commit to user
i
PROFESIONALITAS GURU DAN KINERJA KEPALA SEKOLAH
DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN
( Studi Kasus Tentang Kualitas Pembelajaran di SD Negeri IV Girimarto)
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Teknologi Pendidikan
Oleh :
TOTO TRIYATMO
NIM : S.810809325
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya, sehingga tesis yang berjudul “Profesionalitas Guru dan
Kinerja Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran (Studi Kasus
Tentang Kualitas Pembelajaran di SD Negeri IV Girimarto)”, peneliti selesaikan
dengan lancar.
Penyusunan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan
dalam mencapai derajat Magister pada Program Studi Teknologi Pendidikan
Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret.
Dalam penyusunan tesis ini, penulis memperoleh bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. H. Much. Syamsulhadi, dr., Sp.KJ (K) selaku Rektor Universitas
Sebelah Maret yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk dapat
menimba ilmu di program pascasarjana.
2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph. D. Direktur Program Pascasarjana Universitas
Sebelah Maret yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk dapat
menimba ilmu di program pascasarjana.
3. Prof. Dr. H. Mulyoto, M.Pd, selaku ketua Program Studi Teknoloi pendidikan
yang telah mencurahkan perhatiannya demi kelancaran studi peneliti pada
commit to user
viii
4. Prof. Dr. Sri Yutmini, M.Pd, selaku pembimbing I yang selalu memberikan
arahan, dorongan, baik saat perkuliahan maupun pada saat bimbingan tesis,
begitu tulus dan sabar dalam membimbing.
5. Prof. Dr. Sri Anitah, M. Pd. Selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, arahan, masukan, saran dan dorongan yang tulus dalam penulisan
tesis ini.
6. Segenap dosen Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana UNS yang
telah banyak memberikan ilmunya pada peneliti selama kuliah.
7. Teman-teman mahasiswa S2 Program Studi Teknologi Pendidikan yang telah
sama-sama memberi motivasi, kritikan, dan saran demi sempurnanya tesis ini.
8. Maryatmi, S.Pd, Kepala Sekolah SD negeri IV Girimarto atas pemberian ijin
penelitian dan bantuannya demi selesainya tesis ini.
9. Para Guru SD Negeri IV Girimarto yang membantu peneliti dalam
mengumpulkan data dan informasi demi terselesaikannya tesis ini.
10.Semua pihak yang yang tidak dapat penulis sebutkan yang telah membantu
penyelesaian tesis ini.
Peneliti menyadari dengan setulus-tulusnya bahwa tesis ini jauh dari
sempurna, untuk itu masukan, saran, dan kritikan dari siapapun yang sifatnya
membangun sangat peneliti harapkan demi lebih baiknya tesis ini.
Surakarta, 20 Desember 2010
Penulis
commit to user
v MOTTO
Ada kalanya alloh memberikan sesuatu yang
kita anggap buruk, padahal itulah yang baik
bagi kita. Demikian pula Alloh memberikan
sesuatu yang kita anggap baik, padahal itulah
yang buruk bagi kta.
commit to user
ii
PROFESIONALITAS GURU DAN KINERJA KEPALA SEKOLAH
DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN
(Studi Kasus Tentang Kualitas Pembelajaran di SD Negeri IV Girimarto)
Disusun oleh :
TOTO TRIYATMO
NIM: S.810809325
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I Prof. Dr. Sri Yutmini, M.Pd. ... ...
NIP. 130259809
Pembimbing II Prof. Dr. Sri Anitah, M. Pd. ... ...
NIP. 19381022 196902 2 001
Mengetahui
Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan
Prof. Dr. H. Mulyoto, M. Pd.
commit to user
iii
Direktur Program
Pascasarjana UNS
Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph. D. NIP. 195708201985031004
Ketua Program Studi
Teknologi Pendidikan
Prof. Dr. H. Mulyoto, M. Pd. NIP. 19430712 197301 1 001
PENGESAHAN TESIS
PROFESIONALITAS GURU DAN KINERJA KEPALA SEKOLAH
DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN
(Studi Kasus Tentang Kualitas Pembelajaran di SD Negeri IV Girimarto)
Disusun oleh :
TOTO TRIYATMO
NIM: S.810809325
Telah disetujui oleh Tim Penguji
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua : Prof. Dr. H. Mulyoto, M. Pd. ... ...
Sekretaris : Dr. Nunuk Suryani, M. Pd. ... ...
Anggota : 1. Prof. Dr. Sri Yutmini, M . Pd. ... ...
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : TOTO TRIYATMO
NIM : S810809325
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “Profesionalitas Guru
dan Kinerja Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran (Studi
Kasus Tentang Kualitas Pembelajaran di SD Negeri IV Girimarto)” betul-betul
karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis ini diberi tanda citasi
dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik yang berupa pencabutan tesis dan gelar yang
saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, Desember 2010
Yang Membuat Pernyataan
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Tesis ini kupersembahkan kepada :
1. Ibunda dan ayahnda terkasih yang dengan segenap nurani telah memberi arti
suatu diri, dan karenanya dapat kuwujudkan impian dan harapan.
2. Istriku tercinta Fety Marhayuni
3. Anak-anakku tercinta, Nadia dan Fani.
4. Kakak-kakakku tersayang
5. Rekan-rekan Guru SDN IV Girimarto dan SDN I Semagarduwur
commit to user
ix DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...i
HALAMAN PERSETUJUAN DARI TIM PEMBIMBING ...ii
HALAMAN PERSETUJUAN DARI TIM PENGUJI ...iii
HALAMAN PERNYATAAN ...iv
HALAMAN MOTTO ...v
HALAMAN PERSEMBAHAN ...vi
KATA PENGANTAR ...vii
DAFTAR ISI...ix
DAFTAR TABEL ...xiii
DAFTAR BAGAN ...xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...xv
ABSTRAK ...xvi
ABSTRACT ...xvii
BAB I PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang...1
B. Perumusan Masalah...10
C. Tujuan Penelitian...11
D. Manfaat Penelitian...11
BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN KERANGKA PIKIR...13
commit to user
x
1. Profesionalitas Guru...13
2. Kinerja Kepala Sekolah...26
3. Kualitas Pembelajaran...48
4. Strategi Pembelajaran...58
5. Prestasi Belajar...62
B. Penelitian yang Relevan...63
C. Kerangka Pikir...64
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...67
A. Tempat dan Waktu Penelitian...67
B. Bentuk/Strategi Penelitian...68
C. Data dan Sumber Data...78
D. Teknik Pengumpulan Data………..69
E. Teknik Cuplikan(sampling)...70
F. ValiditasData...70
G. TeknikAnalisis...71
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...74
A. Setting Lokasi Penelitian ...74
1. Sejarah Singkat SD Negeri IV...74
2. Letak Gegrafis SD Negeri IV ...75
3. Kondisi Guru dan Karyawan ...76
4. Struktur Organisasi ...80
5. Kondisi Sarana dan Prasarana...81
commit to user
xi
7. Tujuan Sekolah ...82
B. Hasil Penelitian ...83
1. Profesionalitas Guru Dalam Pembelajaran...83
a. Perencanaan Program Pembelajaran ...83
b. Pelaksanaan Program Pembelajaran ...86
c. Evaluasi Pembelajaran...91
d. Program Tindak Lanjut ...93
2. Kinerja Kepala Sekolah...95
a. Kepala Sekolah Sebagai Edukator ...95
b. Kepala Sekolah Sebagai Manajer ...96
c. Kepala Sekolah Sebagai Administrator...97
d. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor ...97
e. Kepala Sekolah Sebagai Leader ...98
f. Kepala Sekolah Sebagai Inovator ...99
g. Kepala Sekolah Sebagai Motivator ...100
3. Prestasi Hasil Belajar ...100
a. Prestasi Akademik...101
b. Prestasi Non Akademik ...104
B. Pembahasan Hasil Penelitian ...109
1. Profesionalitas Guru Dalam Pembelajaran...109
a. Perencanaan Program Pembelajaran ...109
b. Pelaksanaan Program Pembelajaran ...112
commit to user
xii
d. Program Tindak Lanjut ...119
2. Kinerja Kepala Sekolah...121
a. Kepala Sekolah Sebagai Edukator ...121
b. Kepala Sekolah Sebagai Manajer ...112
c. Kepala Sekolah Sebagai Administrator...123
d. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor ...125
e. Kepala Sekolah Sebagai Leader ...126
f. Kepala Sekolah Sebagai Inovator ...127
g. Kepala Sekolah Sebagai Motivator ...129
3. Prestasi Hasil Belajar ...130
a. Prestasi Akademik ...130
b. Prestasi Non Akademik ...131
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN...132
A. Kesimpulan...132
B. Implikasi...137
C. Saran...139
commit to user
xvi ABSTRAK
Toto Triyatmo S810809325: Profesionalitas Guru dan Kinerja Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran. Studi Kasus Tentang Kualitas
Pembelajaran di SD Negeri IV Girimarto. Tesis Program Studi Teknologi
Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010. Pembimbing 1 Prof. Dr. Sri Yutmini, M. Pd., pembimbing 2 Prof. Dr. Sri Anitah, M. Pd.
Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui upaya peningkatan kualitas pembelajaran melalui profesionalitas guru dalam pengelolaan pembelajaran terkait dengan perannya sebagai: a).Perencanaan program pembelajaran, b).Pelaksanaan program pembelajaran, c).Evaluasi program pembelajaran, d).Analisa hasil evaluasi, dan e).program tindak lanjut. (2) Untuk mengetahui upaya peningkatan kualitas pembelajaran melalui kinerja kepala sekolah yang terkait dengan perannya sebagai: a).Edukator, b).Manajer, c).Administrator, d).Supervisor, e).Leader, f).Inovator, dan g).Motivator. (3) Untuk mengetahui upaya yang dilakukan dalam meningkatkan prestasi hasil belajar siswa SD Negeri IV Girimarto.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan penekanan pada masalah proses. Sumber data diperoleh dari Informasi atau narasumber, Tempat dan Peristiwa/aktivitas kegiatan terlaksana, Arsip dan dokumen. Teknik pengambilan data berupa wawancara mendalam, observasi langsung, dan sumber dan triangulasi metode. Teknik analisi data berupa teknik analisis interaktif, data reduction dan display, serta conclusion drawing yang saling berinteraksi.
Berdasarkan analisis data penelitian disimpulkan bahwa: (1).Peningkatan kualitas pembelajaran di SD Negeri IV Girimarto dapat diupayakan melalui profesionalitas guru dalam mengelola pembelajaran yang meliputi: a).Perencanaan program pembelajaran, b).Pelaksanaan program pembelajaran, c).Evaluasi program pembelajaran, d).Analisa hasil evaluasi, dan e).program tindak lanjut. (2).Peningkatan kualitas pembelajaran dapat diupayakan melalui kinerja kepala sekolah yang meliputi: a).Edukator, b).Manajer, c).Administrator, d).Supervisor, e).Leader, f).Inovator, dan g).Motivator. (3).Banyaknya prestasi SD Negeri IV Girimarto diperoleh karena guru-guru bekerja secara professional dan kinerja kepala sekolah sangat baik.
commit to user
xvii ABSTRACT
Toto Triyatmo. S810809325. Teacher Professionalism and Principal’s
Performance in Enhancing the Quality of Learning. Case Study on the Quality of
Learning in State Primary School Girimarto IV. Thesis Education of Technology
Studies Program, Graduate Program of Sebelas Maret University, 2010. 1st advisor Prof. Dr. Sri Yutmini, M. Pd. 2nd advisor Prof. Dr. Sri Anitah, M. Pd.
The purpose of this study are (1) to find out the efforts in increasing the quality of learning through teachers' professionalism in the management of learning related to: a). Planning learning program, b). Implementation of the learning program, c).Evaluation of learning programs, d). Analysis of the results of the evaluation, and e). follow-up program. (2) To know the effort in improving the quality of learning through the performance of principals associated with the roles as: a).Educator, b). Manager, c). Administrator, d). Supervisor, e). Leader, f).Innovator, and g) . Motivator. (3) To know the efforts made in improving achievement of learning outcomes of Girimarto IV Primary School’s students.
The research method being used was descriptive qualitative research with an emphasis on process issues. Information was obtained from the data source or resource persons, places and events / activities implemented activities, archives and documents. Data collection technique was in the form of in-depth interviews, direct observation, and triangulation of sources and methods. Data analysis techniques was in the form of interactive analysis techniques, data reduction and display, and conclusion drawing interacting.
Based on research data analysis, the study concludes that: (1). Improving the quality of learning at primary school Girimarto IV can be pursued through the professionalism of teachers in managing learning, includes: a). Lesson Plan learning program, b).Implementation of the learning program, c). Evaluation of the learning program , d). Analysis of evaluation results, and e). follow-up program. (2). Improving the quality of learning can be pursued through the principal’s performance, includes the roles as: a). Educator, b). Manager, c).Administrator, d). Supervisor, e). Leader, f).Innovator, and g). Motivator. (3).Number of Primary School Girimarto IV achievement were obtained because of the teachers’ professionalism and the pricipal’s very good performance.
commit to user
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hayat. Manusia
membutuhkan pendidikan kapan saja dan di mana pun Ia berada. Untuk itu,
pendidikan sangat penting artinya bagi manusia, sebab tanpa pendidikan manusia
akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian
pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang
berkualitas yang mampu bersaing, memiliki budi pekerti yang luhur dan moral
yang baik.
Pendidikan dan usaha peningkatan sumber daya manusia ibarat dua sisi
keping mata uang yang selalu berhimpitan satu dengan lainnya. Dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.
Pendidikan yang terencana, terprogram dan berkesinambungan dapat
membantu peserta didik mengembangkan kemampuannya secara optimal, baik
aspek kognitif, aspek afektif, maupun aspek psikomotorik. Dalam mencapai
commit to user
membentuk kepribadian dan ketrampilan peserta didik yang unggul, yakni
manusia yang kreatif, cakap, terampil, jujur, dapat dipercaya, bertanggungjawab,
dan memiliki solidaritas sosial yang tinggi.
Tujuan pendidikan nasional bangsa Indonesia merupakan implementasi
dari empat pilar pendidikan yang dicanangkan oleh UNESCO. Empat pilar ini
merupakan visi pendidikan di masa sekarang dan di masa depan yang perlu
dikembangkan oleh lembaga pendidikan formal di mana pun. Keempat pilar
tersebut yaitu: (1) learning to know (belajar untuk mengetahui), (2) learning to do
(belajar untuk melakukan sesuatu) dalam hal ini kita dituntut untuk terampil
dalam melakukan sesuatu, (3) learning to be (belajar untuk menjadi seseorang),
dan (4) learning to live together (belajar untuk menjalani kehidupan bersama).
Dalam rangka merealisasikan 'learning to know', Guru berfungsi sebagai
fasilitator. Learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu) akan bisa berjalan
jika sekolah memfasilitasi siswa untuk meng-aktualisasikan keterampilan yang
dimilikinya, serta bakat dan minatnya. Learning to be (belajar untuk menjadi
seseorang) erat hubungannya dengan bakat dan minat, perkembangan fisik dan
kejiwaan, tipologi pribadi anak serta kondisi lingkungannya. Learning to live
together (belajar untuk menjalani kehidupan bersama). Penerapan pilar keempat
ini dirasakan makin penting dalam era globalisasi/era persaingan global. Keempat
pilar tersebut merupakan salah satu dasar pengembangan kurikulum yaitu sebagai
prinsip penyelenggaraan pembelajaran yang merupakan implementasi kurikulum.
