• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Kinerja Keuangan

Pengertian performance atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu perusahaan sesuai dengan

wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar hukum dan tidak bertentangan dengan moral dan etika. (Rivai & basri, 2004:16). Kinerja perusahaan (companies

performance) merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam

periode tertentu dengan mengacu kepada standar yang ditetapkan. Pengukuran aktifitas kinerja perusahaan dirancang untuk menaksir bagaimana kinerja aktivitas dan hasil akhir yang dicapai. Penilaian kinerja aktivitas perusahaan dibagi dalam tiga dimensi utama yaitu efisiensi, kualitas dan waktu. Penilaian kinerja sendiri memiliki beberapa pengertian, yaitu:

- Suatu sistem formal dan terstruktur yang mengukur, menilai dan memepengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan, perilaku dan hasil, termasuk tingkat ketidakhadiran. Fokusnya dalah untuk mengetahui seberapa produktif seorang karyawan apakah ia bisa berkinerja sama atau lebih efektif pada masa yang akan datang, sehingga karyawan, organisasi dan masyarakat semuanya memperoleh manfaat. (Schuler & Jackson, 1996:3).

- Pencapaian tujuan yang telah ditetapkan merupakan salah satu tolak ukur kinerja individu. Menurut Robbins (1996) yang dikutip oleh Rivai dan Basri dalam bukunya yang berjudul Performance Appraisal, pada halaman 15 menyatakan bahwa ada 3 kriteria dalam melakukan penilaian kinerja individu yaitu tugas individu, perilaku individu dan ciri individu.

Dari beberapa pengertian kinerja diatas maka dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah suatu prestasi yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya, sesuai dengan standar kriteria yang ditetapkan dalam pekerjaan

tersebut. Prestasi yang dicapai akan menghasilkan suatu kepuasan kerja yang nantinya akan berpengaruh pada tingkat imbalan. Suatu kinerja individu dapat ditingkatkan apabila ada kesesuaian antara pekerjaan dan kemampuan. kinerja individu sendiri dipengaruhi oleh kepuasan kerja. Kepuasan kerja adalah perasaan individu terhadap pekerjaannya. Perasaan ini berupa suatu hasil penilaian mengenai seberapa jauh pekerjaannya secara keseluruhan mampu memuaskan kebutuhannya. Dalam hal ini dibutuhkan suatu evaluasi, yang kemudian dikenal dengan penilaian kinerja.

Penilaian kinerja merupakan metode mengevaluasi dan menghargai kinerja yang paling umum digunakan. Dalam penilaian kinerja melibatkan komunikasi dua arah yaitu antara pengirim pesan dengan penerima pesan sehingga komunikasi dapat berjalan dengan baik. Penilaian kinerja dilakukan untuk memberi tahu karyawan apa yang diharapkan pengawas untuk membangun pemahaman yang lebih baik satu sama lain. Penilaian kinerja menitikberatkan pada penilaian sebagai suatu proses pengukuran sejauh mana kerja dari orang atau sekelompok orang dapat bermanfaat untuk mencapai tujuan yang ada.

Schuler dan jackson dalam bukunya yang berjudul manajemen sumber daya manusia edisi ke enam, jilid kedua pada tahun 1996 menjelaskan bahwa sebuah studi yang dilakukan akhir-akhir ini mengidentifikasi dua puluh macam tujuan informasi kinerja yang berbeda-beda, yang dapat dikelompokkan dalam empat macam kategori, yaitu:

b. Pengembangan yang menekankan perubahan-perubahan dalam diri seseorang dengan berjalannya waktu

c. Pemeliharaan sistem

d. Dokumentasi keputusan-keputusan daya manusia bila terjadi peningkatan.

Efektifitas dari penilaian kinerja diatas yang dikategorikan dari dua puluh macam tujuan penilaian kinerja ini tergantung dalam sasaran bisnis strategis yang ingin dicapai. Oleh sebab itu penilaian kinerja diintegrasikan dengan sasaran-sasaran strategis karena berbagai alasan (Schuler & Jackson, 1996 : 48), yaitu:

a. Mensejajarkan tugas-tugas individu dengan tujuan organisasi yaitu, menambahkan deskripsi tindakan yang harus diperhatikan karyawan dan hasil-hasil yang harus mereka capai agar suatu strategi dapat hidup.

b. Mengukur kontribusi masing-masing unit kerja dan masing-masing karyawan c. Evaluasi kinerja memberi kontribusi kepada tindakan dan keputusan-keputusan

administratif yang mempertinggi dan mempermudah stategi

d. Penilaian kinerja dapat menimbulkan potensi untuk mengidentifikasi kebutuhan bagi startegi dan program-program baru.

