• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Pembelajaran di SD (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Evaluasi Pembelajaran di SD (1)"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENGUKURAN

Tim Penulis : Ahmad Marogi Dini Safari Ipik Gandamana Gina Kartika Farhana

A. Hakikat Pengukuran

Istilah pengukuran sering kita dengar dan dilakukan dalam aktivitas sehari-hari di berbagai aspek kehidupan. Contohnya ketika seseorang akan membuat pakaian maka penjahit akan mengukur berapa tinggi badan, lingkar pinggang, lebar bahu, dan sebagainya. Begitu juga ketika seseorang sakit dan pergi ke dokter, maka perlu pengukuran tensi darah, berat badan, atau tinggi badan untuk mendiagnosa penyakitnya. (Sudjana,2006; Arikunto,2009; Arifin,2012)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengukuran adalah proses, cara, perbuatan mengukur. Sedangkan mengukur adalah menghitung ukurannya (panjangnya, luasnya, lebarnya, besarnya, dsb.) dengan alat tertentu. Contohnya mengukur massa dengan timbangan, mengukur waktu dengan stopwatch/jam, mengukur kecepatan dengan spidometer, mengukur suhu dengan termometer, mengukur kuat arus listrik dengan ampere meter, dan lain sebagainya, dimana pengukuran ini bersifat kuantitatif yaitu berupa angka atau bilangan.

Pengukuran dalam pendidikan adalah kegiatan menentukan kuantitas suatu objek, menggunakan alat ukur dengan standar dan aturan tertentu. Objek disini bisa mengandung arti guru, peserta didik, papan tulis, gedung sekolah, meja belajar dll. (Rakhmat & Solehuddin,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009).

Menurut Djaali (2008:4) Beberapa objek pengukuran dalam bidang pendidikan antara lain:

(2)

2. Sikap diukur dengan instrument skala likert, skala thurstone, dan semantik diferensial.

3. Motivasi diukur dengan instrument berbentuk skala yang dikembangkan dari berbagai teori motivasi. 4. Intelegensi diukur dengan tes Binet Simon, tes

Stanford Binet, tes intelegensi multiple, dan tes Wechsler.

5. Kecerdasan Emosional dapat diukur dengan instrumen yang dikembangkan dari teori emosional. 6. Minat diukur dengan instrumen minat.

7. Kepribadian diukur menggunakan tes Q-sort.

B. Definisi Pengukuran

Pengukuran merupakan penentuan besaran dimensi atau kapasitas, biasanya berkaitan dengan suatu standar dan satuan pengukuran. pengukuran tidak hanya terbatas pada objek fisik saja, namun juga dapat mengukur semua benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat kepercayaan atau tingkat ketidakpastian. Pengukuran juga merupakan suatu kegiatan membandingkan suatu besaran yang diukur dengan alat ukur yang digunakan sebagai satuan. Beberapa alat pengukuran diantaranya: micro meter, jangka sorong, dial indicator, viler gauge. (Rakhmat & Solehuddin,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009).

Besaran merupakan sesuatu yang dapat diukur dan dapat dinyatakan dalam angka. Sedangkan satuan didefinisikan merupakan suatu pembanding dalam suatu pengukuran. Ada dua buah satuan, yaitu satuan baku dan tidak baku.

(3)

Contoh:

No Pengukuran Besaran Nilai Satuan 1 Panjang meja 1

meter Panjang 1 meter

2 Massa beras 1.5 kilogram

Massa 1,5 kilogra m 3 Waktu tempuh

dari rumah ke sekolah adalah 10 menit

Waktu 10 menit

4 Panjang papan

tulis 15 pensil Panjang 15 pensil

Dari contoh di atas yang merupakan besaran adalah panjang, massa dan waktu, sedangkan meter, kilogram, menit disebut satuan baku, kemudian yang termasuk satuan tidak baku adalah pensil.

C. Tujuan Pengukuran

Pada dasarnya pengukuran bertujuan untuk mendapatkan gambaran besar-kecilnya hasil belajar siswa secara kuantitatif. Adapun bebrapa tujuan

dilakukannya pengukuran

(Wahyudin,dkk,2006;Arifin,2012) adalah: a. Pengelompokkan.

(4)

b. Penilaian

Pengukuran merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan dalam proses penilaian. Hasil pengukuran yang berupa keputusan tingkat keberhasilan belajar siswa, kemudian dipertimbangkan dengan kriteria tertentu yang telah ditetapkan untuk dilakukan proses penilaian.

c. Motivasi

Pengukuran dapat dijadikan sebagai motivasi bagi siswa untuk meningkatkan semagat belajar agar mendapatkan hasil belajar yang baik. Motivasi adalah salah satu kekutan yang dapat menuntun siswa untuk mencapai hasil pembelajaran yang tertinggi. Apabila dilakukan secara tepat, pengukuran akan menjadi proses memotivasi yang positif. Tetapi sebaliknya, pemgukuran dapat mengurangi motivasi bila dilakukan dengan sembarangan.

Adapun tujuan pengukuran menurut Verducci (1980) & Safrit (1981) menyatakan tujuan pengukuran dan evaluasi meliputi:

1. Mendiagnosis kelemahan (kekurangan),

2. pengelompokan siswa sesuai dengan kemampuan,

3. mengarahkan siswa sesuai dengan program, 4. memprediksi tingkat kemampuan,

5. menentukan prestasi siswa, 6. mengetahui kemajuan siswa, 7. memotivasi siswa,

8. penentuan kelas,

9. mengevaluasi efektifitas pengajaran,

10. melakukan perbaikan program administrasi, dan

11. mengevaluasi kurikulum.

D. Manfaat Pengukuran

(5)

dapat dipahami. Pesan yang diperoleh sebagai parameter, member pengetahuan tentang kuantitas objek yang di ukur.(Nasution, dkk, 1998; Wahyudin, dkk, 2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009).

Pengukuran yang dilakukan dengan baik akan memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Membuat gambaran melalui karakteristik dari suatu objek yang di teliti.

2. Dalam industri dapat digunakan sebagai alat komunikasi dari mulai riset, operator, pengujian sampai dengan jaminan mutu terhadap produk yang dihasilkan.

3. Dapat digunakan sebagai dasar melakukan prediksi terhadap sesuatu yang akan terjadi. 4. Sebagai pengendalian serta jaminan mutu.

Referensi

---.2013. Pengukuran dan Penilaian(evaluasi).

[Online].

Tersedia

:http://sharewithlinggar.blogspot.com/2013/04/pengukuran-penilaian-dan-evalusi.html[1 Desember 2014]

Krisdiyana,Ratih.2010.Tujuan Pengukurandan Evaluasi.

[Online].Tersedia:http://ratihkrisdiyana.wordpress.com/2010

/12/21/tujuan-pengukuran-evaluasi.html.[1 Desember 2014]

BAB II PENILAIAN

Tim Penulis : Intan Kusmayanti Friska Risfiani Imas Latifah

(6)

Diana Anggraeni Aprianti

A. Hakikat Penilaian

Tujuan pendidikan merupakan salah satu komponen penting dalam proses pendidikan. Tujuan pendidikan dapat menetapkan arah pencapaian yang diharapkan. Ketercapaian tujuan pendidikan sangat ditentukan oleh proses pembelajaran. Tapi bagaimana kita bisa mengetahui bahwa tujuan tersebut telah tercapai atau tidak? Maka dari itu guru harus mengadakan penilaian terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai materi-materi pembelajaran yang telah dilakukan, sehingga guru mengatahui tercapai atau tidaknya tujuan dari pendidikan itu sendiri. (Rakhmat&Solehuddin,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009).

Penilaian merupakan bagian yang penting dalam pembelajaran.Dengan melakukan penilaian, guru sebagai pengelola kegiatan pembelajaran, selain dapat mengetahui sejauh mana kemampuan yang dimiliki peserta didik juga mengetahui ketepatan metode mengajar yang digunakan.Selain itu hasil penilaian juga dijadikan bahan evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan sehingga guru dapat mengambil keputusan secara tepat untuk menentukan langkah yang harus dilakukan selanjutnya serta memberikan motivasi kepada peserta didik untuk berprestasi lebih baik lagi. (Rakhmat & Solehuddin,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009).

B. Definisi Penilaian

(7)

penilaian 0-100 dan acuan standar minimal adalah 60. Maka nilai siswa tersbut adalah (22/30) X 100= 73.Karena nilainya lebih besar dari acuan yang telah ditentukan, maka penilaiannya dinyatakan lulus. Berdasarkan contoh di atas, acuan merupakan batas lulus atau standar kriteria kelulusan. Sedangkan skala merupakan batasan nilai terendah sampai tertinggi. Maka dari itu penilaian merupakan suatu keputusan “lulus-tidak lulus”, “baik-buruk”, “memuaskan-tidak memuaskan”, dan “berhasil-gagal”.

Sedangkan menurut Rakhmat dan

Solehuddin(2006:1) mengemukakan penilaian sebagai “suatu kegiatan yang dimaksudkan untuk mengambil keputusan dalam rangka memberikan nilai terhadap sesuatu (orang, benda, fakta)”. Rakhmat dan Solehuddin(2006:2-3) mengemukakan empat ide pokok yang terkandung dalam penilaian, yaitu:

1. Penilaian sebagai suatu proses, yang artinya penilaian merupakan suatu kegiatan yang direncanakan mulai dari menetapkan tujuan penilaian, mengembangkan instrumen, mengumpulkan data, sampai kepada pengambilan keputusan.

