• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

B. Pesan Rekreatif dalam Dakwah (Tablighul Busyro)

2. Klasifikasi Pesan Komunikasi dalam Pendekatan

Terdapat beberapa pesan komunikasi ditinjau melalui pendekatan dakwah (al-Qur‟an dan Hadits), yang secara garis besar diklasifikasikan menjadi tiga bagian, diantaranya16:

a. Pesan Informasi (Tablighul Khabar)

Informasi adalah sebagai sejumlah sinyal yang dibutuhkan untuk mengurangi ketidakpastian akan situasi tertentu. Pesan Informasi dalam Al-Qur‟an dan hadis meskipun mutlak kebenarannya, tetapi si penyampai informasi harus memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas. Transparansi artinya ia memiliki prinsip keterbukaan karena itu informasi hendaknya bisa disampaikan secara terbuka dan jelas kepada penerimanya,

15

Ellys Lestari Pembayun, Communication Quotient (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 36.

16

tanpa ada yang ditutup-tutupi dan diselewengkan. Sedangkan, akuntabilitas bahwa informasi yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan hadits adalah sumber yang dapat dipercaya sehingga penerima tidak memiliki keraguan yang akan melahirkan prasangka.

b. Pesan Persuasi (Tablighul Muatsir)

Gerald R. Miller mengatakan bahwa persuasi merupakan situasi yang dibuat untuk mengubah perilaku melalui transaksi (pesan) simbolik yang bersifat tidak memaksa (secara tidak langsung) dengan alasan yang masuk akal dan melibatkan emosi terhadap orang-orang yang akan kita pengaruhi tersebut.

Suatu ajakan melalui ucapan dilakukan sebagai suatu aktivitas manusia untuk mengekspresikan pikiran, perasaan, dan bawah sadarnya melalui lidah yang dimilikinya. Dalam Al-Qur‟an, aktivitas mengajak atau penyampaian pesan persuasi bukan hanya harus digiatkan dengan sejumlah karakter, juga harus melalui metode yang benar dalam menyampaikan pesan-pesan atau substansinya tersebut.

c. Pesan Rekreasi (Tablighul Busyro)

Pesan rekreasi (tablighul busyro) sesungguhnya hadir agar kita dapat berbicara secara leluasa seperti saat mengemukakan pendapat, ide dan informasi disertai improvisasi dan kekayaan pola-pola komunikasi yang menyenangkan lainnya. Karena khususnya canda atau pembicaraan yang ringan yang merupakan bagian dari jenis pesan rekreatif ternyata

lebih dapat menggerakkan orang untuk bertindak melakukan yang kita sampaikan, atau untuk sependapat dengan kita dibanding perkataan dan tulisan yang berat. Namun, dalam upaya menyenangkan orang lain ketika berdakwahpun tentu harus memiliki kaidah dan tidak keluar dari kontrol. Artinya, tetap merujuk pada rambu-rambu Al-Qur‟an dan hadits sehingga guyonan yang disampaikan pun tidak hanya sekedar menghibur tetapi juga dapat mencerdaskan orang lain.

Maka dari itu, umat Muslim harus dapat menyampaikan pesan-pesan dalam Al-Qur‟an dan hadits secara menggembirakan bukan menakut-nakuti, bahkan mengancam. Karena tujuan adanya Al-Qur‟an dan hadis turun ke dunia ini adalah untuk membahagiakan hamba-hamba Allah yang beriman.

Dalam komunikasi antar pribadi, kata-kata yang menggembirakan dan menghibur sebenarnya ditujukan untuk menjalin hubungan tingkat pribadi yang lebih intens dan dekat dengan orang lain. Meskipun canda kita tidak selalu lucu unutk didengar, suasana dapat menjadi lebih menyenangkan (fatik) karena kita melibatkan unsur-unsur ketulusan, keterbukaan, persahabatan, kasih sayang, perhatian, ketertarikan, kepercayaan, tidak egoistis, dan kejenakaan.

Inilah yang disebut dengan swirls yang merupakan ucapan-ucapan yang membuat komunikasi dapat lebih menyenangkan seperti tertawa, memberikan kejutan (aha!), oh ya, Anda hebat sekali kalau begitu?,

alhamdulillah saya dapat kerja sekarang!, Subhanallah cantiknya anak ini!, berbaur dengan hadirin, bermain drama, bergaya saat berbicara, melakukan bahasa tubuh yang membuat orang lain terhibur, dan sebagainya.

