• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Produksi

Kegiatan operasional PT.PP.London Sumatra Indonesia,Tbk mencakup pengelolaan perkebunan dari tahap pengembangan hingga tahap produksi; pengoperasian pabrik pengolahan minyak sawit dan produk turunan sawit, karet remah, biji kakao, kopi dan teh, engineering dan sistem pengelolaan proyek maupun pengendalian seluruh kegiatan perkebunan dan pabrik pengolahan, termasuk prasarana pendukungnya seperti jalan, perumahan dan sarana umum di sekitar perkebunan. Selain itu, Lonsum juga mengoperasikan fasilitas penelitian dan pengembangan yang berkonsentrasi pada kegiatan pembibitan dan persemaian,proteksi tanaman, serta pengendalian dampak lingkungan dan pencapaian proses pengembangan yang berkelanjutan.

2. Lahan perkebunan

PT.PP.London Sumatra Indonesia,Tbk memiliki dan mengoperasikan areal perkebunan seluas 65.578 hektar yang tersebar di berbagai penjuru nusantara, dan kini tengah mengupayakan pengembangan perkebunan plasma seluas 31.553 hektar, yang hasilnya akan diolah di pabrik Lonsum sesuai dengan perjanjian kontrak.

Perkebunan kelapa sawit merupakan lahan usaha Lonsum terbesar, dengan luas areal 41.870 hektar di Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur. Perkebunan karet meliputi lahan seluas lebih dari 17.600 hektar terutama terletak di Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Sulawesi Selatan. Perkebunan kakao mencakup areal seluas kurang lebih 4.400 hektar dari lahan yang ditanami,

dan perkebunan teh seluas hampir 600 hektar di dataran tinggi Jawa Barat yang subur

Lebih dari 85% keseluruhan areal perkebunan karet, kakao dan teh berada pada tahap menghasilkan. Sementara 27.359 hektar perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara merupakan kebun produktif dengan prasarana yang sudah tertata rapi. Sisanya seluas 9.277 hektar sebagian besar merupakan perkebunan kelapa sawit yang baru mulai matang dalam berbagai tahap pengembangan di Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur.

3. Penjualan

Keunggulan PT.PP.London Sumatra Indonesia,Tbk dalam hal mutu dan penyediaan produk memungkinkan Perseroan memperoleh pembiayaan penjualan yang menguntungkan dengan jaminan piutang Perseroan.

4. Penanganan Logistik

Pengelolaan informasi dan peningkatan sisi keamanan akan menjadi salah satu fitur utama penanganan logistik dan transportasi terpadu.Pengelolaan logistik yang baik dan benar, terutama dalam hal penanganan dan pengiriman tandan buah segar kelapa sawit (TBS) dari perkebunan ke pabrik pengolahan, dan pengiriman CPO dari pabrik ke tangki timbun, sangat mempengaruhi biaya operasional maupun mutu CPO yang sampai ke tangan pelanggan. Mutu CPO sangat bergantung pada rendahnya kandungan asam lemak bebas (FFA), di mana kadar FFA akan meningkat apabila TBS tidak ditangani secara benar, atau terlambat waktu pengirimannya ke pabrik pengolahan, dan pengiriman CPO dari pabrik ke tangki timbun, sangat mempengaruhi biaya operasional maupun mutu CPO yang sampai ke tangan pelanggan.

Untuk itu, PT.PP.London Sumatra Indonesia,Tbk berencana untuk merombak pengelolaan logistiknya melalui pengembangan sistem terpadu yang memungkinkan Perseroan untuk melakukan pengiriman tepat waktu, hemat biaya, namun tetap aman.

5. Tanggung Jawab Pelaporan keuangan

Laporan keuangan dan semua informasi keuangan yang berkaitan dengan Laporan Keuangan Tahunan disiapkan oleh Manajemen Perusahaan. Dalam pelaksanaannya, manajemen menerapkan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan melakukan penilaian serta estimasi terhadap hal-hal yang dirasa perlu. Untuk memenuhi standar kebenaran dan kewajaran dari laporan dan segala informasi ini, manajemen menerapkan sistem pengawasan intern untuk memastikan bahwa transaksi dilakukan sesuai dengan otorisasi manajemen, semua aktiva yang dimiliki dilindungi dengan baik dan semua hal tersebut dicatat secara benar. Unsur terpenting dari suatu penetapan kendali adalah dengan pemilihan, penelitian dan pengembangan personilnya termasuk di dalamnya pengawasan intern. Manajemen percaya bahwa sistem pengawasan inter akan mendukung keamanan dan kebenaran dari Laporan keuangan.

