• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja Perusahaan Agribisnis setelah Initial Public Offering

Neraca keuangan PT Bisi International Tbk setelah go public pada tahun 2007 di Bursa Efek Indonesia cenderung berfluktuatif. Pada tahun 2008, terjadi peningkatan total aktiva, total kewajiban, total ekuitas dan laba bersih perusahaan. Total aktiva perusahaan menjadi variabel yang paling meningkat jumlahnya. Hal sebaliknya terjadi pada tahun 2009 dimana terjadi penurunan total aktiva, total kewajiban dan laba bersih. Laba bersih perusahaan merupakan variabel yang turun sangat besar. Hal tersebut terjadi karena pendapatan PT Bisi International Tbk juga turun pada tahun tersebut. Hingga 30 September 2010, neraca keuangan PT Bisi International Tbk kembali membaik dengan meningkatnya total aktiva, ekuitas dan laba bersih sedangkan total kewajiban perusahaan mengalami penurunan (Gambar 3).

Gambar 3. Neraca Keuangan PT Bisi International Tbk Tahun 2007- 30 September 2010 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah)

Kinerja keuangan PT Bisi International Tbk setelah melakukan go public

profitabilitas dan solvabilitas PT Bisi International Tbk. Pada tahun 2008, rasio profitabilitas PT Bisi International Tbk yang terdiri dari Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) meningkat. Sebaliknya pada tahun 2009, ROA dan ROE PT Bisi International Tbk turun drastis melewati nilai ROA dan ROE perusahaan pada saat tahun pertama go public. Hingga 30 September 2010, ROA dan ROE PT Bisi International Tbk kembali membaik dengan meningkatnya ROA dan ROE tersebut. Hal tersebut menunjukkan perusahaan memperoleh keuntungan usaha karena harga saham perusahaan naik. Pada tahun 2008, rasio solvabilitas PT Bisi International Tbk yang terdiri dari Debt to Total Assets Ratio (DAR) dan

Debt to Equity Ratio (DER) mengalami peningkatan. Pada tahun 2009, DAR dan DER PT Bisi International Tbk membaik dengan turunnya nilai DAR dan DER perusahaan tersebut. Hingga 30 September 2010, DAR dan DER perusahaan tersebut kembali turun. Hal tersebut menunjukkan bahwa PT Bisi International Tbk mengurangi penggunaan utang dalam membiayai aktiva dan modal perusahaan (Gambar 4).

Gambar 4. Kinerja Keuangan PT Bisi International Tbk Tahun 2007- 30 September 2010 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah)

6.4.2 PT Malindo Feedmill Tbk

Neraca keuangan PT Malindo Feedmill Tbk setelah go public pada tahun 2006 di Bursa Efek Indonesia cenderung berfluktuatif. Pada tahun 2007, terjadi peningkatan total aktiva, total kewajiban, dan total ekuitas perusahaan. Hal berbeda terjadi pada tahun 2008 dimana terjadi penurunan total ekuitas dan laba bersih sedangkan total aktiva dan total kewajiban perusahaan terus meningkat.

87 Pada tahun 2009 hingga 30 September 2010, neraca keuangan PT Malindo Feedmill Tbk membaik dengan meningkatnya total aktiva, ekuitas dan laba bersih sedangkan total kewajiban perusahaan mengalami penurunan (Gambar 5).

Gambar 5. Neraca Keuangan PT Malindo Feedmill Tbk Tahun 2006- 30 September 2010

Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah)

Kinerja keuangan PT Malindo Feedmill Tbk setelah melakukan go public

cenderung berfluktuatif. Hal tersebut terlihat dengan pergerakan rasio profitabilitas dan solvabilitas PT Malindo Feedmill Tbk yang tidak stabil. Pada tahun 2007, rasio profitabilitas PT Malindo Feedmill Tbk yang terdiri dari Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) turun. Hal tersebut menunjukkan perusahaan mengalami kerugian usaha karena harga saham perusahaan turun. Pada tahun 2008, ROA PT Malindo Feedmill Tbk kembali turun sedangkan ROE perusahaan mengalami peningkatan. Nilai ROA dan ROE PT Malindo Feedmill Tbk meningkat pada tahun 2009. Hingga 30 September 2010, ROA PT Malindo Feedmill Tbk meningkat sedangkan sedangkan ROE perusahaan turun. Pada tahun 2007 hingga 2008, rasio solvabilitas PT Malindo Feedmill Tbk yang terdiri dari Debt to Total Assets Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio (DER) mengalami peningkatan. Sedangkan pada tahun 2009 hingga 30 September 2010, DAR dan DER PT Malindo Feedmill Tbk membaik dengan turunnya nilai DAR dan DER perusahaan tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah utang PT Malindo Feedmill Tbk mulai berkurang untuk membiayai aktiva dan modal (Gambar 6).

