• Tidak ada hasil yang ditemukan

KINERJA TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN

Dalam dokumen RKPD Tahun 2016 (Halaman 71-76)

Kinerja Makro Urusan Pendidikan Kota Semarang Tahun 2011-

KINERJA TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN

SAT UA N TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 Brosur/leaflet Brosur wisata kota Semarang, brosurpeta wisata, guide boox, kalender event Guide book, Brosur Kota Lama, Brosur wisata Kota semarang, Brosur Peta Wisata, Brosur Wisata Kuliner, Kalender Event Guide book, Brosur Kota Lama, Brosur wisata Kota semarang, Brosur Peta Wisata, Brosur Wisata Kuliner, Kalender Event Petawisata , Wisata Kota Semarang, Wisata Kuliner, Wisata Kota Lama, Taman Marga Satwa, Kalender Event, Wisata Religi, Kampung Wisata Taman Lele, Taman Budaya Raden Saleh,Wisa ta MICE, Desa Wisata Petawisata, wisata kota semarang, wisata kuliner, wisata kota lama, taman margasatw a, wisata religi, kampoeng wisata taman lele, wisata MICE, desa wisata, taman budaya raden saleh, hutan wisata tinjoyomo, goa kreo, leaflat lomba foto.

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang

f. Perdagangan

Kinerja pelayanan urusan perdagangan dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB dan ekspor bersih perdagangan. Sebagai kota yang perekonomiannya bertumpu pada sektor perdagangan, kontribusi sektor perdagangan pada PDRB Kota Semarang memiliki peranan yang penting terhadap kemajuan perekonomian Kota Semarang.

Untuk Capaian Kinerja pada Program Peningkatan Dan Pengembangan Ekspor Perdagangan Luar Negeri Kota Semarang dapat dilihat data realisasi nilai ekspor komoditi non migas. Dimana pada periode Januari sampai dengan Desember 2014 mencapai US$ 835.296.444, sedangkan realisasi tahun 2013 pada periode yang sama nilainya sebesar US$ 726.710.670. Dengan demikian bila dibanding pada tahun 2012 nilai perdagangan ekspor Kota Semarang mengalami kenaikan realisasi ekspor senilai US$ 108.585.774.

Pada Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan yaitu untuk meningkatkan perlindungan konsumen sesuai ketentuan perundang- undangan yang berlaku akan membawa dampak pada kenyamanan atas keamanan barang dan jasa. Capaian kinerja penyelenggaraan kegiatan dalam program ini dapat dilihat dari hasil-hasil sebagai berikut :

Tabel 2.49

Indikator Kinerja Pada Urusan Perdagngan Kota Semarang Tahun 2013-2014

NO INDIKATOR

KINERJA TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014

NO INDIKATOR

KINERJA TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014

kesadaran pelaku usaha dan

konsumen dalam mengkonsumsi barang dan jasa (RPJMD)

usaha usaha usaha usaha usaha

2 Jumlah

kasus/kejadian yang diakibatkan oleh pemakaian produk/harga yang tidak sesuai dengan standar yang

ditentukan (LPG dll) (RPJMD)

10 kasus 8 kasus 8 kasus 4 kasus 6 kasus

3 Jumlah

Penyelesaian

Sengketa Konsumen

10 kasus 8 kasus 8 kasus 4 kasus 6 kasus

4 Program dan kegiatan untuk melindungi kepentingan konsumen

- - 3 keg 3 keg 3 keg

5 Jumlah Pengawasan

Barang yang beredar

300 kali 227 kali 65 kali 147 kali 192 kali

Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Semarang

g. Industri

Pembangunan urusan industri diarahkan untuk menumbuh kembangkan industri secara intensif dengan mengutamakan industri/usaha kecil dan menengah melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sumber daya manusia. Kinerja makro urusan industri dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu kontribusi sektor industri terhadap PDRB dan pertumbuhan industri. Kinerja pelayanan pada urusan industri dapat dilihat dari perkembangan jumlah industri dan jumlah kelompok pengrajin yang ada di Kota Semarang.