BAB III PEMBAHASAN

A. Teori Modal kerja

1. Pengertian Modal Kerja

Pengertian modal kerja atau working capital merupakan modal yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan sehari-hari, terutama yang memiliki jangka waktu pendek.

Pengertian modal kerja diatas masih umum sehingga masih mengalami kesulitan untuk menetapkan elemen-elemen pada modal kerja. Untuk memudahkan dalam menetapkan elemen-elemen modal kerja, Martono dan Agus Harjanto (2002 : 72) menjelaskan pengertian modal kerja dengan beberapa konsep sebagai berikut :

a. Konsep Kuantitatif, bahwa modal kerja adalah keseluruhan dari aktiva lancar atau disebut modal kerja kotor (gross working capital).

Modal kerja menurut konsep kuantitatif menggambarkan keseluruhan atau jumlah dari aktiva lancar seperti kas, surat-surat berharga, piutang, persediaan atau keseluruhan daripada jumlah aktiva lancar dimana aktiva lancar ini sekali berputar dan dapat kembali kebentuk semula atau dana tersebut dapat bebas lagi dalam waktu yang relatif pendek.

Berdasarkan konsep tersebut disimpulkan bahwa konsep tersebut hanya menunjukkan jumlah dari modal kerja yang digunakan untuk menjalankan kegiatan operasi perusahaan sehari-hari yang sifatnya rutin, dengan tidak mempersoalkan darimana diperoleh modal kerja tersebut, apakah dari pemilik hutang jangka panjang atau hutang jangka pendek. Modal kerja

yang besar belum tentu menggambarkan batas keamanan atau margin of safety yang baik atau tingkat keamanan para kreditur jangka pendek yang tinggi. Jumlah modal kerja yang besar belum tentu menggambarkan likuiditas perusahaan yang baik sekaligus belum tentu menggambarkan jaminan kelangsungan operasi perusahaan pada periode berikutnya.

b. Konsep Kualitatif, adalah konsep yang melihat selisih jumlah aktiva lancar dengan kewajiban lancar atau disebut dengan modal kerja bersih (net working capital).

Modal kerja menurut konsep kualitatif merupakan sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa menunggu likuiditasnya. Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang lancar dan menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur jangka pendek serta menjamin kelangsungan operasi dimasa mendatang dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh tambahan jangka pendek dengan jaminan aktiva lancar.

c. Konsep Fungsional, adalah dengan menekankan kepada fungsi dana yang dimiliki perusahaan dalam memperoleh laba.

Modal kerja menurut konsep ini menitikberatkan pada fungsi daripada dana dalam menghasilkan pendapatan atau income dari usaha pokok perusahaan. Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Ada sebagian dana yang digunakan dalam satu periode akuntansi tertentu yang menghasilkan pendapatan pada periode tersebut. Sementara itu, ada pula dana yang dimaksudkan untk

menghasilkan pendapatan pada periode-periode selanjutnya atau dimasa yang akan datang.

Jadi modal kerja menururt konsep fungsional adalah dana yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan pada saat ini sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan, diantaranya adalah kas, piutang dagang sebesar harga pokoknya, persediaan, dan aktiva tetap sebesar penyusutan pada periode tersebut.

2. Fungsi Modal Kerja

Modal kerja yang cukup, memungkinkan perusahaan untuk dapt melaksanakan kegiatan perusahaan secara ekonomis dan efisien. Oleh sebab itu suatu perusahaan harus dapat menetapkan modal kerja yang tepat dan ekonomis sebab masalah modal kerja sangat kompleks dan merupakan dasar bagi suatu perusahaan dalam menjalankan kegiatan perusahaan.

Dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva suatu perusahaan apabila ditinjau dari fungsi bekerjanya bagian-bagian dana di suatu perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dapat dibagi dalam tiga kelompok :

a. Modal kerja, adalah modal yang secara fungsional turut mendatangkan penghasilan pada periode berjalan seperti : kas, harga pokok dalam piutang usaha, persediaan dan penyusutan aktiva tetap.

b. Modal kerja potensil, adalah modal yang tertanam dalam aset yang setelah dalam perputarannya berubah menjadi kas.

c. Bukan modal kerja, adalah aset yang tidak turut dalam mendatangkan penghasilan pada periode berjalan tetapi ditujukan untuk periode yang akan datang.

3. Klasifikasi Modal kerja

Secara umum suatu perusahaan tentu akan membutuhkan modal kerja yang teratur dan relatif permanen untuk menjalankan perusahaan. Oleh sebab itu seorang pimpinan harus dapat menyediakan modal kerja yang cukup pada musim di mana aktifitas perusahaan sangat memerlukan dan juga harus dapat mengatasi agar tidak terjadi kelebihan modal kerja dalam bentuk kas pada saat aktifitas perusahaan sedang menurun.

