• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISA KIPRAH DAKWAH ROOSTIEN ILYAS DALAM

B. Kiprah Dakwah

Adapun kiprah dakwah Roostien Ilyas di dalam dunia sosial dan acara Pesantren Ramadhan anak-anak jalanan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Dakwah Bi Al-Qalam

Metode dakwah ini menggunakan keterampilan tulis menulis. Dakwah dengan metode ini mempunyai kelebihan tersendiri. Yaitu dapat dimanfaatkan dalam waktu yang lebih lama serta jangkauannya lebih luas. Karena sebuah karya akan terus bermanfaat dan tidak akan musnah sekalipun penulisnya telah wafat. Sekarang sudah muncul ketertarikan masyarakt umum dengan media tulisan. Masyarakat sudah mulai suka membaca buku. Sebagai sumber ilmu dan pengetahuan umum.

Maka dari itu di tengah kesibukannya sebagai aktivis sosial, Roostien Ilyas tetap produktif menghasilkn karya-karya. Di antaranya buku yang berjudul Lapindo Hancurkan Martabat Bangsa dan Anak-Anakku yang Terlantar. Roostien juga menulis lagu yang berjudul Yasmin serta berjudul mengupas bawang. Sebuah lagu yang menggambarkan kehidupan singkat anak-anak jalanan yang sulit mendapatkan waktu untuk belajar. Yang mereka harus lakukan adalah bekerja untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari. Lagu inipun sering dinyanyikan saat acara Pesantren Ramadhan anak-anak jalanan.

Karena melalui media ini dakwah akan sangat berharga. Bahkan dengan adanya media tulis, dakwah bisa menembus waktu dan zaman sekalipun.

b. Dakwah Bil Hal

Istilah dakwah bil hal dipergunakan untuk merujuk kegiatan dakwah melalui aksi atau tindakan atau perbuatan nyata. Metode ini merupakan sebuah kerangka

kerja kongkret dalam melaksanakan setiap kerja dakwah dalam masyarakat, sehingga akan lebih efektif jika ditunjang dengan konsep yang matang. Dakwah ini lebih berorientasi pada pengembangan masyarakat.9

Dengan demikian metode dakwah ini adalah metode yang memfokuskan perhatiannya terhadap masalah yang ada di masyarakat. Metode ini bisa berjalan lebih effektif jika seorang da’i bisa masuk ke dalam struktur sosial yang ada dan berpengaruh. Sehingga dengan itulah dakwah Islam diharapkan bisa berjalan dengan sangat baik.

Menurut Roostien Ilyas dakwah dengan metode ini merupakan yang paling efektif. Karena menurutnya dakwah dengan tindakan nyata dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari merupakan kewajiban pada setiap ajaran Islam. Dari acara Pesantren Ramadhan ini terdapat beberapa lapisan yang ada. Baik dari anak- anak, orang tua, mahasiswa, dll. Mereka semua bisa menjadi lahan dakwah bagi Roostien Ilyas. Dengan contoh yang nyata. Para orang tua nantinya bisa memberikan kasih sayang yang tulus, memberikan sedikit waktu untuk belajar, dan bisa memberikan waktu bagi anak-anak ini menikmati masa kecilnya.

Dalam acara Pesantren Ramadhan anak-anak jalanan dapat kita tarik beberapa nilai-nilai islam yang terkandung di sana. Pesantren Ramadhan diadakan saat bulan suci Ramadhan. Puasa itu sendiri merupakan perwujudan dari kesalehan sosial. Secara kasat mata puasa adalah ibadah kita dengan Tuhan. Namun dalam perjalanannya justru kita di tuntut agar berbagi, menyenangkan orang lain, dan sebisa

9

62

mungkin melakukan kebaikan. Karena pada bulan Ramadhan Allah Swt menjanjikan pahala yang berlipat-lipat dibandingkan bulan yang lain.