2. Penilaian dilakukan secara sistematik, artinya bahwa penilaian dilakukan berdasarkan aturan-aturan dan prinsip-prinsip tertentu yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan penilaian.

3. Dalam penilaian selalu ada kegiatan pengambilan keputusan.

4. Penilaian merupakan kegiatan penentuan tingkat pencapaian tujuan intruksional.

(8)

belajar-mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuan-tujuan pengajaran.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penilaian dalam kaitannya dengan proses pembelajaran merupakan suatu proses pemberian nilai berdasarkan kriteria tertentu yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan ketercapaian tujuan intruksional yang telah ditentukan. .(Rakhmat & Solehuddin,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009).

C. Manfaat Penilaian

Manfaat penilaian antara lain adalah sebagai berikut: 1. Untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik

agar mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi;

2. Untuk memantau kemajuan dan mendiagnosa kesulitan belajar yang dialami peserta ddik sehingga dapat dilakukan pengayaan dan remedial;

3. Sebagai umpan balik guru dalam memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan;

4. Sebagai masukan bagi guru guna merancang kegiatan pembelaran selanjutnya;

5. Untuk memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang efektivitas kegiatan pembelajaran;

6. Untuk memberikan umpan balik bagi pemberi kebiakan (Diknas Daerah) dalam mempertimbangkan

konsep peniaian kelas.

(Wahyudin,dkk,2006;Rasyid&Mansyur,2009;Arifin,20 12)

D.

Tujuan dan Fungsi Penilaian
(9)

untuk mengetahui perubahan-perubahan terhadap diri siswa sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan.

Dalam Arikunto (2009) tujuan atau fungsi penilaian siswa disekolah pada dasarnya dapat digolongkan kedalam empat kategori:

1. Untuk mendapatkan umpan balik (feed back). Umpan balik ini ditujukan kepada guru untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan memberikan remedial bagi siswa.

2. Untuk menemukan kemajuan terhadap hasil belajar siswa yang diperlukan untuk laporan kepada orang tua siswa, penetuan kenaikan kelas dan penentuan lulus/tidaknya siswa.

3. Untuk menciptakan sistuasi belajar mengajar yang sesuai dengan kemampuan dan karekteristik siswa. 4. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami

oleh siswa dan menemukan solusi untuk menangani kesulitan-kesulitan belajar tersebut.

Selain tujuan penilaian diatas, Arikunto (1997:9) berpendapat bahwa ada empat tujuan penilaian, yaitu: 1. Tujuan selektif, yaitu untuk memilih siswa yang dapat

diterima disekolah tertentu, untuk memilih siswa yang dapat naik kelas atau keperingkat berikutnya, untuk memilih siswa yang harus mendapatkan beasiswa, untuk memilih siswa yang berhak meninggalakan sekolah (lulus)

2. Tujuan diagnostik, guru melakukan diagnosa kepada siswa mengenai kesulitan-kesulitan belajar yang dialami siswa dan mencari solusi untuk mengatasi kesulitan-keslutian belajar tersebut.

(10)

4. Tujuan mengukur keberhasilan, yaitu untuk mengetahui sejauh mana program pembelajaran berhasil diterapkan.

Menurut Rakhmat dan Solehuddin (2006:5) penilaian yang dilakukan oleh guru memiliki beberapa fungsi, baik berkenaan dengan kepentingan tugas guru, siswa, kelembagaan sekolah maupun staf sekolah lainnya. Fungsi-fungsi penilaian tersebut diantaranya: 1. Fungsi penetapan kelulusan

Untuk menetapkan apakah siswa siap melanjutkan ke materi selanjutnya atau belum; apakah seorang siswa dapat dikatakan lulus atau belum tidak bisa dilakukan dengan perkiraan subjektif.Maksudnya diperlukan data objektif untuk mengatahui kemajuan belajar siswa. Proses pengambilan keputusan untuk kepentingan ini dilakukan berdasarkan informasi yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan. Semua itu dapat dilakukan dengan kegiatan penilaian. Melaluui kegiatan tersebut kita dapat menempuh prosedur yang dapat dipertanggung jawabkan baik dalam pengumpulan data maupun proses pengambilan keputusan.

2. Fungsi pengajaran

Hasil belajar siswa tidak hanya untuk menentukan kelulusan saja tetapi juga untuk perbaikan dan pengembangan proses belajar mengajar itu sendiri. Dalam penilaian terutama penilaian formatif kita akan mendapatkan umpan balik dan hal tersebut dapat dijadikan dasar untuk perbaikan dan pengembangan pembelajaran. Kita dapat mengetahui aspek-aspek mana yang kurang dalam pengajaran sehingga dapat diperbaiki dan dikembangkan.

3. Fungsi diagnostik dan bimbingan

(11)

dan mendeteksi jawaban-jawaban siswa pada setiap soal maka kita akan mengatahui letak kesulitian-kesulitan belajar siswa. Kita akan mengatahui aspek-aspek materi mana yang belum dikuasai oleh siswa.Hal ini juga baik untuk melakuakan layanan bimbingan remedial. Data prestasi atau kemampuan siswa secara umum merupakan informasi yang penting untuk keperluan bimbingan.

4. Fungsi motivasi

Kegiatan penilaian dapat memberikan motivasi untuk siswa agar belajar lebih giat lagi.Kegiatan penilaian ini dapat mendorong siswa untuk mendorong prestasi belajar yang tinggi.Prestasi belajar yang tinggi disini merupakan stimulus untuk membangkitkan gairah belajar siswa.

5. Fungsi administratif

Data hasil penilaian sangat penting untuk administrasi sekolah.Hal ini baik untuk kepentingan kelembagaan maupun kepentingan siswa.Dengan kegiatan penilaian ini siswa dapat mengetahui kemampuan hasil belajarnya sendiri.Data kemajuan siswa tersebut dapat juga digunakan untuk mengontrol kualitas penyelenggaraan pendidikan.

Suryaningsih.(2013). Manfaat, Fungsi dan Prinsip Penilaian.

Tersedia

di:

Suryaningsih2020.blogspot.com/2013/01/manfaat-fungsi-dan-prinsip-penilaian.html?m=1. [23 November 2014]

Sudjana, Nana. (2006). Penilaian Hasil Proses Belajar

(12)

BAB III ASSESSMENT

Tim Penulis : Ulfah Siti Nurfauziah Dewi Novi Lestari Ridha Raudotul Jannah Sintia Sri Lestari Y Yuni Nurhamidah

A.Hakikat Assessment

Istilah evaluasi dan assessment sering kali dipertukarkan, namun pada dasarnya dari kedua istilah tersebut terdapat perbedaan yang esensial. Dalam hal ini

(13)

2006; Matondang, 2009; Rasyid & Mansyur, 2009 ; Arifin, 2012)

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat diketahui bahwa assessment belum dikenal secara umum. Maka perlu adanya pengenalan tentang konsep dan esensi dari

assessment itu sendiri. Sehingga terjadinya salah penafsiran dari konsep tersebut dapat diminimalisir.

Pada hakikatnya assessment menitikberatkan penilaian pada proses belajar siswa. Berkaitan dengan hal tersebut, Marzano et all (1994) menyatakan bahwa dalam mengungkap penguasaan konsep, assessment tidak hanya mengungkap konsep yang telah dicapai siswa tetapi juga perkembangan bagaimana suatu konsep itu diperoleh. Oleh karena itu, assessment tidak hanya menilai proses dan hasil belajar siswa tetapi juga kemajuan belajarnya. (Matondang,2009; Arifin,2012)

Assessment pada dasarnya merupakan alat (the means) dan bukan merupakan tujuan (the end), sehingga

assessment merupakan sarana yang digunakan sebagai alat untuk melihat dan menganalisis apakah siswa telah mencapai hasil belajar yang diharapkan serta untuk mengetahui apakah proses pembelajaran telah sesuai dengan tujuan atau masih memerlukan pengembangan dan perbaikan. Dalam pelaksanaannya, assessment

pembelajaran merupakan kegiatan yang berkaitan dengan mengukur dan menilai aspek psikis yang berupa proses dan hasil belajar yang bersifat abstrak, karena itu

assessment hendaknya dilakukan dengan cermat. (Matondang,2009; Arifin,2012)

(14)

B.Definisi Assessment

Berdasarkan pemahaman dalam hakikat

assessment, maka berikut ini adalah pemaparan beberapa ahli mengenai definisi assessment. Istilah

assessement menurut Hill (1993) Assessment is the process of gathering evidence and documenting a child’s learning and growth. Assessment adalah proses mengumpulkan peristiwa dan mendokumentasikan pertumbuhan dan pembelajaran anak. Sementara itu menurut Sumarno (2003) assessment adalah proses sistematis untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik (dalam Metodologi Penelitian; 2012). Adapun definisi assessment menurut Stiggins (1994) adalah penilaian proses, kemajuan, dan hasil belajar siswa (outcomes). Selain itu, assessment is the process of collecting data which shows the development of learning.

