• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORITINJAUAN TEORI

KKM Kognitif Afektif Psikomotor

1 70 87 64 74 Tercapai 2 65 93 71 76 Tercapai 3 65 86 70 74 Tercapai 4 65 74 76 72 Tercapai 5 100 87 75 87 Tercapai 6 85 92 76 84 Tercapai 7 90 86 76 84 Tercapai 8 40 94 76 70 Tercapai 9 80 85 64 76 Tercapai 10 85 87 74 82 Tercapai 11 90 88 73 84 Tercapai 12 95 93 69 85 Tercapai 13 95 76 73 81 Tercapai 14 95 97 70 87 Tercapai 15 85 77 73 78 Tercapai 16 95 96 69 87 Tercapai 17 95 87 79 87 Tercapai 18 75 87 67 76 Tercapai 19 95 77 75 82 Tercapai 20 95 93 79 89 Tercapai 21 80 92 75 82 Tercapai 22 95 86 79 87 Tercapai 23 95 94 74 88 Tercapai 24 95 98 75 89 Tercapai 25 95 89 70 85 Tercapai 26 90 89 64 81 Tercapai 27 80 86 80 82 Tercapai 28 35 60 60 52 Tidak Tercapai rata-rata 81

Tabel 60 menunjukkan prestasi belajar berdasarkan hasil penilaian otentik. Nilai rata-rata kelas sebesar 81 dan jumlah siswa yang mencapai KKM ada 27. Hasil prestasi belajar yang diperoleh pada siklus 2 dengan aspek kognitif digunakan untuk menentukan ketercapaian target yang menjadi indikator

keberhasilan peneltian. Hasil ketercapaian prestasi belajar dapat dilihat pada tabel 61.

Tabel 61. Hasil Penelitian Prestasi Belajar Siklus 2 N

o Variabel dan Indikator

Target Siklus 2

Capaian

Siklus 2 Keterangan 2. Prestasi Belajar

a. Siswa yang mencapai

KKM 70% 92,9%

Target tercapai b. Nilai rata-rata kelas

70 83 Target

tercapai Tabel 61 menunjukkan bahwa target siswa yang mencapau KKM dan nilai rata-rata kelas telah mencapai target sebesar 70% untuk siswa yang mencapai KKM dan 70 untuk nilai rata-rata kelas. Siswa yang mencapai KKM pada siklus 2 ada 92,9% dengan rata-rata kelas sebesar 83. Prestasi belajar telah mencapai target, sehingga penelitian diakhiri pada siklus 2.

Hasil perolehan minat dan prestasi belajar IPA yang telah diperoleh baik pada siklus 1 maupun siklus 2 digunakan untuk menentukan ketercapaian target sebagai indikator keberhasilan. Hasil minat dan prestasi belajar IPA pada siklus 1 dan 2 dapat dilihat pada tabel 62 berikut.

Tabel 62. Hasil Penelitian N o Variabel dan Indikator Kondisi Awal Target Siklus 1 Capaian Siklus 1 Ket Target Siklus 2 Capaian Siklus 2 Ket 1 Minat Belajar a. Persentase siswa yang berminat 50,04% 85% 78,27% Target belum tercapai 85% 85,12% Target tercapai b. Jumlah siswa yang termasuk kategori minimal cukup berminat 53,57% 85% 83,33% Target belum tercapai 85% 85,71% Target tercapai 2. Prestasi Belajar a. Siswa yang mencapai KKM 46,5% 70% 53,6% Target belum tercapai 70% 92,9% Target tercapai b. Nilai rata-rata kelas 60,5 70 63 Target belum tercapai 70 83 Target tercapai

Tabel 62 menunjukkan bahwa ada peningkatan minat belajar dan pencapaian target indikator keberhasilan. Peningkatan minat belajar ditunjukkan oleh persentase siswa yang berminat juga mengalami kenaikan dari kondisi awal sebesar 50,04%, 78,27% pada siklus 1, dan 85,12% pada siklus 2. Jumlah siswa yang termasuk kategori minimal cukup berminat saat pembelajaran IPA dari kondisi awal sebesar 53,57% menjadi 83,33% pada siklus 1 dan 85,71% pada siklus 2. Capaian minat belajar belum mencapai target pada siklus 1 sebesar 85,00%. Oleh karena itu, penelitian ini dilanjutkan ke siklus 2. Target minat belajar dapat tercapai pada siklus 2, sehingga penelitian ini dinyakan berhasil dan diakhiri pada siklus 2.