Mutu pendidikan sangat ditentukan oleh kualitas sekolah dan guru maupun
commit to user
menempatkan pengambilan keputusan di tangan-tangan yang jauh dari guru,
tidak menguntungkan bagi usaha meningkatkan kualitas kerja guru (Zamroni,
2000 : 118). Sebagai konsekuensi paradigma baru pendidikan dan tuntunan
pembaharuan pendidikannya. Maka dunia pendidikan memerlukan guru-guru
dengan kualifikasi profesional.
Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya
peningkatan mutu pendidikan secara keseluruhan. Upaya peningkatan mutu
pendidikan adalah bagian terpadu dari upaya peningkatan kualitas manusia baik
aspek kemampuan, kepribadian maupun tanggungjawab sebagai warga negara.
Marsigit (1996 : 61) menyatakan, ahli-ahli kependidikan telah menyadari bahwa
mutu pendidikan sangat tergantung kepada kualitas guru dan praktik
pembelajarannya sehingga peningkatan kualitas pembelajaran merupakan isu
mendasar bagi peningkatan mutu pendidikan secara nasional.
Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan suatu
keharusan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Mengingat pentingnya usaha
peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk di dalamnya adalah para
aparatur negara, maka konsep atau upaya proaktif perlu dilakukan dengan
memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada tentunya dengan cara-cara yang
dapat dipertanggungjawabkan dengan benar. Mengingat pembangunan pendidikan
merupakan bagian integral dari pembangunan nasional Indonesia, maka isu
pendidikan hampir dapat dipastikan selalu mewarnai berbagai kebijakan maupun
pembicaraan banyak pihak baik dalam konteks kebijakan, kajian ilmiah maupun
commit to user
Guru merupakan kunci dalam peningkatan mutu pendidikan, mereka
berada pada titik sentral dari setiap usaha reformasi pendidikan yang diarahkan
pada perubahan-perubahan kualitatif. Guru bertanggung jawab untuk mengatur
dan menciptakan suasana yang mendorong siswa untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan di kelas. Peran guru sangat besar dalam pengelolaan kelas, karena guru
sebagai penaggung jawab kegiatan belajar mengajar di kelas. Peranan guru dalam
meningkatkan mutu pendidikan sangat penting. Raka Joni (dalam Conny R.
Semiawan Sudiarto, 1991 : 119) mengatakan secara makro tugas guru
berhubungan dengan pengembangan sumber daya manusia yang pada akhirnya
akan paling menentukan kelestarian dan kejayaan kehidupan bangsa. Dalam
konteks belajar mengajar di kelas, peranan guru tidak dapat diganti oleh piranti
elektronik semodern apapun.
Guru yang berkualitas akan selalu melakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan kualitas pembelajarannya. Salah satunya adalah pemanfaatan
media dalam setiap pembelajarannya yang sesuai dengan waktu, materi, tujuan,
dan tingkat perkembangan kemampuan siswa. Dengan media, hal-hal yang tidak
jelas akan menjadi jelas, yang tidak menarik akan menjadi menarik, yang abstrak
menjadi konkrit. Media juga dapat menghadirkan dunia luar ke dalam kelas
tanpa batas ruang dan waktu dan sebagainya. Untuk itu, Guru dituntut lebih
berkualitas dan efektif. Guru yang efektif adalah guru yang mampu mengajar
secara efektif. Untuk dapat mengajar secara efektif, pertama-tama harus dipahami
bahwa mengajar adalah merupakan seni sekaligus sebagai ilmu (Ornstein dan
commit to user
arti sebagai seorang tenaga profesional yang terlatih sekaligus sebagai ilmuwan.
Dalam hal ini guru tidak terpaku pada sebuah gaya mengajar tertentu, tetapi
berusaha mengembangkan gaya khas sendiri yang unik yang dianggap paling
efektif olehnya dan terus berusaha memodifikasinya. Orang-orang seperti ini tidak
akan pernah kehilangan perspektif mengenai hal-hal baru. Dengan demikian,
seorang guru harus memiliki jiwa inovatif yang menonjol serta selalu melakukan
refleksi diri.
Mutu pendidikan sangat ditentukan oleh kualitas sekolah dan guru maupun
manajemen pendidikan. Manajemen pendidikan yang sentralistis, dengan
menempatkan pengambilan keputusan di tangan-tangan yang jauh dari guru,
tidak menguntungkan bagi usaha meningkatkan kualitas kerja guru (Zamroni,
2000 : 118). Sebagai konsekuensi paradigma baru pendidikan dan tuntunan
pembaharuan pendidikannya. Maka dunia pendidikan memerlukan guru-guru
dengan kualifikasi profesional.
Seorang guru yang profesional dituntut sejumlah persyaratan minimal,
antara lain memiliki kualitas pendidikan profesi yang memadai, memiliki
kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya, memiliki
kemampuan berkomunikasi yang baik dengan anak didiknya, mempunyai jiwa
kreatif dan produktif, mempunyai etos dan komitmen tinggi terhadap profesinya,
dan selalu melakukan pengembangan diri secara terus-menerus/continous
improvement melalui organisasi profesi, internet dan seminar (Indra Jati Sidi,
2001 : 38-39). Dengan profesionalisasi guru maka guru masa depan tidak tampil
commit to user
melainkan beralih sebagai pelatih (coach), pembimbing (conselor), dan manajer
belajar (learning manager).
Pekerjaan guru adalah pekerjaan profesional, karena di dalamnya
diperlukan kualitas menganalisis, merencanakan, menyusun, program, mengelola
dalam bentuk administrasi yang dapat dijadikan bukti fisik pelaksanaan tugasnya.
Peningkatan mutu pendidikan di sekolah mempersyaratkan guru yang profesional.
Semua komponen proses pembelajaran di sekolah tidak dapat dimanfaatkan secara
optimal bagi pengembangan proses pembelajaran tanpa didukung oleh keberadaan
guru yang profesional dan didayagunakan secara profesional (Zamroni, 2002 :
42). Sehubungan dengan itu, Undang-Undang no. 25 tahun 2000 tentang Program
Pembangunan Nasional yang berisi perintisan pembentukan Badan Akreditasi dan
Sertifikasi Mengajar di daerah merupakan bentuk dari upaya peningkatan kualitas
tenaga kependidikan secara nasional.
Pengembangan standar kompetensi guru diarahkan pada peningkatan
kualitas guru dan pola pembinaan guru yang terstruktur dan sistematis. Untuk
menindaklanjuti ketentuan tersebut, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan
Menengah, Departeman Pendidikan Nasional mengembangkan standar kopetensi
guru pada setiap satuan dan jenjang pendidikan dasar dan menengah. Direktorat
Jendral Pendidikan D asar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional
menerapkan standar kompetensi guru yang berhubungan dengan (1) komponen
kompetensi pengelolaan pembelajaran dan wawasan kependidikan; (2) komponen
kompetensi akademik/vokasional sesuai materi pembelajaran; (3) pengembangan
commit to user
Komponen-komponen standar kompetensi guru ini mewadahi kompetensi
profesional dan sosial yang harus dimiliki oleh seorang guru. Undang-Undang
nomor 14 tahun 2004 tentang Guru dan Dosen menuntut setiap guru memiliki
empat kompetensi, yakni kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. UU tersebut juga menuntut setiap
guru memiliki sertifikat pendidik sebagai indikator keprofesionalan guru. Salah
satu upaya untuk meningkatkan profesionalitas guru adalah dengan meningkatkan
kemampuan penguasaan materi secara luas dan mendalam.