Hal demikian sesungguhnya merupakan perintah yang bersifat simbolik agar kita lebih memperhatikan hal-hal yang bersifat sosial. Oleh karena itu, kata iman di dalam Al-Qur’an selalu disandingkan dengan kata amalun shalihun (amal saleh). Larangan makan dan minum di siang hari adalah simbol untuk menjauhi ketamakan dan kerakusan. Puasa kemudian menjadi sarana untuk melatih diri untuk tidak rakus dan tamak terhadap apa yang bukan hak kita. Di samping itu, puasa juga mendidik kita untuk lebih peduli dengan apa yang terjadi di sekitar kita.10

Ini merupakan isi dari puasa itu sendiri bagaimana kita dianjurkan berbuat kebaikan kepada siapapun. Bulan suci Ramadhan adalah saat di mana kita belajar dengan sungguh-sungguh sebelum nantinya kembali ke bulan-bulan biasa sebagai ujiannya. Maha Besar Allah yang membuat satu bulan khusus di mana seluruh umat manusia belajar akan kesalah-kesalahannya. Agar di bulan-bulan berikutnya bisa lebih baik lagi. Itulah yang ingin ditanamkan Roostien pada anak-anak ini. Di Pesantren Ramadhan sebagai ajang mereka bersenang, bergembira, belajar, dan melepaskan semua beban yang ada selama mereka hidup dalam tekanan di jalanan. Roostien ingin menguatkan bahwa mereka tidak sendiri, tetapi masih ada yang peduli dengan mereka.

Roostien membesarkan jiwa-jiwa anak-anak ini, yang nantinya di tangan merekalah Indonesia berada. Islam dikebumikan dengan bahasa-bahasa yang lembut,

10

dan membuat anak-anak di seluruh pelosok negeri menikmati masa-masa yang bahagia.

Di sisi lain sedekah, merupakan simbol dari kesalehan sosial. Bentuk nilai Islam yang dilakukan secara spontan. Ketika anda melihat orang yang membutuhkan, secara spontan kita menolongnya. Baik dengan berupa perbuatan, pemberian, atau apapun yang bisa meringankan beban mereka. Unsur sedekah ini juga ditanamkan Roostien dalam Pesantren Ramadhan. Bantuan-bantuan yang didapat Roostien tidak semuanya berasal dari orang muslim. Roostien membebaskan dari mana saja bantuan itu, tetapi intinya ikhlas membantu tanpa ada sesuatu di dalamnya. Bahkan tidak heran jika dalam pesantren Ramadhan ada sambutan donatur yang berasal dari agam Kristen, Budha, Hindu, dan lain-lainnya. Ini yang ingin ditunjukan Roostien bahwa dalam hidup kita tidak boleh memilih golongan tertentu saat ingin membantu. Semua ini harus didasarkan dari hati.

Roostien mengamalkan firman Allah. “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seperti dengan sebiji / sebutir benih yang menumbuhkan tujuh tangkai (bulir), pada tiap-tiap tangkai pula ada seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS Al Baqarah [2]: 261).

Serta firman Allah yang lain: ''Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan si penerima.'' (QS Al Baqarah [2]: 264).

64

Acara Pesantren Ramadhan anak-anak jalanan seperti ruh bagi Roostien. Sebab dia terlibat dari awal pembuatan, sampai tahap akhir acara ini selesai. Baik sebagai panitia, pendamping, serta pengisi acara. Roostien pun selalu menjadi pengisi dalam acara tersebut. Saat Roostien datang pasti anak-anak bersorak gembira. Anak- anak jalanan ini sudah menganggap Roostien sebagai sosok ibunya anak-anak jalanan. Para pendamping pun juga mengakui itu. Kedatangan Roostien selalu menjadi warna sediri dalam acara tersebut.

Pada setiap kesempatan acara Pesantren Ramadhan anak-anak jalanan Roostien selaku penggagas selalu melakukan evaluasi pada akhir acara. Di mana bisa ditarik garis lurus apakah acara tersebut berjalan dengan lancar dan materi yang ada bisa diterima kemudian diaplikasikan oleh anak-anak jalanan. Aplikasinya akan terlihat setelah mereka kembali pulang ke daerah asal masing-masing. Karena esensi dakwah adalah sebuah perubahan. Mengubah sesuatu yang kurang baik menjadi lebih baik, meberikan informasi nilai-nilai Islam kepada yang belum mengetahuinya, serta menanamkan dengan hati nilai-nilai Islam itu sendiri. Kontribusi ini adalah dakwah

bil hal bagi Roostien.