Prestasi belajar juga mengalami peningkatan dan mencapai target indikator keberhasilan. Peningkatan prestasi ditunjukkan oleh kenaikan jumlah siswa yang

mencapai KKM dari kondisi awal sebesar 46,5 % menjadi 53,6% pada siklus 1 dan 92,9% pada siklus 2. Jumlah siswa yang mencapai KKM ini belum mencapai target sebesar 70% pada siklus 1, tetapi dapat mencapai target pada siklus 2. Nilai rata-rata kelas juga mengalami kenaikan dari kondisi awal sebesar 60,5 menjadi 63 pada siklus 1 dan 83 pada siklus 2. Rata-rata ini belum mencapai target sebesar 70 pada siklus 1, sehingga penelitian ini dilanjutkan ke siklus 2. Target keberhasilan tersebut dapat dicapai pada siklus 2. Oleh karena itu, penelitian ini diakhiri pada siklus 2.

C. Pembahasan

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan pendekatan kontekstual dalam meningkatkan minat dan prestasi belajar IPA pada siswa kelas V SD Kanisius Gamping tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus karena target keberhasilan belum tercapai pada siklus 1. Kedua siklus masing-masing dilaksanakan dalam waktu 6 JP. Subjek penelitian adalah 28 siswa kelas V SD Kanisius Gamping pada tahun ajaran 2013/2014.

Objek penelitian ini adalah peningkatan minat dan prestasi belajar IPA menggunakan pendekatan kontekstual. Minat belajar mencakup 4 indikator, yaitu: (1) siswa memiliki rasa senang saat pembelajaran IPA; (2) siswa memperhatikan saat proses pembelajaran IPA; (3) siswa terlibat dalam proses pembelajaran IPA; dan (4) siswa berinisiatif mencari informasi baru. Data mengenai minat belajar IPA diperoleh dari hasil kuesioner dan observasi minat belajar.

Prestasi belajar IPA mencakup standar kompetensi 4. Memahami hubungan antara sifat bahan dengan penyusunnya dan perubahan sifat benda pada kompetensi dasar 4.1 Mendeskripsikan hubungan antara sifat bahan dengan bahan penyusunnya misalnya benang, kain dan kertas dan 4.2 Menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap. Data prestasi pada kondisi awal diperoleh dari hasil tes yang dilakukan guru, sehingga hanya memuat aspek kognitif. Guru belum melakukan ragam penilaian yang dapat menggambarkan penilaian otentik. Oleh karena itu, analisis data prestasi pada penelitian ini dilakukan untuk aspek kognitif. Prestasi belajar IPA diperoleh dari hasil tes berupa pilihan ganda.

Tindakan dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kontekstual, sehingga pembelajaran dilaksanakan berdasarkan 7 komponen utama dari kontekstual. Yuliana (2011:75) menyebutkan bahwa komponen pembelajaran kontekstual adalah konstruktivisme, tanya jawab, inkuiri, komunitas belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian otentik. Komponen tersebut dilaksanakan dalam pembelajaran pada setiap pertemuan dalam siklus 1 dan 2. Pembelajaran selalu diawali dengan kegiatan apersepsi yang bertujuan untuk menggali pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Hal ini sesuai dengan prinsip dalam komponen konstruktivisme yang mengaitkan pengetahuan yang akan dipelajari dengan yang telah dimiliki. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, sehingga siswa lebih terlibat dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran dalam penelitian ini juga dilaksanakan dengan adanya kegiatan tanya jawab baik di dalam kelas secara klasikal maupun di dalam

kelompok. Yuliana (2011:76) menjelaskan bahwa kegiatan tanya jawab berfungsi untuk menggali informasi dan kemampuan yang telah dimiliki siswa, membangkitkan motivasi, merangsang keingintahuan, mengarahkan siswa dalam proses membangun pemahamannya, dan memberikan penguatan. Kegiatan tanya jawab yang berlangsung dua arah merangsang keingintahuan sebagai wujud dari inisiatif siswa terhadap pembelajaran IPA.

