BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Nyeri Punggung Bawah
2.2.6 Klasifikasi NPB
Berdasarkan etiologinya, NPB mekanik dibagi menjadi 2 kategori, yaitu:
(Ramadhani Ae, et al., 2015).
1. NPB mekanik statik terjadi apabila postur tubuh dalam keadaan posisi statis (duduk atau berdiri) sehingga menyebabkan peningkatan pada sudut lumbosakral (sudut antara segmen vertebra L5 dan S1 sudut normalnya 30°-40°), yang dapat menyebabkan pergeseran titik pusat berat badan.
Peningkatan sudut lumbosakral dan pergeseran titik pusat berat badan
Universitas Sumatera Utara
dapat membuat meregangnya ligamen dan otot-otot yang berusaha untuk mempertahankan postur tubuh yang normal sehingga dapat terjadi strain atau sprain pada ligamen dan otot-otot di daerah punggung bawah yang membuat terjadinya rasa nyeri.
2. NPB mekanik dinamik dapat terjadi akibat beban mekanik abnormal pada struktur jaringan (ligamen dan otot) di daerah punggung bawah saat melakukan gerakan. Beban mekanik yang melebihi kapasitas fisiologik dan toleransi otot atau ligamen di daerah punggung bawah. Gerakan- gerakan yang tidak mengikuti mekanisme yang seperti biasanya dapat membuat timbul rasa NPB mekanik, seperti gerakan yang dikombinasi (terutama fleksi dan rotasi) dan repetitif, terutama disertai dengan beban yang berat.
Berdasarkan perjalanan klinisnya, NPB dibagi menjadi 2 kategori, yaitu:
(Goertz M, et al., 2012).
1. NPB akut keluhan pada fase akut awal terjadi 12 minggu atau rasa nyeri yang berulang. Gejala yang muncul dapat mempengaruhi kualitas hidup pada pasien dan membuat lamanya fase penyembuhan sembuh.
2. NPB sub akut keluhan pada fase akut berlangsung antara 6-12 minggu 3. NPB fase kronik terjadi >12minggu atau rasa nyeri yang berulang. Gejala
yang muncul dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien dan biasanya dapat membuat proses penyembuhan lama.
2.2.7 Penegakan Diagnosis 2.2.7.1 Anamnesis
Anamnesis adalah pemeriksaan pertama yang paling penting dalam pemeriksaan NPB. Yang paling pertama ditanyakan pada pasien adalah keluhan utama yang pasien rasakan, menganamnesis keluarga pasien yang mendampingi, menanyakan riwayat penyakit-penyakit terdahulu, keadaan sosial, dan penyakit yang dialami pasein saat ini (Roudsari, et al., 2010).
Universitas Sumatera Utara
2.2.7.2 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik NPB dilakukan untuk mengetahui bila pasien memerlukan pemeriksaan lebih lanjut, bukan untuk menentukan diagnosis utama.
- Inspeksi
Pada inspeksi yang perlu di perhatikan:
1. Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya angulasi, pelvis yang miring atau asimetris, muskular paravertebra atau ekor yang asimestris dan postur tungkai yang abnormal.
2. Observasi punggung, pelvis, dan tungkai selama bergerak apakah ada hambatan selama melakukan gerakan.
3. Pada saat pasien melepaskan dan mengenakan pakaian, apakah ada gerakan yang tidak wajar atau terbatas. Observasi penderita saat berdiri, duduk, bersandar, dan bangun dari berbaring.
4. Perlu dilihat ada tidaknya atrofi otot, vasikulasi, pembengkakan, perubahan warna kulit (Sandella, 2012).
- Palpasi tulang belakang: nyeri saat palpasi dapat menandakan sebuah infeksi, fraktur kompresi, atau metastasis kanker. Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya kemungkinan suatu keadaan psikologis di bawahnya (psychological overlay). Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan menekan pada ruangan intervertebralis atau dengan jalan menggerakkan ke kanan ke kiri pros. Spinosus sambil melihat respons pasien. Penekanan dengan jari jempol pada pros. Spinalis dilakukan untuk mencari adanya fraktur pada vertebra. Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan neurologis (Dutton M, 2012).