Terlepas dari diterima dan tidaknya dakwah yang dilakukan Roostien, setidaknya Roostien sudah memberikan manfaat penanaman nilai-nilai Islam kepada anak-anak jalanan khususnya dan umumnya bagi semua yang bersentuhan langsung dengan acara Pesantren Ramadhan ini. Roostien juga berharap pada anak-anak

jalanan yang mengikuti acara Pesantren Ramadhan setelah kembali pulang bisa mengaplikasikan semua yang sudah diajarkan.11

Penulis sendiri pernah mengkuti acara Pesantren Ramadhan anak-anak jalanan ini sebagai pendamping. Pesantren Ramadhan anak-anak jalanan ini berlangsung kurang lebih selama seminggu penuh. Rutinitas yang berlangsung saat Pesantren Ramadhan ini berawal dari jam 3 pagi. Membangunkan anak-anak jalanan ini saat tidur untuk persiapan mereka sahur adalah hal awal yang sangat sulit. Kebiasaan mereka yang berbeda-beda membuat beberapa anak-anak sulit untuk bangun pagi. Jika anak-anak jalanan yang aktif di pasar mereka bahkan bangun lebih awal. Jika yang biasa beraktivitas di terminal atau tempat-tempat lain mereka lebih suka bangun siang.

Berikutnya persiapan membagikan hidangan untuk sahur. Walau sudah di buat perkelompok dan makanan yang dibagikan sudah disiapkan mereka lebih sering mengambilnya dengan cara keroyokan. Ini akibat kebiasaan mereka hidup di jalan. Siapa cepat dia dapat. Pola kebiasaan inilah yang akan diubah menjadi lebih baik. Berikan contoh bangun pagi lebih awal karena aktivitas yang dapat dilakukan bisa lebih banyak dan bermanfaat. Kemudian budayakan mengantri agar tidak terjadi keributan dan bisa berjalan lebih tertib.

Setelah semua anak-anak ini mendapat makanan untuk sahur. Para pendamping, serta panitia ikut berkumpul dan makan bersama. Ini bertujuan agar tidak ada jarak diantara mereka. Setelah makan sahur selesai, maka dilanjutkan

11

66

persiapan shalat Shubuh berjamaah. Agar tertib dalam mengambil air wudu maka diharuskan mengambil wudu perkelompok. Shalat berjamaah pun dilakukan.

Kebiasaan bercanda saat shalat pun tak luput dari perhatian pendamping dan panitia. Pendamping dan panitia membagi tugas mereka. Harus ada yang menjadi sosok teladan untuk mencontohkan dan ada yang mengawasi. Karena para pendamping mempunyai waktu yang lebih banyak bersama anak-anak, maka dialah sosok yang tepat menjadi contoh teladan. Shalat shubuh dan doa pun selesai. Dilanjutkan dengan memberi materi agama dari para pendamping.

Materi ini berupa hafalan doa. Bermula dari doa-doa pendek kemudian doa- doa yang bersifat kegiatan, contoh : doa belajar, doa berwudu, doa makan, dll. Kegiatan ini sampai pukul 7 pagi. Selanjutnya anak-anak diberi kebebasan untuk mandi, istirahat, bermain, sampai pukul 10 pagi. Nanti ketika pukul 10 tiba anak-anak akan dikumpulkan sesuai kelompoknya masing-masing. Mereka akan bertemu para pendampingnya masing-masing. Di waktu siang ini biasanya materi yang diajarkan berupa pengenalan anak-anak terhadap para wali dan Nabi.

Masuk Shalat Dzuhur mereka melakukan shalat berjamaah kembali. Model pembelajaran anak-anak yang menggunakan contoh langsung lebih dimengerti. Tidak lupa pendamping harus bisa memetakan psikologis anak-anak ini. Karena setiap anak ada yang membutuhkan sosok kakak, ada yang membutuhkan sosok orang tua, dan sebagainya. Di point itu para pendamping hadir dan mengisi sosok-sosok tersebut dengan baik. Setelah shalat Dzuhur, akan ada kegiatan lagi. Biasanya kegiatan perlombaan bersaing antar kelompok. Contoh cerdas cermat, hafalan, pengetahuan seputar materi, dll. Setiap kelompok biasanya mengirim perwakilannya untuk ikut

bertanding. Setiap pemenang akan diberikan hadiah sebagai bentuk apresiasi bagi anak-anak jalanan ini. Sesuatu yang tidak mereka dapatkan di luar.

Shalat Ashar pun tiba. Anak-anak melakukan shalat berjama’ah kembali.

Shalat berjama’ah dilakukan di masjid dan di lapangan tergantung situasi dan kondisi.