Komponen inkuiri ditunjukkan dengan kegiatan yang dilakukan siswa dalam kelompok. Kegiatan inkuiri dilaksanakan dengan tahapan observasi, perumusan masalah, pengajuan hipotesis, pengumpulan data, analisis data, dan penarikan kesimpulan. Tahapan observasi dilaksanakan dengan mengajak siswa untuk melihat keadaan yang ada di kehidupan sehari-hari. Perumusan masalah dilaksanakan melalui pertanyaan yang muncul dalam diskusi secara klasikal. Guru memberikan penekanan terhadap pertanyaan yang menjadi rumusan masalah. Pengajuan hipotesis dilaksanakan dalam kegiatan tanya jawab secara klasikal dengan bimbingan guru. Siswa memberikan dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan. Pengumpulan data dilaksanakan dengan melakukan percobaan di dalam kelompok dan melengkapi LAS yang telah disediakan.

Percobaan yang dilaksanakan pada pertemuan 1 siklus 1 adalah menentukan bahan penyusun benda. Percobaan yang dilaksanakan pada pertemuan 2 siklus 1 adalah menentukan sifat jenis kertas, kain, dan benang. Percobaan yang dilaksanakan pada pertemuan 3 siklus 1 adalah menguji kekuatan benang. Percobaan yang dilaksanakan pada pertemuan 1 siklus 2 adalah menentukan perubahan sifat pada pembakaran, pemanasan, pencampuran dengan air, dan

pendinginan. Percobaan yang dilaksanakan pada pertemuan 2 siklus 2 adalah menentukan perubahan sifat pada perkaratan dan pembusukan. Kegiatan percobaan dalam kelompok dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar. 3 Contoh Kegiatan Siswa Melakukan Percobaan

Gambar 3 menunjukkan kelompok 1 yang sedang melakukan percobaan untuk menguji kekuatan benang. Percobaan tersebut dilaksanakan dalam kelompok dengan bimbingan guru. Data yang diperoleh dari kegiatan tersebut kemudian dibahas dalam kelompok tersebut. Pembahasan tersebut digunakan untuk membuat kesimpulan. Salah satu contoh kesimpulan yang dapat disusun oleh siswa dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Contoh Kesimpulan LAS

Gambar 4 menunjukkan bahwa siswa dapat membuat kesimpulan bahwa benang yang mudah putus adalah benang jahit. Kesimpulan tersebut berdasarkan data yang diperoleh dari hasil percobaan yang menunjukkan benang jahit yang putus dengan beban 90 kelereng dan benang lain yang tidak putus.

Komunitas belajar dilaksanakan dengan adanya kegiatan percobaan dan diskusi yang dilaksanakan dalam kelompok. Setiap pertemuan pada siklus 1 dan 2 selalu dilaksanakan dalam kegiatan yang melibatkan komunitas belajar. Komunitas belajar ini menekankan pada kemampuan bekerja sama dan berbagi pengetahuan dan pengalaman. Salah contoh bentuk komunitas belajar yang dilaksanakan siswa dalam pembelajaran dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Contoh komunitas belajar

Gambar 5 menunjukkan contoh komunitas belajar yang sedang berdiskusi mengenai LAS yang diberikan guru pada pertemuan 2 siklus 1. Siswa dapat saling berbagi informasi dan mengembangkan pengetahuannya melalui komunitas belajar ini. Guru hanya sebagai fasilitator ketika siswa mengalami kesulitan.

Pemodelan dilaksanakan dengan adanya gambar, benda di sekitar, dan demontrasi dari guru mengenai percobaan. Guru memberikan gambar benda-benda yang ada di sekitar dan contoh perubahan sifat benda-benda baik yang disebabkan oleh pemanasan, pendinginan, pembakaran, pencampuran dengan air, perkaratan, dan pembusukan.

Selain gambar, guru juga memberikan benda-benda nyata seperti sendok, kain, kawat, buku, pensil, paku, karet, dan benda lainnya yang ada di sekitar. Guru melakukan demonstrasi, tetapi hanya pada siklus 1 untuk membantu siswa dalam melakukan percobaan. Guru juga memberikan contoh kartupedia yang harus dibuat siswa berdasarkan hasil percobaan yang telah dilaksanakan. Pemodelan ini dilaksanakan agar siswa mendapatkan gambaran dan mampu mengembangkan pengetahuannya yang lebih luas. Siswa dapat membuat kartupedia berdasarkan

contoh yang telah diberikan guru dengan mengembangkan kartupedia tersebut. Contoh kartupedia dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Kartupedia

Gambar 6 menunjukkan kartupedia yang telah dibuat siswa. Siswa membuat kartupedia tersebut dengan melihat contoh yang diberikan guru, tetapi mengembangkan kartupedia tersebut sesuai dengan kreativitas. Hal ini menunjukkan bahwa pemodelan bukan sekedar memberikan siswa kesempatan untuk meniru , tetapi membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuannya.