Dari definisi - definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan assessment adalah proses pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dalam menentukan pencapaian hasil belajar siswa.

C.Tujuan Assessment

Setelah adanya pemahaman mengenai hakikat dan juga pengertian dari assessment, maka yang perlu diketahui dan dipahami adalah bagaimana tujuan dari

assessment itu sendiri. Berikut adalah tujuan assessment

menurut Sunardi dan Sunaryo (2006) (dalam Abdurahman; 12), diantaranya:

1. Memperoleh data yang relevan, objektif, akurat dan komprehensif tentang kondisi anak saat ini.

(15)

3. Menentukan layanan yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan khususnya serta untuk memonitori kemajuannya.

Pada dasarnya tujuan assesssment itu adalah untuk memperoleh data proses hasil belajar siswa secara komprehensif.

D.Manfaat Assessment

Proses penilaian hasil belajar siswa yang dilaksanakan dengan benar akan memberikan manfaat bagi semua pemangku (stakeholder) pembelajaran sekolah. Oleh karena itu, perlu diketahui bagaimana manfaatnya. Berikut adalah manfaat assessment dalam Matondang (2009 ) Manfaat tersebut diantaranya:

1. Manfaat Assessment bagi Siswa yaitu :

a) Guru dapat melatih dan memotivasi siswa untuk belajar.

b) Siswa berlatih bertangggung jawab terhadap apa yang dikerjakannya.

c) Hasil belajar siswa dapat menjadi salah satu

input pembentuk kesadaran (self conseft) dalam perkembangan siswa menuju kedewasaannya. Siswa mempunyai rasa percaya diri untuk berprestasi, keberanian untuk bekerja keras agar berhasil dalam berusaha, dapat didorong oleh nilai (grade) hasil belajar.

2. Manfaat Assesment bagi Guru yaitu :

a) Sebagai salah satu input untuk menyempurnakan program pembelajaran serta implementasinya. Dengan mempelajari hasil-hasil belajar siswanya, guru dapat mengetahui komponen silabus dan RPP yang perlu disempurnakan.

b) Sebagai dasar guru mengelompokkan siswa dalam berbagai macam komposisi siswa sesuai dengan kepentingan pembelajaran.

c) Sebagai dasar mengadakan program pengayaan dan remidial.

(16)

e) Untuk mengikuti perkembangan belajar siswanya serta pengambilan keputusan suatu kebijakan, misalnya kenaikan kelas dan kelulusan.

3. Manfaat Assesment bagi Orang Tua Siswa yaitu : a) Sebagai informasi kemajuan belajar

putera-puterinya.

b) Sebagai masukan bagi orang tua untuk digunakan dasar membimbing putera-puterinya dalam belajar di rumah.

c) Sebagai dasar orang tua memberi masukan bagi perbaikan program pembelajaran di sekolah. Manfaat dari assessment itu berguna bagi semua kalangan yakni siswa, guru maupun orang tua siswa. Bagi siswa, mereka akan lebih termotivasi dalam meningkatkan prestasi pembelajaran. Kemudian bagi guru dapat berguna untuk memperbaiki program pengajaran yang dirasa kurang sesuai dengan kondisi siswa. Begitu pula bagi orang tua yang akan dapat mengontrol anaknya berdasarkan hasil dari kegiatan asssessment itu.

(Wahyudin,dkk,2006;Matondang,2009;Rasyid&Mansyur,200 9; Arifin,2012)

Abdurahman, Maman. _______. Konsep Dasar Asesmen

(Assessment).

Tersedia

[Online].

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._L

UAR_BIASA/195706171985031-MAMAN_ABDURAHMAN_SAEPUL_R/ASESMEN

_ABK_2.pdf. [01 Desember 2014].

Camp Counseling. 2012. Pengukuran, Penilaian, Asesment .

Tersedia

[Online].

(17)

Hakiki, Muhammad. 2012. Evaluasi, Asesmen, Penilaian, dan

Pengukuran dalam Program Pembelajaran. Tersedia

[Online].

http://www.scribd.com/doc/172144300/evalu

asi-120720100357-phpapp02. [28 November

2014].

Salim. 2013. Tujuan, Fungsi dan Prinsip Asesmen. Tersedia

[Online]:

http://salimpsa3.blogspot.com/2013/10/tujuan

-fungsi-dan-prinsip-asesmen.html [29 Desember

2014]

Sunarya, Yaya. _________. Konsep Dasar Asesmen

Pembelajaran.

Tersedia

[Online].

http://file.

upi

.edu/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN

_BIMBINGAN/195911301987031-

YAYA_SUNARYA/BAHAN_EVALUASI-ASESMEN-KONSEP_DASAR.pdf. [02 Desember 2012].

Wulan, Ana Ratna. ___________. Pengertian dan Esensi

Konsep Evaluasi, Asesmen, Tes dan Pengukuran.

Tersedia

[Online].

http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDI

(18)

BAB IV EVALUASI

Tim Penulis : Fitsya Nuraini Nida Nursyarifah Risna Fitriana Lilis Lisnawati Dede Nurhidayah

A. Hakekat Evaluasi

Arikunto (2009) menyatakan bahwa “Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai”. Menurut Groundlund dan Linn (1990) mengatakan bahwa ” Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan informasi secara sistematik untuk menetapkan sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran.”

Evaluasi merupakan proses memahami, memberi arti, mendapatkan dan mengomunikasikan suatu informasi bagi keperluan pengambil keputusan.

Dari pendapat-pendapat diatas dapat saya simpulkan bahwa Evaluasi memiliki beberapa kata kunci, diantaranya :

1) Suatu kegiatan atau suatu proses 2) Pengumpulan data

3) Pelaksanaannya sistematis 4) Sebagai tolak ukur

(19)

Jadi dapat disimpulkan bahwa hakekat Evaluasi adalah suatu kegiatan yang didalamnya terdapat proses pengumpulan data sampai pengolahan data yang hasilnya sebagai tolak ukur dalam menentukan kondisi dimana suatu tujuan telah tercapai. (Rakhmat & Solehuddin,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009).

B. Definisi Evaluasi

Matondang (2009:4) mengemukakan bahwa “evaluasi merupakan proses mendapatkan tingkat deskripsi angka bagi individu dengan karakteristik tertentu”. Rasyid & Mansur (2009:2) menyatakan bahwa “evaluasi adalah judgment terhadap nilai atau implikasi dari hasil pengukuran”.

Ada tiga istilah yang sering digunakan dalam evaluasi, yaitu tes (test), pengukuran (measurement), dan penilaian (assesment). Banyak orang yang mengartikan evaluasi, pengukuran (measurement), tes, dan penilaian (assesment) adalah sama, namun sebenarnya evaluasi memiliki makna yang berbeda dengan pengukuran (measurement), tes, maupun penilaian (assesment). Pernyataan ini sesuai dengan yang diungkapkan Widoyoko( : 5) bahwa:

“ Evaluation is the process of delineating, obtaining, and providing descriptive and judgmental information about the worth and merit of some object’s goals, design, implementation, and impact in order to guid decision making, serve needs for accountability, and promote understanding of the involved phenomena.”

Evaluasi adalah suatu proses menggambarkan, memperoleh, dan menyediakan informasi mengenai makna dan nilai dari beberapa tujuan untuk membantu membuat keputusan dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena.

(20)

Rasyid &Mansur (2009:2) menyatakan bahwa tes, pengukuran, penilaian dan evaluasi bersifat hirarki. Mereka menyatakan bahwa “Tes merupakan seperangkat pertanyaan atau pernyataan terbuka atau tertutup yang harus dijawab. Pengukuran membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria. Penilaian menjelaskan dan menafsirkan hasil pengukuran, sedangkan evaluasi adalah penetapan nilai atau implikasi suatu perilaku.”

Menurut beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah proses mengumpulkan informasi untuk mendeskripsikan suatu hasil pengukuran dan digunakan sebagai dasar dalam

pengambilan keputusan

(Arikunto,2009;Matondang,2009;Rasyid&mansyur,2009) Diagram

Pengelompokkan Jenis Evaluasi

Ditinjau dari cakupannya, evaluasi terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

a. Evaluasi yang bersifat makro, yaitu evaluasi yang sasarannya adalah program pendidikan yang direncanakan untuk memperbaiki bidang pendidikan.

b. Evaluasi yang bersifat mikro, yaitu evaluasi yang sasarannya adalah program pembelajaran di kelas untuk mengetahui pencapaian belajar

(21)

(Arikunto,2009;Matondang,2009;Rasyid&mansyu r,2009)

Selanjutnya, evaluasi yang bersifat mikro atau evaluasi pengajaran terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

a. Evaluasi formatif, yaitu evaluasi yang dilakukan setiap akhir pembahasan suatu topik untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran telah berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan. Tujuan dari evaluasi formatif ini adalah untuk mengevaluasi kegiatan belajar mengajar.

b.Evaluasi sumatif, yaitu evaluasi yang dilakukan setiap akhir satu satuan waktu yang mencakup lebih dari satu pokok bahasan, misalnya: ulangan tengah semester (UTS). Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peserta diidk dapay berpindah dari suatu topik ke topik berikutnya. (Rakhmat & Solehuddin,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009).

