• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.4 Kinerja Perbankan dan Laporan Keuangan

Kinerja keuangan dapat di ukur dengan menggunakan efisiensi sedangkan efisiensi dapat diartikan sebagai rasio perbandingan antara masukan dan keluaran. efisiensi kinerja keuangan perusahaan diukur dari efisiensinya diproksikan dengan beberapa tolak ukur yang tercermin didalam keuangan. Dengan pengeluaran biaya tertentu diharapkan memperoleh hasil yang optimal atau dengan hasil tertentu diharapkan mengeluarkan biaya seminimal mungkin.

Kesehatan bank adalah kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik melalui cara-cara yang sesuai dengan peraturan yang berlaku (Susilo dkk, 2002).

Menurut (Januarti, 2002) faktor-faktor kinerja perusahaan perbankan yang digunakan untuk menilai kesehatan bank adalah sebagai berikut:

a. Capital

Modal merupakan faktor yang penting dalam rangka pengembangan usaha dan untuk menampung risiko kerugiannya. Modal berfungsi untuk membiayai operasi, sebagai instrumen untuk mengantisipasi rasio, dan sebagai alat untuk ekpansi usaha. Penilaian dari capital ini adalah capital yang ada didasarkan pada kewajiban penyediaan modal minimum bank (Dendawijaya, 2001).

Penilaian ini didasarkan kepada CAR (Capital Adequacy Ratio) yang telah ditetapkan BI. CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko.

Perbandingan rasio tersebut adalah rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Modal terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. ATMR adalah nilai total masing-masing aktiva bank setelah dikalikan dengan masing-masing bobot risiko aktiva tersebut. Aktiva yang paling tidak beresiko diberi bobot 0% dan aktiva yang paling beresiko diberi bobot 100%.

Menurut Bank Indonesia penilaian permodalan ini dimaksudkan untuk mengevaluasi kecukupan modal Bank dalam mengcover eksposur risiko saat ini dan mengantisipasi eksposur risiko dimasa yang akan datang.

Sesuai dengan penilaian rasio CAR berdasarkan Surat Keputusan DIR BI No.30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997, CAR minimal 8%.

Perhitungan rasio CAR sesuai dengan standar Bank Indonesia adalah sebagai berikut:

b. Assets Quality

Menurut (Bank Indonesia, 2004) penilaian kualitas asset dimaksudkan untuk mengevaluasi kondisi asset bank dan kecukupan manajemen resiko kredit. Sedangkan menurut (kuncoro, 2002) aspek asset quality ini menunjukkan kualitas asset sehubungan dengan resiko kredit yang dihadapi bank akibat pemberian kredit dan investasi dana bank dalam portofolio yang berbeda. Setiap penanaman dana bank dalam aktiva produktif dinilai kualitasnya dengan menentukan tingkat kolektibilitas yaitu apakah lancar, kurang lancar, diragukan atau macet.

Modal

CAR = X 100%

Pembedaan kolektibilitas tersebut diperlukan untuk mengetahui besarnya cadangan minimum, penghapusan aktiva produktif yang harus disediakan oleh bank untuk menutup resiko kemungkinan kerugian yang terjadi.

Aktiva yang produktif merupakan penempatan dana oleh bank dalam asset yang menghasilkan pendapatan untuk menutupi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh bank. Dari aktiva inilah bank mengharapkan adanya selisih keuntungan dari kegiatan pengumpulan dan penyaluran dana. Dari pengertian aktiva produktif tersebut, dapat disimpulkan bahwa aktiva yang berkualitas adalah aktiva yang dapat menghasilkan pendapatan dan dapat menutupi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh bank (Mudrajad kuncoro, 2002).

Penilaian terhadap rasio kualitas aktiva produktif yang dimiliki bank didasarkan pada dua rasio yaitu:

a. Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif. Aktiva produktif yang diklasifikasikan adalah jumlah aktiva produktif yang kolektibilitasnya tidak lancar, dan jumlah yang diperhitungkan adalah 50% dari aktiva produktif yang tergolong kurang lancar ditambah 75% aktiva produktif yang tergolong diragukan ditambah 100% aktiva produktif yang tergolong macet. (cara penilaian kolektibilitas atau kualitas dari masing-masing kredit yang diberikan diatur dalam SE BI No.23/12/BPPP Tanggal 28 Februari 1991).

b. Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif yang dibentuk oleh bank terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif yang wajib dibentuk oleh bank. Berdasarkan SK Direksi BI No. 31/148/KEP/DIR tanggal 12

November 1999 tentang pembentukan PPAP, bank wajib membentuk PPAP berupa cadangan khusus guna menutup risiko kemungkinan kerugian.