Jumlah industri yang ada di Kota Semarang, tahun 2014 sebesar 3.621 unit, bertambah 32 dibandingkan tahun 2013 yang sebanyak 3.589 unit. terdapat peningkatan sebesar 0,84% atau 30 unit usaha. Berdasarkan capain kinerja urusan perindustrian terdapat lima indikator kinerja, kelima indikator kinerja tersebut telah dicapai sesuai dengan target yang ditentukan. Kelima indikator kinerja tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 2.50

Indikator Kinerja Pada Urusan Perindustrian Kota Semarang Tahun 2013-2014

NO INDIKATOR KINERJA TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 1 Berkembangnya industri kreatif terutama industri kecil/home industri

- 163 IKM 160 IKM 163 IKM 395 IKM

2 Jumlah kluster industri 1 kluster 2 kluster 3 kluster 4 kluster 10

kluster 3 Produksi dan transaksi

penjualan IKM

- 2,56% 5,26% 4,00% 71,74%

4 Peningkatan penataan

struktur IKM

3,00% 3,00% 3,00% 3,00% 3,00%

5 Penataan kawasan sentra- sentra industri potensial

- 4 sentra 8 sentra 12

sentra

16 sentra

2.1.4.Aspek Daya Saing Daerah

Daya saing merupakan kemampuan sebuah daerah untuk menghasilkan barang dan jasa untuk mencapai peningkatan kualitas hidup masyarakat. Daya saing daerah di Kota Semarang dapat dilihat dari aspek kemampuan ekonomi daerah, fasilitas wilayah atau infrastruktur, iklim berinvestasi dan sumber daya manusia.

2.1.4.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah

Kemampuan ekonomi suatu daerah antara lain dapat terlihat dari perkembangan produktivitas sektor-sektor pembentuk PDRB. Kemampuan ekonomi Kota Semarang di 2 tahun terakhir ini yang tertinggi adalah pada sektor

lapangan usaha Perdagangan, Hotel dan Restoran yaitu Rp. 7.522.659,90(juta) atau

porsi 31,09% di tahun 2013. Disusul sektor usaha Industri Pengolahan sebesar

26,58% atau sebesar Rp. 6.432.298,02.

Tabel 2.51

PDRB Atas Dasar Harga Konstan th 2012-2014 (dalam jutaan)

No Lapangan Usaha 2012 (dalam jutaan) % 2013 (dalam jutaan) % 2014 *) (dalam jutaan) % 1. Pertanian 246.649,51 1,02 249.951,28 0,97 253.428,27 0,93 2. Pertambangan dan Penggalian 33.799,64 0,14 34.222,00 0,13 34.733,94 0,13 3. Industri dan Pengolahan 6.432.298,02 26,58 6.842.639,52 26,63 7.198.099,93 26,52

4. Listrik Gas, dan Air Bersih

294.792,96 1,22 315.936,70 1,23 327.364,22 1,21

5. Bangunan 3.747.765,85 15,49 3.986.401,22 15,51 4.231.180,00 15,59

6. Perdagangan, Hotel & Restoran

7.522.659,90 31,09 8.009.736,68 31,17 8.493.990,02 31,29 7. Pengangkutan dan Komunikasi 2.314.801,61 9,57 2.462.018,54 9,58 2.603.499,42 9,59 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 661.403,13 2,73 710.793,64 2,77 751.324,23 2,77 9. Jasa-jasa 2.942.317,15 12,16 3.085.638,80 12,01 3.251.913,72 11,98 Jumlah 24.196.487,77 100 25.697.338,39 100 27.145.533,75 100 Sumber : BPS Kota Semarang Tahun 2014 (data diolah)

*) Angka sangat sementara

Secara tren dalam lima tahun terakhir sektor lapangan usaha Perdagangan, Hotel dan Restoran mengalami pertumbuhan dan selalu mencapai porsi diatas 30% dari keseluruhan sektor lapangan usaha.