Profesionalitas guru sangat menentukan keberhasilan peningkatan kualitas
pembelajaran. Untuk itu, kemampuan profesional guru perlu ditingkatkan dan
dikembangkan. Berbagai upaya dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran , antara lain melalui pendidikan, pelatihan, dan pembinaan secara
berkesinambungan di sekolah dan wadah-wadah pembinaan kelompok kerja guru
(KKG). Peningkatan dan pengembangan profesional tersebut meliputi berbagai
aspek antara lain seperti kemampuan guru dalam menguasai kurikulum dan materi
pelajaran, kemampuan dalam menggunakan metode dan sarana dalam proses
belajar mengajar, melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar, dan
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, disiplin dan komitmen guru
terhadap tugas (Sudarwan Dinim, 2006 : 91).
Pekerjaan guru bersifat profesional, yaitu suatu pekerjaan yang hanya
dapat dilakukan oleh mereka yang secara khusus disiapkan untuk itu, bukan
pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat atau tidak
commit to user
seorang guru mempunyai tugas dan peranan yang sangat kompleks, tidak terbatas
pada saat berlangsung interaksi pembelajaran di dalam kelas, namun juga bertugas
sebagai administrator, evaluator, dan konselor.
Sebagai tenaga pendidik, seorang guru SD harus mampu berperan sebagai
pembimbing, pengajar, dan pelatih (H.M. Surya, 1999 : 14). Sebagai pembimbing
guru diharapkan mampu menjadi panutan, dan sebagai pengajar tugas guru
adalam mengajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai pada jam-jam yang
sudah ditentukan, dan sebagai pelatih guru dapat memberi pelatihan baik di dalam
maupun di luar jam pelajaran.
Keberhasilan sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan ditentukan
oleh banyak faktor antara lain kualitas dan kreativitas guru, pemanfaatan sarana
prasarana ada, dukungan dari orang tua/wali siswa atau lingkungan, dan yang
tidak kalah pentingnya adalah peran serta kepala sekolah sebagai
penanggungjawab suatu lembaga sekolah. Untuk mengukur keberhasilan sekolah
dan keberhasilan kepala sekolah maka perlu diadakan Penilaian Kinerja Sekolah
(PKS) yang didalamnya juga memuat instrumen penilaian kinerja kepala sekolah.
Sekolah adalah lembaga yang komplek dan unik. Mengingat sifatnya yang
komplek dan unik itulah sekolah sebagai organisasi memerlukan tingkat
koordinasi yang setinggi-tingginya oleh kepala sekolah sebagai penanggung
jawab di sekolah. Karena keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala
sekolah. Kepala sekolah yang berhasil apabila mereka memahami keberadaan
sekolah sebagai organisasi kompleks dan serta mampu melaksanakan peranan
commit to user
sekolah. Menurut Wahjosumidjo (2003:8) studi keberhasilan kepala sekolah
menunjukkan bahwa kepala sekolah adalah seseorang yang menentukan titik pusat
irama suatu sekolah. Bahkan lebih jauh studi tersebut menyimpulkan bahwa ”
Keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah”.
Kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya dituntut memiliki
kemampuan manajerial yang memadai agar mampu mengambil inisiatif atau
prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah. Hal ini diperlukan paling tidak satu
pendekatan terhadap praktik kepala sekolah saat ini, mereka betul-betul
memerlukan kemampuan kepemimpinan dalam melaksanakan tugas-tugas dan
fungsi kepala sekolah. Suatu pekerjaan besar yang memerlukan kecermatan dan
sungguh-sungguh.
Peraturan Bupati Wonogiri No. 12 tahun 2005 tentang pedoman
penugasan guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah untuk
memimpin dan mengelola pendidikan di sekolah dalam upaya meningkatkan
mutu pendidikan. Di samping itu juga disebutkan bahwa untuk menunjang
pelaksanaan otonomi daerah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan perlu
diberlakukan keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 162
/ U / 2003 tentang penugasan guru sebagai kepala sekolah. Selanjutnya Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala
Sekolah / Madrasah mengatur tentang kualifikasi dan kompetensi kepala
sekolah/madrasah.
Sekolah Dasar Negeri IV Girimarto adalah satu di antara 35 Sekolah Dasar
commit to user
Keistimewaannya dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalah
profesiolisme guru dalam mengelola pembelajaran dan peran kinerja kepala
sekolah. Salah satu tolak ukur keistimewaannya itu adalah banyak prestasi yang
pernah diraih oleh SD tersebut baik prestasi di bidang akademik maupun prestasi
non akademik. Hal ini terbukti pada setiap even perlombakan baik tingkat
kecamatan maupun kabupaten selalu meraih kejuaraan dan perolehan nilai
rata-rata UASBN selalu di atas rata-rata-rata-rata UASBN SD se- Kecamatan Girimarto.
Berangkat dari paparan di atas, maka penulis tertarik melakukan
penelitian lebih jauh untuk mendeskripsikan profesionalisme guru dalam
mengelola pembelajaran dan peran kinerja Kepala Sekolah Sekolah Dasar Negeri
IV Girimarto dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana upaya guru SD Negeri IV Girimarto dalam mengelola proses
belajar mengajar, terkait dengan : Perencanaan program pembelajaran,
Pelaksanaan program pembelajaran, Evaluasi program pembelajaran, dan
program tindak lanjut ?
2. Bagimana kinerja Kepala Sekolah SD Negeri IV Girimarto dalam
melaksanakan fungsinya sebagai : Edukator, Manajer, Administrator,
Supervisor, Leader, Inovator, dan Motivator.
3. Bagaimana prestasi hasil belajar peserta didik SD Negeri IV Girimarto 3 tahun
commit to user
C. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian adalah :
1. Untuk mengetahui upaya guru SD Negeri IV Girimarto dalam mengelola
proses belajar mengajar, terkait dengan : Perencanaan program pembelajaran,
Pelaksanaan program pembelajaran, Evaluasi program pembelajaran, dan
program tindak lanjut .
2. Untuk mengetahui kinerja Kepala Sekolah SD Negeri IV Girimarto dalam
melaksanakan fungsinya sebagai : Edukator, Manajer, Administrator,
Supervisor, Leader, Inovator, dan Motivator.
3. Untuk mengetahui prestasi hasil belajar SD Negeri IV Girimarto 3 tahun
terakhir.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun praktis antara lain :
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang dapat
mendukung teori-teori yang telah ada sehubungan dengan masalah yang
diteliti.
b. Sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan keprofesionalan
guru dan kualitas pembelajaran peserta didik di sekolah.
c. Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian lebih lanjut bagi peneliti
commit to user
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Wonogiri agar mengetahui upaya
guru dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran peserta didik
yang telah dilaksanakan. Selanjutnya akan digunakan sebagai rujukan
dalam mempertimbangkan, menetapkan, dan melaksanakan Kebijakan
Dinas Pendidikan.
b. Bagi kepala sekolah dan guru dapat digunakan sebagai wawasan dan
wacana baru dalam langkah meningkatkan profesionalitas dan kualitas
pembelajaran peserta didik di sekolah Dasar.
c. Bagi peneliti sebagai bahan rujukan pendalaman dalam penelitian
commit to user
13 BAB II
KAJIAN TEORI,
HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN,DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Teori
1. Profesionalitas Guru
a. Pengertian Profesional
Ada beberapa pengertian yang berhubungan dengan profesi keguruan,
yaitu profesi, profesionalisme, profesionalitas, profesionalisasi secara umum agar
tidak terjadi kesimpangsiuran dalam mengupas profesi keguruan. Dalam kamus
besar Bahasa Indonesia (1993:987), profesi adalah bidang pekerjaan yang
dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dan sebagainya tertentu.