Menurut Martono dan Agus Harjanto (2002 : 75) ada beberapa jenis modal kerja, yaitu :

1. Modal kerja Permanen, dimaksudkan sebagai modal kerja yang harus tetap dan ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya. Terdiri dari : a. Modal Kerja Primer : jumlah modal kerja minimum yang harus

tersedia pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.

b. Modal kerja normal : jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksiyang normal.

2. Modal Kerja Variabel dimaksudkan sebagai modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahaan keadaan. Terdiri dari :

a. Modal Kerja Musiman : modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena pengaruh musim

b. Modal kerja Siklis : modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena adanya fluktuasi

c. Modal Kerja Darurat : modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Modal kerja

Ketersediaan modal kerja yang dibutuhkan perusahaan harus segera terpenuhi sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Namun terkadang untuk memenuhi kebutuhan modal kerja seperti yang diinginkan tidaklah mudah. Hal ini disebabkan terpenuhi tidaknya kebutuhan modal kerja sangat tergantung kepada berbagai faktor yang mempengaruhinya. Oleh karena itu, pihak manajemen dalam menjalankan kegiatan operasi perusahaan terutama dalam upaya pemenuhan modal kerja harus selalu memperhatikan faktor-faktor tersebut.

Dalam praktiknya terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi modal kerja antara lain :

a. Jenis Perusahaan, meliputi dua macam yaitu perusahaan jasa dan industri dimana kebutuhan modal kerja dalam perusahaan industri lebih besar jika dibandingkan perusahaan jasa. Oleh karena itu, jenis kegiatan perusahaan sangat menentukan kebutuhan akan modal kerjanya.

b. Syarat Kredit, adalah penjualan yang pembayarannya dilakukan dengan cara mencicil juga sangat mempengaruhi modal kerja.

c. Waktu Produksi, artinya jangka waktu atau lamanya memproduksi .suatu barang akan mempengarui modal kerja yang dibutuhkan

d. Tingkat Perputaran persediaan, pengaruhnya terhadap modal kerja sangat penting bagi perusahaan.

1. 5. Analisa Konsep Modal Kerja

Atas dasar laporan keuangan tersebut dapatlah ditetapkan besarnya modal kerja PT.PP. London Sumatra Indonesia,Tbk menurut 3 konsep sebagai berikut :

1. Konsep Kuantitatif, bahwa modal kerja adalah keseluruhan dari aktiva lancar atau disebut modal kerja kotor (gross working capital).

Yang termasuk modal kerja kuantitatif perusahaan yaitu : Tabel 3.1

Modal Kerja Kuantitatif Perusahaan pada Tahun 2012 dan 2013

URAIAN 2012 2013

Kas dan Setara Kas Piutang Usaha Piutang Lain-lain Persediaan

Pajak Dibayar Dimuka Uang Muka

Biaya Dibayar Dimuka

1.799.137.000 37.220.000 14.912.000 645.954.000 75.854.000 15.979.000 4.780.000 1.401.395.000 91.935.000 24.861.000 374.485.000 75.956.000 22.284.000 8.210.000 Total Modal Kerja 2.593.816.000 1.999.126.000

Data diolah dari sumber PT.PP.LONDON SUMATERA INDONESIA,Tbk

Dari data yang diperoleh bahwa modal kerja kuantitatif perusahaan pada tahun 2012 lebih besar dibandingkan tahun 2013. Tingginya jumlah modal kerja kuantitatif tahun 2012 disebabkan tingginya jumlah kas dan setara kas sebesar Rp.1.799.137.000 dibandingkan tahun 2013 hanya sebesar Rp.1.402.395.00 serta tingginya jumlah persediaan perusahaan sebesar

Rp.645.954.000 dibandingkan tahun 2013 jumlah persediaan perusahaan hanya sebesar Rp.374.485.000. Menurut konsep kuantitatif, dalam hal ini Perusahaan London Sumatera memiliki modal kerja yang tidak baik pada tahun 2013 karena adanya penurunan dari tahun sebelumnya.

2. Konsep Kualitatif, adalah konsep yang melihat selisih jumlah aktiva lancar dengan kewajiban lancar atau disebut dengan modal kerja bersih (net working capital).

