

Menurut Syafarudin dan Anzizhan (2004:37) kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi aktivitas individu atau kelompok dalam usaha kearah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu. Dengan kata lain dalam proses kepemimpinan itu dijumpai fungsi pemimpin, pengikat (anggota), dan situasi.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas maka kepala sekolah sebagai leader dapat disimpulkan menjadi tiga sifat kepemimpinan dari kepala sekolah yaitu demokratis, otoriter, laissez-faire,. Ketiga difat tersebut sering dimiliki secara bersamaan oleh leader mungkin bersifat demokratis, otoriter, dan mungkin bersifat laissez-faire.

f. Kepala Sekolah sebagai inovator

Menurut E. Mulyasa (2005:118-119) dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai inovator kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah dan mengembangkan model-model pembelajran inovatif.

Kepala sekolah sebagai inovator akan tercermin dari cara-cara ia melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional dan objektif, pragmatis, keteladanan, disiplin, serta adaptabel dan fleksibel. 1) Konstruktif, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme tenaga

kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus berusaha mendorong dan membina setiap tenaga kependidikan agar dapat berkembang secara optimal

commit to user

dalam melakukan tugas-tugas yang diembankan kepada masing-masing tenaga

Dokumen terkait