Variabel kinerja keuangan menggunakan proksi profitabilitas ROE (Chen et

al., 2005; Tan et al., 2007), ROA (Chen et al., 2005). ROA lebih dipilih daripada

ROE karena total ekuitas yang merupakan denominator ROE adalah satu komponen dari VACA. Jika menggunakan ROE, maka akan terjadi penghitungan ganda atas akun yang sama (yaitu ekuitas), dimana VACA (yang dibangun dari ekuitas dan laba bersih) sebagai variabel intervening dan ROE(yang juga dibangun dari akun ekuitas dan laba bersih menjadi variabel dependen. Return on total assets (ROA). ROA

merefleksikan keuntungan bisnis dan efisiensi perusahaan dalam pemanfaatan total aset (Chen et al., 2005).

2.5. Penelitian Terdahulu

Menurut hasil penelitian Kuryanto dan Syafruddin (2008) mengenai Pengaruh modal intelektual terhadap kinerja perusahaan menyatakan bahwa Tidak ada pengaruh positif antara modal intelektual sebuah perusahaan dengan kinerjanya, semakin tinggi nilai modal intelektual suatu perusahaan, kinerja masa depan perusahaan tidak semakin tinggi, tidak ada pengaruh positif antara tingkat pertumbuhan modal intelektual sebuah perusahaan dengan kinerja masa depan perusahaan, kontribusi modal intelektual untuk sebuah kinerja masa depan perusahaan akan berbeda sesuai dengan jenis industrinya.

Menurut Santoso (2010) dalam penelitiannya tentang Pengaruh modal intelektual dan pengungkapannya terhadap kinerja perusahaan menyatakan bahwa Hasil penelitian ini tidak mendukung semua hipotesis yang diajukan. Modal intelektual dan pengungkapannya tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan baik kinerja yang menggunakan accounting based performance maupun

market based performance. Baik pada saata ini maupun pada satu tahun yang akan

datang.

Penelitian yang dilakukan oleh Belkaoui (2003), Chen et al. (2007) membuktikan bahwa modal intelektual berpengaruh positif terhadap kinerja dan nilai pasar perusahaan. Bertentangan dengan penelitian tersebut, dimana penelitian Solikhah dkk. (2010) serta Yuniasih dkk. (2010) tidak berhasil membuktikan bahwa modal intelektual berpengaruh pada nilai pasar perusahaan. Penelitian ini

menambahkan variabel intervening (kinerja keuangan) untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung modal intelektual pada nilai perusahaan.

2.6. Kerangka Pemikiran Teoritis dan Pengembangan Hipotesis 2.6.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Berdasarkan teori berbasis sumber daya, sebuah perusahaan dipersepsikan sebagai kumpulan dari aset maupun kemampuan berwujud dan tak berwujud (Firer dan Williams, 2003). Teori ini menganjurkan bahwa kinerja dari sebuah perusahaan sebaiknya didefinisikan sebagi fungsi penggunaan yang efektif dan efisien dari aset berwujud maupun tak berwujud yang dimiliki oleh perusahaan atau intellectual

ability. Hal ini sejalan dengan teori stakeholder yang menyatakan bahwa VA (Value

Added) merupakan sebuah ukuran yang lebih akurat dalam mengukur kinerja sebuah

perusahaan dibandingkan dengan laba akuntansi yang hanya merupakan ukuran

return bagi pemegang saham.

Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan dimanapun, karena kinerja merupakan cerminan dari perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya, selain itu tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan. Setiap perusahaan menghendaki adanya kinerja keuangan yang bagus karena dari kinerja keuangan tersebut perusahaan akan mampu menarik investor dan mempertahankan pelanggannya sehingga akan sangat menentukan kemampuan bersaing suatu perusahaan.

Menurut Khasmir (2005: 263) untuk mengetahui kondisi suatu perusahaan maka dapat dilihat dari laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan secara periodik. Penilaian terhadap kinerja suatu perusahaan dapat dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan yang merupakan hasil akhir dari kegiatan akuntansi peusahaan yang bersangkutan. Analisis yang dapat dipakai dalam laporan keuangan salah satunya adalah menggunakan analisis rasio.