Gambar 6. Kinerja Keuangan PT Malindo Feedmill Tbk Tahun 2006- 30 September 2010

Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah) 6.4.3 PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk

Neraca keuangan PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk setelah go public

pada tahun 2004 di Bursa Efek Indonesia cenderung berfluktuatif. Pada tahun 2005 hingga 2006, terjadi penurunan total aktiva, total ekuitas dan laba bersih perusahaan. Hal berbeda terjadi pada total kewajiban yang terus meningkat pada tahun tersebut. Pada tahun 2007 total aktiva, ekuitas dan laba bersih perusahaan mengalami peningkatan sedangkan total kewajiban turun hingga tahun 2008. Pada tahun 2008 hingga 2010, kondisi keuangan PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk kurang baik karena total aktiva dan ekuitas PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk yang terus turun. Selain itu, total kewajiban perusahaan pada tahun 2009 hingga 2010 terus meningkat dan kerugian perusahaan dapat dikurangi pada tahun 2009 hingga 2010 (Gambar 7).

89

Gambar 7. Neraca Keuangan PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk Tahun 2004- 2010 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah)

Kinerja keuangan PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk setelah melakukan

go public berfluktuatif. Hal tersebut terlihat dengan pergerakan rasio profitabilitas dan solvabilitas PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk. Pada tahun 2005 hingga 2010, rasio profitabilitas PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk yang terdiri dari

Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) kurang baik karena nilai ROA dan ROE perusahaan tersebut negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kerugian usaha karena harga saham perusahaan turun. Pada tahun 2005 hingga 2006, rasio solvabilitas PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk yang terdiri dari Debt to Total Assets Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio

(DER) kurang baik karena mengalami peningkatan. Pada tahun 2007 hingga 2008, DAR dan DER PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk membaik dengan turunnya nilai DAR dan DER perusahaan tersebut. Pada tahun 2009 hingga 2010, DAR dan DER perusahaan kembali kurang baik karena naiknya nilai kedua variabel tersebut (Gambar 8).

Gambar 8. Kinerja Keuangan PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk Tahun 2004- 2010 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah)

6.4.4 PT Gozco Plantations Tbk

Neraca keuangan PT Gozco Plantations Tbk setelah go public pada tahun 2008 di Bursa Efek Indonesia meningkat kecuali ekuitas dan laba bersih yang berfluktuatif. Pada tahun 2009, terjadi peningkatan total aktiva, total kewajiban, ekuitas dan laba bersih perusahaan. Hingga 30 Juni 2010, terjadi peningkatan pada total aktiva dan total kewajiban perusahaan sedangkan ekuitas dan laba bersih turun. Laba bersih yang turun disebabkan oleh turunnya pendapatan perusahaan sedangkan penurunan ekuitas disebabkan oleh turunnya laba perusahaan (Gambar 9).

Gambar 9. Neraca Keuangan PT Gozco Plantations Tbk Tahun 2008- 30 Juni 2010 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah)

91 Kinerja keuangan PT Gozco Plantations Tbk setelah melakukan go public

cenderung berfluktuatif. Hal tersebut terlihat dengan pergerakan rasio profitabilitas dan solvabilitas PT Gozco Plantations Tbk. Pada tahun 2009, rasio profitabilitas PT Gozco Plantations Tbk yang terdiri dari Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) mengalami peningkatan. Hingga 30 Juni 2010, ROA dan ROE PT Gozco Plantations Tbk menurun. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kerugian usaha karena harga saham perusahaan turun. Pada tahun 2009 hingga 30 Juni 2010, rasio solvabilitas PT Gozco Plantations Tbk yang terdiri dari Debt to Total Assets Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio

(DER) mengalami peningkatan. Hal tersebut menunjukkan bahwa utang perusahaan yang digunakan untuk membiayai aktiva dan modal meningkat (Gambar 10).