- Pemeriksaan neurologis: Untuk melihat sebab sakit yang timbul termasuk dalam gangguan saraf, yang memuat pemeriksaan sensoris, motorik.
Pemeriksaan sensoris dilakukan untuk melihat apakah ada gangguan sensoris dengan mengetahui dermatom mana yang terlibat serta untuk mengetahui radiks mana yang terganggu. Pemeriksaan sensoris meliputi rasa rabaan, rasa sakit, rasa suhu, serta rasa getaran (vibrasi).
Universitas Sumatera Utara
Pemeriksaan motorik untuk melihat apakah ada tanda paresis, atropi otot.
Pemeriksaan motorik meliputi: straight leg raising (SLR)/Laseque test (iritasi n. ischiadicus), Patrick test (Walker, 2012).
Straight Leg Raise (Laseque) Test
Tes untuk mengetahui adanya jebakan nervus ischiadicus. Pasien tidur dalam posisi supinasi dan pemeriksa memfleksikan panggul secara pasif, dengan lutut dari tungkai terekstensi maksimal. Tes ini positif bila timbul rasa nyeri pada saat mengangkat kaki dengan lurus, menandakan ada kompresi dari akar saraf lumbar. Tes Laseque ini memiliki nilai sensitivitas yang tinggi (80-97%) untuk penonjolan diskus lumbar, namun memiliki nilai spesifisitas yang rendah (sekitar 40%), karena tes ini memberikan hasil positif juga untuk nyeri ischialgia lainnya.
Gambar 2.8 Pemeriksaan Straight Leg Raise (Laseque) Test Sumber: (Harsono, 2007)
Patrick Test (FABER)
Patrick/(Faber) Test merupakan skrining pasif untuk kelainan pada muskuloskeletal seperti daerah panggul, lumbal dan disfungsi sendi sakroiliaka. Pasien diposisikan dalam posisi supine dan calcaneus menyentuh patella. Tangan pemeriksa berada di spina iliaka anterior superior (SIAS) dan bagian medial dari lutut, setelah itu diberikan kompresi.
Universitas Sumatera Utara
Tes ini positif bila timbul rasa nyeri pada sendi sakroiliaka yang diuji. Tes ini memiliki nilai sensitivitas 54-66% dan nilai spesifitas 51-62%.
Gambar 2.9 Pemeriksaan Faber Test Sumber: (Todingan, 2015)
2.1.7.3 Pemeriksaan Radiologi 1. Foto polos
Foto polos vertebra lumbosakral tidak perlu dilakukan secara rutin, kecuali ada indikasi. Foto polos ini berguna untuk dugaan fraktur dan dislokasi.
Biasanya, foto polos proyeksi anteroposterior dan lateral sudah cukup membantu diagnosis. Foto oblik dilakukan bila ada dugaan spondilolistesis.
Yang perlu dinilai adalah ada tidaknya kelainan visera dan ABCs (alignment, bony changes, cartilagineus changes, soft tissue changes) (Bradley et al., 2018).
Radiografi atau foto polos sering menjadi pilihan pertama dan baik dilakukan jika ingin mengevaluasi adanya fraktur, deformitas tulang yang termasuk di dalamnya adalah perubahan-perubahan degeneratif seperti pembentukan osteofit, ketinggian korpus vertebra, dan lain sebagainya.
Seperti yang ditemukan pada penelitian ini, temuan pada pemeriksaan radiologi berupa kelainan-kelainan yang terjadi pada tulang seperti sklerotik endplate, kompresi korpus, listesis, osteopenia, fraktur kompresi dan unstable back (Bradley et al., 2018).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.10 Foto Polos Normal-Foto Polos Nyeri Punggung Bawah Sumber: (Rowe LJ, 2005)
2. Computed tomography (CT) Scan
CT-Scan dapat menjadi pilihan modalitas pemeriksaan karena kemampuannya dalam menentukan/menggambarkan kelainan tulang.
Pemeriksaan CT-Scan dipertimbangkan untuk dilakukan pada pasien yang memiliki riwayat trauma karena dapat memvisualisasikan fraktur dengan baik. CT-Scan juga sangat berguna dalam menilai fraktur kompresi pada vertebra. Pada penelitian ini, hanya sebanyak 1 orang (20%) pasien NPB non trauma yang dirujuk melakukan pemeriksaan CT-Scan, sebagian besar sampel yang dirujuk melakukan pemeriksaan CT-Scan merupakan pasien NPB dengan riwayat trauma (Bradley et al., 2018).