2.1.4.2. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur

Ketersediaan fasillitas wilayah/infrastruktur Kota Semarang meliputi aksesibilitas wilayah, penataan wilayah, ketersediaan air bersih, ketersediaan fasilitas listrik dan telepon, fasilitas perdagangan dan jasa serta ketersediaan fasilitas lainnya. Ketersediaan infrastruktur yang memadai merupakan salah satu daya tarik Kota Semarang dalam meningkatkan daya saing daerah.

a. Aksesbilitas Daerah

Kota Semarang selain merupakan ibu kota Provinsi Jawa Tengah, juga merupakan jalur perlintasan dari wilayah barat (Jakarta) menuju wilayah Timur (Surabaya) dan Selatan (Yogyakarta) atau sebaliknya sehingga Kota Semarang merupakan penopang jalur distribusi perekonomian Jawa Tengah. Ketersediaan sarana yang memadai dalam mendukung aksesibilitas daerah di Kota Semarang antara lain:

 Sarana jalan di Kota Semarang terdiri dari Jalan Nasional, Provinsi dan

Pemerintah Kota dengan panjang total sepanjang 2.690,00 km dengan rasio panjang jalan dengan jumlah kendaraan sebesar 6,3% serta rasio kondisi jalan baik mencapai di atas 53% dan rasio jalan rusak ringan mencapai diatas 42%.

 Bandar Udara Internasional Ahmad Yani yang dapat melayani penumpang

domestik antar pulau juga dapat melayani penumpang internasional pada tahun 2012 jumlah kedatangan penumpang dari pintu domestik mencapai 1.366.938 penumpang meningkat dari tahun 2011 sebesar 1.212.191 penumpang sedangkan dari sektor keberangkatan mencapai 1.425.328 penumpang meningkat dibanding tahun 2011 lau yang sejumlah 1.188.853 penumpang. Sedangkan jika dilihat dari pintu kedatangan internasional mencapai 59.335 penumpang, meningkat dibandingkan tahun 2011 lalu yaitu sebanyak 15.201 penumpang, begitu juga yang melalui pintu keberangkatan internasional meningkat dari 17.055 penumpang di tahun 2011 menjadi 56.738 penumpang di tahun 2012.

 Pelabuhan Tanjung Emas yang merupakan pelabuhan pelayaran nusantara

untuk melayani penumpang kapal antar Provinsi, namun demikian beberapa kapal pesiar internasional juga dapat singgah dipelabuhan ini. Selain itu pelabuhan Tanjng Emas juga untuk melayani angkutan barang yaitu dengan adanya Terminal Peti Kemas untuk melayani bongkar muat muatan baik nasional maupun internasional.

Pada tahun 2012 jumlah kunjungan kapal untuk pelayaran nusantara mencapai 871 kapal, untuk pelayaran rakyat mencapai 575 kapal, untuk pelayaran khusus (non pelayaran) sejumlah 141 kapal, untuk pelayaran luar negri mencapai sebesar 716 kapal.

 Terminal bus untuk melayani angkutan bus didalam kota, antar kota bahkan

antar Provinsi. Beberapa terminal di Kota Semarang berdasarkan tipe pelayanan yaitu: Tipe A terminal berada di Kelurahan Mangkang Kulon Kecamatan Tugu, terminal penumpang B di kelurahan Terboyo Kecamatan Genuk dan Terminal tipe B penggaron di kecamatan Pedurungan. Terminal dengan Tipe C yaitu di kelurahan Cangkiran kecamatan Mijen, di kelurahan Cepoko Kecamatan Gunungpati, di Kelurahan Tanjung Mas kecamatan Semarang Utara dan Meteseh Kecamatan Tembalang.