Gambar 10. Kinerja Keuangan PT Gozco Plantations Tbk Tahun 2008- 30 Juni 2010 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah)

6.4.5 PT Sampoerna Agro Tbk

Neraca keuangan PT Sampoerna Agro Tbk setelah go public pada tahun 2007 di Bursa Efek Indonesia cenderung meningkat. Pada tahun 2007 hingga 30 September 2010, terjadi peningkatan total aktiva dan total ekuitas perusahaan. Hal berbeda terjadi pada total kewajiban dan laba bersih yang cenderung berfluktuatif pada tahun tersebut. Pada tahun 2008 hingga 2009, total kewajiban perusahaan turun dan meningkat pada tahun selanjutnya. Pada tahun 2008 laba bersih PT Sampoerna Agro Tbk meningkat dan kemudian turun pada tahun 2009 hingga 30 September 2010 (Gambar 11).

Gambar 11. Neraca Keuangan PT Sampoerna Agro Tbk Tahun 2007- 30 September 2010

Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah)

Kinerja keuangan PT Sampoerna Agro Tbk setelah melakukan go public

cenderung berfluktuatif. Hal tersebut terlihat dengan pergerakan rasio profitabilitas dan solvabilitas PT Sampoerna Agro Tbk. Pada tahun 2008, rasio profitabilitas PT Sampoerna Agro Tbk yang terdiri dari Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) meningkat. Pada tahun 2009 hingga 30 September 2010, ROA dan ROE PT Sampoerna Agro Tbk kurang baik karena mengalami penurunan. Hal tersebut terjadi karena laba usaha perusahaan turun. Pada tahun 2008 hingga 2009, rasio solvabilitas PT Sampoerna Agro Tbk yang terdiri dari

Debt to Total Assets Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio (DER) mengalami penurunan. Sedangkan hingga 30 September 2010, tercatat DAR dan DER PT Sampoerna Agro Tbk memiliki kinerja yang kurang baik dengan naiknya nilai DAR dan DER perusahaan tersebut (Gambar 12).

93

Gambar 12. Kinerja Keuangan PT Sampoerna Agro Tbk Tahun 2007- 30 September 2010

Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah) 6.4.6 PT Tunas Baru Lampung Tbk

Neraca keuangan PT Tunas Baru Lampung Tbk setelah go public pada tahun 2000 di Bursa Efek Indonesia cenderung meningkat. Pada tahun 2001 hingga 30 September 2010, terjadi trend peningkatan pada total aktiva, total kewajiban, dan ekuitas perusahaan. Pada tahun 2009, total aktiva dan total kewajiban PT Tunas Baru Lampung Tbk turun dan pada tahun selanjutnya total aktiva dan kewajiban kembali meningkat. Pada tahun 2008, terjadi penurunan total ekuitas perusahaan dan pada tahun selanjutnya ekuitas PT Tunas Baru Lampung Tbk kembali meningkat. Hal berbeda terjadi pada laba bersih dimana jumlahnya cenderung berfluktuatif. Laba bersih terbesar yang diperoleh PT Tunas Baru Lampung Tbk setelah go public terjadi pada tahun 2010 sedangkan laba bersih terendah terjadi pada tahun 2001 (Gambar 13).

Gambar 13. Neraca Keuangan PT Tunas Baru Lampung Tbk Tahun 2000- 30 September 2010

Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah)

Kinerja keuangan PT Tunas Baru Lampung Tbk setelah melakukan go public kurang baik. Hal tersebut terlihat dengan pergerakan rasio profitabilitas yang rendah dan solvabilitas PT Tunas Baru Lampung Tbk yang tinggi. Pada tahun 2009, rasio profitabilitas PT Tunas Baru Lampung Tbk yang terdiri dari

Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) memperoleh nilai tertinggi. Pada tahun 2008, rasio solvabilitas PT Tunas Baru Lampung Tbk yang terdiri dari

Debt to Total Assets Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio (DER) memperoleh nilai tertinggi setelah perusahaan tersebut go public (Gambar 14).

Gambar 14. Kinerja Keuangan PT Tunas Baru Lampung Tbk Tahun 2000- 30 September 2010

95 6.4.7 PT Central Proteinaprima Tbk

Neraca keuangan PT Central Proteinaprima Tbk setelah go public pada tahun 2006 di Bursa Efek Indonesia cenderung berfluktuatif. Pada tahun 2007, total aktiva, total kewajiban, ekuitas dan laba bersih perusahaan mengalami peningkatan. Pada tahun 2008, neraca keuangan membaik dengan meningkatnya total aktiva dan ekuitas serta turunnya total kewajiban hingga tahun 2009. Pada tahun 2009 hingga 30 September 2010 total aktiva dan ekuitas mengalami penurunan sedangkan terjadi kenaikan total kewajiban hingga 30 September 2010. PT Central Proteinaprima Tbk mengalami kerugian pada tahun 2008 hingga 30 September 2010 (Gambar 15).

