• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kisi-Kisi Tes dan Non Tes

Dalam dokumen Evaluasi Pembelajaran di SD (1) (Halaman 34-40)

1. Pengetian Kisi-Kisi

Kisi-kisi adalah suatu format yang memuat informasi untuk dijadikan pedoman dalam menulis soal atau merakit soal menjadi tes. (Nasution,dkk,1998;Wahyudin,dkk,2006;Muslich,2009 )

a. Tujuan Kisi-kisi

Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang lingkup materi tes yang akan diujikan dan berperan menjadi petunjuk dalam menulis soal sehingga sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Adapun wujudnya dapat berbentuk format atau matriks. (Nasution,dkk,1998;Wahyudin,dkk,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009).

b. Syarat Kisi-kisi yang Baik

1) Mewakili isi kurikulum yang akan diujikan. 2) Komponen-komponennya rinci, jelas, dan

mudah dipahami.

3) Soal-soalnya dapat dibuat sesuai dengan Indikator dan bentuk soal yang ditetapkan. (Rakhmat & Solehuddin,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009).

c. Komponen-Komponen dalam Penyusunan Kisi- Kisi Tes (Rakhmat & Solehuddin,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009)., diantaranya : 1) Jenis sekolah/jenjang sekolah

2) Mata Pelajaran 3) Tahun Ajaran

4) Kurikulum yang digunakan 5) Alokasi waktu 6) Jumlah Soal 7) Bentuk Soal 8) Standar Kompetensi 9) Kompetensi Dasar 10) Indikator 11) Bahan Kelas 12) Jumlah Soal 13) No Urut Soal 14) Bentuk Soal

Contoh Format Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar

Sekolah : Jumlah Soal :

Mata Pelajaran : Bentuk Soal/Tes :

Kurikulum : Penyusun : 1. Alokasi Waktu : 2. No . Standar Kompeten si Kompeten si Dasar Kelas/ Semest er Materi Pokok Indikator Soal Nomo r Soal

Kisi-kisi Non Tes (Nasution,dkk,1998;Wahyudin,dkk,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009), diantaranya:

1) Jenis sekolah/jenjang sekolah

2) Mata Pelajaran

3) Tahun Ajaran

4) Kurikulum yang digunakan

5) Pokok Bahasan

6) Alokasi waktu

7) Jenis alat penilaian

8) Jumlah siswa No. Tema/Aspek yang Diukur Subtema/Subaspe k yang diukur Kegiatan Alat Penilaian

2. Analisa Butir Soal

Analisis adalah penguraian dan penelaahan suatu pokok atas berbagai bagiannya. Analisis soal merupakan penelaahan soal dilihat dari berbagai aspek. Beberapa kegunaan hasil analisa butir soal diantaranya dapat dipergunakan untuk merevisi dan menuliskan kembali soal, menganalisa pengelompokan siswa, mengembangkan kualitas tes dan untuk membantu siswa

belajar dan guru mengajar.

(Nasution,dkk,1998;Wahyudin,dkk,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009).

Analisa butir soal/item dilakukan dari hasil jawaban testi setelah tes berlangsung. Analisa butir soal

pertanyaan agar diperoleh perangkat soal yang berkualitas memadai/baik. Untuk memperoleh perangkat soal yang berkualitas baik perlu dilakukan analisa tingkat kesukaran soal (difficulty index) dan daya pembeda soal (discriminating power). Analisa tingkat kesukaran soal adalah mengkaji soal-soal dari segi kesulitannya sehingga dapat diperoleh soal-soal yang termasuk soal mudah, sedang dan sukar. Analisa daya pembeda soal adalah mengkaji soal-soal tes dari segi kesanggupannya untuk membedakan siswa yang termasuk ke dalam kelompok unggul (higher group) dan kelompok Asor (lower group). (Rakhmat & Solehuddin,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009).

Analisa soal, khusus dilakukan untuk mengaplikasikan soal dengan bentuk B-S dan pilihan ganda. Sehingga akan diperoleh gambaran mengenai: tingkat kesukaran masing-masing soal untuk kelompok, bagaimana daya pembeda masing-masing soal dapat membedakan siswa dari kelompok unggul dengan kelompok Asor. Khusus untuk pilihan ganda, akan terlihat bagaimana efektifitas masing-masing alternative jawaban. (Nasution,dkk,1998; Rakhmat & Solehuddin,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009).

Langkah analisa untuk soal Benar-Salah dan pilihan ganda adalah sebagai berikut:

 Mengurutkan lembar jawaban siswa dari dua kelompok, kelompok unggul dengan skor tinggi dan kelompok asor dengan skor rendah.

 Mengecek masing-masing jawaban dan catat jumlah siswa yang menjawab benar dari masing- masing kelompok.

 Mencatat jumlah keseluruhan jawaban dari masing- masing soal dari masing-masing kelompok.

 Menggunakan formula norm referenced test untuk menghitung tingkat kesukaran soal dan daya pembeda soal (Rakhmat & Solehuddin,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009).