Profesional (1) bersangkutan dengan profesi; (2) memerlukan kepandaian khusus
untuk menjalankannya (3) mengharuskan adanya pembayaran untuk
melakukannya. Profesionalisme adalah mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang
merupakan suatu ciri suatu profesi atau orang yang profesional. Profesional
adalah: (l) perihal profesi, keprofesian; (2) berkaitan dengan profesi ada beberapa
istilah yang hendaknya tidak dicampuradukkan, yaitu, profesi, profesionalisme,
profesionalitas, dan profesionalisasi. Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan
yang menuntut keahlian dari para petugasnya. Artinya, pekerjaan yang disebut
profesi itu tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan
secara khusus terlebih dahulu untuk melakukan pekerjaan itu, dan memiliki
commit to user
mengacu kepada sebutan tentang orang yang menyandang suatu profesi atau
sebutan tentang penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai
dengan profesinya. Penyandangan dan penampilan profesional ini telah mendapat
pengakuan secara formal maupun informal. Pengakuan secara formal diberikan
oleh suatu badan atau lembaga vang mempunyai kewenangan untuk itu, yaitu
Pemerintah .
Istilah profesi, memang selalu menyangkut pekerjaan, tetapi tidak semua
pekerjaan dapat disebut prof'esi. Untuk mencegah kesimpangsiuran tentang arti
profesi dan hal-hal yang bersangkut paut dengan profesi, berikut ini dikemukakan
beberapa istilah profesi menurut H.M. Surya (1999:45) sebagai berikut:
”Profesional" menunjuk kepada dua hal. Pertama, orang yang
menyandang suatu profesi; misalnya sebutan dia seorang "profesional". Kedua,
penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.
Dalam pengertian kedua ini, istilaih profesional sering dipertentangkan dengan
istilah non-profesional atau amatiran.
”Profesionalisme" menunjuk kepada komitmen para anggota suatu
profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus-menerus
mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan
yang sesuai dengan profesinya.
”Profesionalitas” adalah suatu sebutan terhadap kualitas sikap para
anggota suatu profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian
yang mereka miliki untuk dapat melakukan tugas-tugasnya. Dengan demikian
commit to user
keprofesionalan seseorang dilihat dari sikap, pengetahuan, dan keahlian yang
diperlukan untuk melaksanakan tugasnya. Dalam hal ini para guru diharapkan
memiliki profesionalitas keguruan yang memadai sehingga mampu melaksanakan
tugasnya secara efektif.
”Profesionalisasi" menunjuk pada proses peningkatan kualitas maupun
kemampuan para anggota suatu profesi dalam mencapai kriteria yang standar
dalam penampilannya sebagai anggota suatu profesi. Profesionalisasi pada
dasarnya merupakan serangkaian proses pengembangan keprofesionalan, baik
dilakukan melalui pendidikan/latihan pra-jabatan (pre-service training) maupun
pendidikan/latihan dalam jabatan (in-service training). Oleh sebab itu,
profesionalisasi merupakan proses yang berlangsung sepanjang hayat tanpa henti.
Profesional berasal dari kata bahasa Inggris professionalism yang secara
leksikal berarti sifat profesional (Sudarwan Danim, 2002:22). Kata profesional
merujuk pada dua hal pertama orang yang menyandang satu profesi. Orang yang
profesional melakukan pekerjaan secara otonom dan mengabdikan dirinya disertai
rasa tanggung jawab atas kemampuan profesionalnya, Kedua kinerja atau
performance seseorang dalam melakukan pekerjaan sesuai profesinya.Ada tiga
pilar pokok yang ditunjukkan untuk suatu profesi,yaitu: pengetahuan, keahlian
dan persiapan akademik.
Pengetahuan adalah sebagai fenomena yang diketahui yang disistematisasi
sedemikian rupa sehingga memiliki daya prediksi, daya kontrol daya aplikasi
tertentu. Pengetahuan bermakna kapasitas kognitif yang dimilki oleh seseorang
commit to user
dapat dijadikan acuan bertindak, persiapan akademik mengandung makna untuk
mencapai dejarat profesional diperlukan persyaratan pendidikan khusus berupa
pendidikan prajabatan yang dilaksanakan pada lembaga pendidikan formal,
khususnya jenjang perguruan tinggi.
Profesional adalah suatu proses menuju kepada perwujudan dan
peningkatan profesi dalam mencapai suatu kriteria yang sesuai dengan standar
tentang guru dan dosen yaitu guru wajib memiliki kualifikasi akademik yang
diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau diploma empat.
Pada dasarnya profesionalisasi merupakan suatu proses pengembangan
keprofesian yang sistematis melalui berbagai program pendidikan baik Pendidikan
prajabatan maupun dalam jabatan. Beberapa program profesionalisasi telah dan
sedang berjalan antara lain program penyetaraan untuk guru memperoleh derajat
kualifikasi profesional sesuai dengan standar yang berlaku seperti penataran dan
pelatihan untuk meningkatkan kualifikasi kemampuan guru (Depdikbud, 1998).
Berdasarkan sejumlah penelitian pendidikan diyakini sebagai salah salah
satu faktor yang menentukan tingkat keberhasilan anak didik dalam melakukan
proses transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi serta internalisasi etika dan
moral (Indra Djati Sidi, 2001:37)' Oleh karena itu tidaklah berlebihan bila
masyarakat yang mempunyai kepedulian terhadap pendidikan selalu mengarahkan
perhatiannya pada berbagai aspek yang berkaitan dengan guru dan keguruan.
Djam’an satori (2000:2-3) menyatakan profesi adalah suatu jabatan atau
commit to user
dilakukan oleh sembarang orang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus
untuk melakukan pekerjaan itu.
Walter Johnson (dalam Djam'an Satori, 2000 : 4) mengartikan tugas
profesional sebagai orang yang menampilkan suatu tugas khusus yang mempunyai
tingkat kesulitan lebih dan biasa, dan mempersyaratkan waktu persiapan dan
pendidikan yang cukup lama untuk menghasilkan pencapaian kemampuan,
keterampilan dan pengetahuan yang berkadar tinggi.
Soedijarto (1998 : 78) menyatakan untuk dapat melaksanakan peran
sekolah sebagai lembaga sosialisasi nilai, sikap, disiplin, kemampuan, dan
memiliki kedisiplinan diperlukan guru dengan kemampuan rasa tanggung jawab,
kepekaan profesional, serta pengabdian kepada profesi, bangsa, dan negara yang
lebih tinggi.
Lebih lanjut Indra Djati Sidi, (2001:38) menjelaskan bahwa ”Pekerjaan
profesional adalah jenis pekerjaan yang,hanya dapat dilakukan oleh orang yang
secara khusus dididik secara profesional untuk dapat menjalankan tugas sebagai
guru. Sekarang ini masyarakat menginginkan semua pelayanan yang
diberikannya adalah yang terbaik misalnya setiap orang tua menginginkan
anaknya bersekolah di sekolah yang gurunya profesional. Karena itu peran guru
masa depan harus diarahkan untuk mengembangkan tiga inteligensi dasar anak
didik yaitu inteleklual, emosional dan moral. Untuk dapat melaksanakan peran
tersebut, maka sosok guru masa depan harus mampu bekerja secara profesional,
yaitu secara ekonomis terjamin kesejahteraannya, dan secara politis terjamin
commit to user
Dengan profesionalisme guru maka guru masa depan tidak tampil lagi
sebagai pengajar(teacher), seperti fungsinya yang menonjol selama ini, melainkan
beralih menjadi pelatih (coach), pembimbing (councelor). Dan manager
belajar(learning manager). Sebagai pelatih, guru akan berperan seperti pelatih
olah raga. Guru mendorong siswanya untuk menguasai alat belajar, memotivasi
siswa untuk belajar keras dan mencapai prestasi setinggi-tingginya, dan
membantu siswa untuk menghargai nilai belajar dan pengetahuan, sebagai
pembimbing guru akan berperan sebagai sahabat siswa" menjadi teladan dalam
pribadi yang mengundang rasa hormat dan keakraban dari siswa. Sebagai manager
belajar, guru akan membimbing siswanya belajar, mengambil prakarsa, dan
mengeluarkan ide-ide baik yang dimilikinya. Dengan ketiga peran ini maka
diharapkan para siswa mampu mengembangkan potensi diri masing-masing,
mengembangkan kreativitas dan mendorong penemuan keilmuan dan teknologi
yang inovatif, sehingga para siswa mampu bersaing dalam masyarakat global.