Tujuan dari aspek ini adalah untuk menilai jenis-jenis asset yang dimiliki oleh bank. Rasio ini dapat dilihat dari neraca yang telah dilaporkan secara berkala kepada Bank Indonesia.

Rasio yang digunakan untuk menilai kualitas asset sebuah bank menggunakan metode Non Performing Loan (NPL) dengan rumusnya adalah sebagai berikut:

Adapun penilaian rasio NPL berdasarkan Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia No.30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 adalah NPL <5% yang termasuk dalam bank sehat.

c. Management

Maksud dari penilaian manajemen adalah untuk mengevaluasi kemampuan manajerial pengurus bank dalam menjalankan usahanya, kecukupan manajemen risiko dan kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada Bank Indonesia. manajemen yang dimaksud adalah kemampuan manajemen bank untuk mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol risiko-risiko yang timbul melalui kebijakan-kebijakan dan strategi bisnisnya untuk mencapai target. Dalam manajemen ini sumber daya manusia yang handal,

Kredit bermasalah

NPL = X 100%

kepemimpinan manajemen yang profesional serta ketersediaan teknologi informasi sangat dibutuhkan (Kuncoro, 2002).

d. Earning

Penilaian earning dimaksudkan untuk mengevaluasi kondisi dan kemampuan earning atau rentabilitas bank dalam mendukung kegiatan operasional dan permodalan. Earnings digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menetapkan harga yang mampu menutup seluruh biaya.

Rasio yang digunakan dalam earning ini adalah menggunakan ROA, NIM dan perbandingan biaya operasional dengan pendapatan operasional (BOPO). Rumus untuk ROA dan BOPO adalah:

Menurut Surat Keputusan DIR BI No.30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997, adapun penilaian rasio ROA dan BOPO adalah sebagai berikut: ROA ≥ 1,215% yang termasuk dalam bank sehat sedangkan BOPO ≤ 93,52%.

Net Interest Margin (NIM)

Menurut (Koch dan Scott, 2000) Net Interest Margin (NIM) ini penting untuk mengevaluasi kemampuan bank dalam mengelola risiko terhadap suku bunga.

Laba Bersih ROA = X 100% Total Aktiva Biaya Operasional BOPO = X 100% Pendapatan Operasional

Saat suku bunga berubah, pendapatan bunga dan biaya bunga juga akan mengalami perubahan. Sedangkan menurut (Almilia dan Herdiningtyas, 2005)

Net Interest Margin (NIM) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan

manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank, sehingga kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.

Adapun rumus NIM adalah:

e. Liquidity

Penilaian ini dimaksudkan untuk mengevaluasi kemampuan bank dalam memelihara tingkat likuiditas yang memadai dan kecukupan manajemen risiko likuiditas.

Penilaian likuiditas dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar kemampuan bank tersebut mampu membayar hutang-hutangnya dan membayar kembali kepada deposannya serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan.

Likuiditas dinilai dengan mengingat bahwa aktiva bank kebanyakan bersifat tidak likuid dengan sumber dana dengan jangka waktu lebih pendek. Penilaian

Pendapatan bunga bersih

NIM = X 100%

likuiditas antara lain melihat kemampuan bank menyediakan asset likuid yang dapat segera dijadikan uang tunai (Sudrajat, 2004).

Secara umum rasio ini merupakan rasio antara jumlah aktiva lancar dibagi dengan hutang lancar. Adapun yang dianalisis dalam rasio ini adalah:

a. Rasio kewajiban bersih Call Money terhadap aktiva

b. Rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank misalnya giro, tabungan, deposito, dan lain-lain. Rasio yang digunakan biasanya menggunakan LDR.

Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara jumlah seluruh kredit yang

diberikan bank dengan dana pihak ketiga bank.

Adapun dana pihak ketiga terdiri dari giro, tabungan dan deposito. Giro adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap waktu dengan menggunakan surat perintah pembayaran seperti cek dan bilyet giro.

Tabungan adalah simpanan pihak ketiga yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh bank. Deposito adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara pihak ketiga dan bank yang bersangkutan (Sinungan, 1993).

Rumus LDR adalah:

Jumlah kredit yang diberikan

LDR = X 100%

Berdasarkan Surat Keputusan DIR BI No.30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997, penilaian LDR bank yang sehat sebesar ≤ 94,75%.

Dokumen terkait