Gambar 15. Neraca Keuangan PT Central Proteinaprima Tbk Tahun 2006- 30 September 2010

Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah)

Kinerja keuangan PT Central Proteinaprima Tbk setelah melakukan go public kurang baik. Hal tersebut terlihat dengan rasio profitabilitas yang rendah dan solvabilitas PT Central Proteinaprima Tbk yang tinggi. Pada tahun 2007, rasio profitabilitas PT Central Proteinaprima Tbk seperti Return on Asset (ROA) mengalami penurunan dan Return on Equity (ROE) mengalami kenaikan. Pada tahun 2008 hingga 30 September 2010, ROA dan ROE PT Central Proteinaprima Tbk kurang baik karena bernilai negatif. Pada tahun 2007, rasio solvabilitas PT Central Proteinaprima Tbk yang terdiri dari Debt to Total Assets Ratio (DAR) dan

Debt to Equity Ratio (DER) mengalami peningkatan. Sedangkan pada tahun 2008, DAR dan DER PT Central Proteinaprima Tbk membaik dengan turunnya nilai

DAR dan DER perusahaan tersebut. Pada tahun 2009 hingga 30 September 2010, DAR dan DER kembali kurang baik dengan meningkatnya nilai kedua variabel tersebut (Gambar 16).

Gambar 16. Kinerja Keuangan PT Central Proteinaprima Tbk Tahun 2006- 30 September 2010

Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah)

6.4.8 PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk

Neraca keuangan PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk setelah go public

pada tahun 2002 di Bursa Efek Indonesia mengalami penurunan. Pada tahun 2003 hingga 2005, terjadi penurunan total aktiva, total kewajiban, ekuitas dan laba perusahaan. Pada tahun 2003, PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk memperoleh laba bersih terkecil setelah melakukan go public (Gambar 13).

Gambar 17. Neraca Keuangan PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk Tahun 2002- 2005 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah)

97 Kinerja keuangan PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk setelah melakukan go public cenderung baik dalam penggunaan kewajiban tapi tidak untuk perolehan laba bersih. Hal tersebut terlihat dengan pergerakan rasio profitabilitas dan solvabilitas PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk. Pada tahun 2003 hingga 2005, rasio profitabilitas PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk yang terdiri dari Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) bernilai negatif. Hal tersebut menunjukkan perusahaan mengalami kerugian usaha karena harga saham perusahaan turun. Pada tahun 2003 hingga 2005, rasio solvabilitas PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk yang terdiri dari Debt to Total Assets Ratio

(DAR) dan Debt to Equity Ratio (DER) memengalami penurunan setelah perusahaan tersebut go public. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan mengurangi utang dalam membiayai aktiva dan modal (Gambar 14).

Gambar 18. Kinerja Keuangan PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk Tahun 2002- 2005 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah)

6.4.9 PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk

Neraca keuangan PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk setelah go public pada tahun 2000 di Bursa Efek Indonesia cenderung berfluktuatif. Pada tahun 2007, total aktiva dan ekuitas PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk memperoleh jumlah tertinggi selama menjadi perusahaan terbuka. Pada tahun 2009 hingga 30 Juni 2010 menjadi tahun PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk mengalami nilai total aktiva dan ekuitas terendah selama menjadi perusahaan terbuka. Total kewajiban PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk mengalami trend peningkatan selama perusahaan menjadi perusahaan terbuka.

Selama menjadi perusahaan terbuka, PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk selalu mengalami kerugian, dan laba bersih tertinggi diperoleh pada tahun 2000 dan mengalami kerugian paling besar pada tahun 2009 (Gambar 19).

Gambar 19. Neraca Keuangan PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk Tahun 2000- 30 Juni 2010

Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah)

Kinerja keuangan PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk setelah melakukan go public kurang baik. Hal tersebut terlihat dengan pergerakan rasio profitabilitas dan solvabilitas PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk. Selama menjadi perusahaan terbuka, rasio profitabilitas PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk yang terdiri dari Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) selalu bernilai kecil dan negatif. Sedangkan DAR dan DER PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk, memiliki nilai yang besar dan berada diatas nilai ROA dan ROE. Hal tersebut menunjukan kinerja keuangan PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk kurang baik karena perusahaan mengalami penurunan total aktiva, ekuitas, dan laba bersih serta perusahaan menggunakan utang untuk membiayai aktiva dan modal (Gambar 20).