Refleksi dilaksanakan dengan adanya pengisian lembar refleksi yang dilakukan oleh siswa sebelum mengakhiri pembelajaran. Tujuan refleksi adalah membantu siswa menemukan makna dari pengalaman yang telah dilaksanakan. Contoh lembar refleksi yang diisi siswa dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. Contoh lembar refleksi

Gambar 7 menunjukkan bahwa lembar refleksi ini berisi mengenai perasaan siswa yang senang saat mengikuti pembelajaran, manfaat yang diperoleh siswa yaitu mengetahui kekuatan benang, kesulitan yang dihadapi saat mengaitkan benang wol, dan cara mengatasinya dengan berusaha keras. Kesadaran terhadap manfaat pembelajaran yang telah dilaksanakan akan membantu siswa untuk membangun minat belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Mardapi (2008:112) yang menyatakan bahwa kesadaran tentang manfaat dari mata pelajaran menjadi tanda bahwa siswa tersebut memiliki minat.

Penilaian otentik dilaksanakan dengan adanya penilaian melalui berbagai macam teknik baik tes maupun non tes. Jika penilaian dilaksanakan secara otentik, maka prestasi yang diukur adalah keadaan sebenarnya yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Aspek kognitif diperoleh dari hasil tes menggunakan soal evaluasi dalam bentuk pilihan ganda. Aspek afektif diperoleh dengan melakukan perhitungan rata-rata dari kuesioner minat belajar dan rubrik penilaian. Aspek psikomotor diperoleh dari perhitungan rubrik penilaian.

Selanjutnya, peneliti melakukan perhitungan nilai akhir siswa dengan cara menghitung rata-rata dari nilai kognitif, afektif, dan psikomotor.

Prestasi belajar siswa lebih tinggi jika dilaksanakan melalui penilaian otentik. Hal ini terlihat pada hasil perbandingan antara nilai yang diperoleh dari hasil tes dengan hasil penilaian otentik. Jumlah siswa yang mencapai KKM pada penilaian otentik lebih tinggi dibandingkan pada penilaian kognitif. Jumlah siswa yang mencapai KKM pada penilaian otentik ada 67,9% pada siklus 1 dan 96,4% pada siklus 2. Jumlah siswa yang mencapai KKM pada penilaian kognitif ada 53,6% pada siklus 1 dan 92,9% pada siklus 2. Penerapan komponen penilaian otentik menunjukkan persentase jumlah siswa yang mencapai KKM lebih tinggi dibandingkan dengan penilaian yang hanya mencakup aspek kognitif. Penilaian ini selengkapnya dapat dilihat pada bagian hasil penelitian bab IV. Komalasari (2011:12) menjelaskan bahwa penilaian otentik tidak hanya menekankan pada hasil tetapi juga proses. Penilaian otentik dapat menilai aspek yang tidak dinilai pada penilaian yang mengacu pada aspek kognitif, sehingga penilaian otentik menunjukkan prestasi belajar yang merupakan keadaan siswa sebenarnya.

Pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual dengan menerapkan ketujuh komponen utama pendekatan kontekstual memberikan dampak terhadap minat belajar IPA. Hal ini ditunjukkan dengan hasil observasi pada saat pelaksanaan pembelajaran. Pembelajaran baik pada siklus 1 maupun 2 menunjukkan bahwa siswa memiliki rasa senang dengan adanya sikap ceria dalam bentuk tawa. Sikap ceria tersebut muncul pada saat guru menunjukkan benda yang digunakan dalam percobaan, mengajak untuk membentuk kelompok, melakukan

percobaan, dan beraktivitas di luar kelas. Bentuk sikap ceria yang ditunjukkan oleh siswa dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar 8. Siswa yang menunjukkan sikap ceria

Gambar 8 menunjukkan siswa yang memiliki sikap ceria dalam mengikuti proses pembelajaran. Siswa dalam satu kelompok tersebut nampak tertawa dan bersemangat. Siswa juga memperhatikan proses pembelajaran yang ditunjukkan oleh adanya siswa yang menyimak penjelasan guru dan segera melakukan percobaan setelah mendapatkan penjelasan dari guru dan melengkapi LAS. Contoh kegiatan siswa yang melakukan percobaan dapat dilihat pada gambar 9.