Analisis rasio merupakan metode analisis yang objektif karena didasarkan pada data akuntansi yang tersedia dalam laporaan keuangan. Rasio keuangan yang digunakan sebagai indikator dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan dalam penelitian ini adalah Return On Asset (ROA). ROA merupakan salah satu rasio yang sering dipakai untuk menentukan tingkat profitabilitas perusahaan. ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. ROA diproksikan dengan laba sebelum pajak yang dibagi dengan total aktiva yang dimiliki bank. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset (Dendawijaya, 2005; 118).

Banyak variabel yang telah diungkapkan untuk menguji kinerja keuangan perusahan. Penelitian ini menggunakan intellectual capital sebagai variabel untuk menguji kinerja keuangan perusahaan. Intellectual capital merupakan bagian dari

intangible asset yang memegang peranan lebih besar dalam menentukan kinerja

keuangan perusahaan dibandingkan dengan tangible asset. Intangible asset mampu untuk menciptakan nilai tambah atas pengelolaan tangible asset perusahaaan menjadi output yang mendatangkan penghasilan bagi perusahaan. Intangible asset ini terdiri

atas sumber daya manusia yang dapat diukur melalui intellectual capitalnya dan teknologi informasi yang mampu untuk memperkenalkan dan membuka jaringan bagi perusahaan.

Intellectual capital merupakan keunggulan kompetitif yang harus dimiliki

perusahaan dalam menghadapi persaingan bisnis saat ini. Intellectual capital yang diperoleh dari budaya pengembangan perusahaan maupun kemampuan perusahaan dalam memotivasi karyawannya akan menghasilkan ide-ide kreatif serta inovasi yang akan mampu mempertahankan eksistensi perusahaan tersebut atau bahkan membuatnya berkembang. Menurut Guthrie, et al. (2006) dalam Ulum (2007: 12), teori yang lebih tepat menjelaskan tentang intellectual capital adalah teori

stakeholder.

Berdasarkan teori stakeholder, manajemen organisasi diharapkan untuk melakukan aktivitas yang dianggap penting oleh stakeholder dan melaporkan kembali aktivitas-aktivitas tersebut kepada stakeholder. Teori ini menyatakan bahwa akuntabilitas organisasi jauh melebihi kinerja keuangan atau ekonomi sederhana. Tujuan utama dari teori stakeholder adalah untuk membantu manajer korporasi mengerti lingkungan stakeholder dan melakukan pengelolaan dengan lebih efektif dalam meningkatkan nilai dari dampak aktivitas-aktivitas mereka dan meminimalkan kerugian-kerugian bagi stakeholder.

Pihak perusahaan harus dapat mengelola organisasi secara maksimal khususnya dalam upaya penciptaan nilai bagi perusahaan agar dapat mendorong meningkatnya kinerja keuangan perusahaan (Ulum, 2007: 15). Penciptaan nilai adalah dengan memanfaatkan seluruh potensi yang dimiliki perusahaan melalui

intellectual capitalnya, yang terdiri dari human capital (ketrampilan, kemampuan dan motivasi karyawan), aset fisik, maupun customer/employed capital.

Dalam beberapa penelitian terdahulu terdapat bukti empiris yang menyatakan pengaruh pengungkapan sukarela dan pengungkapan modal intelektual terhadap nilai perusahaan atau kapitalisasi pasar, walaupun bukan dalam konteks IPO. Hasil penelitian Healy dan Palepu (1993), Welker (1995) dan Botosan (1997) mengindikasikan bahwa pengungkapan modal intelektual yang makin tinggi akan memberikan informasi yang kredibel atau dapat dipercaya, dan akan mengurangi kesalahan investor dalam mengevaluasi harga saham perusahaan, sekaligus meningkatkaan kapitalisasi pasar.

Abdolmohammadi (2005) membuktikan bahwa jumlah pengungkapan komponen modal intelektual dalam laporan tahunan berpengaruh signifikan terhadap nilai kapitalisasi pasar perusahaan. Artinya, perusahaan yang mengungkapkan lebih banyak komponen modal intelektual dalam laporan tahunannya cenderung memiliki nilai kapitalisasi pasar yang lebih tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Sitohang dan Winata (2008) dengan mengambil sampel perusahaan publik di Indonesia yang berbasis teknologi, menemukan bukti bahwa ada kecenderungan peningkataan dalam pengungkapan modal intelektual selama periode pengamatan. Penelitian tersebut juga menemukan bukti bahwa terdapat hubungan positif antara tingkat pengungkapan modal intelektual dengan kapitalisasi pasar.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, VAIC merupakan komponen dari modal intelektual, VAIC terdiri dari CEE, HCE dan SCE yang masing-masing menggambarkan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Kombinasi dari ketiga