 Stasiun kereta api di Kota Semarang untuk melayani angkutan penumpang

dan barang. Untuk pelayanan angkutan kelas Eksekutif dan Bisnis pelayanan di utamakan di Stasiun Tawang, sedangkan pelayanan angkutan penumpang kelas ekonomi dan bisnis dipusatkan di Stasiun Poncol.

b. Penataan Wilayah

Penataan wilayah Kota Semarang terbagi menjadi kawasan yang berfungsi

lindung dan kawasan yang berfungsi budidaya. Kawasan Lindung, meliputi

kawasan yang melindungi kawasan di bawahnya, kawasan lindung setempat dan kawasan rawan bencana. Kawasan yang melindungi kawasan di bawahnya adalah kawasan-kawasan dengan kemiringan >40% yang tersebar di wilayah bagian Selatan. Kawasan lindung setempat adalah kawasan sempadan pantai, sempadan

sungai, sempadan waduk, dan sempadan mata air. Kawasan lindung rawan bencana merupakan kawasan yang mempunyai kerentanan bencana longsor dan

gerakan tanah. Kawasan Budidaya, merupakan kawasan yang secara

karakteristik wilayah dikembangkan sesuai dengan kondisi dan potensi wilayah. Kawasan yang dikembangkan berdasarkan potensi dan karakteristik wilayah

adalah sebagai berikut:Kawasan Perdagangan dan Jasa, Kawasan Permukiman,

Perdagangan dan Jasa, Kawasan Pendidikan, Kawasan Pemerintahan dan Perkantoran, Kawasan Industri, Kawasan Olahraga, Kawasan Wisata /Rekreasi, Kawasan Perumahan dan Permukiman, Kawasan Pemakaman Umum, Kawasan Khusus dan Kawasan Terbuka Non Hijau. Namun seiring dengan pesatnya perkembangan pembangunan Kota banyak timbul pusat-pusat kegiatan baru seperti kawasan industri, perdagangan/ jasa dan tumbuhnya kawasan-kawasan permukiman daerah pinggiran kota.

c. Ketersediaan air bersih

Untuk pelayanan umum terhadap fasilitas air bersih di Kota Semarang dapat dikatakan mengalami peningkatan lebih baik. Terlihat dari data pada Buku Kota Semarang Dalam Angka Tahun 2013, Jumlah pemakaian air melalui PDAM kota Semarang pada tahun 2013 tercatat 43,162 juta M3. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya mengalami kenaikan sebesar 2,62%. Pemakaian terbanyak terdapat pada pelanggan Rumah Tangga sebanyak 35,288 juta M3 atau sekitar 81,75% dari seluruh pemakaian air minum. Kalau dilihat dari jumlah pelanggan/ sambungan, mengalami peningkatan sebesar 1,97% dari tahun sebelumnya.

Untuk pelayanan dan persebaran fasilitas pemenuhan air bersih dan sanitasi melalui pembagunan deep well/ sumur dalam meningkat dari 16 unit menjadi 41 unit di tahun 2012, dan untuk Sistem Penyediaan Air Bersih Sederhana (SIPAS) masih terus dijaga. Hal ini selain mempermudah warga masyarakat Semarang dalam mendapatkan air bersih juga secara otomatis dapat menurunkan angka penggunaan air bawah tanah (ABT) sebagai salah satu bentuk pelestarian lingkungan.

d. Fasilitas Listrik, Telepon

Salah satu indikator dari kinerja PLN adalah dari banyaknya laporan gangguan listrik sebagai bagian dari pelayanan masyarakat. Berdasarkan data dari Buku Kota Semarang Dalam Angka Tahun 2013, selama tahun 2013 terdapat 1.144 laporan gangguan untuk berbagai jenis gangguan listrik. Bila dibandingkan dengan keadaan tahun 2012, dimana tercatat 1.840 laporan gangguan, maka hal ini berarti mengalami penurunan sekitar 37,83 %

Sedangkan

Untuk fasilitas telepon seiring dengan perkembangan teknologi untuk jaringan tetap (jaringan telepon lokal, SLI, SLJJ, dan tertutup) mengalami kecenderungan menurun. Tetapi untuk jaringan bergerak yakni satelit dan telepon seluler mengalami perkembangan cukup pesat. Jangkauan komunikasi saat ini tidak menjadi suatu permasalahan, melalui layanan jaringan bergerak yang ditawarkan oleh perusahaan penyedia jaringan telepon antara lain Telkomsel, Indosat, XL, Axis, Tri, dll pelanggan secara cepat dapat menggunakannya.

e. Fasilitas Perdagangan dan Jasa

Kota Semarang sebagai Kota Perdagangan dan jasa, dapat dilihat dari ketersediaan fasilitas hotel, penginapan, restoran/rumah makan, pasar modern dan pasar tradisional. Sampai dengan tahun 2013 jumlah fasilitas perdagangan dan jasa mengalami peningkatan, jumlah restoran/rumah makan/kedai sebanyak 387 buah.