Yang termasuk modal kerja kualiitatif perusahaan yaitu : Tabel 3.2

Modal Kerja Kualitatif Perusahaan pada Tahun 2012 dan 2013

URAIAN 2012 2013

Jumlah Aktiva Lancar Jumlah Hutang Lancar

2.593.816.000 (361.653.000)

1.999.126.000 (403.062.000) Total Modal Kerja 2.232.163.000 1.596.064.000

Data diolah dari sumber PT.PP.LONDON SUMATERA INDONESIA,Tbk

Dari data yang diperoleh bahwa modal kerja kualitatif perusahaan pada tahun 2012 lebih besar dibandingkan tahun 2013. Tingginya jumlah modal kerja kualitatif pada tahun 2012 disebabkan oleh tingginya jumlah aktiva lancar Perusahaan sebesar Rp.2.593.816.00 dibandingkan tahun 2013 hanya sebesar Rp.1.999.126.000 serta peningkatan jumlah hutang lancar perusahaan pada tahun 2013 sebesar Rp.403.062.000 dibandingkan tahun 2012 hutang lancar perusahaan hanya sebesar Rp.361.653.000. Menurut konsep kualitatif, dalam hal ini Perusahaan London Sumatera memiliki modal kerja yang tidak baik pada tahun 2013 karena adanya penurunan dan peningkatan dari tahun sebelumnya.

3. Konsep Fungsional, adalah dengan menekankan kepada fungsi dana yang dimiliki perusahaan dalam memperoleh laba.

Yang termasuk modal kerja fungsional perusahaan yaitu : Tabel 3.3

Modal Kerja Fungsional Perusahaan pada Tahun 2012 dan 2013

Modal Kerja Riil : 2012 2013

Kas

Piutang Dagang (75%) Persediaan

Penyusutan Bangunan dan Prasarana

Penyusutan Mesin dan Peralatan

Penyusutan Kendaraan Penyusutan Alat-alat Berat Penyusutan Perabot Kantor Penyusutan Peralatan Kantor

1.413.366.000 39.099.000 645.954.000 104.636.700 23.771.050 37.777.600 50.886.600 36.463.500 29.741.250 1.251.562.000 87.597.000 374.485.000 129.471.500 30.643.700 50.193.600 64.986.400 39.742.000 33.592.500 Total Modal Kerja Riil 2.381.695.700 2.062.237.700

Modal Kerja Potensial : 2012 2013

Efek-efek

Marjin Laba Piutang (25%)

385.771.000 13.033.000

149.833.000 29.199.000 Total Modal Kerja Potensial 398.804.000 179.032.000

Bukan Modal Kerja : 2012 2013

Bangunan dan Prasarana Mesin dan Peralatan Kendaraan Alat-alat Berat Perabot Kantor Peralatan Kantor 1.046.367.000 475.421.000 188.888.000 254.433.000 145.854.000 118.965.000 1.294.715.000 612.874.000 250.968.000 324.932.000 158.967.000 134.369.000

Total Bukan Modal Kerja 2.229.928.000 2.776.825.000 Data diolah dari sumber PT.PP.LONDON SUMATERA INDONESIA,Tbk

Dalam konsep fungsional, maka piutang yang terjadi sebagian merupakan kontribusi laba yaitu sebesar 25% sehingga piutang yang diperhitungkan dalam konsep ini hanya sebesar 75% dari piutang yang ada.

Piutang yang Diperhitungkan tahun 2012 dan 2013 adalah :

75% x 52.132.000 = 39.099.000 dan 75% x 116.796.000 = 87.597.000 Margin laba yang diperhitungkan tahun 2012 dan 2013 adalah :

25% x 52.132.000 = 13.033.000 dan 25% x 116.796.000 = 29.199.000

Penyusutan setiap aktiva ditentukan dengan menggunakan metode garis lurus sederhana dengan tingkat penyusutan masing – masing :

1. Bangunan dan Prasarana tingkat penyusutan sebesar 10 % 2. Mesin dan Peralatan tingkat penyusutan sebesar 5 % 3. Kendaraan tingkat penyusutan sebesar 20%

4. Alat-alat Berat tingkat penyusustan sebesar 20%

5. Perabot Kantor dan Peralatan Kantor tingkat penyusutan sebesar 25 % Dari data yang diperoleh bahwa modal kerja fungsional perusahaan pada tahun 2012 lebih besar dibandingkan tahun 2013. Tingginya jumlah modal kerja fungsional pada tahun 2012 disebabkan oleh tingginya jumlah modal kerja riil Perusahaan sebesar Rp.2.381.695.700 dibandingkan tahun 2013 hanya sebesar Rp.2.062.237.700 serta tingginya jumlah modal kerja potensial perusahaan pada tahun 2012 yaitu sebesar Rp.398.804.000 dibandingkan pada tahun 2013 hanya sebesar Rp.179.032.000 sertaadanya peningkatan jumlah bukan modal kerja ditahun 2013 yaitu sebesar Rp.2.776.825.000

fungsional, dalam hal ini Perusahaan London Sumatera memiliki modal kerja yang tidak baik pada tahun 2013 karena adanya penurunan dan peningkatan dari tahun sebelumnya.

Dokumen terkait