Pada modalitas pemeriksaan CT-Scan, hasil radiologi terbanyak yang ditemukan pada pasien NPB dengan riwayat trauma adalah burst fracture, fraktur kompresi, dan fraktur prosess. Spinosus masing-masing sebesar 40%. Temuan lainnya meliputi sklerotik endplate, osteofit, osteopenia, penyempitan kanal spinal, dan fraktur lamina masing-masing sebesar 1 orang (20%). Sedangkan pada pasien NPB non trauma hanya ditemukan gambaran listesis sebesar 20% (Bradley et al., 2018).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.11 CT-Scan Normal-CT-Scan Pada Nyeri Punggung Bawah Sumber: (Dauber, 2005)
3. Magnetic resonance imaging (MRI)
Magnetic resonance imaging (MRI) berguna untuk melihat defek intra dan ekstra dural serta melihat jaringan lunak. MRI diperlukan pada dugaan metastasis ke vertebra dan HNP servikal, torakal dan lumbal. MRI dapat melihat diskus, medula spinalis dan radiks saraf di daerah servikal yang tidak mungkin terlihat pada CT-Scan dan MRI juga tidak menggunakan radiasi ion.
Pada lesi medula spinalis, MRI merupakan pemeriksaan pilihan (Roudsari. et al., 2010).
Pada pemeriksaan dengan MRI pada pasien NPB non trauma, temuan radiologi terbanyak adalah gambaran kanal stenosis. Hasil radiologis lain yang juga cukup banyak ditemukan antara lain protrusion, bulging disc, osteofit dan kompresi akar saraf. Temuan lainnya antara lain spasme otot paravertebral, penebalan ligamentum flavum dan neural foramina stenosis masing-masing, kompresi medulla spinalis, spondilolistesis, extruded disc, dan degenerasi sumsum tulang masing-masing sebesar 13,9%, hipertrofi faset dan annulus fibrosus masing-masing sebesar 8,3%, Osteoartritis sendi faset dan discus dessication masing-masing sebesar 5,3%, dan schmorl’s node, penyempitan foramen, fattymarrow, penekanan foramina neuralis, discitis, lesi ekstradural, dan masa di jaringan lunak masing-masing sebesar 2,8%
(Komang et al., 2017).
Universitas Sumatera Utara
Pasien dengan NPB akut tanpa adanya tanda-tanda bahaya abnormalitas tulang belakang, pencitraan tidak diperlukan pada minggu pertama. American College of Radiology (ACR) Appropriate Criteria menyebutkan bahwa pasien NPB dengan berupa trauma, osteoporosis, defisit fokal atau progresif, usia >70 tahun, atau durasi gejala yang lama, memerlukan pemeriksaan MRI tanpa kontras, sedangkan pada NPB dengan berupa curiga kanker, infeksi, atau imunosupresi, memerlukan pemeriksaan MRI tanpa dan dengan kontras (Roudsari. et al., 2010).
Gambar 2.12 Magnetic resonance imaging (MRI) nyeri punggung bawah Sumber: (Carage EJ, 2005)
2.2.8 Diagnosa Banding
Di bawah ini adalah ulasan tentang diagnosis banding yang lebih umum bersama dengan riwayat atau pemeriksaan fisik yang dapat meningkatkan indeks kecurigaan (Patrick N, et al., 2014), (Will JS, et al., 2018), (Hartvigsen J, et al., 2018), (Trecarichi, et al., 2012).
- Strain / keseleo otot lumbosakral
Presentasi: mengikuti insiden traumatis atau berulang, nyeri lebih buruk dengan gerakan, lebih baik dengan istirahat, rentang gerak terbatas, nyeri pada palpasi otot.
- Spondilosis lumbal
Presentasi: pasien biasanya berusia lebih dari 40 tahun, nyeri mungkin ada atau menyebar dari pinggul, nyeri dengan ekstensi atau rotasi.
Universitas Sumatera Utara
- Herniasi diskus
Presentasi: biasanya melibatkan segmen L4 ke S1, mungkin termasuk paresthesia, perubahan sensorik, kehilangan kekuatan atau refleks tergantung pada tingkat keparahan dan akar saraf yang terlibat.