Perkembangan fasilitas perdagangan dan jasa di Kota Semarang pada tahun 2013 mengalami peningkatan hal ini dapat dilihat dari bertambahnya jumlah hotel

sebanyak 12 buah, Restoran/rumah makan sebanyak 86 buah dan tempat hiburan sebanyak 37 buah. Jumlah hotel berbintang sebanyak 46 buah, hotel non bintang 82 buah, pasar tradisional sebanyak 50 buah, pasar lokal sebanyak 23 buah. Disamping itu juga terdapat fasilitas pendidikan, tempat wisata alam dan wisata religus. Hal ini menunjukkan bahwa Kota Semarang memilki daya tarik bagi investor untuk investasi dan para wisatawan baik domestik maupun manca negara untuk berkunjung di Kota Semarang.

2.1.4.3. Fokus Iklim Berinvestasi

Daya tarik investor untuk memanamkan modalnya sangat dipengaruhi faktor- faktor seperti tingkat suku bunga, kebijakan perpajakan dan regulasi perbankan, sebagai infrastruktur dasar yang berpengaruh terhadap kegiatan investasi. Iklim investasi juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang mendorong berkembangnya investasi antara lain kondisi keamanan dan ketertiban wilayah serta kemudahan proses perijinan.

a. Keamanan dan Ketertiban

Kondisi keamanan dan ketertiban Kota Semarang relatif kondusif bagi berlangsungnya aktivitas masyarakat maupun kegiatan investasi. Berbagai tindakan kejahatan kriminalitas, unjuk rasa dan mogok kerja yang merugikan dan mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat dapat ditanggulangi dengan sigap oleh aparatur Pemerintah. Situasi tersebut juga didorong oleh pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat dengan melibatkan partisipasi masyarakat dalam menjaga keamanan lingkungannya.

Pada tahun 2013 jumlah anggota Linmas yang telah terdaftar dan memiliki KTA (Kartu Tanda Anggota) adalah sebanyak 7.404 orang, meningkat dibandingkan tahun 2012 sebanyak 6.667 orang. Sedangkan sampai dengan tahun 2013, Ormas yang terdaftar di Pemerintah Kota Semarang sebanyak 180 organisasi. Sedangkan untuk stabilitas bidang sosial politik juga dipengaruh oleh aktivitas kelompok masyarakat. Untuk menjalankan fungsi Linmas sebagai garda terdepan pelayanan dan pintu awal informasi bidang keamanan, ketentraman dan ketertiban masyarakat di setiap RT/RW telah berdiri Pos Keamanan Lingkungan (Poskamling) yang dioperasionalkan dengan Sistem Keamanan Lingkungan (Siskamling) sebanyak 3.065 unit

b. Kemudahan Perijinan

Proses perijinan dalam berinvestasi dilaksanakan dengan pelayanan perijinan satu pintu, melalui Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota Semarang. Penyelesaian ijin usaha bagi investor dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan publik. Kondisi iklim usaha Kota Semarang pada tahun 2014 sangat kondusif sehingga berpengaruh secara langsung pada perkembangan penanaman modal. Hal ini dapat ditunjukkan pada perkembangan jumlah permohonan perijinan pada tahun 2013 sampai tahun 2014.

Tabel 2.52

Jumlah Permohonan Ijin di Kota Semarang Tahun 2013-2014

Dalam dokumen RKPD Tahun 2016 (Halaman 71-76)

Dokumen terkait