C. Tujuan Evaluasi

Suatu kegiatan tentu memiliki tujuan, begitupun dengan kegiatan evaluasi pembelajaran yang tentunya memiliki tujuan. Evaluasi pembelajaran bertujuan untuk mengetahui keefektifan dan efisiensi suatu sistem pembelajaran (tujuan, materi, metode, media, sumber belajar maupun sistem penilaian itu sendiri). Melalui evaluasi kita bisa melihat dan mengetahui proses pembelajaran yang dilakukan, apakah suatu

pembelajaran berhasil atau tidak.

(22)

Tujuan evaluasi dalam konteks yang lebih luas (Arifin, 2009 : 14) yaitu :

SeleksiPenempatan

Diagnosis dan remeditionUmpan: - Norm-direferensikan

- Critecion-Interpretasi direferensikanMotivasi dan bimbingan belajar

Program dan curiculum perbaikanFormatif dan sumative evaluasi, danpengembangan teori

D.Manfaat Evaluasi

a. Manfaat Evaluasi Bagi siswa Arikunto(2009) yaitu:

1) Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah mengetahui apakah siswa sudah mengetahui bahan program secara menyeluruh.

2) Siswa mengetahui data apakah cara belajar yang dilaksanakan sudah tepat atau belum.

3) Merupakan penguatan ( reinforcement ) bagi siswa.

4) Untuk memotivasi siswa dalam meningkatkan pemahaman terhadap materi pembelajaran.

5) Untuk mendiagnosis kemampuan sisa

b. Manfaat Evaluasi Bagi guru, Arikunto (2009) yaitu : 1) Mengetahui sampai sejauh mana bahan yang

diajarkan sudah dapat diterima oleh siswa.

2) Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum menjadi milik siswa. 3) Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh

program yang akan diberikan.

c. Manfaat evaluasi Bagi sekolah, Arikunto(2009) yaitu : 1) Dengan evaluasi dapat diketahui kondisi belajar

(23)

2) Informasi guru tentang tepat tidaknya kurikulum sekolah dapat merupakan bahan pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk masa-masa yang akan datang.

3) Informasi hasil penilaian yang diperoleh dari tahun ke tahun dapat digunakan sebagai pedoman bagi sekolah, yang dilakukan oleh sekolah sudah memenuhi standar atau belum. Pemenuhan standar akan terlihat dari bagusnya angka-angka yang diperoleh.

4) Sekolah dapat mengetahui hasil kinerja para tenaga pendidik terutama dalam proses Kegiatan Belajar dan Mengajar seperti kemampuan guru dalam menyusun satuan pengajaran yang bermutu, penguasaan terhadap materi pelajaran, kemampuan menggunakan metode pengajaran, pemilihan media dan sumber belajar serta penentuan alat evaluasinya.

5) Sekolah dapat mengukur keberhasilan pelaksanaan kurikulum yang dijalankannya setelah mengetahui hasil evaluasi yang di perolehnya. Setelah terlebih dahulu menentukan deskripsi tujuan penyelenggaraan pembelajaran : Kompetensi Umum dan Kompetensi Khusus.

6) Hasil dari evaluasi belajar siswa dapat dijadikan sistem Monitoring dan evaluasi untuk ditindak lanjuti pada guna perencanaan peningkatan kompetensi SDM dan prestasi yang akan dicapai siswa.

d. Manfaat evaluasi Bagi Orang tua siswa Arikunto(2009) yaitu :

1) Orang tuadapat mengetahui efektivitas hasil kesungguhan belajarnya di rumah melalui hasil evaluasi pembelajarannya di sekolah. Dengan demikian orang tua dapat menciptakan kebiasaan belajar yang rutin.

(24)

sebaliknya jika siswa tidak bahagia di rumah maka sering kali menjadi siswa yang bermasalah disekolah.

3) Orang tua dapat mengukur tingkat pengetahuan terhadap tumbuh kembang anaknya sendiri termasuk kepedulian tentang proses kegiatan pembelajarannya.

E.Prosedur Evaluasi

Evaluasi pembelajaran hendaknya dilakukan secara sistematis dan struktur. Secara garis besar dalam evaluasi pembelajaran melibatkan 3 unsur, yaitu:

1. Input

Input disini bisa diartikan sebagai calon siswa sebagai pribadi utuh yang dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang.

2. Proses

Banyak unsur yang harus diperhatikan dalam proses evaluasi ini demi memperoleh hasil pembelajaran yang diharapkan. Unsur-unsur yang harus diperhatikan itu adalah kurikulum/materi, metode dan cara penilaian, sarana pendidikan/media, sistem administrasi dan guru serta personal lainnya.

3. Output

Penilaian terhadap lulusan suatu sekolah dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pencapaian/prestasi belajar mereka selama mengikuti program. Dengan kata lain output di sini adalah hasil pencapaian siswa dalam mengikuti suatu pembelajaran.

Jika prosedur yang dilakukan tidak sesuai atau tidak mencerminkan ketiga unsur tersebut, maka dikhawatrirkan gambaran yang dihasilkan oleh hasil evaluasi malah tidak menggambarkan proses pembelajaran yang sesungguhnya terjadi di lapangan.

Rakhmat & Solehuddin (2006:9) mengemukakan bahwa “Prosedur pengukuran dan penilaian/evaluasi hasil belajar, pada dasarnya menempuh langkah-langkah berikut :

(25)

Tujuan biasanya dijadikan dasar dan arah untuk melakukan kegiatan, demikian pula halnya dalam melaksanakan penilaian. Penetapan tujuan sangatlah penting untuk menetapkan sasaran penilaian yang ingin dicapai. Tujuan juga bisa menentukan teknik dan instrumen mana yang harus digunakan.

2) Menetapkan jenis data atau lingkup materi yang harus diukur

Pengambilan keputusan penilaian yang tepat perlu didasarkan pada data konkrit yang relevan dengan tujuan penilaian. Dalam penilaian hasil belajar di sekolah, kita perlu menetapkan aspek-aspek perilaku yang menggambarkan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan intruksional. Di sini kita perlu mengidentifikasi tujuan-tujuan intruksional yang ingin dicapai dan lingkup materi yang telah dipelajari.

3) Menetapkan teknik pengukuran yang digunakan Setelah memperoleh kejelasan tentang aspek-aspek yang perlu diukur, selanjutnya perlu ditetapkan teknik apa yang sekiranya cocok digunakan untuk mendapatkan data tersebut. Dalam proses pengukuran hasil belajar di sekolah, lajumnya menggunakan teknik testing. Namun hal ini pada intinya akan sangat bergantung atas aspek perilaku yang akan dievaluasi. 4) Mengembangkan instrumen pengukuran

Pemilihan instrumen atau alat pengukuran sangat bergantung pada jenis materi pelajarn yang akan diukur dan teknik pengukuran yang digunakan. Untuk mengukur kemampuan kognitif bisa digunakan tes tertulis atau tes lisan, untuk mengukur perilaku afektif bisa digunakan skala sikap, sedangkan untuk mengukur aspek psikomotorik bisa digunakan tes tindakan.

5) Melaksanakan pengukuran

(26)

digunakan, kalau pelaksanaannya tidak benar, tetap saja akan menghasilkan data yang tidak bisa dipercaya. 6) Mengolah dan menafsirkan hasil pengukuran

(mengambil kesimpulan)

Agar data hasil pengukuran mempunyai makna sesuai dengan tujuan penilaian, maka data tersebut diolah dan ditafsirkan dengan menggunakan kriteria atau standar tertentu. Dalam kegiatan ini perlu dipertimbangkan standar yang digunakan, agar kesimpulan yang di dapat tidak menyimpang dari tujuan penilaian.

Secara umum, langkah-langkah pokok evaluasi hasil belajar meliputi tiga kegiatan yaitu: perencanaan, pelaksanaan dan pengolahan hasil. Dibawah ini adalah penjelasan dari ketiga langkah tersebut.

a. Perencanaan:

Dalam perencanaan evaluasi hasil belajar ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh guru, yaitu:

1) Merumuskan tujuan dilaksanakannya evaluasi 2) Menetapkan aspek-aspek yang akan dievaluasi 3) Memilih dan menetukan teknik yang akan

digunakan di dalam pelaksanaan evaluasi

4) Menyusun alat-alat pengukur yang digunakan dalam pengukuran dan penilaian hasil belajar peserta didik

5) Menentukan tolak ukur, norma atau kriteria yang akan dijadikan pegangan atau patokan dalam memberikan interpretasi terhadap data hasil evaluasi. Misalnya apakah akan menggunakan Penilaian Beracuan Patoka (PAP) ataukah akan menggunakan Penilaian Beracuan Norma (PAN) 6) Menentukan frekuensi dari kegiatan evaluasi hasil

belajar itu sendiri (kapan dan berapa kali evaluasi itu akan dilakukan)

b. Pelaksanaan:

(27)

dalam pelaksanaan maka hasilnya tidak dapat dipercaya.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan tes tulis, adalah sebagai berikut:

1) Agar dalam mengerjakan soal tes peserta tes harus jauh dari keramaian

2) Ruangan tes sebaiknya harus cukup longgar 3) Tersedia meja dan kursi untuk peserta tes