Guru yang memiliki kemampuan profesional menurut Soedijarto (1998 : 79-82)
adalah guru yang memiliki karakteristik yang dapat:
1) Menyusun siasat belajar mengajar yang berarti bagi tercapainya tujuan
pendidikan;
2) Memilih teknik mengajar, bahan pelajaran, bentuk belajar, alat penilaian
kemajuan belajar dan alat pelajaran secara tepat dan serasi dengan tujuan
yang hendak dicapai;
3) Memahami setiap kegiatan belajar mengajar, dan setiap tahapan bagi
commit to user
4) Mengelola proses belajar mengajar secara dinamis, kreatif, dan imajinatif;
5) Siap sedia membantu siswa dalam menghadapi kesulitan belajar;
6) Membangkitkan motivasi belajar siswa;
7) Mendiaknosis latar belakang kesulitan belajar siswa dan menyusun alternatif
pemecahannya;
8) Memberikan informasi pendidikan kepada orang tua siswa khususnya yang
menyangkut masalah kependidikan yang dihadapi siswa;
9) Memahami arti dari tugas secara keseluruhan mengenai sistem pendidikan
nasional;
10) Memahami arti dan kedudukan pendidikan dalam rangka pembangunan
nasional yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Sejalan dengan itu, Ornstein dan Levine dalam Soetjipto Kosasi (1999:15)
menyatakan bahwa profesi adalah jabatan yang mengandung pengertian :
1) Melayani masyarakat, merupakan karier yang akan dilaksanakan sepanjang
hayat (tidak berganti-ganti pekerjaan);
2) Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu di luar jangkauan
khalayak ramai (tidak setiap orang dapat melakukannya);
3) Menggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari teori ke praktik (teori baru
dikembangkan dari hasil penelitian);
4) Memerlukan latihan khusus dalam waktu yang panjang;
5) Terkendali berdasarkan lisensi buku dan atau mempunyai persyaratan khusus
commit to user
6) Otonomi dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu atau
adanya persyaratan tertentu (tidak teratur orang lain);
7) Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dan unjuk kerja
yang ditampilkan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan
(langsung bertanggung jawab terhadap apa yang diputuskannya, tidak pindah
ke atasan atau instansi yang lebih tinggi, mempunyai sekumpulan untuk kerja
yang baku);
8) Mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien, dengan penekanan
terhadap layanan yang akan diberikan;
9) Menggunakan administrator untuk memindahkan profesinya, relatif bebas
dalam jabatan (misalnya: dokter memakai tenaga administrator untuk
mendata klien, sementara tidak supervisi dari luar terhadap pekerjaan dokter
itu sendiri;
10) Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri;
11) Mempunyai profesi dan atau kelompok elit untuk mengetahui dan mengakui
keberhasilan;
12) Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan atau
menyangsikan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan;
13) Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari publik yaitu kepercayaan diri
setiap anggotanya (anggota masryarakat selalu meyakini dokter lebih tahu
tentang penyakit pasien yang dilayani);
14) Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi (bila dibanding dengan
commit to user
Seorang pekerja profesional dapat dibedakan : pertama, seorang teknisi;
kedua (pekerja profesional dan teknisi) dapat saja tampil dengan unjuk kerja yang
sama (misalnya, menguasai taktik kerja sama, menguasai prosedur yang sama,
dapat memecahkan masalah-masalah teknik dalm bidang kerjanya), tetapi
seorang yang profesional dituntut menguasai visi yang mendasari keterampilan
yang menyangkut wawasan filosofis, pertimbangan rasional dan memiliki pola
yang positif dalam melaksanakan serta mengembangkan mutu karyanya (T. Raka
Joni, 1991 : 6)
b. Profesionalitas Guru
Di dalam lingkup satuan pendidikan yang terkecil yaitu sekolah, guru
memegang peranan yang sangat penting dan strategis. Kelancaran proses seluruh
kegiatan pendidikan terutama di sekolah, sepenuhnya berada dalam tanggung
jawab guru adalah seorang pemimpin yang harus mengatur, mengawasi, dan
mengelola seluruh kegiatan proses pembelajaran di sekolah yang menjadi
tanggung jawabnya.
Dalam menghadapi tuntutan situasi perkembangan zaman dan
pembangunan nasional,sistem pendidikan nasional harus dapat dilaksanakan
secara tepat guna dan hasil guna dalam berbagai aspek, dimensi, jenjang, dan
tingkat pendidikan. Keadaan tersebut pada akhirnya akan menuntut para
pelaksana dalam bidang pendidikan untuk mampu menjawab tantangan itu
melalui fungsinya sebagai guru. Guru merupakan ujung tombak yang berada pada
commit to user
pembelajaran di kelas dan di luar kelas. Para guru jelas dituntut untuk dapat
melaksanakan seluruh fungsi profesionalitas secara efektif dan efisien. Pendidikan
pengajaran dilaksanakan secara profesional yaitu dilaksanakan secara
sungguh-sungguh dan didukung oleh para petugas profesional. Guru yang profesional
adalah guru yang memiliki keahlian, tanggung jawab, dan rasa kesejawatan yaitu
rasa kebersamaan di antara sesama guru, yang didukung oleh etika profesi yang
kuat (Depdikbud, 1998). Berdasar uraian tersebut maka diharapkan guru memiliki
kompetensi memadai yang meliputi intelektual, sosial, spiritual, pribadi, moral,
dan profesional. Profesionalisasi pada dasarnya merupakan serangkaian proses
pengembangan profesional, baik dilakukan melalui pendidikan/latihan prajabatan
maupun latihan dalam jabatan. Oleh karena itu profesionalisasi merupakan proses
sepanjang hayat yang tidak pernah berakhir selama seseorang itu telah
menyatakan dirinya sebagai warga suatu profesi.
Menurut Richey (1973:273) dalam Surya (1999: 45) guru yang profesional
memiliki kualitas mengajar yang tinggi. Ada lima variabel yang menandai kualitas
mengajar yang tinggi yakni membuat perencanaan dan persiapan mengajar,
menggunakan alat bantu mengajar dalam berbagai pengalaman baru yang tinggi
dan mengikutsertakan dalam pengalaman baru yang tinggi. Selanjutnya (H. M.
Surya,1999 : 55) menyatakan bahwa ciri-ciri profesi yaitu: ”(1) ada standar untuk
kerja yang baku dan jelas. (2) ada lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan
pelakunya dengan program dan jenjang pendidikan yang baku dan memiliki
standar akademik yang memadai dan bertanggung jawab tentang pengembangan
commit to user
mewadahi para pelakunya untuk mempertahankan dan memperjuangkan
eksistensi dan kesejahteraannya; (4) ada etika, kode etik yang mengatur perilaku
etik pada pelakunya dalam memperlakukan klienya; (5) ada sistem imbalan
terhadap jasa layanannya yang adil dan baku dan (6) ada pengakuan masyarakat
terhadap pekerjaan itu sebagai suatu profesi"'
Menurut Gordon (1997:381) guru yang profesional yaitu guru mempunyai
kinerja yang baik adalah guru yang efektif dalam menjalin hubungan dengan
siswanya sehingga terjadi saling pengertian, saling percaya antara kedua belah
pihak. Lebih lanjut Gordon mengatakan bahwa guru yang efektif adalah guru
yang memiliki ciri-ciri: (1) selalu menggunakan bahasa penerimaan dan
menghindari bahasa penolakan, (2) lebih mengutamakan pesan saya dari pada
pesan anda, (3) memilih metode sama-sama untuk dalam menyelesaikan konflik
(win-win solution),(4) berdoa dan pasrah kepada Tuhan Yang Maha Esa bila
semua telah ditempuh dan permasalahan tetap belum selesai.