3. Organisasi Pesan Rekreatif

Dalam teori retorika modern, terdapat beberapa aliran dan salah satu aliran yang berkaitan dengan penyusunan pesan dan penggunaan bahasa adalah aliran retorika modern kedua yang dikenal sebagai gerakan belles lettres (Bahasa Prancis: tulisan yang indah). Retorika belletrist sangat mengutamakan keindahan bahasa, segi-segi estetis pesan, kadang-kadang dengan mengabaikan segi informatifnya.17

Retorika mengenal enam macam organisasi pesan, yaitu deduktif, induktif, kronologis, logis, spasial, dan topikal. Urutan deduktif dimulai dengan menyatakan dulu gagasan utama, kemudian memperjelasnya dengan keterangan penunjang, penyimpulan, dan bukti. Sebaliknya, dalam urutan induktif kita mengemukakan perincian-perincian dan kemudian menarik kesimpulan.18

Dalam urutan kronologis, pesan disusun berdasarkan urutan waktu terjadinya kejadian. Urutan logis, pesan disusun berdasarkan urutan sebab ke akibat, akibat ke sebab. Urutan spasial, pesan disusun berdasarkan tempat.

17

Jalaludin Rakhmat, Retorika Modern: Pendekatan Praktis (Bandung: PT Rosda Karya, 2011), h. 13.

18

Sedangkan berdasarkan topik, pesan disusun berdasarkan topik pembicaraan; klasifikasinya, dari yang penting ke yang kurang penting, dari yang mudah ke yang sukar, dari yang dikenal ke yang asing.19

3.1.Imbauan Pesan

Setelah membahas mengenai Organisasi pesan terdapat jenis-jenis imbauan pesan yang harus diketahui, diantaranya20:

a. Imbauan Rasional

Imbauan rasional didasarkan pada anggapan bahwa manusia pada dasarnya makhluk rasional yang baru bereaksi pada imbauan emosional, apabila imbauan rasional tidak ada. Menggunakan imbauan rasional artinya meyakinkan orang lain dengan pendekatan logis atau penyajian bukti-bukti/fakta. Imbauan rasional ini berhubungan dengan strategi framing. Kekuatan pesan dalam memilih fakta-fakta yang dipahami oleh pembaca.

b. Imbauan Emosional

Imbauan Emosional menggunakan pernyataan-pernyataan atau bahasa yang menyentuh emosi komunikan. Sudah lama diduga bahwa kebanyakan tindakan manusia lebih berdasarkan emosi daripada sebagai hasil pemikiran. Pendakwah ingin menjelaskan

19

Armawati Arbi, Psikologi Komunikasi dan Tabligh, h. 261.

20

kekuatan di dalam diri seseorang lemah. Mitra dakwahnya diajak bernyanyi “Insya Allah”.

c. Imbauan Takut

Imbauan takut menggunakan pesan yang mencemaskan, mengancam, atau meresahkan. Pendakwah mengajak orang tua agar anaknya dilatih kekuatan komunikasi di dalam diri, sehingga kemana pun ia pergi memiliki akar dan fondasi di dalam diri. Anak tersebut tidak mudah diajak orang lain. Imbauan pesan melatih takut kepada Allah Swt. Apalagi kekuatan dakwah fardiyah di keluarga berjalan baik.

d. Imbauan Ganjaran

Imbauan ganjaran menggunakan rujukan yang menjanjikan komunikan pada sesuatru yang mereka perlukan atau yang mereka inginkan. Pendakwah memberikan manfaat-manfaat kekuatan dakwah dzatiyah dan manfaat dakwah fardiyah sehingga, orang tua menerapkan di rumahnya masing-masing.

e. Imbauan Motivasioinal

Imbauan motivasional menggunakan imbauan motif (motive appeals) yang menyentuh kondisi intern dalam diri manusia. Dengan menggunakan berbagai mazhab psikologi, kita dapat mengklasifikasikan motif pada dua kelompok besar, yaitu motif

biologis dan motif psikologis. Manusia bergerak bukan saja di dorong oleh kebutuhan biologis seperti lapar dan dahaga, tetapi juga karena dorongan psikologis seperti rasa ingin tahu, kebutuhan akan kasih sayang, dan keinginan untuk memuja.

