Corporate Governance, Earning dan Capital), akan tetapi peneliti hanya menggunakan beberapa rasio. Selain itu peneliti tidak
mengambil Good Corporate Governance untuk menilai kinerja
15 D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruhfaktor fundamental makroekonomi terhadap jenis
penggunaan kredit
2. Bagaimana pengaruh jenis penggunaan kredit terhadap kinerja
perbankan
3. Bagaimana pengaruh faktor fundamental makroekonomi terhadap
kinerja perbankan
4. Bagaimana jenis penggunaan kredit berperan sebagai variabel
intervening terhadap faktor fundamental makroekonomi dalam memengaruhi kinerja perbankan
E. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis pengaruhfaktor fundamental makroekonomi terhadap
jenis penggunaan kredit
2. Menganalisis pengaruh jenis penggunaan kredit terhadap kinerja
perbankan
3. Menganalisis pengaruh faktor fundamental makroekonomi terhadap
kinerja perbankan
4. Menganalisisperan jenis penggunaan kredit sebagai variabel
intervening dalam faktor fundamental makroekonomi memengaruhi kinerja perbankan
16 F. Manfaat Penelitian
1. Bagi pemerintah, sebagai masukan dan bahan pertimbangan untuk
pengambilan kebijakan ekonomi makro yang mendukung industri perbankan
2. Bagi perbankan, sebagai acuan untuk menjalankan perusahaan di
masa yang akan datang
3. Bagi masyarakat, sebagai bahan bacaan dan tambahan ilmu
pengetahuan
4. Bagi penulis, sebagai sarana belajar untuk mengetahui sejauh mana teori yang dapat diterapkan dalam praktik juga menambah pengetahuan penulis
17 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bank
1. Pengertian Bank
Dalam keseharian, kita mengetahui bahwa bank merupakan lembaga keuangan yang memediasi pembayaran, memberikan pinjaman dan mengambil simpanan dari masyarakat. Akan tetapi, pengertian bank menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan adalah “Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.
Menurut Mishkin (2010:7), bank adalah lembaga keuangan yang menerima deposito dan memberikan pinjaman. Termasuk di bawah bank jangka yang perusahaan seperti bank komersial, asosiasi simpan pinjam, bank tabungan bersama, dan serikat kredit.
Dari definisi tersebut dapat terlihat bahwa kegiatan utama bank yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa lainnya. Menghimpun dana, yaitu bank mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan. Menyalurkan dana, yaitu melemparkan kembali dana yang diperoleh dari simpanan
18 ke masyarakat dalam bentuk pinjaman (kredit). Memberikan jasa lainnya, yaitu jasa yang diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana. (Kasmir, 2012:13-15) 2. Fungsi Bank
Secara spesifik fungsi bank seperti yang dikemukakan oleh Budisantoso dan Triandaru (2006:9) sebagai berikut:
a. Agent of Trust (Jasa dengan Kepercayaan)
Dasar utama perbankan adalah trust atau kepercayaan, baik dalam hal menghimpun dana maupun penyaluran dana. Masyarakat mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan baik oleh bank. Pihak bank sendiri akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitur atau masyarakat dengan dilandasi unsur kepercayaan. Pihak bank percaya bahwa debitur tidak akan menyalahgunakan pinjaman, debitur akan mempunyai kemampuan untuk membayar pada saat jatuh tempo, dan juga bank percaya bahwa debitur mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo.
b. Agent of Development (Jasa untuk Pembangunan)
Sektor dalam kegiatan perekonomian masyarakat yaitu sektor moneter dan sektor riil. Kedua sektor tersebut tidak dapat
19 dipisahkan, karena keduanya saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Sektor riil tidak akan bekinerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Tugas bank sebagai penghimpun dan penyaluran dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat bahwa kegiatan investasi, distribusi dan konsumsi tidak dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi, distribusi dan konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian suatu masyarakat.
c. Agent of Service (Jasa Pelayanan)
Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa-jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa-jasa bank ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, jasa pemberian jaminan bank, dan jasa penyelesaian tagihan.
20 3. Jenis-jenis Bank
Kasmir (2012:22) membagi jenis-jenis bank dalam beberapa segi, yaitu:
a. Dilihat dari Segi Fungsinya
Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998, maka jenis perbankan terdiri dari dua jenis bank, yaitu:
1) Bank Umum
Pengertian bank umum sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah “bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.”
Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada dan operasi dapat dilakukan di semua wilayah.
2) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Pengertian bank umum sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah “bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.”
Kegiatan BPR jauh lebih sempit dibandingkan kegiatan bank umum. Kegiatan BPR hanya meliputi
21 kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana saja, bahkan dalam menghimpun dana BPR dilarang untuk menerima simpanan giro. Begitu pula dalam jangkauan wilayah operasi, BPR dibatasi dalam wilayah-wilayah tertentu saja. b. Dilihat dari Segi Kepemilikannya
1) Bank milik pemerintah
Di mana baik akta pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Bank yang termasuk dalam milik pemerintah adalah BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri.
2) Bank milik swasta nasional
Bank milik swasta nasional merupakan bank yang seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akta pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya diambil oleh swasta pula.
3) Bank milik asing
Bank milik asing merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing maupun pemerintah asing suatu negara.
22
4) Bank milik campuran
Bank milik campuran merupakan bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Di mana kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia.
c. Dilihat dari Segi Status
1) Bank devisa
Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan.
2) Bank non devisa
Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa.
d. Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga
1) Bank Konvensional
Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada nasabahnya, bank konvensional menggunakan dua metode, yaitu menetapkan bunga sebagai harga jual dan untuk jasa-jasa lainnya menerapkan berbagai biaya dalam nominal atau persentase tertentu.
23
2) Bank Syariah
Bank syariah menerapkan aturan perjanjian
berdasarkan hukum Islam. Penentuan harga atau mencari keuntungan bagi bank syariah adalah dengan cara pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh
keuntungan (murabahah), pembiayaan barang modal
berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina). 4. Kinerja Perbankan
a. Pengertian Laporan Keuangan Bank
Laporan keuangan bank menunjukkan kondisi bank secara keseluruhan. Dari laporan ini akan terbaca bagaimana kondisi bank sesungguhnya, termasuk kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Laporan ini juga menunjukkan kinerja manajemen bank selama satu periode. Dalam laporan keuangan termuat informasi mengenai jumlah kekayaan (assets) dan jenis-jenis kekayaan yang dimiliki (di sisi aktiva). Kemudian juga akan tergambar kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang serta ekuitas (modal sendiri) yang dimilikinya. (Kasmir, 2012:280)
24 b. Pihak-pihak yang Berkepentingan
Menurut Kasmir (2012:282), pembuatan laporan keuangan bank tidak hanya ditujukan untuk manajemen dan pemilik perusahaan itu sendiri melainkan juga berbagai pihak seperti:
1) Pemegang Saham
Bagi pemegang saham, kepentingan terhadap laporan keuangan bank adalah untuk melihat kemajuan bank yang dipimpin oleh manajemen dalam suatu periode.
2) Pemerintah
Bagi pemerintahm laporan keuangan baik bagi bank-bank pemerintah maupun bank-bank swasta adalah untuk mengetahui kemajuan bank yang bersangkutan.
c. Analisis RGEC
Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Bank Indonesia telah menetapkan sistem penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan model manajemen risiko menggantikan penilaian CAMELS yang dulunya diatur dalam PBI No.6/10/PBI/2004. Jika dahulu kesehatan bank diukur dengan CAMELS yaitu Capital, Asset Quality, Management, Earning, Liquidity & Sensitivity to Market Risk, maka berdasarkan peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 penilaian kesehatan bank diukur
25
dengan RGEC yaitu Risk Profile, Good Corporate Governance,
Earnings&Capital. Berikut ini adalah penjelasan dari RGEC: 1) Risk Profile
Penilaian kesehatan bank yang pertama adalah profil risiko. Faktor profil risiko merupakan penilaian terhadap risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko dalam aktivitas operasional bank.