c. Kompetensi Profesional Guru
Istilah kompetensi guru (Uzer usman, 2002:14) memiliki banyak makna
sebagaimana dikemukakan berikut. Descriptive of quality natur teacher behavior
appears to be entirely meaningful (Broke and Stone, 1975 dalam Uzer.Usman,
2002 : 16). Kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku Guru
yang tampak sangat berarti. Competency it's a rational performance which
statisfatorily, meets the objective for a desired condition (Charles E .Johnson,
1974 dalam Uzer Usman, 2002: 19). Kompetensi merupakan perilaku yang
commit to user
diharapkan. The state of legallycompetency or qualified (Mc. Leod, 1989 dalam
Uzer Usman, 2002 : 20) Keadaan berwewenang atau memenuhi syarat menuntut
ketentuan hukum. Adapun kompetensi guru (teacher competency) the ability of a
Teacher to responsibly perform his or her duties appropriately. Kompetensi guru
merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan profesi keguruannya.
Berdasarkan paparan tersebut, standar kompetensi guru menunjukkan
kualitas guru. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan
pengetahuan, keterampilan maupun sikap professional dalam menjalankan
fungsinya sebagai guru. Standar kompetensi guru adalah suatu pernyataan tentang
kriteria yang disyaratkan, ditetapkan dan disepakati bersama dalam bentuk
penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap bagi seorang tenaga
kependidikan sehingga layak disebut kompeten. Tujuan adanya standar
kompetensi guru adalah sebagai jaminan dikuasainya tingkat kompetensi untuk
dapat melakukan tugasnya secara professional, dapat dibina secara efektif dan
efisien serta dapat melayani pihak yang berkepentingan terhadap proses
pembelajaran, dengan sebaik-baiknya sesuai bidang tugasnya.
Adapun manfaat disusunnya standar kompetensi guru ini adalah sebagai
acuan pelaksanaan uji kompetensi, penyelenggaraan diklat, dan pembinaan,
maupun acauan bagi pihak yang berkepentingan terhadap kompetensi guru untuk
melakukan evaluasi, pengembangan bahan ajar sebagainya bagi tenaga
kependidikan.
Sepuluh kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh guru menurut (Piet
commit to user
1) Kemamapuan menguasai bahan pelajaran yang disajikan
2) Kemampuan mengelola program belajar mengajar
3) Kemampuan mengelola kelas
4) Kemampuan menggunakan media/sumber belajar
5) Kemampuan menguasai landasan-landasan kependidikan
6) Kemampuan mengelola interaksi belajar-mengajar
7) Kemampuan menilai prestasi siswa untuk kependidikan pengajaran
8) Kemampuan mengenal fungsi program pelayanan bimbingan dan
penyuluhan.
9) Kemampuan mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah.
10) Kemampuan memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil
Penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.
Proses pengembangan standar kompetensi guru dirumuskan secara
sistematik melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1) Melakukan analisis tugas guru, studi kepustakaan baik dalam maupun luar
negeri atau mungkin meminta masukan dari para pakar pendidikan.
2) Mengidentifikasi tugas guru.
3) Menyusun standar kompetensi guru.
4) Melakukan sosialisasi standar kompetensi guru.
5) Melaksanakan uji coba Standar Kompetensi Guru
6) Menganalisis hasil uji coba standar Kompetensi Guru.
Indikator kompetensi profesional guru dalam pembelajaran fersi (dit. PLP
commit to user
”(a) Menguasai bahan ajar; (b) Menguasai landasan-landasan kependidikan;
(c) Mampu mengelola program belajar mengajar; (d) Mampu mengelola
kelas; (e) Mampu menggunakan media/sumber belajar lainnya; (f) Mampu
mengelola interaksi belajar mengajar; (g) Mampu menilai prestasi peserta
didik untuk kepentingan pengajaran; (h) Mengenal fungsi dan program
pelayanan bimbingan dan penyuluhan; (i) Mampu menyelenggarakan
administrasi sekolah; (j) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan
hasil-hasil penelitian pendidikan untuk pengajaran”.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas terkait dengan profesionalitas
guru dalam melaksanakan tugasnya, dapat penulis simpulkan bahwa upaya yang
dapat dilakukan oleh guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran adalah
sebagai berikut:
1. Membuat perencanaan Program Pembelajaran;
2. Melaksanaan Program Pembelajaran;
3. Mengevaluasi Hasil Pelaksanaan Program Pembelajaran dan;
4. Melaksanakan program tindak lanju
2. Kinerja Kepala Sekolah
a. Pengertian Kinerja
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2006:67), istilah kinerja berasal
dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi
sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Pengertian kinerja (prestasi kerja)
commit to user
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diperlukan
kepadanya.
Jadi kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai
seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai tanggung jawab yang
diberikan kepadanya.
b. Pengertian Kepala Sekolah
Menurut Wahjosumidjo (2003:83), kepala sekolah terdiri dari kata ”kepala”
dan ”sekolah”, kata kepala dapat diartikan ”ketua” atau ”pemimpin” dalam suatu
organisasi atau sebuah lembaga, sedang ”sekolah” adalah lembaga menjadi tempat
menerima dan memberi pelajaran. Dengan demikian secara sederhana kapala
sekolah dapat didefinisikan sebagai ” seorang tenaga fungsional guru yang diberi
tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar
mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi
pelajaran dan murid yang menerima pelajaran”.
Kata ”memimpin” dari rumusan tersebut mengandung makna luas, yaitu
”kemampuan untuk menggerakkan segala sumber yang ada pada suatu sekolah
sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan ”. Dalam praktek organisasi kata memimpin mengandung konotasi:
menggerakkan, mengarahkan, membimbing, melindungi, membina, memberi
teladan, memberikan dorongan, memberikan bantuan. Batapa banyak arti yang
terkandung dalam kata memimpin memberikan indikasi yang luas tugas dan
commit to user
c. Kinerja Kepala Sekolah
Menurut E. Mulyasa (2004:98), kepala sekolah harus mampu
melaksanakan pekerjaannya sebagai edukator, manajer, administrator, dan
supervisor (EMAS). Dalam perkembangan selanjutnya, sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan perkembangan jaman, kepala sekolah juga harus mampu berperan
sebagai leader, inovator, dan motivator di sekolahnya. Degan demikian, dalam
paradigma baru manajer pendidikan, kepala sekolah sedikitnya harus mampu
berfungsi sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator,
dan motivator (EMASLIM).
a. Fungsi Kepala Sekolah sebagai edukator atau pendidik
Menurut Wahjosumidjo (2005:122-123), memahami arti pendidik tidak
cukup dengan berpegang konotasi yang terkandung dalam definisi pendidik,
melainkan harus dipelajari keterkaitannya dengan makna pendidikan, sasaran
pendidikan, bagaimana strategi pendidikan itu dilaksanakan. Definisi pendidikan
seecara leksikal dapat digali dari beberapa sumber antara lain: pendidik, adalah
orang yang mendidik, Sedang mendidik diartikan memberikan latihan (ajaran,
pemimpin) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran sehingga pendidikan dapat
diartikan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Menurut E. Mulyasa (2004:98), kepala sekolah dalam melaksanakan
fungsinya sebagai edukator harus memiliki strategi yang tepat untuk
meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya. Menciptakan
commit to user
memberikan dorongan kepada seluruh warga sekolah, memberikan dorongan
kepada seluruh tenaga kependidikan serta melaksanakan modal pembelajaran
yang menarik, seperti team teaching, moving class, dan mengadakan program
akselerasi bagi peserta didik yang cerdas di atas normal.