komponen tersebut akan menghasilkan nilai perusahaan. Perusahaan dalam mengelola pengetahuan, ketrampilan dan keahlian modal manusia dengan didukung oleh modal struktural yang memudahkan dalam kegiatan operasional perusahaan, ditambah pula dengan modal yang digunakan akan meningkatkan aset perusahaan tersebut. Semakin baik perusahaan dalam mengelola ketiga komponen IC, menunjukan semakin baik pula perusahaan dalam mengelola aset yang dimilikinya. Pengelolaan aset yang baik dapat meningkatkan laba atas sejumlah aset yang dimiliki perusahaan dan tentu saja kinerja perusahaan akan semakin meningkat. Modal intelektual diakui sebagai aset perusahaan karena mampu menghasilkan keunggulan kompetitif dan kinerja keuangan yang superior (Barney, 1991). Modal intelektual akan memberikan konteribusi terhadap kinerja keuangan perusahaan (Harrison dan Sullivan, 2000; Chen et al., 2005; Abdolmohammadi, 2005).

Berdasarkan uraian yang telah di kemukakan sebelumnya, maka variabel yang terkait dalam penelitian ini dapat dirumuskan melalui suatu kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Teoritis 2.6.2. Pengembangan Hipotesis

a. Pengaruh Capital Employed Efficiency (CEE) terhadap tingkat Intellectual Capital Disclosure (ICD)

VAIC KK ICD

Hubungan antara penggunaan modal perusahaan dengan pengungkapan modal intelektual dapat dijelaskan dengan stakeholder theory. Stakeholder theory

menyatakan bahwa para pemangku kepentingan di luar pemegang saham seperti pemerintah, investor, pelanggan, dan lain-lain berhak untuk mendapatkan informasi-informasi tertentu dari perusahaan. Berdasarkan teori ini, manajemen organisasi diharapkan untuk melakukan aktivitas yang dianggap penting oleh stakeholder

mereka dan melaporkan kembali aktivitas-aktivitas tersebut pada stakeholder. Hal tersebut penting dilakukan karena keberlangsungan suatu perusahaan juga bergantung pada dukungan dari para stakeholder.

Adanya pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan juga akan mempengaruhi opini para stakeholder terhadap perusahaan tersebut. Semakin tinggi tingkat pengungkapan yang dipublikasikan mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut telah bersikap terbuka terhadap penggunaan modal yang dikelolanya guna menghasilkan suatu produk atau jasa. Hal ini akan menambah opini baik para

stakeholder terhadap perusahaan dan akan meningkatkan nama baik perusahaan.

Selain itu, hubungan antara CEE dengan kinerja keuangan perusahaan dapat dijelaskan dengan resources based theory, dalam teori ini disebutkan bahwa dengan pengelolaan sumber daya perusahaan baik pengelolaan aset berwujud dan tidak berwujud secara efisien akan meningkatkan kinerja perusahaan. Dengan adanya kinerja perusahaan yang meningkat, maka produktivitaspun akan meningkat, dan apabila hal ini diungkapkan dalam laporan keuangan, maka para stakeholder akan memberikan respon yang baik terhadap perusahaan tersebut.

Deegan (2004) menyebutkan bahwa seluruh stakeholder memiliki hak untuk disediakan informasi tentang bagaimana aktivitas organisasi mempengaruhi mereka bahkan ketika mereka memilih untuk tidak menggunakan informasi tersebut dan bahkan ketika mereka tidak dapat secara langsung memainkan peran yang konstruktif dalam kelangsungan hidup organisasi.

Ketika perusahaan melaporkan informasi secara akurat dan menyeluruh maka masyarakat maupun lingkungan memberikan respon yang baik terhadap keberadaan perusahan. Respon baik tersebut diwujudkan dalam bentuk loyalitas pelanggan atau masyarakat. Dan ketika perusahaan menjalankan aktivitasnya tidak memperhatikan norma dan batas-batas yang ada di masyarakat maka perusahaan akan menciptakan

image yang buruk di mata masyarakat. Sehingga manajemen perusahaan akan

mengungkapkan informasi yang dapat meningkatkan kredibilitas dan kesuksesan perusahaan meskipun informasi tersebut tidak diwajibkan (Suwardjono, 2008: 583).