Penilaian risiko inheren merupakan penilaian atas risiko yang melekat pada kegiatan bisnis bank, baik yang dapat dikuantifikasikan maupun yang tidak, yang berpotensi mempengaruhi posisi keuangan bank. Karakteristik risiko inheren bank ditentukan oleh faktor internal maupun eksternal, antara lain strategi bisnis, karakteristik bisnis, kompleksitas produk dan aktivitas bank, industri dimana bank melakukan kegiatan usaha, serta kondisi makro ekonomi. Penilaian atas risiko inheren dilakukan dengan memperhatikan parameter/indikator yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Penetapan tingkat risiko inheren atas masing-masing jenis risiko mengacu pada prinsip-prinsip umum penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
Risiko yang wajib dinilai terdiri atas delapan jenis risiko.Risiko tersebut diantaranya risiko kredit, risiko pasar,
26 risiko operasional, risiko likuiditas, risiko hukum, risiko stratejik, risiko kepatuhan, dan risiko reputasi.
(a) Risiko Kredit
Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank. Risiko kredit pada umumnya terdapat pada seluruh aktivitas bank yang kinerjanya bergantung pada kinerja pihak lawan (counterparty), penerbit (issuer), atau kinerja peminjam dana (borrower). Risiko kredit juga dapat diakibatkan oleh terkonsentrasinya penyediaan dana pada debitur, wilayah geografis, produk, jenis pembiayaan, atau lapangan usaha tertentu. Risiko ini lazim disebut Risiko Konsentrasi Kredit dan wajib diperhitungkan pula dalam penilaian risiko inheren.
Risiko kredit dapat diukur melalui Rasio Net
Performing Loan (NPL). Rasio NPL menunjukkan
kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh pihak bank.
= ℎ
(b) Risiko Pasar
Risiko pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening administratif termasuk transaksi derivatif,
27 akibat perubahan dari kondisi pasar, termasuk risiko perubahan harga option. Risiko pasar meliputi antara lain risiko suku bunga, risiko nilai tukar, risiko ekuitas, dan risiko komoditas.
(c) Risiko Operasional
Risiko operasional adalah risiko akibat
ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional bank. Sumber risiko operasional dapat disebabkan antara lain oleh sumber daya manusia, proses, sistem, dan kejadian eksternal.
(d) Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko akibat
ketidakmampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas, dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank. Risiko ini disebut juga Risiko likuiditas pendanaan (funding liquidity risk). Risiko likuiditas juga dapat disebabkan oleh ketidakmampuan bank melikuidasi aset tanpa terkena diskon yang material karena tidak adanya pasar aktif atau adanya gangguan pasar (market
28 disruption) yang parah. Risiko ini disebut sebagai risiko likuiditas pasar (market liquidity risk).
Menurut Kasmir (2012: 319), risiko likuiditas bisa diukur melalui Loan to Deposit Ratio (LDR). Rasio ini digunakan untuk mengukur jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan.
= ℎ
(e) Risiko Hukum
Risiko hukum adalah risiko yang timbul akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis. Risiko ini juga dapat timbul antara lain karena ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendasari atau kelemahan perikatan, seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak atau agunan yang tidak memadai.
(f) Risiko Stratejik
Risiko stratejik adalah risiko akibat ketidaktepatan bank dalam mengambil keputusan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. Sumber risiko stratejik antara lain ditimbulkan dari kelemahan dalam proses formulasi strategi dan ketidaktepatan dalam perumusan strategi, ketidaktepatan dalam
29 implementasi strategi, dan kegagalan mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
(g) Risiko Kepatuhan
Risiko kepatuhan adalah risiko yang timbul akibat bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku. Sumber risiko kepatuhan antara lain timbul karena kurangnya pemahaman atau kesadaran hukum terhadap ketentuan maupun standar bisnis yang berlaku umum.
(h) Risiko reputasi
Risiko reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap bank. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam mengkategorikan sumber risiko reputasi bersifat tidak langsung (below the line) dan bersifat langsung (above the line).
2) Good Corporate Governance (GCG)
Dalam metode RGEC, penilaian terhadap faktor GCG
didasarkan dalam tiga aspek utama yaitu governance
structure, governance process, dan governance
output.Berdasarkan ketetapan Bank Indonesia yang
30
structure mencakup pelaksanaan tugas dan tanggung jawab
Dewan Komisaris dan Dewan Direksi serta kelengkapan
dan pelaksanaan tugas komite.Governance process
mencakup fungsi kepatuhan bank, penanganan benturan kepentingan, penerapan fungsi audit intern dan ekstern, penerapan manajemen risiko termasuk sistem pengendalian intern, penyediaan dana kepada pihak terkait dan dana besar, serta rencana strategis bank. Governance output mencakup transaparansi kondisi keuangan dan non keuangan, laporan pelaksanaan GCG yang memenuhi
prinsip Transparancy, Accountability, Responsibility,
Indepedency, dan Fairness(TARIF)”.