- Spondilolistesis
Presentasi: spondilolistesis dapat menyebar nyeri kebokong dan paha posterior, defisit neurologi biasanya dalam distribusi L5.
- Fraktur kompresi vertebral
Presentasi: nyeri punggung terlokalisasi lebih buruk dengan fleksi, nyeri tekan pada palpasi, mungkin akut atau terjadi secara diam-diam seiring waktu, usia, penggunaan steroid kronis, dan osteoporosis adalah faktor risiko.
- Stenosis tulang belakang
Presentasi: nyeri punggung, yang dapat disertai dengan kehilangan sensorik atau kelemahan pada kaki yang hilang dengan istirahat (klaudikasi neurologis), pemeriksaan saraf dapat dalam batas normal atau dapat memiliki kehilangan sensasi progresif, serta kelemahan.
- Tumor
Presentasi: riwayat kanker metastasis, penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, ukuran tumor, saraf yang terlibat.
- Infeksi: osteomielitis vertebral, sakroilitis septik, abses, abses otot paraspinal
Presentasi: Riwayat nyeri tulang belakang dalam 12 bulan terakhir, penggunaan imunosupresi, operasi tulang belakang lumbar sebelumnya, demam, luka di daerah tulang belakang, nyeri lokal, dan nyeri tekan.
2.2.9 Penatalaksanaan
Terapi Konservatif Farmakologis
1. Analgetik atau Obat Anti Inflamasi Non Steroid (NSAID): Analgetik atau NSAID seperti ibuprofen dapat diberikan kepada pasien untuk mengurangkan rasa sakit dan bereaksi kesembuhan.
Universitas Sumatera Utara
2. Steroid oral (Kortikosteroid): Pemberian kortikosteroid dapat
mengurangkan bengkak dan inflamasi. Namun begitu, obat ini selalu diberikan untuk penggunaan jangka pendek karena penggunaan
kortikosteroid jangka panjang dapat menimbulkan banyak efek samping seperti immunocompromized.
3. Anti-depresan: Obat golongan ini dapat menghambat transmisi ke otak dan bisa meningkatkan endhorphine bekerja sebagai obat penghilang rasa sakit alami. Obat ini juga membantu pasien untuk tidur dan istirahat dengan baik.
4. Injeksi Steroid: Injeksi steroid pada epidural dapat mengurangkan nyeri dan inflamasi lebih cepat daripada kompresi saraf. Injeksi steroid ini dapat memberikan konsumsi yang signifikan pada dosis pertama, tetapi perlu waktu beberapa hari untuk bekerja. Injeksi steroid diberikan tidak lebih dari tiga kali dalam putaran (Straube S, et al., 2016).
Terapi Konservatif Non-Farmakologis
1. Latihan dan modifikasi gaya hidup: Pasien yang disarankan untuk memulai latihan ringan tanpa stres, mungkin latihan ketahanan adalah latihan aerobik yang memberi stress minimal pada punggung seperti jalan, naik sepeda atau berenang, mulai pada minggu kedua setelah perawatan NPB (Straube S, et al., 2016).
2. Kompres hangat/dingin: Modalitas ini sangat mudah dilakukan untuk mengurangi spasme otot dan reaksi inflamasi. Beberapa pasien mengalami keluhan yang hilang pada pengkompresan hangat, sedangkan yang lain pada pengkompresan dingin (Straube S, et al., 2016).
3. Istirahat di tempat tidur: Istirahat di tempat tidur dapat dilakukan untuk mengurangkan rasa sakit dan reaksi inflamasi. Namun, pasien tidak menyetujui untuk tirah baring sepanjang masa dalam jangka waktu yang lama dan perlu diselamatkan dengan latihan fisik yang ringan (Straube S, et al., 2016).
Universitas Sumatera Utara
2.2.10 Komplikasi
- Cauda equina syndrome adalah sindrom dihasilkan dari kompresi dan gangguan fungsi saraf-saraf dan dapat termasuk kebagian konus medullaris atau distal, dan paling sering terjadi ketika kerusakan pada akar saraf L3-L5. Kedua sindrom tersebut merupakan kedaruratan bedah saraf karena keduanya dapat timbul dengan nyeri punggung menjalar ke kaki, motorik dan disfungsi sensorik pada ekstremitas bawah, kandung kemih dan atau disfungsi usus, disfungsi seksual dan anestesi sadel (Brouwers E.
et al., 2017).
