• Tidak ada hasil yang ditemukan

Klasifikasi Defisit Perawatan Diri a Defisit perawatan diri : Mandi/Higiene

Dalam dokumen Resiko dan Perilaku dan Kekerasan (Halaman 31-36)

DEFISIT PERAWATAN DIR

2. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri a Defisit perawatan diri : Mandi/Higiene

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau memenuhi aktivitas mandi/higiene. Ketidakmampuan untuk melakukan tugas-tugas berikut : (1) mengakses ke kamar mandi, (2) mengambil perlengkapan mandi , (3) mengatur suhu atau aliran air mandi, (4) membersihkan tubuh. Hambatan ini dapat terjadi karena depresi dan gangguan psikologis (Wilkinson & Nancy, 2011 p.642).

Keadaan di mana individu mengalami kegagalan kemampuan untuk melaksanakan atau menyelesaikan mandi/aktivitas kebersihan untuk diri sendiri. Kurangnya kemampuan untuk mandi meliputi membasuh keseluruh tubuh, menyisir rambut, meggosok gigi, melakukan perawatan terhadap kulit, dan kuku serta menggunakan rias wajah. Hal ini dapat berhubungan dengan

defisit kognitif, penurunan motivasi, kebingungan, dan ansietas ketidakmampuan (Carpenito, 2000 p.336).

b. Defisit perawatan diri : Berpakaian/Berhias

Hambatan kemampuan untuk memenuhi aktivitas berpakaian lengkap dan berhias diri. Hambatan kemampuan untuk memenuhi tugas : mengkancingkan pakaian, mengambil pakaian, mengenakan atau melepas bagian-bagian pakaian yang penting, memilih pakaian, mengenakan pakaian pada bagian bawah dan atas, mengenakan sepatu, melepaskan pakaian, menggunakan risleting. Hambatan ini dapat terjadi karena gangguan neuromuskular dan gangguan kognitif atau persepsi (Wilkinson & Nancy, 2011 p.647).

Keadaan di mana individu mengalami kerusakan kemampuan untuk aktivitas mengenakan pakaian berhias; lengkap untuk diri sendiri. Kurangnya kemampuan mengenakan pakaian sendiri termasuk pakaian rutin atau khusus, berdandan/berhias yang memuaskan diri, memperoleh atau mengganti aksesoris pakaian. Hal ini berhubungan dengan defisit kognitif, kebingungan, dan penurunan motivasi (Carpenito, 2000 p.339).

c. Defisit perawatan diri : Makan

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas makan. Hambatan kemampuan untuk : menyuap makanan dari piring ke mulut, mengunyah makanan, menyelesaikan makan, meletakkan makanan ke piring, memegang alat makan, mengambil cangkir atau gelas. Hambatan ini dapat terjadi karena gangguan kognitif atau persepsi, gangguan neuromuskular (Wilkinson & Nancy, 2011 p.652).

Keadaan di mana individu mengalami kerusakan kemampuan untuk melaksanakan atau mnyelesaikan aktivitas makan untuk diri sendiri. Kurangnya kemampuan untuk menyiapakan alat-alat makan, memotong makanan dan

memakan makanan. Hal ini berhubungan dengan defisit kognitif, kebingungan, dan penurunan motivasi (Carpenito, 2000 p.334).

d. Defisit Perawatan diri : Eliminasi

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan kegiatan eliminasi. Hambatan kemampuan untuk melakukan higiene eliminasi yang tepat, menyiram kloset atau kursi buang air, memanipulasi pakaian untuk eliminasi. Hambatan ini dapat terjadi karena gangguan neuromuskular dan gangguan persepsi atau kognitif (Wilkinson & Nancy, 2011 p.657).

Suatu keadaan di mana individu mengalami kegagalan kemampuan untuk melaksanakan atau menyelesaikan aktivitas toileting lengkap untuk diri sendiri. Kurangnya kemampuan untuk eliminasi ke kamar mandi, tidak dapat memanipulasi pakaian di kamar mandi, tidak dapat menyiram kloset, tidak ada keinginan untuk melakukan kebersihan yang benar. Hal ini berhubungan dengan defisit kognitif, kebingungan, dan penurunan motivasi (Carpenito, 2000 p.340).

3. Etiologi

Menurut Tarwoto dan Martonah, (2003) (dalam Dermawan & Rusdi, 2013 p.130), Penyebab Kurang perawatan diri adalah sebagai berikut :

a. Kelelahan fisik b. Penurunan kesadaran

Menurut Depkes (2000) (dalam Dermawan & Rusdi, 2013 p.130), penyebab kurang perawatan diri adalah :

a. Faktor predisposisi 1) Perkembangan

Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.

Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.

3) Kemampuan realitas turun

Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.

4) Sosial

Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

b. Faktor Presipitasi

Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/ lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.

Menurut Depkes (2000) (dalam Dermawan & Rusdi, 2013 p.131-132), faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygieneadalah:

1) Body Image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.

2) Praktik sosial

Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.

3) Status sosial ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

4) Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes meilitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.

5) Budaya

Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.

6) Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, shampo, dan lain-lain.

7) Kondisi fisik atau psikis

Pada kadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

Sikap seseorang melakukan hygiene perorangan dipengaruhi oleh beberapa factor ( Potter & Perry, 2005 p.1334-1336) :

1) Body image/Citra tubuh

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri, misalnya karena adanya perubahan fisik dan penyakit yang dideritanya sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya.

2) Praktik sosial

Kelompok-kelompok sosial wadah seseorang dapat mempengaruhi praktik hygiene pribadi.

3) Status sosioekonomi

Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik kebersihan yang digunakan, dan pada pasien gangguan jiwa kemampuan untuk melakukan kebersihan diri menurun.

4) Pengetahuan

Pengetahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi praktik hygiene. Klien juga harus termotivasi

untuk memelihara perawatan diri, pembelajaran praktik diharapkan dapat memotivasi seseorang untuk memenuhi perawatan yang perlu.

5) Keadaan Fisik

Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene yaitu: 1) Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah: gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.

2) Dampak psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

4. Tanda dan Gejala

Dalam dokumen Resiko dan Perilaku dan Kekerasan (Halaman 31-36)

Dokumen terkait