4) Peserta tes mulai mengerjakan soal tes secara bersamaan

5) Sebelum berlangsungnya tes, hendaknya ditentukan tata tertibnya terlebih dahulu

6) Daftar hadir disiapkan sebagai bukti mengikuti tes 7) Menyediakan berita acara pelaksanaan tes, untuk

mencegah timbulnya kesulitan dikemudian hari Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan tes lisan, adalah sebagai berikut:

1) Seyogyanya peserta tes sudah melakukan inventarisasi berbagai jenis soal sebelum tes lisan dilaksanakan

2) Setiap butir soal yang sudah ditetapkan untuk diajukan dalam tes lisan diketahui jawabannya oleh peserta tes

3) Menentukan skor atau nilai hasil tes lisan saat masing-masing peserta tes selesai dites

4) Tes hasil belajar yang dilakukan secara lisan hendaknya jangan menyimpang atau berubah arah dari evaluasi menjadi diskusi

5) Menegakkan prinsip objektivitas dan keadilan 6) Tes lisan harus berlangsung secara wajar jangan

sampai menimbulkan rasa takut, gugup atau panik dikalangan peserta tes

7) Menentukan waktu bagi setiap peserta tes sehingga tercipta keseimbangan alokasi waktu antara peserta tes yang satu dengan yang lainnya 8) Membuat pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi,

meskipun inti persoalan yang dinyatakan sama 9) Diusahakan agar tes lisan itu berlangsung secara

(28)

Adapun tes perbuatan dilaksanakan dengan pemberian perintah atau tugas yang harus dilaksanakan oleh peserta tes untuk mengukur taraf kompetensi yang bersifat keterampilan. Dimana penilaiannya dilakukan terhadap proses penyelesaian tugas akhir yang dicapai oleh peserta tes setelah melaksanakan tugas tersebut.

c. Pengolahan:

Dalam pengolahan hasil evaluasi hasil belajar, kita harus melakukan beberapa langkah sebagai berikut:

1) Teknik pemeriksaan hasil evaluasi hasil belajar

Sebagaimana diketahui tes tertulis digolongkan ada dua yaitu tes berbentuk uraian dan bentuk tes objektif, karena kedua bentuk tes hasil belajar itu memiliki karakteristik yang berbeda maka dalam pemeriksaan hasil-hasilnya pun berbeda pula. 2) Teknik pengolahan skor hasil evaluasi hasil

belajar menjadi nilai

Sebelum membicarakan tentang teknik pengolahan skor mentah hasil tes hasil belajar menjadi nilai standar, maka akan dikemukakan perbedaan antara skor dan nilai. Skor merupakan hasil pekerjaan memberikan angka bagi setiap item, yang oleh peserta tes telah dijawab dengan benar, dengan memperhitungkan bobot yang sebenarnya. Sedangkan nilai adalah angka yang merupakan hasil ubahan dari skor-skor lainnya serta disesuaikan pengaturannya dengan standar tertentu. Ada dua hal penting yang perlu dipahami terlebih dahulu dalam pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi skor standar atau nilai, yaitu: a) Pengolahan dan pengubahan skor mentah

(29)

lain-b) Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai ada dua cara yang ditempuh yaitu Penilaian Beracuan Patokan (PAN) dan Penilaian Acuan Norma (PAN). Apabila penentuan hasil belajar menggunakan Penilaian Acuan Patokan (PAP), maka nilai yang akan diberikan kepada peserta tes itu didasarkan pada standar mutlak artinya pemberian nilai terhadap peserta tes dilaksanakan dengan membandingkan antara skor mentah hasil tes yang dimiliki masing-masing individu peserta tes, Skor Maksimum Ideal (SMI) yang mungkin dapat dicapai oleh peserta tes, kalau saja seluruh tes dapat dijawab dengan benar.

Sedangkan Penilaian Acuaan Norma (PAN) ini sering dikenal dengan istilah penentuan nilai hasil tes yang dicapai oleh seorang peserta tes dibandingkan dengan skor mentah hasil tes yang dicapai oleh peserta tes yang lain, sehingga kwalitas yang dimiliki oleh seorang peserta tes akan sangat tergantung kepada kwalitas kelompok atau teman-temannya. (Rakhmat & Solehuddin,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009

Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi pembelajaran. Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya

Azis, Abdul. (2012). Pengertian, Tujuan, Fungsi Dan Manfaat

Evaluasi Hasil Belajar.

Diaksesdari :

http://semuailmiah.blogspot.com/2012/09/pe

ngertian-tujuan-fungsi-dan-manfaat.html

. 15

November 2014

(30)

http://gurusaja.blogspot.com/2012/07/manfaa

t-penilaian-pembelajaran.html?m=0 15

November 2014

Erisa Fidiasari, Frasnsiska. [2010]. Fungsi Evaluasi

Pembelajaran. Diakses dari :

http://sachikyukerokero.blogspot.com/2010/1

0/fungsi-evaluasi-pembelajaran.html?m=0 14

November 2014

Hari (2013). Manfaat Evaluasi Pembelajaran. [Online].

Diakses dari :

http://rapendik.com/program/halo-

pendidikan/smart-parenting/963-manfaat-evaluasi-pembelajaran.html

. 20

November 2014

Muliana, Yeni.[2013]. Hakikat Evaluasi Pembelajaran.Diakses

dari

:

http://yenimulian.blogspot.com/2013/01/haki

kat-evaluasi-pembelajaran.html. 16 November

2014

Matodang, Zulkifli. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Medan:

Program Pascasarjana Unimed

Patur, Hilman. Maret 2013. Tujuan Evaluasi . Online. Tersedia

di

:

http://hilmanpaturusy.blogspot.com/2013/03/t

ujuan-evaluasi.html. 24 November 2014

(31)

BAB V TES NON TES

Tim Penulis : Kemala Apsari Ai Atin Tsamrotul F Riesma Komalasari Annisa Rizkianing Siti Noviati Zahroh Widia Rachmatiah Hayat Anjarwati Luciana Anggitasari Euis Sari Awaliayah Hervina Heryanti

A. Pengertian Tes

(32)

instrument pengumpulan data adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu/kelompok.”

Pengertian Non Tes

Non tes merupakan alat ukur yang terdiri dari serangkaian pertanyaan, pernyataan atau stimulus lain yang harus direspon peserta didik atau yang membutuhkan respon mereka dalam situasi yang tidak dibakukan. (Sudjana,2006; Arikunto,2009; Arifin,2012)

B. Manfaat Tes dan Non Tes

1. Manfaat Tes

a. Penggunaan tes bisa meningkatkan objektivitas pengamatan guru.

b. Penggunaan tes dapat membuat siswa bertingkah laku dalam situasi yang relative terkontrol.

c. Tes dapat mengukur sampel kemampuan-kemampuan siswa.

d. Data hasil tes dapat dijadikan bahan untuk mengetahui kesesuaian antara hasil belajar dengan tujuan instruksional dan tolak ukurnya. e. Tes dapat mengungkap aspek-aspek perilaku yang

tidak dapat dilihat secara langsung.

f. Tes dapat mendeteksi karakteristik-karakteristik dan komponen-komponen perilaku.

g. Data hasil tes dapat digunakan untuk meramalkan perilaku atau prestasi mendatang.

h. Hasil tes merupakan data balikan tentang keberhasilan program pengajaran dan informasi untuk pembuatan keputusan. (Sudjana,2006; Arikunto,2009; Arifin,2012)

2. Manfaat Non Tes

a. Untuk mengumpulkan data yang tidak dapat dikumpulkan dengan teknik tes. Misalnya kebiasaan belajar siswa di rumah yang tidak dapat diketahui pada saat di sekolah.

(33)

sifatnya kuantitatif seperti aspek afektif dan psikomotor siswa. (Sudjana,2006; Arikunto,2009; Arifin,2012)

D. Jenis Tes dan Non Tes

1. Jenis Tes

a. Secara umum ada tiga jenis tes hasil belajar, yaitu :

b. Tes tertulis merupakan alat penilaian berbasis kelas yang penyajian maupun penggunaannya dalam bentuk tertulis. Peserta didik memberikan jawaban atas pertanyaan secara tertulis. Bentuk tes tertulis dapat berupa pilihan ganda, menjodohkan, benar salah, isian singkat dan uraian (esai).

c. Tes lisan merupakan alat penilaian yang dilakukan dalam suatu komunikasi langsung antara guru dan peserta didik. Pertanyaan diberikan oleh guru secara lisan dan peserta didik memberikan jawaban atas pertanyaan secara lisan pula.

d. Tes tindakan merupakan alat penilaian yang dilakukan bukan dalam bentuk pertanyaan melainkan dalam bentuk tugas atau kegiatan. Peserta didik melakukan tugas atau kegiatan berdasarkan instruksi tertentu dan guru mengamati peserta didik dalam menjalankan tugasnya.

(Wahyudin,dkk,2006;Arikunto,2009;Rasyid&Mansy ur,2009)

2. Jenis Non Tes

a. Wawancara, merupakan kegiatan tanya jawab yang dilakukan oleh pewawancara kepada responden untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Sebagai contoh, kegiatan wawancara seorang guu kepada peserta didiknya.