Menurut Wahjosumidjo (2003:123-124), kepala sekolah sebagai seorang
pendidik, ia harus mampu menanamkan, memajukan, dan meningkatkan paling
tidak empat macam nilai, yaitu :
1) Mental, hal-hal yang berkaitan dengan sifat batin dan watak manusia.
2) Moral, hal-hal yang berkaitan dengan ajaran baik buruk mengenai perbuatan,
sikap, dan kewajiban atau moral yang diartikan sebagi akhlak, budu pekerti,
dan kesusilaan.
3) Fisik, hal-hal yang berkaitan dengan kondisi jasmani atau badan, kesehatan
dan penampilan manusia secara lahiriah.
4) Artistik, hal-hal yang berkaitan dengan manusia terhadap seni dan keindahan.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas maka yang perlu
diperhatikan oleh setiap kepala sekolah terhadap peranannya sebagai pendidik
mencakup dua hal pokok, yaitu sasaran atau kepada siapa perilaku sebagai
pendidik itu diarahkan. Sedangkan yang kedua yaitu peranan sebagai pendidik itu
dilaksanakan. Adapun sasaran utamanya yaitu para guru atau tenaga fungsional
yang lain, tenaga administrasi, dan kelompok para siswa atau kelompok peserta
didik kedua sasaran tersebut berupa manusia yang memiliki unsur kejiwaan dan
commit to user
Keteladanan juga merupakan sikap seorang edukator yang patut, baik yang
perlu dicontoh yang ditampilkan oleh kepala sekolah melalui sikap, perbuatan dan
perilaku termasuk penampilan kerja. Penampilan kerja seorang kepala sekolah
yang patut dan baik dicontoh oleh para guru, staf dan siswa dapat berupa disiplin,
jujur, penuh tanggung jawab, bersahabat, dan sebagainya termasuk pula
penampilan fisik seperti cara dan sikap berbicara, berkomunikasi, berpakaian yang
bersih, sehat jasmani, rapi, serasi, dan enerjik.
Seperti diketahui bahwa kehidupan manusia selalu dikendalikan dan
ditentukan oleh faktor-faktor psikis yang ada di dalam dirinya serta kondisi fisik
yang dimiliknya. Faktor psikis, seperti pandangan hidup atau sikap keinginan,
harapan, harga diri, rasa puas dan sebagainya. Sedangkan kondisi fisik ialah
keadaan lahiriah manusia yang bersifat jasmaniah yang diharapkan sehat sehingga
mampu mendukung secara serasi unsur-unsur psikis tersebut, sehingga tercipta
manusia yang harmonis antara pertumbuhan, perkembangan, kestabilan psikis
dengan kondisi jasmani yang sehat bugar.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
kepala sekolah harus memiliki kemampuan memberdayakan tenaga kependidikan
di sekolah diwujudkan dalam memberikan arahan secara dinamis
pengkoordinasian tenaga kependidikan dalam pelaksanaan tugas, pemberian
hadiah (reward) bagi mereka yang berprestasi dan pemberian hukuman
(punisment) bagi yang kurang disiplin dalam melaksanakan tugasnya kepala
sekolah juga mempunyai kemampuan mendayagunakan sumberdaya sekolah yang
commit to user
sekolah, pencatatan berbagai kinerja tenaga kependidikan, dan pengembangan
program peningkatan profesionalisme.
b. Fungsi Kepala Sekolah sebagai manajer
Manajemen pada hakikatnya merupakan suatu proses perencanaan,
mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin dan mengendalikan usaha para
anggota organisasi serta mendayagunakan seluruh sumberdaya organisasi dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dikatakan suatu proses karena
semua manajer dengan ketangkasan dan keterampilan yang dimilikinya
mengusahakan dan mendayagunakan berbagai kegiatan yang saling berkaitan
untuk mencapai tujuan.
Dalam rangka melalukan peran dan fungsinya sebagai menajer, kepala
sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga
kependidikan melalui kerjasama atau kooperatif, memberikan kesempatan kepada
para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya dan mendorong
keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang
menunjang program sekolah (E. Mulyasa, 2004:103).
Temuan di lapangan bahwa kepala sekolah SD Negeri IV Girimarto telah
melaksanakan peran dan fungsinya sebagai manajer melalui:
Pertama, memberdayakan tenaga kependidikan melaui kerjasama atau
kooperatif dimaksudkan bahwa dalam peningkatan profesionalisme tenaga
kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus mementingkan kerjasama dengan
tenaga kependidikan dan pihak lain yang terkait dalam melaksanakan setiap
commit to user
mendayagunakan seluruh sumber daya sekolah dalam rangka mewujudkan visi,
misi dalam mencapai tujuan. Kepala sekolah harus mampu bekerja melalui orang
lain (wakil-wakilnya), serta berusaha untuk senantiasa mempertanggungjawabkan
setiap tindakan. Kepala sekolah harus mampu menghadapi berbagai persoalan di
sekolah berfikir secara analitik dan konseptual, serta harus senantiasa berusaha
untuk menjadi juru penengah dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi
oleh para tenaga kependidikan yang menjadi bawahannya, serta berusaha untuk
mengambil keputuan yang memuaskan bagi semua.
Kedua, memberikan kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk
meningkatkan profesinya secara persuasif dan dari hati ke hati. Dalam hal ini,
kepala sekolah harus bersifat demokratis dan memberikan kesempatan kepada
seluruh tenaga kependidikan untuk mengembangkan profesinya secara optimal.
Misalnya, memberikan kesempatan kepada bawahan untuk meningkatkan
profesinya melalui berbagai penataran dan lokakarya sesuai dengan bidangnya
msing-masing.
Ketiga, mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan,
dimaksudkan bahwa kepala sekolah harus berusaha untuk mendorong keterlibatan
semua tenaga kependidikan dalam setiap kegiatan di sekolah (partisipasif).
Menurut Wahjosumidjo (2003:96), kepala sekolah sebagai seorang
manajer pada hakikatnya adalah seorang perencana, organisator, pemimpin, dan
seorang pengendali. Keberadaan manajer pada suatu organisasi sangat diperlukan,
sebab organisasi sebagi alat mencapai tujuan organisasi di mana di dalamnya
commit to user
untuk membina dan mengembangkan karir-karir sumberdaya manusia,
memerlukan manajer yang mampu merencanakan, mengorganisasikan,
memimpin, dan mengendalikan agar organisasi dapat mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Berdasarkan pendapat dari para ahli tersebut di atas, dapat disimpulkan
bahwa kepala sekolah harus memiliki kemampuan memberdayakan tenaga
kependidikan di sekolah diwujudkan dalam memberikan arahan secara dinamis,
pengkoordinasian tenaga kependidikan dalam pelaksanaan tugas, pemberian
hadiah (reward) bagi mereka yang berprestasi, dan pemberian hukuman
(punisment) bagi yang kurang disiplin dalam melaksanakan tugasnya. Kepala
sekolah juga mempunyai kemampuan mendayagunakan sumberdaya sekolah yang
harus diwujudkan dalam pendayagunaan serta perawatan sarana prasarana
sekolah, pencatatan berbagai kinerja tenaga kependidikan dan pengembangan
program peningkatan profesionalisme.
c. Kepala Sekolah sebagai administrator
Menurut E. Mulyasa (2005:107-108) kepala sekolah sebagai administrator
adalah memiliki hubungan yang sangat erat dengan berbagai aktifitas pengelolaan
administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan dan pendokukmenan seluruh
program sekolah. Secara spesifik kepala sekolah harus memiliki kemampuan
untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi peserta didik, mengelola
administrasi personalia, mengelola adminstrasi sarana dan prasarana, mengelola
administrasi kearsipan dan mengelola administrasi keuangan. Kegiatan tersebut