Jika terik atau saat siang hari dan sore biasanya anak-anak ini akan shalat di masjid. Namun untuk shalat Shubuh dan menjelang buka biasa dilakukan di lapangan. Karena untuk memusatkan konsentrasi anak-anak agar tidak terpecah. Ini juga memudahkan sampah makanan dibersihkan. Setiap kegiatan para panitia dan pendamping selalu mencontohkan hal-hal baik kepada anak-anak ini. Serta selalu memberikan kasih sayang yang tulus kepada anak-anak. Di awal perjumpaan dengan anak-anak jalanan ini memang mereka sangat kasar, suka bertengkar, bandel, dll. Sifat-sifat tidak baik ini jika di lihat dari sudut pandang yang lain maka akan berubah. Sifat keras itu semua lahir Karena mereka hidup dengan sangat keras di jalanan atau lingkungan jalanan. Namun di balik itu semua, mereka itu sebetulnya cerdas, anak yang aktif, dan memiliki kemauan yang keras dalam belajar.

Untuk itulah pendamping mengajarkan serta memberikan ilmu yang didapat di kampus kepada anak-anak semata-mata agar mereka bisa merasakan ada yang memperhatikan, memberikan kasih sayang, menjadi pelindung bagi mereka semua. Walau yang pendamping berikan mungkin hanya sesaat. Selama seminggu pendamping hidup bersama anak-anak ini. Harapan besar pendamping mereka ke depan bisa hidup lebih layak dan hidup dengan nilai-nilai Islam yang tertanam di dalam lubuk hati mereka.

68

Kegiatan pun berlanjut saat menjelang maghrib dan buka puasa. Inilah yang ditunggu oleh semua. Suasana yang ramai, penuh kegembiraan, makanan yang cukup untuk mereka membuat anak-anak jalanan ini merasa sangat senang. Bahkan terkadang selalu saja ada yang menangis di momen-momen Pesantren Ramadhan anak-anak jalanan ini. Baik mereka yang mengingat orang tua karena kasih sayang semua yang tulus. Menangis karena begitu bahagianya bisa makan dengan layak dan didampingi orang yang menyayanginya. Bahkan menangis karena begitu senang hati mereka, di mana saat di jalanan atau di rumah mereka biasa di hardik, dipukul dan sebagainya.

Tetapi di Pesantren mereka dilindungi, diperhatikan, disayangi. Itulah yang membuat hati anak-anak jalanan ini mencair. Setelah buka puasa bersama. Semua mempersiapkan shalat Isya dan shalat Tarawih. Shalat berjama’ah pun selesai masuk ke dalam materi ringan. Berupa hafalan, atau pembuatan yel-yel semangat setiap kelompok dll. Anak-anak ini diberikan waktu tidur yang normal yaitu antara pukul 9- 10 malam. Bertujuan agar mereka bisa bangun di saat sahur. Begitulah kegiatan Pesantren Ramadhan berlangsung.

Sebuah hadiah, bingkisan, kasih sayang, perhatian, yang ditawarkan semua kepada mereka. Membuat mereka seakan lupa dengan kehidupannya yang keras di jalanan. Puncak dari Pesantren Ramadhan anak-anak jalanan ini adalah api unggun, serta malam perpisahan. Di malam terakhir ini semua meluapkan perasaannya. Baik panitia, pendamping, anak-anak jalanan serta semua unsur yang teribat dalam acara ini. Semua tumpah dalam keharuan, kesedihan yang begitu bahagia, perasaan itu

semua bercampur di malam itu. Dengan diterangi api unggun suasana bertambah sunyi dan syahdu.

Bagian inilah yang tidak terlupakan dalam ingatan semua pihak. Yang akan membekas abadi dalam hati. Rangkaian Pesantren Ramadhan anak-anak jalanan di tutup dengan pemberian bingkisan serta foto bersama. Foto-foto itu merupakan saksi bisu semua hal yang berlangsung di sana.

Penulis terlibat langsung beberapa kali dalam Pesantren Ramadhan anak-anak jalanan. Sedikit pernyataan dari para pendamping yang melihat ada anak-anak jalanan yang bertemu di beberapa tempat sudah mengalami perubahan. Mereka sekarang lebih dekat dengan masjid. Secara perlahan mereka sudah mau melaksanakan ibadah shalat. Ini terlihat sewaktu saya sebagai penulis melihat anak-anak jalanan di stasiun Bogor. Ini menggambarkan ada keberhasilan nilai-nilai islam yang tertanam pada diri anak-anak itu.

Dokumen terkait