(34)

saat peserta didik berada di kelas, bermain di luar kelas bahkan di rumah masing-masing. c. Angket, merupakan alat pengumpul data yang

terdiri dari pertanyaan tertulis yang rinci dan lengkap dan harus dijawab (dilengkapi) oleh peserta didik tentang pribadinya atau informasi yang diketahuinya.

d. Skala, merupakan alat ukur untuk mengukur nilai, sikap, minat dan pehatian, dan lain-lain yang disusun dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden dan hasilnya dalam bentuk rentangan nilai sesuai dengan kriteria yang ditentukan. ( Wahyudin, dkk, 2006; Arikunto, 2009; Rasyid&Mansyur,2009)

E. Kisi-Kisi Tes dan Non Tes

1. Pengetian Kisi-Kisi

Kisi-kisi adalah suatu format yang memuat informasi untuk dijadikan pedoman dalam menulis soal atau merakit soal menjadi tes. (Nasution,dkk,1998;Wahyudin,dkk,2006;Muslich,2009 )

a. Tujuan Kisi-kisi

Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang lingkup materi tes yang akan diujikan dan berperan menjadi petunjuk dalam menulis soal sehingga sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Adapun wujudnya dapat berbentuk format atau matriks. (Nasution,dkk,1998;Wahyudin,dkk,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009).

b. Syarat Kisi-kisi yang Baik

1) Mewakili isi kurikulum yang akan diujikan. 2) Komponen-komponennya rinci, jelas, dan

mudah dipahami.

(35)

c. Komponen-Komponen dalam Penyusunan Kisi-Kisi Tes (Rakhmat & Solehuddin,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009)., diantaranya : 1) Jenis sekolah/jenjang sekolah

2) Mata Pelajaran 3) Tahun Ajaran

4) Kurikulum yang digunakan 5) Alokasi waktu

6) Jumlah Soal 7) Bentuk Soal

8) Standar Kompetensi 9) Kompetensi Dasar 10) Indikator 11) Bahan Kelas 12) Jumlah Soal 13) No Urut Soal 14) Bentuk Soal

Contoh Format Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar

Sekolah : Jumlah Soal :

Mata Pelajaran : Bentuk Soal/Tes :

Kurikulum : Penyusun : 1.

Alokasi Waktu : 2.

No .

Standar Kompeten si

Kompeten si Dasar

Kelas/ Semest er

Materi Pokok

Indikator Soal

(36)

Kisi-kisi Non Tes (Nasution,dkk,1998;Wahyudin,dkk,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009), diantaranya:

1) Jenis sekolah/jenjang sekolah

2) Mata Pelajaran

3) Tahun Ajaran

4) Kurikulum yang digunakan

5) Pokok Bahasan

6) Alokasi waktu

7) Jenis alat penilaian

8) Jumlah siswa

No. Tema/Aspek yang Diukur

Subtema/Subaspe k yang diukur

Kegiatan Alat Penilaian

2. Analisa Butir Soal

Analisis adalah penguraian dan penelaahan suatu pokok atas berbagai bagiannya. Analisis soal merupakan penelaahan soal dilihat dari berbagai aspek. Beberapa kegunaan hasil analisa butir soal diantaranya dapat dipergunakan untuk merevisi dan menuliskan kembali soal, menganalisa pengelompokan siswa, mengembangkan kualitas tes dan untuk membantu siswa

belajar dan guru mengajar.

(Nasution,dkk,1998;Wahyudin,dkk,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009).

(37)

pertanyaan agar diperoleh perangkat soal yang berkualitas memadai/baik. Untuk memperoleh perangkat soal yang berkualitas baik perlu dilakukan analisa tingkat kesukaran soal (difficulty index) dan daya pembeda soal (discriminating power). Analisa tingkat kesukaran soal adalah mengkaji soal-soal dari segi kesulitannya sehingga dapat diperoleh soal-soal yang termasuk soal mudah, sedang dan sukar. Analisa daya pembeda soal adalah mengkaji soal-soal tes dari segi kesanggupannya untuk membedakan siswa yang termasuk ke dalam kelompok unggul (higher group) dan kelompok Asor (lower group). (Rakhmat & Solehuddin,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009).

Analisa soal, khusus dilakukan untuk mengaplikasikan soal dengan bentuk B-S dan pilihan ganda. Sehingga akan diperoleh gambaran mengenai: tingkat kesukaran masing-masing soal untuk kelompok, bagaimana daya pembeda masing-masing soal dapat membedakan siswa dari kelompok unggul dengan kelompok Asor. Khusus untuk pilihan ganda, akan terlihat bagaimana efektifitas masing-masing alternative jawaban. (Nasution,dkk,1998; Rakhmat & Solehuddin,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009).

Langkah analisa untuk soal Benar-Salah dan pilihan ganda adalah sebagai berikut:

 Mengurutkan lembar jawaban siswa dari dua kelompok, kelompok unggul dengan skor tinggi dan kelompok asor dengan skor rendah.

 Mengecek masing-masing jawaban dan catat jumlah siswa yang menjawab benar dari masing-masing kelompok.

 Mencatat jumlah keseluruhan jawaban dari masing-masing soal dari masing-masing-masing-masing kelompok.

 Menggunakan formula norm referenced test untuk menghitung tingkat kesukaran soal dan daya pembeda soal (Rakhmat & Solehuddin,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009).

(38)

Asumsi yang digunakan untuk memperoleh kualitas soal yang baik, disamping untuk memenuhi validitas dan reliabilitas adalah adanya keseimbangan jumlah soal dari ketiga tingkat kesukaran soal. Keseimbangan yang dimaksud adalah adanya soal-soal yang termasuk mudah, sedang dan sukar secara proporsional. Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan guru sebagai pembuat soal. . (Rakhmat&Solehuddin,2006;Wahyudin,dkk,2006;Rasyi d&Mansyur,2009;Arifin,2012)

Dasar pertimbangan untuk menentukan proporsi jumlah soal yang termasuk mudah, sedang dan sukar adalah berdasarkan pada kurva normal, artinya sebagian besar soal berada dalam kategori sedang, sebagian lagi termasuk ke dalam kategori mudah dan sukar dengan proporsi yang seimbang. Proporsi antara soal mudah sedang dan sukar dapat dibuat 15%, 70%, 15%, artinya 15% soal mudah, 70% soal sedang dan 15% soal sukar, misalnya: jumlah seluruh soal 60, maka yang mudah 10 soal, yang sedang 40 soal dan yang sukar 10 soal. (Rakhmat & Solehuddin,2006; Sudjana,2006; Arikunto,2009).

Pertimbangan untuk menentukan kriteria soal, yaitu ukuran untuk apakah soal termasuk soal mudah, sedang atau sukar dapat digunakan judgement dari guru berdasarkan pertimbangan-pertimbangan. Pertimbangannya antara lain:

1) Kemampuan yang diukur dalam soal itu, misalnya a) Perilaku kognitif dan aspek pengetahuan atau

pemahaman termasuk kategori mudah

b) Kategori penerapan dan analisa termasuk katagori soal sedang

c) Kategori aspek sintesa dan evaluasi termasuk katagori soal sukar

2) Sifat anatesi yang diujikan, yaitu:

(39)

3) Isi bahan yang ditanyakan sesuai dengan bidang keilmuannya.

Cara melakukan analisa untuk menentukan tingkat kesukaran adalah dengan menggunakan rumus :

Keterangan:

Ru = Jumlah testi kelompok unggul yang menjawab benar suatu soal

R1 = Jumlah testi kelompok asor yang menjawab benar suatu soal

n= 27% dari seluruh test

Untuk menafsirkan hasilnya bisa menggunakan kriteria berikut:

< 0,10 = Sulit sekali 0,10 – 0,30 = Sulit 0,31 – 0,70 = Sedang 0,70 – 0,90 = Mudah >0,90 = Mudah sekali b. Analisa daya pembeda

Analisa daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu/tinggi prestasinya dengan siswa yang tergolong kurang/rendah prestasinya, artinya soal yang bersangkutan diberikan kepada siswa yang mampu hasilnya menunjukan prestasi tinggi dan apabila diberikan pada siswa yang kurang

hasilnya rendah.