- Keganasan/kompresi akar saraf yang parah yang sampai meyebabkan kelumpuhan biasanya mebuat pasien jadi terbangun dimalam hari (Brouwers E. et al., 2017).
2.2.11 Prognosis
Prognosis NPB akut (berlangsung dari 0-6 minggu) cukup baik, yaitu 60%
penderita biasanya kembali ke fungsinya semula dalam 1 bulan. Pada NPB sub- akut (berlangsung antara 6-12 minggu) 90% penderita kembali ke fungsinya dalam 3 bulan, sedangkan penderita NPB kronik (berlangsung lebih dari 12 minggu/3 bulan) sedikit kemungkinan untuk membaik (Ke menkes, 2018).
Universitas Sumatera Utara
Manifestasi
Berdasarkan judul penelitian di atas maka kerangka teori dalam penelitian ini adalah :
Berdasarkan judul penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:
Tingkat Pengetahuan Jenis-Jenis Pemeriksaan Radiologi pada Nyeri Punggung Bawah
Gambar 2.14 Kerangka Konsep
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah deskriptif dengan pendekatan studi cross-sectional (studi potong lintang). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU angkatan 2017 tentang jenis-jenis pemeriksaan radiologi pada nyeri punggung bawah.
3.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di FK USU. Pemilihan tempat dipilih dengan alasan memudahkan proses pengumpulan data yang diperlukan sehingga diharapkan dapat memenuhi besar sampel minimal penelitian. Penelitian dilakukan mulai bulan Maret-Desember 2020.
3.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa FK USU angkatan 2017 sebanyak 255 orang.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili populasi yang akan diambil. Sampel dalam penelitian ini adalah Mahasiswa FK USU angkatan 2017.
Mahasiswa tersebut masih aktif kuliah, tidak cuti, dan bersedia menjadi responden peneliti. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Simple Random Sampling.
Menurut Nursalam 2011, sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi, dapat dihitung berdasarkan rumus, yaitu :
30
Universitas Sumatera Utara
𝑛 =
𝑛 = 96,04 dibulatkan menjadi 97 𝑛 = 97
𝑛 = Besar sampel minimal
Zα = Nilai Z pada derajat kemaknaan (1,96) P = Proporsi tingkat pengetahuan
Q = 1- P
d = Tingkat kepercayaan yang diinginkan (10%)
Maka, minimal sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 97 mahasiswa FK USU angkatan 2017.
3.3.2.1 Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria inklusi :
Mahasiswa FK USU angkatan 2017 bersedia menjadi subjek penelitian Kriteria eksklusi :
Mahasiswa FK USU angkatan 2017 yang tidak lengkap dalam menjawab pertanyaan dan terlambat mengembalikan kuesioner
3.4 METODE PENGUMPULAN DATA 3.4.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang telah diisi sendiri oleh responden melalui kuesioner online.
3.4.2 Cara Kerja Penelitian
Penelitian ini menggunakan kuesioner online yang telah dimodifikasi dalam bentuk google form yang dikirimkan ke responden melalui media sosial yang kemudian akan diisi dengan rentang waktu 7 hari. Kemudian data yang sudah terkumpul akan dilakukan analisis untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden tentang jenis-jenis pemeriksaan radiologi pada nyeri punggung bawah.
Universitas Sumatera Utara
3.5 METODE DAN ANALISA DATA
Data yang diperoleh dikumpulkan, kemudian diolah secara manual dengan langkah-langkah editing, coding, entry, cleansing, dan saving. Selanjutnya diolah secara statistik dengan komputer dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
3.6 VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.6.1 Variabel
Tingkat pengetahuan mahasiswa
Jenis-jenis pemeriksaan radiologi pada nyeri punggung bawah 3.6.2 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian Variabel Definisi
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PENELITIAN
Proses pengambilan data untuk penelitian ini dilakukan pada bulan September 2020 di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, melalui alat bantu yaitu kuesioner berupa google form secara daring. Penelitian ini dilakukan pada 97 responden yang merupakan mahasiswa aktif Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2017. Karakteristik yang diamati pada responden adalah jenis kelamin dan tingkat pengetahuan.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Karakteristik n = 97 (orang)
Usia, tahun 20,8 ± 0,82
Jenis Kelamin n (%)
Laki-Laki 43 (44,3%)
Perempuan 54 (55,7%)
Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, diperoleh kelompok responden terbanyak pada jenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 54 orang (55,7%) dan kelompok responden jenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 43 orang (44,3%).