Gambar 9 menunjukkan siswa yang sedang melakukan percobaan mengenai sifat jenis kertas, kain, dan benang. Siswa dalam gambar sedang mencoba untuk melilitkan benang pada kayu.

Siswa terlibat dalam proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan adanya siswa yang berusaha untuk menjawab pertanyaan guru, mengajukan pertanyaan dan menyimak penjelasan guru mengenai pertanyaan yang diajukan siswa, semua kelompok yang berusaha untuk maju ke depan, dan siswa yang bekerja dalam kelompok ketika melakukan percobaan dan diminta untuk berdiskusi serta semua siswa terlibat dalam mengerjakan tugas LAS. Siswa yang maju ke depan kelas dapat dilihat pada gambar 10.

Gambar 10. Siswa presentasi

Gambar 10 menunjukkan siswa yang sedang presentasi di depan kelas. Siswa mempresentasikan hasil diskusi berdasarkan percobaan yang telah dilaksanakan. Setelah siswa mempresentasikan hasil diskusi, siswa diminta untuk memilih kotak angka dan mengelompokkan isi dalam kotak angka sesuai dengan kelompok perubahan sifat benda.

Inisiatif siswa belum nampak pada pertemuan 1 dalam siklus 1 karena hanya ada 1 siswa yang bertanya mengenai bahan baku pembuatan kertas. Namun, insisatif siswa mulai muncul pada pertemuan selanjutnya. Hal ini ditunjukan dengan antusiasme siswa ketika diajak belajar diluar kelas, siswa yang berusaha mencari penjelasan di buku paket, menjawab pertanyaan guru mengenai pembelajaran sebelumnya dan mengajukan pertanyaan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan materi, adanya ketertarikan ketika melakukan percobaan. Siswa yang berusaha untuk bertanya dapat dilihat pada gambar 11.

Gambar 11. Siswa yang bertanya

Gambar 11 menunjukkan siswa yang mengangkat untuk bertanya. Siswa tersebut bertanya mengenai perbedaan antara kain wol dengan kain flannel. Hasil observasi juga menunjukkan peningkatan persentase siswa yang berminat. Peningkatan minat belajar berdasarkan hasil observasi dapat dilihat pada gambar 12.

5 0 .0 4 % 8 5 % 8 5 .0 0 % 8 5 .1 2 % 7 8 .2 7 % 0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00% 90.00% Siklus 1 Siklus 2 kondisi awal Target Capaian

Gambar 12. Bagan Minat Belajar berdasarkan Observasi

Gambar 12 menunjukkan peningkatan minat belajar siswa berdasarkan observasi dari kondisi awal sebesar 50,04% menjadi 78,27% pada siklus 1 dan 85,12% pada siklus 2. Minat siswa tersebut juga mencapai target keberhasilan pada siklus 2 sebesar 85%. Peningkatan minat belajar siswa juga dilihat berdasarkan hasil kuesioner. Hasil kuesioner minat belajar yang terdiri dari indikator (1) siswa memiliki rasa senang saat pembelajaran IPA; (2) siswa memperhatikan saat proses pembelajaran IPA; (3) siswa terlibat dalam proses pembelajaran IPA; dan (4) siswa berinisiatif mencari informasi baru menunjukkan peningkatan minat belajar. Peningkatan pada indikator siswa memiliki rasa senang saat pembelajaran IPA dapat dilihat pada salah contoh kuesioner pada siklus 1 dan 2. Contoh kuesioner pada siklus 1 dapat dilihat pada gambar 13.

Gambar 13. Contoh Kuesioner Minat Indikator 1 pada Siklus 1

Gambar 13 menunjukkan kuesioner pada siklus 1 dengan indikator rasa senang. Kuesioner tersebut memiliki 3 jawaban setuju dan 4 jawaban ragu-ragu. Kuesioner pada siklus 2 dapat dilihat pada gambar 14.