(Nasution,dkk,1998;Wahyudin,dkk,2006;Arifin,2012)

Tes dikatakan tidak memiliki daya pembeda jika diberikan kepada dua kelompok siswa yang berbeda kemampuannya hasilnya sama, atau soal itu tidak menghasilkan gambaran yang sesuai dengan kemampuan siswayang sebenarnya. Analisis daya pembeda dapat dihitung dengan :

Keterangan:

(40)

R1 = Jumlah testi kelompok asor yang menjawab benar suatu soal

n = 27% dari seluruh testi

Untuk menafsirkan hasilnya bisa menggunakan kriteria berikut:

0,00 – 0,20 = Rendah 0,21 – 0,40 = Cukup 0,41 – 0,70 = Baik 0,71 – 1,00 = Baik sekali

Tingkat kebebasan didalam menjawab soal bentuk uraian itu bergradasi jadi hampir tidak dapat dikatakan mutlak, maka perhitungan signifikansi daya pembedanya tidak dapat didasarkan pada WL (jumlah testi dari lower group/kelompok asor yang menjawab salah) dan WH (jumlah testi dari higher group/kelompok unggul yang menjawab salah). Sebagai teknikya digunakan perhitungan signifikansi mean lower group dengan mean higher group atas tiap-tiap soal dengan rumus:

Keterangan :

t = tingkat signifikansi soal MH =Mean higher group ML = Mean lower group

= Jumlah kuadrat deviasi individual dari HG = Jumlah kuadrat deviasi individual dari LG ni= 27% dari N, dimana bagi HG dan LG, jumlahnya sama

Jadi, apabila t hitung lebih besar dari t tabel maka soal itu signifikandan sebaliknya apabila t hitung lebih kecil dari t tabel maka soal itu tidak signifikan. (Nasution,dkk,1998;Wahyudin,dkk,2006;Muslich,2009)

F. Review dan Revisi Soal

(41)

dan perbaikan (revisi) soal. Rakhmat & Solehuddin (2006 :27) mengemukakan bahwa merevisi soal dilakukan berdasarkan pada data empirik hasil uji coba, dengan melakukan perbaikan kembali terhadap soal-soal yang di anggap kurang memadai, atau mungkin membuang dan mengganti soal-soal yang dianggap tidak memenuhi syarat. Terdapat beberapa kaidah penulisan dalam mereview dan merevisi soal, baik soal pilihan ganda maupun soal uraian. ( Surapranata,2004; Rakhmat & Solehuddin, 2006 )

1. Kaidah penulisan soal pilihan ganda, diantaranya:

a. Soal harus sesuai dengan indikator.

b. Soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.

c. Soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar.

d. Soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat berlawanan ataupun berlawanan ganda.

e. Stem soal sebaiknya bukan kalimat tanya.

f. Bahasa yang digunakan harus komunikatif dan tidak bermakna ganda.

g. Jangan menggunakan bahasa yang

berlakusetempat, jika soal akan digunakan untuk daerah lain atau nasional.

h. Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.

i. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar.

j. Pengecoh harus berfungsi.

k. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi.

l. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama.

m. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “Semua pilihan jawaban di atas benar atau salah”.

n. Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis waktunya.

(42)

Contoh soal 1:

(43)

a. 60 kg

b. 750 kg c. 75 kgd. 600 kg

Contoh soal diatas kurang baik karena bertele-tele. Selain itu pilihan jawabannya tidak diurutkan dari bilangan terkecil sampai bilangan terbesar. Sehingga setelah direview dan direvisi dapat diperoleh soal sebagai berikut:

“Pada masa memanen padi, ayah mendapatkan 12 karung beras. Yang masing-masing karung berisi 50kg. Panen berikutnya ayah mendapatkan 15 karung beras, maka banyaknya beras adalah . . . kg”.

a. 60 b. 75 c. 600

d. 750 (kunci jawaban )

Contoh soal 2:

Seorang anak SD melakukan penjumlahan bilangan pecahan, misalnya .. Berapakah jumlah penjumlahan bilangan pecahan tersebut?

a. b. 6 c. 7 d. 8

Contoh soal diatas kurang baik karena kurang singkat dan sukar di pahami. Alternatif jawaban b, c, dan d kurang masuk akal. Sehingga setelah direview dan direvisi dapat diperoleh soal sebagai berikut:

. . .

a. (penyebut dan pembilang sama-sama dikalikan) b. (penyebut dan pembilang sama-sama dijumlahkan) c. (penyebut dan pembilang dikali silang)

(44)

2. Sedangkan kaidah penulisan soal uraian diantaranya:

a. Soalsesuaidengankisi-kisi.

b. Batasanpertanyaandanjawabanyang diharapkansudahsesuai.

c. Isimateriyang ditanyakansesuaidenganjenjangjenjang atau tingkatkelas.

d. Menggunakankatatanyaatauperintahyang menuntutjawabanuraian.

e. Adapetunjukyang jelastentangcaramengerjakansoal.

f. Adapedomanpenskorannya.

g. Tabel,gambar,grafik,petaatauyang

sejenisnyadisajikandenganjelasdanterbaca.

h. Soal harus komunikatif.

i. SoalmenggunakanbahasaIndonesia yang baku.

j. Tidak menggunakan kata / ungkapan yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian.

k. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.

l. Rumusan soal tidak mengandung kata/ ungkapan yang dapat menyinggung perasaan siswa.

Contoh soal 1:

Sesuai dengan indikator.

 Indikator :

Disajikan data gaya dan perpindahan, siswa dapat menentukan usaha yang dihasilkan.

 Soal :

Balok dikenai gaya 10 N sehingga berpindah 2 m. Tentukan usaha yang dilakukan gaya pada balok!

“Balok diberi gaya 10 N sehingga berpindah 2 m. Tentukan usaha yang dilakukan gaya pada balok!” (lebih baik)

Contoh soal 2:

Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan sudah sesuai.

 Indikator :

Menjelaskan cara membuat magnet.

(45)

“Jelaskan 3 cara membuat magnet!” (lebih baik)

G. Uji Coba Soal

Uji coba soal adalah upaya untuk mendapatkan informasi empirik mengenai sejauh mana sebuah soal dapat mengukur apa yang hendak diukur. Informasi empirik tersebut pada umumnya menyangkut segala hal yang dapat mempengaruhi validitas maupun reliabilitas soal, seperti tingkat kesukaran soal, tingkat daya pembeda soal, dan lain sebagainya. Dari hasil uji coba akan diketahui apakah suatu soal “dapat berfungsi” ataupun “tidak berfungsi” dalam mengukur aspek-aspek yang hendak diukur. (Sudjana,2006; Arikunto,2009; Arifin,2012)

Rasyid, Harun dan Mansyur. (2009). Penilaian Hasil Belajar.

Bandung: CV Wacana Prima.

Wahyudin, Uyu. dkk. 2006. Evaluasi Pembelajaran Sekolah Dasar.

Bandung: UPI PRESS.

Widyoko, Eko P. (t.t.). Evaluasi Program Pembelajaran. [Online].

Diakses

dari:

http://www.umpwr.ac.id/download/publikasiilmiah/

Evaluasi%20Program%20Pembelajran.pdf.

14

November 2014

Muslich, Masnur. 2009. Melaksanakan PTK Itu Mudah. Jakarta: PT.

BUMI AKSARA.

Nasution, dkk. 1998. Evaluasi Pengajaran. Jakarta: Pusat Penerbitan

Universitas Terbuka

Wahyudin, dkk. 2006. Evaluasi Pembelajaran SD. Bandung: UPI

PRESS.

(46)

Siahaan, Parsaoran. (2014) Kaidah Penulisan Soal [Online] Tersedia:

http://file.upi.edu/directory/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/19

5803011980021-PARSAORAN_SIAHAAN/RPP-LKS-Power_Point-dll/Kaidah_Penulisan_Soal

.pdf[03 Desember

2014]

BAB VI

PENGOLAHAN DATA

Tim Penulis : Rizkarani Witya Fitri Nuringtyas Wijayanti Lisma Mahinda Pratama N Sindi Apriliani Lestari Nurlatifah Sulastini Firda Fadhilah Sitta Nurfazar Asep Vindi Nugraha Febri Rezki Putri Dwi Larasati

A. Pengadministrasian Data

Menurut Arifin (2006) dalam mengolah data hasil tes, ada 4 (empat) langkah pokok yang harus ditempuh, yaitu:

(47)

b. Mengubah skor mentah menjadi skor standar sesuai dengan norma tertentu.

c. Mengkonversikan skor standar ke dalam nilai, baik berupa huruf maupun angka.

d. Melakukan analisis soal (jika diperlukan) untuk mengetahui derajat validitas dan reliabilitas soal, tingkat kesukaran soal (difficulty index), dan daya pembeda.

Setelah melakukan kegiatan tes, guru mengolah data. Adapun cara-cara pengolahan hasil evuasi adalah sebagai berikut :

a. Cara Memberi Skor Mentah untuk Tes Uraian

Arifin (2012:223) cara memberi skor mentah untuk tes uraian dapat dicari dengan dua cara, yaitu:

1) Bobot dinyatakan dalam system skor maksimum sesuai dengan tingkat kesukarannya. Sebagai missal untuk soal yang mudah skor maksimumnya adalah 6, untuk skor yang sedang skor maksimumnya 7 dan untuk skor yang tergolong sulit diberi skor maksimum 10. Dengan demikian ketika menggunakan cara ini peserta didik tidak mungkin mendapatkan skor 10.

Contoh 1 : Guru memberikan tiga soal uraian kepada peserta didik. Setiap soal diberi skor (x) , setiap soal memilki skor dalam rentang 1-10 sesuai dengan kualitas jawaban peserta didik tersebut.

Tabel 1

Penghitungan Skor dengan Sistem Bobot Pertama No.

Soal Tingkat Kesukaran Jawaban Skor (x)

1 Mudah Betul 6

2 Sedang Betul 7

3 Sukar Betul 10

Jumlah ∑ x =23

Rumus Skor: ∑x ∑s

Keterangan: ∑x = jumlah skor ∑s = jumlah soal

(48)

2) Bobot dinyatakan dalam bilangan-bilangan tertentu sesuai dengan tingkat kesukaran soal. Sebagai contoh; soal mudah diberi bobot 3, soal sedang diberi bobot 4 dan soal yang sulit diberi bobot 5. Dengan menggunakan cara ini memungkinkan peserta didik mendapatkan skor 10.