Sedangkan berdasarkan karakteristik usia, diperoleh nilai rata-rata usia adalah 20,8 ± 0,82.
Pada penelitian ini, pengetahuan responden dinilai berdasarkan 13 pertanyaan yang mencakup pengetahuan dan jenis-jenis pemeriksaan radiologi pada nyeri punggung bawah. Sebelumnya telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner, dimana 13 pertanyaan tersebut telah valid dan reliabel.
33
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Kuesioner Tingkat Pengetahuan Nyeri Punggung bawah dan Jenis-Jenis Pemeriksaan Radiologi pada Nyeri Punggung Bawah.
No. Pertanyaan Jawaban
Ya (%) Tidak (%)
1. Menurut Anda Apakah definisi Nyeri Punggung Bawah
merupakan salah satu keluhan karena penurunan fungsi tulang belakang, menyebabkan seseorang akan berkunjung kepusat layanan primer dan membuat seseorang yang mengalaminya menjadi tidak produktif untuk beraktifitas?
91 93,8 6 6,2
2. Apakah Anda tahu apa-apa saja yang dapat
menyebabkan Nyeri Punggung Bawah? 88 90,7 9 9,3
3. Apakah Nyeri Punggung Bawah merupakan
suatu diagnosis? 42 43,3 55 56,7
4. Menurut Anda apakah kebiasaan mengangkat beban berat yang tidak menggunakan posisi anatomi dapat menyebabkan Nyeri Punggung Bawah?
95 97,9 2 2,1
5. Apakah merokok dapat menyebabkan
penyempitan diskus intervertebralis sehingga bermanifestasi klinis Nyeri Punggung Bawah?
66 68,0 30 30,9
6. Apakah semua jenis usia bisa mengalami
Nyeri Punggung Bawah? 80 82,5 16 16,5
7. Apakah Foto X-ray Lumbosacral merupakan tes pencitraan awal untuk Nyeri Punggung Bawah?
94 96,9 3 3,1
8. Menurut Anda Apakah pemeriksaan CT-Scan dapat
menentukan kelainan yang ada di tulang vertebra?
84 86,6 11 11,3
9. Apakah Foto X-ray Lumbosacral dapat menangkap struktur jaringan lunak seperti nukleus pulposus?
38 39,2 57 58,8
10. Apakah pemeriksaan Foto X-ray Lumbosacral dapat memperlihatkan kanalis spinalis/medulla spinalis?
60 61,9 37 38,1
11. Apakah pemeriksaan MRI digunakan untuk keluhan Nyeri
Punggung Bawah Kronis?
82 84,5 15 15,5
12. Apakah Anda tahu bahwa pemeriksaan MRI mampu menginterpretasikan gambaran aksial, sagital dan koronal tanpa banyak merubah posisi tubuh pasien?
73 75,3 24 24,7
13. Menurut Anda apakah MRI mampu menginterpretasikan
struktur jaringan lunak tulang belakang untuk melihat herniasi diskus?
85 87,6 11 11,3
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel kuesioner diatas pertanyaan nomor 1 sampai 6 menanyakan tentang tingkat pengetahuan nyeri punggung bawah. Sedangkan, pada kuesioner pertanyaan nomor 7 sampai 13 menanyakan tentang jenis-jenis pemeriksaan radiologi pada nyeri punggung bawah.
Tingkat pengetahuan responden mengenai jenis-jenis pemeriksaan radiologi pada nyeri punggung bawah dapat dikategorikan menjadi baik, cukup, kurang.
Pengetahuan responden dikategorikan baik jika jumlah soal yang dijawab benar
>75%, pengetahuan dikategorikan cukup apabila jumlah soal yang dijawab benar 40-75% dan pengetahuan dikategorikan kurang apabila jumlah soal yang dijawab benar <40% (Arikunto, 2013).