Gambar 14. Contoh Kuesioner Minat Indikator 1 pada Siklus 2

Gambar 14 menunjukkan kuesioner pada siklus 2 dengan indikator rasa senang. Kuesioner tersebut memiliki 6 jawaban sangat setuju dan 1 jawaban setuju. Kuesioner pada siklus1 dan 2 tersebut menunjukkan adanya peningkatan minat berdasarkan pilihan jawaban siswa. Kuesioner pada siklus 1 tidak ada jawaban sangat setuju, sedangkan pada siklus 2 ada jawaban sangat setuju. Peningkatan jumlah jawaban sangat setuju pada kuesioner siklus 1 dan 2 tersebut menunjukkan peningkatan minat. Peningkatan minat pada indikator perhatian dapat dilihat pada contoh kuesioner siklus 1 dan 2. Contoh kuesioner siklus 1 pada indikator perhatian dapat dilihat pada gambar 15.

Gambar 15. Contoh Kuesioner Minat Indikator 2 pada Siklus 1

Gambar 15 menunjukkan kuesioner siklus 1 dengan indikator 2. Kuesioner tersebut memiliki 5 jawaban tidak setuju. Kuesioner siklus 2 dengan indikator 2 dapat dilihat pada gambar 16.

Gambar 16. Contoh Kuesioner Minat Indikator 2 pada Siklus 2 Gambar 16 menunjukkan kuesioner siklus 1 dengan indikator 2. Kuesioner tersebut memiliki 4 jawaban sangat setuju dan 1 jawaban setuju. Peningkatan jumlah jawaban sangat setuju pada kuesioner siklus 1 dan 2 menunjukkan peningkatan minat. Contoh kuesioner siklus 1 dengan indikator keterlibatan dapat dilihat pada gambar 17.

Gambar 17. Contoh Kuesioner Minat Indikator 3 pada Siklus 1

Gambar 17 menunjukkan kuesioner siklus 1 dengan indikator 3. Kuesioner tersebut memiliki 5 jawaban tidak setuju. Kuesioner siklus 2 dengan indikator 3 dapat dilihat pada gambar 18.

Gambar 18. Contoh Kuesioner Minat Indikator 3 pada Siklus 2 Gambar 18 menunjukkan kuesioner siklus 1 dengan indikator 3. Kuesioner tersebut memiliki 4 jawaban sangat setuju dan 1 jawaban setuju. Peningkatan jumlah jawaban sangat setuju pada kuesioner siklus 1 dan 2 menunjukkan peningkatan minat. Contoh kuesioner siklus 1 dengan indikator inisiatif dapat dilihat pada gambar 19.

Gambar 19. Contoh Kuesioner Minat Indikator 4 pada Siklus 1

Gambar 19 menunjukkan kuesioner siklus 1 dengan indikator 4. Kuesioner tersebut memiliki 5 jawaban tidak setuju dan 1 jawaban sangat tidak setuju. Kuesioner siklus 2 dengan indikator 4 dapat dilihat pada gambar 20.

Gambar 20. Contoh Kuesioner Minat Indikator 4 pada Siklus 2

Gambar 20 menunjukkan kuesioner siklus 1 dengan indikator 4. Kuesioner tersebut memiliki 4 jawaban sangat setuju dan 2 jawaban setuju. Peningkatan

jumlah jawaban sangat setuju pada kuesioner siklus 1 dan 2 menunjukkan peningkatan minat. Peningkatan minat belajar IPA dari kondisi awal sampai pada siklus 1 dan 2 berdasarkan hasil penelitian dapat digambarkan dalam bagan seperti pada gambar 21 berikut.

5 3 .5 7 % 8 5 % 8 5 .0 0 % 8 5 .7 1 % 8 3 .3 3 % 0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00% 90.00% Siklus 1 Siklus 2 kondisi awal Target Capaian

Gambar 21. Bagan Minat Belajar Siswa berdasarkan Kuesioner

Gambar 21 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada variabel minat belajar dari kondisi awal sebesar 53,57% menjadi 83,33% pada siklus 1 dan 85,71 pada siklus 2. Target siklus tersebut tercapai pada siklus 2. Peningkatan dan ketercapaian target indikator keberhasilan tersebut menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan kontekstual meningkatan minat. Minat siswa meningkat karena proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual memahami kebutuhan siswa dan melayani kebutuhan tersebut.