Agar pesan yang ingin disampaikan dapat terorganisir dengan baik. Maka dalam ilmu retorika terdapat garis besar (outline) dalam berpidato yang harus diketahui oleh seorang komunikator. Garis besar adalah peta bumi bagi komunikator yang akan memasuki daerah kegiatan retorika. Garis besar (outline) dalam berpidato/ceramah pada umumnya terdiri dari tiga bagian, yaitu: pengantar, isi, dan penutup. Dengan menggunakan urutan bermotif dari Alan H. Monroe, kita dapat membaginya menjadi lima bagian: perhatian, kebutuhan, pemuasan, visualisasi, dan tindakan.21

Mengikuti urutan bermotif dari Monroe, pidato (ceramah) rekreatif terus-menerus berada pada tahap perhatian. Tidak diperlukan upaya untuk menimbulkan kebutuhan akan informasi atau menonjolkan masalah yang harus dipecahkan. Monroe menyarankan dua cara mengorganisasikan pesan rekreatif yang pertama, teknik satu pokok (one-point speech), memusatkan pembicaraan hanya pada satu pokok pembicaraan saja. Yang kedua meniru organisasi pesan persuasif dan memperlakukannya secara main-main. Dengan

21

Jalaludin Rakhmat, Retorika Modern: Pendekatan Praktis (Bandung: PT Rosda Karya, 2011), h. 41-42.

kata lain, pidato kita adalah pidato persuasif yang dijadikan burlesque. Berikut ini penjelasan Monroe tentang keduanya.22

a. Teknik Satu Pokok

Bila menggunakan teknik ini maka pidato yang digunakan untuk serangkaian ilustrasi, anekdot, dan kontras-kontras humor yang disampaikan secara cepat. Setiap satuan humor harus dipusatkan pada satu gagasan utama. Berikut ini rumusan sederhana untuk organisasi pesan seperti itu.23

1) Kisahkan cerita atau berikan ilustrasi.

2) Tunjukkan gagasan pokok atau pandangan yang menjadi pijakan untuk mempersatukan rincian pembicaraan Anda.

3) Ikuti dengan serangkaian cerita dan ilustrasi tambahan. Setiap cerita memperluas atau memperjelas gagasan utama. Susun setiap ilustrasi begitu rupa sehingga minat atau humor itu disebutkan secara merata. Jangan mengelompokkan bahan-bahan paling lucu hanya pada satu bagian pidato saja. Hindari “kedodoran” pada akhir pembicaraan. Simpan anekdot yang sangat “menyolok” atau lucu pada bagian terakhir.

22

Jalaludin Rakhmat, Retorika Modern: Pendekatan Praktis, h. 134.

23

4) Tutup dengan mengulang kembali gagasan utama yang telah Anda jelaskan. Pada bagian ini masukkan pertimbangan serius yang melandasi cerita-cerita lucu itu.

b. Urutan Bermotif Burlesque

Ketika Anda menggunakan metode kedua ini, pidato (ceramah) Anda hanya mengandung tahap perhatian saja, ditinjau dari reaksi psikologis pendengar. Tetapi struktur pembicaraan dapat disusun berdasarkan pada urutan bermotif, yang mempermainkan tahap-tahap yang digunakan dalam persuasi yang serius.24

a)Tahap Perhatian.

Mulailah pembicaraan Anda dengan salah satu diantara empat cara ini: hubungkan dengan kejadian lucu yang aktual, buat kelucuan yang diarahkan pada pembawa acara atau siapa saja (tetapi hati-hati, Anda harus menunjukkan bahwa Anda hanya main-main), kisahkan cerita atau anekdot. Kemudian, dengan cara tertentu, hubungkan permulaan pembicaraan Anda dengan;

b) Tahap kebutuhan dan pemuasan.

Sajikan masalah serius (seperti kesulitan mengatur pendapatan untuk menutup pengeluaran), perbesar tingkat keseriusannya melebihi proporsinya, kemudian tawarkan pemecahan yang absurd, atau

24

sajikan masalah yang absurd (seperti bahaya yang disebabkan makan dengan menggunakan pisau), uraikan sejumlah cerita fiktif untuk menggambarkannya, kemudian berikan metode pemecahan masalah yang juga absurd. Masukkan sejumlah anekdot lucu untuk menegaskan kejanggalan-kejanggalan.

c) Tahap visualisasi.

Perbesar kejanggalan itu dengan menambahkan lagi gambaran kondisi yang dilebih-lebihkan.

d) Tahap tindakan.

Tutup pembicaraan Anda secara cepat dengan mempermainkan tuntutan tindakan yang juga dibesar-besarkan. Atau ceritakan sebuah kisah untuk menggambarkan ironi dari argumentasi Anda, atau dengan membuat ikhtisar hal-hal “vital” dari argumentasi Anda. Buatlah sentuhan terakhir ini pendek dan lucu.

Dokumen terkait