Contoh 2 : Guru memberikan tiga soal uraian kepada peserta didik. Masing-masing soal diberi bobot sesuai dengan tingkat kesulitannya, yaitu bobot 5 untuk soal yang sukar; bobot 4 untuk soal sedang, dan bobot 3 untuk soal yang mudah. , setiap soal memilki skor dalam rentang 1-10 sesuai dengan kualitas jawaban peserta didik tersebut.Kemudian skor (X) yang dicapai oleh setiap peserta didik dikalikan dengan bobot setiap soal.

Tabel 2

Penghitungan Skor dengan Sistem Bobot Kedua No.

Soal KesukaranTingkat Jawaban Skor(X) Bobot(B) XB

1 Mudah Betul 10 3 30

2 Sedang Betul 10 4 40

3 Sukar Betul 10 5 50

Jumlah ∑X=23 ∑B=12 ∑XB=120

Rumus Skor: ∑XB ∑B Keterangan:

TK = tingkat kesukaran X = kor tiap soal

B = bobot sesuai dengan tingkat kesukaran soal ∑XB= jumlah hasil perkalian X dengan B

(49)

Arikunto (2009:164) mengemukakan bahwa “tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk esai.”

Ada dua cara untuk memberikan skor pada soal tes bentuk objektif, yaitu:

1) Tanpa menggunakan rumus tebakan (Non Guessing Formula)

Cara ini digunakan apabila soal belum diketahui tingkat kebaikannya. Caranya adalah dengan menghitung jumlah jawaban yang betul saja, setiap jawaban betul diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0. Jadi, skor = jumlah jawaban yang betul.

2) Menggunakan Rumus Tebakan (Guessing Formula) Rumus ini digunakan apabila soal-soal tes itu sudah

pernah diujicobakan dan dilaksanakan sehingga dapat diketahui tingkat kebenarannya. Adapun rumus-rumus tebakan tersebut adalah;

a) Untuk item bentuk benar-salah (true-false) Rumus: S = ∑B - ∑S

Keterangan: S = skor yang dicari

∑B = jumlah jawaban yang benar ∑S = jumlah jawaban yang salah b) Untuk item bentuk pilihan-ganda (multiple choice)

Rumus: S = ∑B - ∑S n – 1

Keterangan: S = skor yang dicari ∑B = jumlah jawaban yang benar ∑S = jumlah jawaban yang salah

n = jumlah alternative jawaban yang disediakan 1 = bilangan tetap

c) Untuk soal bentuk menjodohkan (matching) Rumus: S = ∑B

Keterangan: S = skor yang dicari ∑B = jumlah jawaban yang benar

d) Untuk soal bentuk jawaban singkat (short answer) dan melengkapi (completion)

Rumus: S = ∑B

(50)

c. Skor Total (Total Score)

Arifin (2009: 231) mengemukakan bahwa “Skor total adalah jumlah skor yang diperoleh dari seluruh bentuk soal setelah diolah dengan rumus tebakan (guessing formula). d. Konversi Skor

Arifin (2009: 231) mengemukakan bahwa “Konversi skor adalah proses transformasi skor mentah yang dicapai peserta didik ke dalam skor terjabar atau skor standar untuk menetapkan nilai hasil belajar yang telah diperoleh.” Yang secara tradisional seringkali guru menggunakan rumus sebagai berikut:

Nilai = ∑X 10 (skala 0 – 10)

Keterangan : ∑X = jumlah skor mentah ∑S = jumlah soal

e. Cara Memberi Skor untuk Skala Sikap

Cara memberi skor dalam ranah afektif berbeda dengan cara memberi skor pada ranah kognitif. Arikunto (2009: 179-182) mengemukakan bahwa ada beberapa bentuk skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, antara lain : skala likert,skala pilihan ganda, skala thurstone,skala guttman,semantic differential dan pengukuran minat.”

f. Cara Memberi Skor untuk Domain Psikomotor

Arifin (2009) mengemukakan bahwa “cara memberi skor dalam domain psikomotor dapat dilakukan dengan cara menggunakan tes tindakan melalui simulasi, unjuk kerja atau tes identifikasi. Salah satu instrument yang dapat digunakan adalah skala penilaian yang terentang dari sangat baik (5), baik (4), cukup baik (3), kurang baik (2), sampai pada hasil tidak baik (1).”

g. Pengolahan Data Hasil Tes: PAP dan PAN

(51)

terlebih dahulu menjadi skor standar sebelum ditetapkan menjadi nilai akhir.

1) Penilaian Acuan Patokan (PAP)

Penilaian Acuan Patokan ( PAP ) dititikberatkan pada apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik. Dapat pula dikatakan penilaian ini dititikberatkan pada kemampuan-kemampuan apa yang telah dicapai oleh peserta didik sesudah menyelesaikan satu bagian kecil dari suatu keseluruhan program.

Dengan demikian Penilaian Acuan Patokan ( PAP ) meneliti apa yang dapat dikerjakan oleh peserta didik, bukan membandingkan seorang peserta didik dengan teman sekelasnya, melainkan dengan suatu kriteria atau patokan yang spesifik. Kriteria yang dimaksud adalah suatu pengalaman tingkat belajar yang diharapkan tercapai sesudah selesai kegiatan belajar, atau sejumlah kompetensi dasar yang telah ditetakan terlebih dahulu sebelum kegiatan belajar berlangsung.Misalnya kriteris itu menggunakan 75% atau 80%. Bagi peserta didik yang kemampuannya berada di bawah kriteria yang telah ditetapkan dinyatakan belum berhasil dan harus mendapatkan remedial. (Arifin ,2009;Arikunto,2009)

2) Penilaian Acuan Norma (PAN)

Penilaian Acuan Norma (PAN), makna angka (skor) seorang peserta didik ditentukan dengan cara membandingkan hasil belajar peserta didik dengan hasil belajar peserta didik lainnya dalam satu kelompok atau kelas. Peserta didik dikelompokkan berdasarkan jenjang hasil belajar sehingga dapat diketahui kedudukan relative seorang peserta didik jika dibandingkan dengan teman sekelasnya. (Arifin , 2009;Arikunto,2009)

Tujuan penilaian acuan norma ini adalah untuk membedakan peserta didik atas kelompok-kelompok tingkat kemampuan, mulai dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi. Secara ideal, pendistribusian tingkat kemampuan dalam satu kelompok menggambarkan suatu kurva normal. (Arifin , 2009;Arikunto,2009)

B. Mean, Median, Modus dan Range

(52)

a. Mean

Mean adalah nilai rata – rata dari suatu data yang terdiri dari dua datum atau lebih.

b. Median

Median/Nilai Tengah ( Me ) adalah nilai yang letaknya di tengah dari data yang telah diurutkan dari nilai terkecil sampai terbesar. Jika banyak data ganjil maka Me adalah data yang terletak tepat yang ditengah setelah diurutkan · Jika banyak data genap maka Me adalah rata-rata dari dua data yang terletak di tengah setelah diurutkan.

c. Modus

Modus adalah data yang paling sering muncul atau yang memiliki frekuensi terbanyak. Jika suatu data tidak ada nilai ( datum ) yang sama maka modusnya tidak ada.

d. Range

Range adalah selisih dari nilai terbesar dengan nilai terkecil.

2.Rumus mean,median,modus dan range data berkelompok (Muhidin,2006)

a. Mean ( Me )

= atau = Keterangan :

= x = titik tengah interval kelas ke-i

= f = frekuensi pada interval kelas ke-i = = banyak data ( jumlah semua frekuensi ) b. Median

Me = Tb + p. Keterangan :

(53)

c. Modus ( Mo )

Mo = Tb + p .( ) Keterangan :

Tb = tepi bawah kelas modus P =

Gambar

Tabel 2Penghitungan Skor dengan Sistem Bobot Kedua

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kegiatan penialaian pembelajaran, guru sudah menggunakan penilaian autentik. Guru menilai sikap siswa melalui pengamatan, pengetahuan dengan menggunakan soal

Prestasi belajar adalah penilaian terhadap hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauh mana ia telah mencapai sasaran belajar. Dalam kegiatan sehari hari di sekolah, guru

Pada tahap ini penting untuk diketahui sejauh mana kemampuan guru-guru setelah melakukan pembelajaran di depan Kelas. Setelah itu peneliti menyampaikan hal-hal

Kegiatan Deskripsi Ya Tidak Keterangan pelaksanaan tugas tersebut berguna untuk mengetahui sudah tercapainya tujuan atau belum Penilaian Guru melaksanakan

Kegiatan LS dalam pembelajaran, selain sebagai upaya mengaktifkan siswa berdampak pada guru dapat melakukan review terhadap kinerja guru dan pengembangan kemampuan akademik dan

Evaluasi pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam pengembangan pembelajaran PKn. Melalui kegiatan evaluasi pembelajaran guru tidak hanya dituntut melakukan

Dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran tuntas, lazimnya guru mengadakan penilaian awal untuk mengetahui kemampuan peserta didik

Bagaimana cara guru melakukan penilaian dalam kelas yang menggunakan pendekatan Whole Language.. Mengapa pembelajaran membaca dan menulis permulaan penting untuk dipelajari siswa di