Modal yang digunakan (Capital Employed/CE) didefinisikan sebagai modal yang dimanfaatkan dalam aset tetap dan lancar suatu perusahaan (Pulic, 1998; Firer dan Williams, 2003). Pengungkapan modal yang telah digunakan akan berpengaruh terhadap opini publik dalam hal ini para stakeholder dalam menilai apakah suatu perusahaan telah secara efisien memanfaatkan modal yang dimilikinya atau tidak.

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yangdapat disimpulkan adalah:

H1 : Capital Employed Efficiency (CEE) berpengaruh positif terhadap tingkat

b. Pengaruh Human Capital Efficiency (HCE) terhadap tingkat Intellectual Capital Disclosure (ICD)

Human capital merupakan sumber daya kunci yang dapat menciptakan

keunggulan kompetitif perusahaan sehingga perusahaan mampu bersaing dan bertahan dilingkungan bisnis yang dinamis. Dengan memiiki karyawan yang berkeahlian dan berketerampilan, maka dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan menjamin keberlangsungan perusahaan tersebut. Meningkatnya kinerja perusahaan juga akan meningkatkan persepsi pasar. Seiring dengan meningkatnya kinerja dalam sebuah organisasi, maka pihak-pihak yang terlibat didalamnya akan merasa bangga atas pencapaian yang didapat sehingga akan terdorong untuk melaporkan pos sumber daya manusia yang dimilikinya karena besar kemungkinan akan mempengaruhi opini pihak luar tentang perusahaan tersebut.

Resource based theory mengemukakan bahwa sumber daya perusahaan

adalah heterogen, tidak homogen, jasa produktif yang tersedia berasal dari sumber daya perusahaan yang memberikan karakter unik bagi tiap-tiap perusahaan. Teori ini memandang perusahaan sebagai kumpulan sumber daya dan kemampuan. Adanya sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bekerja dengan efisien, maka produktivitas akan semakin meningkat.

Apabila sumber daya manusia yang dimiliki oleh suatu perusahaan bagus, terbukti dengan meningkatnya produktivitas perusahaan, maka perusahaan akan terdorong untuk mengungkapkan pos penggunaan sumber daya manusia yang dimilikinya karena hal ini akan meningkatkan persepsi pasar yang baik terhadap perusahaan dan akan berdampak pada meningkatnya kinerja perusahaan.

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yangdapat disimpulkan adalah:

H2 : Human Capital Efficiency (HCE) berpengaruh positif terhadap tingkat

Intellectual Capital Disclosure (ICD)

c. Pengaruh Structural Capital Efficiency (SCE) terhadap tingkat Intellectual Capital Disclosure (ICD)

Structural Capital (SC) mencakup semua pengetahuan dalam perusahaan

selain pengetahuan yang ada pada modal manusia, yang mencakup database, bagan organisasi, proses manual, strategi, rutinitas dan sesuatu yang nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan nilai materi (Bontis et al., 2000). Structural capital merupakan sarana pendukung human capital dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Karyawan yang sangat kompeten sekalipun tidak akan bisa bekerja secara maksimal apabila sarana dan prasarananya kurang mendukung. Dengan adanya karyawan dan sarana yang memadai tentu saja akan meningkatkan produktifitas perusahaan yang ditandai dengan meningkatnya kinerja perusahaan.

Adanya sumber daya yang memadai selain sumber daya manusia mengindikasikan bahwa perusahaan sangat memanfaatkan SC yang dimilikinya guna menunjang produktifitas perusahaan. Selain itu hal ini akan menambah nilai bagi suatu perusahaaan apabila pihak luar dapat mengetahui informasi tersebut. Oleh karena itu, perusahaan yang cenderung memiliki human capital dan structural capital

yang cukup bagus akan mengungkapkannya pada laporan keuangan perusahaan karena hal ini terkait dengan kebutuhan para stakeholder yang berhak mendapatkan informasi perusahaan dan juga untuk menunjang nilai perusahaan tersebut.