Akan tetapi pada penilitian kali ini, peneliti tidak
menggunakan Good Corporate Governance sebagai alat
ukur penelitian.
3) Earnings
Penilaian faktor rentabilitas meliputi evaluasi terhadap kinerja rentabilitas, sumber-sumber rentabilitas, kesinambungan (sustainability) rentabilitas, dan manajemen
rentabilitas. Penilaian dilakukan dengan
mempertimbangkan tingkat, tren, struktur, stabilitas rentabilitas bank, dan perbandingan kinerja bank dengan kinerja peer group¸ baik melalui analisis aspek kuantitatif
31 maupun kualitatif. Dalam menentukan peer group, bank perlu memperhatikan skala bisnis, karakteristik, dan/atau kompleksitas usaha bank serta ketersediaan data dan informasi yang dimiliki.
Return on Asset (ROA)
Rasio ini adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak terhadap jumlah aset secara keseluruhan. Rasio ini merupakan suatu ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian (%) dari aset yang dimiliki. Apabila rasio ini tinggi berarti menujukkan adanya efisiensi yang dilakukan oleh pihak manejemen.
� =
Sumber: (Mishkin, 2010:232)
Net Interest Margin (NIM)
Net Interest Margin (NIM) merupakan rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan manajemen bank
dalam mengelola aktiva produktifnya untuk
menghasilkan pendapatan bunga bersih.
32
4) Capital
Penilaian atas faktor permodalan meliputi evaluasi
terhadap kecukupan permodalan dan kecukupan
pengelolaan permodalan. Dalam melakukan perhitungan permodalan, bank wajib mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai kewajiban penyediaan modal minimum bagi Bank Umum. Selain itu, dalam melakukan penilaian kecukupan permodalan, bank juga harus mengaitkan kecukupan modal dengan profil risiko bank. Semakin tinggi risiko bank, semakin besar modal yang harus disediakan untuk mengantisipasi risiko tersebut. Untuk mengukur penilaian permodalan dibutuhkan rasio
Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR menggambarkan
rasio kecukupan modal yang berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh bank.
� =
Penilaian kesehatan bank dapat dikategorikan dengan 5 komposit. Berikut matriks peringkat komposit tingkat kesehatan bank:
33 Tabel 2.1
Matriks Peringkat Komposit
Peringkat Penjelasan
PK 1 Mencerminkan kondisi Bank yang secara
umum sangat sehat sehingga dinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor penilaian, antara lain profil risiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum sangat baik. Apabila terdapat kelemahan maka
secara umum kelemahan tersebut tidak
signifikan.
PK 2 Mencerminkan kondisi Bank yang secara
umum sehat, sehingga dinilai mampu
menghadapi pengaruh negatif yang
signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor penilaian, antara lain profil risiko, penerapan GCG, rentabilitas dan permodalan yang secara umum baik. Apabila terdapat kelemahan maka secara
umum kelemahan tersebut kurang
signifikan.
PK 3 Mencerminkan kondisi bank yang secara
umum cukup sehat sehingga dinilai cukup mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor penilaian, antara lain profil risiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum cukup baik. Apabila terdapat kelemahan maka
secara umum kelemahan tersebut cukup
signifikan dan apabila tidak berhasil diatasi dengan baik oleh manajemen dapat mengganggu kelangsungan usaha Bank.
PK 4 Mencerminkan kondisi Bank yang secara
umum kurang sehat, sehingga dinilai
kurang mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor
penilaian, antara lain profil risiko,
34 permodalan yang secara umum kurang baik. Terdapat kelemahan yang secara umum signifikan dan tidak dapat diatasi dengan baik oleh manajemen serta mengganggu kelangsungan usaha Bank.
PK 5 Mencerminkan kondisi Bank yang secara
umum tidak sehat, sehingga dinilai tidak mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dari faktor eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor penilaian, antara lain profil risiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum kurang baik. Terdapat kelemahan secara umum sangat signifikan sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan dukungan dana dari pemegang saham atau sumber dana dari pihak lain untuk memperkuat kondisi keuangan Bank.
(Sumber: Lampiran SE BI No.13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011)