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Jenis-Jenis Pemeriksaan Radiologi pada Nyeri Punggung Bawah
Pengetahuan N (orang) Persen (%)
Baik 65 67%
Cukup 32 33%
Kurang 0 0
Pengetahuan responden mengenai jenis-jenis pemeriksaan radiologi pada nyeri punggung bawah sebagian besar memiliki pengetahuan yang baik dengan jumlah responden 65 orang (67%), 32 orang (33%) responden memiliki pengetahuan yang sedang, dan tidak terdapat responden yang memiliki pengetahuan buruk terhadap pengetahuan mengenai jenis-jenis pemeriksaan radiologi pada nyeri punggung bawah.
Berikut ini adalah tabel distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden tentang nyeri punggung bawah berdasarkan pertanyaan kuesioner 1 sampai 6 (Tabel 4.4).
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Nyeri Punggung Bawah
Pengetahuan N (orang) Persen (%)
Baik 62 63,9%
Cukup 34 35,1%
Kurang 1 1%
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan (Tabel 4.4) tingkat pengetahuan responden terhadap nyeri punggung bawah adalah sebanyak 62 (63,9%) orang pada tingkat pengetahuan baik, 34 (35,1%) orang pada pengetahuan cukup, dan 1 (1%) orang pada tingkat pengetahuan kurang.
Berikut ini adalah tabel distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden tentang jenis-jenis pemeriksaan radiologi pada nyeri punggung bawah berdasarkan pertanyaan kuesioner 7 sampai 13 (Tabel 4.5).
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Jenis-Jenis Pemeriksaan Radiologi Nyeri Punggung Bawah
Pengetahuan N (orang) Persen (%)
Baik 45 46,4%
Cukup 52 53,6%
Kurang 0 0
Dari kuesioner diatas didapatkan hasil tingkat pengetahuan responden tentang jenis-jenis pemeriksaan radiologi pada nyeri punggung bawah berdasarkan pertanyaan kuesioner pertanyaan 7 sampai 13 adalah sebanyak 45 (46,4%) orang pada tingkat pengetahuan baik, 52 (53,6%) orang pada pengetahuan cukup, dan tidak ada responden dengan tingkat pengetahuan kurang.
Berikut ini tingkat pengetahuan responden tentang jenis-jenis pemeriksaan radiologi pada nyeri punggung bawah berdasarkan jenis kelamin (Tabel 4.6).
Tabel 4.6 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Tingkat Pengetahuan Total
Baik Cukup Kurang
Laki-laki 25 18 0 43
Perempuan 40 14 0 54
Total 65 32 0 97
Berdasarkan tabel 4.6 mengenai tingkat pengetahuan tentang jenis-jenis pemeriksaan radiologi pada nyeri punggung bawah ditemukan 25 orang dengan pengetahuan baik dan 18 orang dengan pengetahuan cukup pada jenis kelamin laki-laki, sedangkan pada jenis kelamin perempuan ditemukan 40 orang dengan pengetahuan baik dan 14 orang dengan pengetahuan kurang.
Universitas Sumatera Utara
4.2 PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2017 tentang jenis-jenis pemeriksaan radiologi pada nyeri punggung bawah, secara keseluruhan menunjukan hasil yang baik. Dimana mayoritas responden sebanyak 65 orang (67%) berada pada tingkat pengetahuan baik.
Menurut pendapat peneliti tingkat pengetahuan mahasiswa yang baik ini dikarenakan seluruh mahasiswa yang menjadi responden peneliti sudah mendapatkan pembelajaran mengenai nyeri punggung bawah dan jenis-jenis pemeriksaan radiologi pada nyeri punggung bawah pada proses perkuliahan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara di semester VI Blok Neurologi.
Menurut pendapat peneliti tingkat pengetahuan mahasiswa yang baik ini dikarenakan seluruh mahasiswa yang menjadi responden peneliti sudah mendapatkan pembelajaran mengenai nyeri punggung bawah dan jenis-jenis pemeriksaan radiologi pada nyeri punggung bawah pada proses perkuliahan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara di semester VI Blok Neurologi.