Asumsi yang digunakan untuk memperoleh kualitas soal yang baik, disamping untuk memenuhi validitas dan reliabilitas adalah adanya keseimbangan jumlah soal dari ketiga tingkat kesukaran soal. Keseimbangan yang dimaksud adalah adanya soal- soal yang termasuk mudah, sedang dan sukar secara proporsional. Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan guru sebagai pembuat soal. . (Rakhmat&Solehuddin,2006;Wahyudin,dkk,2006;Rasyi d&Mansyur,2009;Arifin,2012)

Dasar pertimbangan untuk menentukan proporsi jumlah soal yang termasuk mudah, sedang dan sukar adalah berdasarkan pada kurva normal, artinya sebagian besar soal berada dalam kategori sedang, sebagian lagi termasuk ke dalam kategori mudah dan sukar dengan proporsi yang seimbang. Proporsi antara soal mudah sedang dan sukar dapat dibuat 15%, 70%, 15%, artinya 15% soal mudah, 70% soal sedang dan 15% soal sukar, misalnya: jumlah seluruh soal 60, maka yang mudah 10 soal, yang sedang 40 soal dan yang sukar 10 soal. (Rakhmat & Solehuddin,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009).

Pertimbangan untuk menentukan kriteria soal, yaitu ukuran untuk apakah soal termasuk soal mudah, sedang atau sukar dapat digunakan judgement dari guru berdasarkan pertimbangan-pertimbangan. Pertimbangannya antara lain:

1) Kemampuan yang diukur dalam soal itu, misalnya a) Perilaku kognitif dan aspek pengetahuan atau

pemahaman termasuk kategori mudah

b) Kategori penerapan dan analisa termasuk katagori soal sedang

c) Kategori aspek sintesa dan evaluasi termasuk katagori soal sukar

2) Sifat anatesi yang diujikan, yaitu:

a) Menguji fakta termasuk katagori soal mudah b) Konsep dan prinsip termasuk soal sedang c) Generisasi/menarik kesimpulan termasuk

3) Isi bahan yang ditanyakan sesuai dengan bidang keilmuannya.

Cara melakukan analisa untuk menentukan tingkat kesukaran adalah dengan menggunakan rumus :

Keterangan:

Ru = Jumlah testi kelompok unggul yang menjawab benar suatu soal

R1 = Jumlah testi kelompok asor yang menjawab benar suatu soal

n= 27% dari seluruh test

Untuk menafsirkan hasilnya bisa menggunakan kriteria berikut: < 0,10 = Sulit sekali 0,10 – 0,30 = Sulit 0,31 – 0,70 = Sedang 0,70 – 0,90 = Mudah >0,90 = Mudah sekali b. Analisa daya pembeda

Analisa daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu/tinggi prestasinya dengan siswa yang tergolong kurang/rendah prestasinya, artinya soal yang bersangkutan diberikan kepada siswa yang mampu hasilnya menunjukan prestasi tinggi dan apabila diberikan pada siswa yang kurang

hasilnya rendah.

(Nasution,dkk,1998;Wahyudin,dkk,2006;Arifin,2012)

Tes dikatakan tidak memiliki daya pembeda jika diberikan kepada dua kelompok siswa yang berbeda kemampuannya hasilnya sama, atau soal itu tidak menghasilkan gambaran yang sesuai dengan kemampuan siswayang sebenarnya. Analisis daya pembeda dapat dihitung dengan :

Keterangan:

Ru = Jumlah testi kelompok unggul yang menjawab benar suatu soal

R1 = Jumlah testi kelompok asor yang menjawab benar suatu soal

n = 27% dari seluruh testi

Untuk menafsirkan hasilnya bisa menggunakan kriteria berikut:

0,00 – 0,20 = Rendah 0,21 – 0,40 = Cukup 0,41 – 0,70 = Baik 0,71 – 1,00 = Baik sekali

Tingkat kebebasan didalam menjawab soal bentuk uraian itu bergradasi jadi hampir tidak dapat dikatakan mutlak, maka perhitungan signifikansi daya pembedanya tidak dapat didasarkan pada WL (jumlah testi dari lower group/kelompok asor yang menjawab salah) dan WH (jumlah testi dari higher group/kelompok unggul yang menjawab salah). Sebagai teknikya digunakan perhitungan signifikansi mean lower group dengan mean higher group atas tiap-tiap soal dengan rumus:

Keterangan :

t = tingkat signifikansi soal MH =Mean higher group ML = Mean lower group

= Jumlah kuadrat deviasi individual dari HG = Jumlah kuadrat deviasi individual dari LG ni= 27% dari N, dimana bagi HG dan LG, jumlahnya sama

Jadi, apabila t hitung lebih besar dari t tabel maka soal itu signifikandan sebaliknya apabila t hitung lebih kecil dari t tabel maka soal itu tidak signifikan. (Nasution,dkk,1998;Wahyudin,dkk,2006;Muslich,2009)

Dalam dokumen Evaluasi Pembelajaran di SD (1) (Halaman 34-40)

Dokumen terkait