Hal ini seperti pendapat Johnson (2007:37) yang menjelaskan bahwa pendekatan kontekstual mengajak siswa untuk membuat hubungan-hubungan

yang mengungkapkan makna dan memiliki potensi untuk membuat siswa berminat belajar. Minat belajar dapat ditingkatkan dengan adanya usaha untuk memenuhi kebutuhan siswa. Hal ini seperti yang diungkapkan Djamarah (2011:192) bahwa upaya yang dapat dilakukan untuk membangkitkan minat siswa adalah memahami kebutuhannya dan melayani kebutuhan tersebut.

Peningkatan minat belajar IPA yang terjadi setelah pelaksanaan siklus 1 dan 2 juga berpengaruh pada prestasi belajar IPA. Hal ini sesuai dengan pendapat Muhibbin (2001:132) yang menyatakan bahwa prestasi dipengaruhi oleh minat. Adanya minat belajar membuat siswa mencapai prestasi yang optimal. Hal ini didukung oleh pendapat Sardiman (dalam Susanto, 2013:66) yang menyatakan bahwa proses belajar akan berjalan lancar jika disertai minat. Prestasi belajar meningkat ketika minat belajar meningkat.

Peningkatan prestasi belajar dapat dilihat dari hasil evaluasi yang diperoleh siswa. Contoh hasil evaluasi pada siklus 1 dapat dilihat pada gambar 22.

Gambar 22. Evaluasi Siklus 1

Gambar 22 menunjukkan contoh evaluasi pada siklus 1 dengan nilai 40. Nilai tersebut belum mencapai KKM. Contoh evaluasi pada siklus 2 dapat dilihat pada gambar 23.

Gambar 23. Evaluasi Siklus 2

Gambar 23 menunjukkan evaluasi siklus 2 dengan nilai 80. Nilai tersebut telah mencapai KKM sebesar 65. Hasil evaluasi pada siklus 1 dan 2 tersebut menggambarkan adanya peningkatan prestasi. Peningkatan prestasi belajar IPA pada siswa kelas V SD Kanisius Gamping berdasarkan jumlah siswa yang mencapai KKM pada siklus 1 dan 2 dapat dilihat pada gambar 24 berikut.

4 7 % 7 0 .0 0 % 7 0 % 9 3 % 5 4 % 0% 20% 40% 60% 80% 100% Siklus 1 Siklus 2 kondisi awal capaian target capaian

Gambar 24. Bagan Pencapaian Persentase Jumlah Siswa Mencapai KKM Gambar 24 menunjukkan bahwa jumlah siswa yang mencapai KKM mengalami peningkatan dari kondisi awal sebesar 47% menjadi 53,60% pada siklus 1 dan 93% pada siklus 2. Persentase jumlah siswa yang mencapai KKM belum mencapai target pada siklus 1 sebesar 70%, tetapi dapat mencapai target pada siklus 2. Prestasi belajar berdasarkan rata-rata nilai siswa pada siklus 1 dan 2 dapat dilihat pada gambar 25.

6 0 .5 70 7 0 8 3 6 3 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 Siklus 1 Siklus 2 kondisi awal capaian target capaian

Gambar 25. Bagan Pencapaian Nilai Rata-rata Kelas

Gambar 25 menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas mengalami kenaikan dari kondisi awal sebesar 60,5 menjadi 63 pada siklus 1 dan 83 pada siklus 2. Rata-rata nilai belum mencapai target sebesar 70 pada siklus 1, tetapi dapat mencapai target pada siklus 2.

146 BAB V

KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

Bab V membahas mengenai kesimpulan dari hasil analisis penelitian yang telah dilaksanakan, keterbatasan dalam penelitian, dan saran berdasarkan penelitian.

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian tindakan kelas mengenai peningkatan minat dan prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Gamping menggunakan pendekatan kontekstual yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut.

Pendekatan kontekstual meningkatkan minat belajar siswa kelas V SD Kanisius Gamping tahun ajaran 2013/2014 karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk memenuhi kebutuhannya melalui 7 komponen utama pendekatan kontekstual. Komponen utama pendekatan kontekstual tersebut

Dokumen terkait