Pengembangan dan pemanfaatan structural capital oleh organisasi akan membuat perusahaan memiliki sistem prosedur yang baik dalam memanfaatkan potensi serta teknologi yang ada dengan secara maksimal. Menurut Sawarjuwono dan Kadir (2003), seorang individu yang memiliki intelektual yang tinggi serta organisasi memiliki prosedur yang baik maka intellectual capitalnya dapat mencapai kinerja yang optimal. Menurut Margaretha dan Rukman (2006) dan Ulum, dkk (2008),

structural capital yang tinggi dapat mendorong perusahaan menghasilkan keunggulan

bersaing yang secara relatif menghasilkan kinerja keuangan yang lebih tinggi.

Dengan adanya structural capital yang memadai dalam suatu perusahaan maka akan mendorong karyawannya untuk bekerja lebih efisien pula, akibatnya produktifitas akan meningkat dan tentu saja kinerja perusahaan semakin meningkat. Apabila kinerja suatu perusahaan meningkat maka akan mendorong perusahaan tersebut untuk melakukan tingkat pengungkapan yang lebih tinggi.

Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Tan et. Al (2008) yang menyatakan bahwa modal intelektual berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan, baik masa kini maupun masa mendatang. Rata-rata pertumbuhan modal intelektual berhubungan positif dengan kinerja perusahaan dimasa mendatang. Kontribusi modal intelektual terhadap kinerja perusahaan berbeda berdasarkan industrinya.

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yangdapat disimpulkan adalah:

H3 : Structural Capital Efficiency (SCE) berpengaruh positif terhadap tingkat

d. Pengaruh kinerja keuangan perusahaan (ROA) terhadap tingkat Intellectual Capital Disclosure (ICD)

Leif Edvinsson dan Pat Sullivan (2000) mendefinisikan intellectual capital

sebagai knowledge yang dapat dikonversikan menjadi nilai (Tobing, 2007). VAIC sebagai ukuran efisiensi modal intelektual terdiri dari tiga komponen yaitu CEE, HCE dan SCE. Kombinasi dari ketiga komponen tersebut akan menghasilkan nilai perusahaan. Perusahaan dalam mengelola pengetahuan, ketrampilan dan keahlian modal manusia dengan didukung oleh modal struktural yang memudahkan dalam kegiatan operasional perusahaan, ditambah pula dengan modal yang digunakan akan meningkatkan aset perusahaan tersebut. Semakin baik perusahaan dalam mengelola komponen Intellectual Capital-nya menunjukan semakin baik perusahaan dalam mengelola aset. Pengelolaan aset yang baik dapat meningkatkan laba atas sejumlah aset yang dimiliki perusahaan yang diukur dengan Return On Asset (ROA). Modal intelektual diakui sebagai aset perusahaan karena mampu menghasilkan keunggulan kompetitif dan kinerja keuangan yang superior (Barney, 1991). Modal intelektual akan memberikan kontribusi terhadap kinerja keuangan perusahaan (Harrison dan Sulivan, 2000; Chen et al., 2005; Abdolmohammadi, 2005).

Hasil penelitian Sarayuth Saengchan (2007) di Thailand menunjukan bahwa VAIC (Value Added Intellectual capital) secara positif signifikan berkaitan dengan ROA. Semakin tinggi nilai VAICnya maka perusahaan dapat memperoleh ROA dengan lebih baik.

Apabila kinerja perusahaan meningkat karena pemanfaatan VAICnya, maka perusahaan akan menginformasikan kepada pihak eksternal melalui laporan tahunan

perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori legitimasi yang menyatakan bahwa perusahaan memiliki tanggungjawab untuk melaporkan kinerjanya kepada pihak eksternal. Hal ini sejalan pula dengan teori stakeholder yang menyatakan bahwa

stakeholder berhak untuk mendapatkan informasi dari perusahaan, karena informasi

yang didapat akan mempengaruhi opini mereka terhadap perusahaan dan akan berdampak pada kelangsungan perusahaan tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yangdapat disimpulkan adalah: H4: ROA berpengaruh positif signifikan terhadap ICD

e. Pengaruh Capital Employed Efficiency (CEE), kinerja keuangan perusahaan terhadap tingkat Intellectual Capital Disclosure (ICD)

Teori stakeholder menyatakan bahwa para stakeholder berkepentingan untuk mempengaruhi manajemen dalam proses pemanfaatan seluruh potensi yang dimiliki oleh organisasi. Karena hanya dengan pengelolaan yang baik dan maksimal atas seluruh potensi inilah organisasi akan dapat menciptakan value added untuk kemudian mendorong kinerja perusahaan yang merupakan orientasi para stakeholder

dalam mengintervensi manajemen. Dengan berpayung pada teori ini, maka

Dokumen terkait