99

Gambar 20. Kinerja Keuangan PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk Tahun 2000- 30 Juni 2010

Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah) 6.4.10 PT FKS Multi Agro Tbk

Neraca keuangan PT FKS Multi Agro Tbk setelah go public pada tahun 2002 di Bursa Efek Indonesia cenderung meningkat. Pada tahun 2002 hingga 30 Juni 2010, terjadi trend peningkatan pada total aktiva, total kewajiban, ekuitas, dan laba bersih perusahaan. Pada tahun 2003, total aktiva dan total kewajiban PT FKS Multi Agro Tbk sempat turun dan pada tahun selanjutnya total aktiva dan kewajiban kembali meningkat. Pada tahun 2008, kembali terjadi penurunan total aktiva dan kewajiban perusahaan dan tahun selanjutnya kembali meningkat. Ekuitas PT FKS Multi Agro Tbk terus meningkat setelah perusahaan tersebut menjadi perusahaan terbuka. Hal berbeda terjadi pada laba bersih PT FKS Multi Agro Tbk dimana jumlahnya cenderung berfluktuatif. Laba bersih tertinggi yang diperoleh PT FKS Multi Agro Tbk setelah go public terjadi pada tahun 2009 sedangkan laba bersih terendah terjadi pada tahun 2004 (Gambar 21).

Gambar 21. Neraca Keuangan PT FKS Multi Agro Tbk Tahun 2002- 30 Juni 2010 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah)

Kinerja keuangan PT FKS Multi Agro Tbk setelah melakukan go public

kurang baik. Hal tersebut terlihat dengan rasio profitabilitas yang rendah dan solvabilitas PT FKS Multi Agro Tbk yang tinggi. Rasio profitabilitas PT FKS Multi Agro Tbk pada tahun 2003 seperti Return on Asset (ROA) memperoleh nilai tertinggi selama perusahaan tersebut menjadi perusahaan terbuka. Sedangkan

Return on Equity (ROE) memperoleh nilai tertinggi pada tahun 2007. Pada tahun 2007, rasio solvabilitas PT FKS Multi Agro Tbk yang terdiri dari Debt to Total Assets Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio (DER) memperoleh nilai tertinggi setelah perusahaan tersebut go public (Gambar 22).

Gambar 22. Kinerja Keuangan PT FKS Multi Agro Tbk Tahun 2002- 30 Juni 2010 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah)

101 6.4.11 PT Wahana Phonix Mandiri Tbk

Neraca keuangan PT Wahana Phonix Mandiri Tbk setelah go public pada tahun 2001 di Bursa Efek Indonesia cenderung meningkat. Pada tahun 2002 hingga 30 September 2010, total aktiva, total kewajiban, dan ekuitas perusahaan terus mengalami peningkatan. Hal berbeda terjadi pada laba bersih PT Wahana Phonix Mandiri Tbk dimana jumlahnya cenderung mengalami penurunan. Laba bersih terbesar yang diperoleh PT Wahana Phonix Mandiri Tbk setelah go public

terjadi pada tahun 2001 (Gambar 23).

Gambar 23. Neraca Keuangan PT Wahana Phonix Mandiri Tbk Tahun 2001- 30 Sepember 2010

Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah)

Kinerja keuangan PT Wahana Phonix Mandiri Tbk setelah melakukan go public kurang baik. Hal tersebut terlihat dengan pergerakan rasio profitabilitas dan solvabilitas PT Wahana Phonix Mandiri Tbk. Rasio profitabilitas PT Wahana Phonix Mandiri Tbk yang terdiri dari Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) mengalami penurunan. Hal tersebut terjadi karena laba bersih perusahaan mengalami penurunan. Sedangkan rasio solvabilitas PT Wahana Phonix Mandiri Tbk yang terdiri dari Debt to Total Assets Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio (DER) mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan kewajiban dalam membiayai aktiva dan modal meningkat (Gambar 24).

Gambar 24. Kinerja Keuangan PT Wahana Phonix Mandiri Tbk Tahun 2001- 30 Sepember 2010

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait