• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dakwah Rekreatif Ustadz Wijayanto Dalam Program “Cerita Hati (Spesial Ramadhan)” Kompas Tv

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dakwah Rekreatif Ustadz Wijayanto Dalam Program “Cerita Hati (Spesial Ramadhan)” Kompas Tv"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)

Oleh:

FAUZAN HIDAYATULLAH

NIM: 1111051000109

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

iv

modern, perlu dikemas dengan menarik. Pada sekarang ini penceramah yang menarik tentu yang bisa menghibur, dan materinya tidak berat-berat. Karena bagi masyarakat sekarang ini yang sudah capek bekerja, maka pengajian yang disenangi adalah pengajian yang mengandung unsur hiburan. Salah satu penceramah yang bisa menghibur dan sudah populer adalah Ustadz Wijayanto. Beliau adalah seorang da‟i kondang yang sekarang namanya populer di televisi. Yang menarik adalah dalam dakwah beliau banyak berisi kritik sosial yang disisipkan dengan humor. Dan ternyata gaya penyampaian pesan yang menghibur ini, menurut Ellys dalam “Communication Quotient” dalam istilah dakwah disebut dengan pesan rekreatif (Tablighul Busyro). Dan samapai saat ini beliau menjadi seorang narasumber dalam program talkshow “Cerita Hati” KOMPAS TV.

Berdasarkan latar belakang diatas muncul pertanyaan mayor dan minor. Adapun pertanyaan mayornya adalah tentang bagaimana dakwah rekreatif Ustadz Wijayanto? Sedangkan pertanyaan minornya adalah bagaimana pandangan Ustadz Wijayanto terhadap dakwah rekreatif? dan bagaimana penerapan pesan rekreatif Ustadz Wijayanto dalam dakwahnya?

Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif Deskriptif Analisis, yaitu metode yang memiliki beberapa langkah penerapan, dengan mendeskripsikan tentang pandangan Ustadz Wijayanto terhadap dakwah rekreatif, dan penerapan pesan rekreatif Ustadz Wijayanto dalam dakwahnya. Tekniknya dengan observasi langsung ke studio Kompas TV dimana beliau menjadi narasumber dalam program “cerita Hati (Spesial Ramadhan)” Kompas TV dan melalui media televisi, wawancara langsung dengan Ustadz Wijayanto, dan eksekutif produser program “Cerita Hati (Spesial Ramadhan)” Kompas TV, serta perwakilan dari responden (jama‟ah). Kemudian penulis mengumpulkan dokumentasi tentang Ustadz Wijayanto. Analisisnya berpedoman sesuai dengan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada penelitian ini, teori yang penulis gunakan adalah teori ellys tentang pesan rekreatif dalam pendekatan dakwah.

Pandangan Ustadz Wijayanto terhadap dakwah rekreatif, beliau mendefinisikan bahwa dakwah rekreatif adalah dakwah yang disampaikan kepada mad‟u yang didalamnya tidak terlepas dari unsur atau prinsip “Yassiruu Wa laa Tu‟assiru, Basysyiru Wa laa Tunaffiruu”. Dalam penerapannya, penulis mengklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu: pengantar, isi, dan penutup.

(6)

v Assalaamu‟alaikum Wr. Wb.

Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., pemilik semesta alam dan sumber segala ilmu. Dengan hidayah_Nya yang selalu tercurah kepada makhluk_Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabatnya dan para pengikutnya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Karena penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berjalan lancar tanpa adanya bantuan, dukungan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi beserta Suparto, M. Ed. Ph.D selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi, dan Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasisswaan.

(7)

vi

membimbing saya. Terima kasih atas waktu, tenaga serta ilmunya yang telah Bapak berikan selama ini.

5. Orang Tuaku, Abi H. M. Zuhri Bahrudin dan Umi Nunung Nurhayati yang dengan penuh rasa cinta kasih dan sayang yang tulus serta ikhlas telah banyak memberikan doa, waktu, tenaga, pikiran, materi, cambukan semangat dan motivasi bagi penulis. Sehingga bisa mengenyam pendidikan formal tingkat perguruan tinggi hingga selesai. Mohon maaf yang sebesar-besarnya, jika sampai saat ini penulis belum bisa menjadi yang diharapkan. 6. Bapak serta Ibu Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

7. Pimpinan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta seluruh staf dan karyawannya yang telah melayani dan menyiapkan fasilitas literatur, sampai penulis bisa menyelesaikan studi ini.

8. Pimpinan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, serta seluruh staf dan karyawannya yang telah melayani dan menyiapkan fasilitas literatur, sampai penulis bisa menyelesaikan studi ini.

(8)

vii

11. Untuk adik-adikku tersayang, Biqi Rasyad, Nur Amaliaytussolihah, Zuhrotul Aulia, dan Lika „Ainurrohmah. Yang telah banyak membantu doa

dan motivasi bagi penulis, serta semua saudara-saudaraku yang pernah memberikan dorongan, semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

12. Sahabat-sahabatku seperjuangan KPI D dan seluruh keluarga besar KPI angkatan 2011. Terima kasih banyak untuk empat tahun yang berkesan ini kita telah sama-sama berjuang.

13. Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyusunan skripsi ini yang tak dapat disebutkan satu-persatu. Semoga Allah senantiasa membalas kebaikan kalian semua, Amien.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bisa menjadi bahan pembanding untuk penelitian selanjutnya.

Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.

Ciputat, 30 September 2015 Penulis,

(9)

viii

KATA PENGANTAR……….. v

DAFTAR ISI………... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...……….... 7

D. Tinjauan Pustaka………... 8

E. Metodologi Penelitian……….10

F. Sistematika Penulisan……….12

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Hakekat Dakwah 1. Pengertian dan Tujuan Dakwah………14

2. Ciri-Ciri Dakwah yang Efektif………...17

3. Klasifikasi Materi Dakwah (Pesan Dakwah).………...17

B. Pesan Rekreatif dalam Dakwah (Tablighul Busyro) 1. Pengertian Pesan Rekreatif………...20

2. Klasifikasi Pesan Komunikasi dalam Pendekatan Dakwah………...………..…21 3. Organisasi Pesan Rekreatif………..….24

4. Karakteristik Pesan Rekreatif………...30

(10)

ix

BAB III BIOGRAFI USTADZ WIJAYANTO

A. Riwayat Hidup Ustadz Wijayanto………..56

B. Pendidikan Dan Organisasi Ustadz Wijayanto.………..58

C. Aktivitas Dakwah Ustadz Wijayanto………..59

D. Karya-karya Ustadz Wijayanto………...61

E. Profil Kompas TV………...62

F. Program Acara “Cerita Hati (Spesial Ramadhan)” Kompas TV………...69

BAB IV DAKWAH REKREATIF USTADZ WIJAYANTO A. Pandangan Ustadz Wijayanto Terhadap Dakwah Rekreatif……….72

B. Penerapan Dakwah Rekreatif Ustadz Wijayanto…………...81

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……….95

B. Saran-saran……….…97

DAFTAR PUSTAKA………...99

(11)

1 A. Latar Belakang Masalah

Melihat fenomena dakwah sekarang ini, banyak sekali metode-metode atau cara yang digunakan oleh para da‟i dalam berdakwah. Sebagian golongan, ada golongan yang menggunakan metode berdakwah dengan cara yang keras. Sedangkan sebagian golongan yang lain, ada pula yang menggunakan metode dakwah dengan cara yang lembut.

Berdasarkan fenomena diatas, jika mengutip dari pengalaman Komarudin Hidayat ketika beliau menjadi penutur agama sebagaimana yang telah dijelaskan dalam bukunya “Wahyu di Langit Wahyu di Bumi”. Menurutnya bahwa, pengajian yang diselenggarakan di perkantoran biasanya waktu yang disediakan hanya sisa-sisa waktu kerja. Akibatnya tenaga dan pikiran kurang segar. Kalau sudah demikian, penceramah yang menarik tentu yang lebih menghibur, dan materinya tidak berat-berat. Karena bagi masyarakat ibukota yang sudah capek kerja, maka pengajian yang disenangi adalah yang mengandung unsur hiburan. Bahkan yang dibutuhkan masyarakat adakalanya persoalan hari-hari yang simpel, yang disajikan dengan jelas, segar dan menyentuh hati.1

Dan jika melihat dari kacamata dakwahtainment (suatu konsep dakwah yang memadukan penyebarluasan Islam dengan bentuk-bentuk siaran hiburan melalui media televisi). Bahwa umat Muslim Indonesia lebih senang meperoleh

1

(12)

sedikit ilmu agama secara teratur daripada kehilangan kesempatan untuk mendapatkan hiburannya juga.2

Sehingga menurut hemat penulis, melihat dari fenomena kebutuhan masyarakat diatas, bahwa dakwah dengan cara yang lembut yang menghibur dan didalamnya disisipkan humor, merupakan gaya dakwah yang makin banyak diminati oleh masyarakat. Karena menurut Ahmad Mubarok Jika dilihat dari sudut psikologi dakwah, salah satu dari ciri komunikasi yang efektif dalam dakwah adalah jika masyarakat (mad‟u) merasa terhibur oleh dakwah yang diterima.3Dan tentunya tidak hanya sekedar guyonan saja, tetapi masyarakat juga mendapatkan pemahaman ilmu agama yang matang dari dakwah yang disampaikan.

Banyak sekali para da‟i yang mengambil jalan dakwah dengan jalan yang

damai, atau dengan metode dakwah yang lembut dan menghibur. Seperti: KH. Zainuddin MZ., AA gym, Ustadz Jeffry Al-Buchori, dsb. Dan yang menjadi pelopor pertama dakwah dengan jalan yang damai dan dengan metode penyampaian yang menghibur adalah KH. Zainuddin MZ. Karena beliau adalah seorang da‟i yang pertama kali mengubah dakwah religius yang biasanya serius

menjadi majelis yang diisi anekdot dan canda yang secara efektif menghasilkan perubahan dalam cara penonton memandang agama dan spiritualitas Islam.4

2

Dicky Sofjan, Agama & Televisi di Indonesia; Etika Seputar Dakwahtainment (Jakarta: Globethics.net, 2013), h. 60.

3

Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah (Jakarta: Kencana, 2006), h. xv.

4

(13)

Dan salah satu da‟i yang menghibur dalam penyampaian dakwahnya pada era sekarang ini adalah Ustadz Wijayanto. Ustadz Wijayanto adalah salah seorang da‟i kondang yang sekarang namanya sudah tenar di televisi. Kegiatan dakwah

beliau juga sudah berkiprah dimana-mana, baik didalam negeri maupun diluar negeri.5

Dalam penyampaian dakwahnya beliau identik dengan dakwah yang menghibur dan humoris serta terdapat kritik sosial didalamnya. Artinya setiap kritik pesan dakwah yang disampaikan dikemas dengan gaya yang humoris, dan tentunya sesuai dengan realita yang ada. Kemudian gaya penyampaian dakwah beliau juga santai tidak menggebu-gebu seperti orator sehingga para mad‟upun menikmati dakwah beliau dan mudah dimengerti.

Sebagai contoh pesan kritik sosial yang pernah beliau sampaikan dalam dakwahnya dengan gayanya yang humoris:

“Nyuruh anaknya solat, tapi apa orang tuanya solatnya udah bener? Mesti kalo pas solat, doanya diganti, yang harusnya baca Al-Fatihah malah bilang gini, “Ini bacaanya sama kayak kemarin Ya Allah.” Terus langsung Ruku‟, pas Ruku‟ juga bilangnya, “Ini juga kayak kemarin Ya Allah, masak ga ngerti to?” Begitu seterusnya dan ditutup dengan gedeg -gedeg (salam). Ini kok solatnya cepet banget?6

Begitu lah gaya dakwah yang pernah beliau sampaikan dihadapan jamaahnya, dengan mimik wajah yang serius dan lucu sehingga semua jamaah merasa terhibur dan tertawa tetapi juga mendapatkan ilmu sekaligus kritikan yang

5

Hasil Wawancara Pribadi dengan Ustadz Wijayanto yang berlokasi di Jl. DI Panjaitan Kav-73 Jatinegara Jak-Tim (Evo Studio Kompas TV) pada hari Juma‟at, 22 Mei 2015, jam 17.30 s/d Selesai.

6

(14)

membangun. Bahwasanya jika melaksanakan shalat haruslah dinikmati dan tidak terburu-buru harus dengan tuma‟ninah, agar kita semua dapat merasakan kekhusyu‟an dalam shalat. Sehingga kita dapat melaksanakan shalat dengan

sebaik-baiknya. Dan inipun yang menjadi kekuatan rekreatif yang beliau punya, dalam penyampaian dakwahnya untuk menarik simpati masyarakat.

Dan ternyata gaya penyampaian pesan yang menghibur ini, menurut Ellys dalam bukunya tentang “Communication Quotient” dalam istilah dakwah disebut dengan pesan rekreatif (Tablighul Busyro). Istilah rekreasi atau rekreatif inipun menurut konsep komunikasi merupakan suatu keadaan yang menghibur atau menggembirakan. Karena itu pesan rekreasi atau dalam istilah dakwah disebut dengan (tablighul busyro), merupakan penyampaian pesan yang ditujukan untuk membahagiakan atau menghibur orang lain. Dan penyampaian pesan yang bertujuan untuk membahagiakan orang lain dalam pandangan komunikasi disebut dengan komunikasi fatik (phatic communication), seperti: menghibur atau bercanda, mengucapkan salam, ramah tamah, mengobrol santai, menanyakan kabar atau menyapa, dan menggoda.7

Sehingga jika pesan rekreatif tersebut dikaitkan dengan dakwah, maka dakwah rekreatif adalah pesan dakwah yang disampaikan oleh seorang da‟i

terhadap khalayak (mad‟u), dengan penyampaian yang menghibur dan tidak keluar dari kontrol yang berkaitan dengan nilai Islam yang menjadi prinsip dalam dakwah.

7

(15)

Kiprah Awal mula Ustadz Wijayanto berdakwah di televisi yaitu beliau pertama kali pernah mengisi acara agama di Metro TV bersama Emha Ainun Nadjib. Maka semenjak itulah beliau mulai merambat mengisi tausiyah di acara-acara atau stasiun-stasiun televisi yang lain, seperti: beliau pernah mengisi tausiyah di acara “Siraman Qalbu” MNC TV, Cahaya Hati ANTV, “Sentuhan Qalbu” TRANS TV, dsb. hingga saat ini beliau aktif mengisi di salah satu Program Talk show di televisi yaitu “Cerita Hati” KOMPAS TV. Dan pada

program inilah sekarang yang menjadi media rutinitas beliau dalam berdakwah.8

Dalam program talkshow Cerita Hati” KOMPAS TV ini, acara didalamnya terdapat informasi, entertaint, dan dakwah. Karena selain kita mendapatkan informasi dan hiburan didalamnya, kita juga mendapatkan nasehat dakwah sekaligus solusi bagi permasalahan hidup kita. Karena disana terdapat ustadz Wijayanto sebagai Solutif agama sekaligus narasumber yang memberikan solusi berdasarkan agama, kemudian dikemas dengan obrolan santai yang membahas seputar permasalahan kehidupan. Dan pada program ini pulalah peran beliau dalam menyampaikan dakwah rekreatif terlihat menonjol sekali.

Maka berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk membahas lebih dalam tentang dakwah rekreatif yang beliau gunakan dalam dakwahnya. Yang penulis kemas dalam sebuah skripsi dengan judul “Dakwah Rekreatif Ustadz

Wijayanto Dalam Program “Cerita Hati (Spesial Ramadhan)” Kompas TV”.

8

(16)

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Fokus pada penelitian ini adalah hanya difokuskan pada pesan rekreatif yang digunakan oleh Ustadz wijayanto dalam dakwahnya di media televisi. Khususnya pada program acara talkshow“Cerita Hati (Spesial Ramadhan) Kompas TV, dan yang dijadikan sebagai bahan analisis lebih difokuskan hanya pada tayangan episode ke-6 saja. Penulis sengaja memfokuskan penelitian ini hanya pada program Cerita Hati edisi Ramadhan saja, dan yang dijadikan bahan analisispun hanya pada satu tayangan saja. Karena pada tayangan edisi Ramadhan tersebut, formatnya bertemakan umum dan bintang tamu yang hadir pun dari tokoh-tokoh masyarakat. Sehingga dapat memudahkan penulis untuk menganalisis. Kemudian pada tayangan episode ke-6 tersebut, menurut hasil pengamatan penulis sudah cukup representatif (mewakili) dari tayangan-tayangan pada episode yang lainnya. Dan juga pada tayangan tersebut terlihat lebih menonjol dari aspek pesan rekreatifnya. Sehingga dapat dianalisis sejauh mana pesan rekreatif itu sejalan dengan dakwah. Maka penulis memilih hanya memfokuskan pada satu tayangan saja, agar penelitian yang penulis lakukan ini pun lebih terfokus.

2. Perumusan Masalah

(17)

1. Bagaimana pandangan Ustadz Wijayanto terhadap dakwah rekreatif?

2. Bagaimana penerapan pesan rekreatif Ustadz Wijayanto dalam dakwahnya?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui bagaimana pandangan Ustadz Wijayanto terhadap dakwah rekreatif?

b. Untuk mengetahui bagaimana penerapan pesan rekreatif Ustadz Wijayanto dalam dakwahnya.

2. Manfaat Penelitian

A. Manfaat Teoritis

a. Untuk pengembangan ilmu dakwah dalam masyarakat.

b. Untuk pengembangan wawasan seputar retorika dalam dakwah. c. Untuk pengembangan konsep dakwah bagi para dai/muballigh. B. Manfaat Praktis

a. Menambah informasi bagi para dai/muballigh tentang dakwah rekreatif sebagai retorika sekaligus metode dalam berdakwah. b. Meningkatkan semangat keislaman bagi para dai/muballigh

(18)

c. Menjadi bahan tambahan dan dapat dijadikan sebagai contoh sekaligus acuan bagi para pembaca, khususnya bagi para dai dalam berdakwah agar dakwah yang disampaikan dapat diterima oleh khalayak dengan se-efektif mungkin.

D. Tinjauan Pustaka

Sebelum penulis mengadakan penelitian lebih lanjut, maka langkah pertama adalah meninjau pustakaan serta menelaah skripsi-skripsi terdahulu yang mempunyai objek dan subjek yang hampir sama, antara lain:

1. Retorika Dakwah KH. Ahmad Damanhuri di Depok. Karya Ari Pratama Putra. Nim: 107051002478, Tahun 2011. Yang membahas tentang bagaimana penerapan konsep retorika dakwah yang digunakan oleh KH. Ahmad Damanhuri di Depok, dengan membagi 3 pembahasan mengenai konsep retorika, konsep dakwah, dan konsep penerapan retorika dalam dakwah itu sendiri.

2. Retorika Dakwah K.H. Jamhari Abdul Jalal di Pondok Pesantren Darunnajah Cipining. Karya Achmad Ghauzie An-Nuur. Nim: 107051001933, Tahun 2013. Pada skripsi ini penulis membahas bagaimana penerapan retorika dakwah K.H. Jamhari Abdul Jalal pada Pondok Pesantren tersebut.

(19)

bagaimana penerapan retorika dakwah Ustadzah HJ. Maisaroh Madsuni dimajlis taklim ataupun di Pondok Pesantren.

Perbedaan skripsi ini dengan skripsi yang lain adalah subyek penelitian ini Ustadz Wijayanto yang mempunyai karakter dakwah yang khas dan unik. Objek penelitiannya pun berbeda. Karena pada objek penelitian kali ini memang masih bagian dari retorika, namun lebih menjurus lebih dalam yaitu lebih kepada pesan rekreatif yang digunakan oleh ustadz Wijayanto dalam dakwahnya dan khusus hanya di media televisi saja pada program “Cerita Hati (Spesial Ramadhan)”

Kompas TV. Yang umumnya pada penelitian sebelumnya banyak yang menjadikan objek penelitiannya itu di lingkungan pesantren. Dan cara penyampaian dakwah yang digunakannyapun berbeda dengan ustadz/da‟i yang

lain yang ada pada penelitan-penelitian sebelumnya.

Dari sekian banyak skripsi yang ada di perpustakaan fakultas dan perpustakaan utama, penulis belum sama sekali menemukan judul skripsi tentang Dakwah Rekreatif Ustadz Wijayanto Dalam Program “Cerita Hati (Spesial

Ramadhan)” Kompas TV.

(20)

Rekreatif Ustadz Wijayanto Dalam Program “Cerita Hati (Spesial

Ramadhan)” Kompas TV” sesuai dengan latar belakang penulis sebagai

mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.

E. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini metodologi penelitian yang saya gunakan adalah pendekatan kualitatif. Digunakan penelitian kualitatif yaitu untuk menggali lebih dalam tentang dakwah rekreatif yang digunakan oleh Ustadz Wijayanto, yakni dengan cara mengumpulkan data dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi, kemudian data tersebut dianalisis, dan selanjutnya data tersebut disimpulkan.

2. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek dalam penelitian skripsi ini adalah Ustadz Wijayanto dan sebagai obyeknya adalah dakwah rekreatif yang beliau gunakan dalam dakwahnya.

3. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukakan selama 1 bulan selama bulan Ramadhan. Sedangkan tempat penelitian ini adalah bertempat di Jl. DI Panjaitan Kav-73

(21)

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Dalam teknik penelitian ini, penulis mengamati dan mencatat fenomena-fenomena yang diselidiki. Yaitu dengan cara mengamati setiap penampilan beliau selama bulan Ramadhan di televisi khususnya pada program “Cerita Hati (Spesial Ramadhan)” Kompas TV. Dengan metode

ini penulis akan mengetahui langsung kegiatan dakwah Ustadz Wijayanto. Dalam hal ini penulis mengamati selama 1 bulan selama bulan Ramdhan di televisi.

b. Wawancara

Penulis melakukan wawancara secara langsung dengan Ustadz Wijayanto untuk mengetahui jawaban langsung tentang dakwah rekreatif yang beliau gunakan. Wawancara ini juga bertujuan untuk melengkapi data, guna menjawab permasalahan yang telah dijelaskan dilatar belakang. Dan yang menjadi responden dalam wawancara ini diantaranya: Ustadz Wijayanto, Eksekutif Produser Program Acara “Cerita Hati (Spesial Ramadhan)” Kompas TV, dan perwakilan dari responden (jama‟ah).

c. Dokumentasi

(22)

5. Analisis Data

Dalam analisis data ini, penulis menganalisis data penelitian yang telah didapat dengan metode deskriptif analisis, yaitu berupa pengumpulan data dan penyusunan data, serta analisis penafsiran data tersebut. Apabila telah terkumpul langkah selanjutnya adalah mengklarifikasikan data untuk kemudian dianalisis, sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian, setelah itu disajikan dalam laporan ilmiah.

Dalam Penulisan ini penulis berpedoman pada buku pedoman tulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) yang ditulis oleh: Hamid Nasuhi, dkk. Yang diterbitkan oleh CeQDA (Center For Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang utuh dan dalam rangka mempermudah pemahaman, skripsi ini penulis bagi kedalam lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari beberapa sub dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan, mencakup latar belakang masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

(23)

dakwah. Pesan rekreatif dalam dakwah (tablighul busyro) yang membahas pengertian pesan rekreatif, klasifikasi pesan komunikasi dalam pendekatan dakwah, organisasi pesan rekreatif, karakteristik pesan rekreatif, teori-teori humor dalam perspektif retorika komunikasi, teknik-teknik humor, prinsip-prinsip dakwah rekreatif, dan humor Rasulullah.

BAB III : Biografi Ustadz Wijayanto dan Kompas TV. Sekilas tentang biografi Ustadz Wijayanto yang mencakup: riwayat hidup Ustadz Wijayanto, pendidikan dan organisasi Ustadz Wijayanto, aktivitas dakwah Ustadz Wijayanto, prestasi dan karya Ustadz Wijayanto.

Sekilas tentang profil Kompas TV, dan tentang program acara “Cerita Hati (Spesial Ramadhan) Kompas TV”.

BAB IV : Analisis Dakwah Rekreatif Ustadz Wijayanto. Membahas tentang Pandangan Ustadz Wijayanto terhadap dakwah rekreatif, Penerapan Dakwah Rekreatif Ustadz Wijayanto.

(24)

14 A. Hakikat Dakwah

1. Pengertian dan Tujuan Dakwah

Dalam bahasa al-Qur‟an, dakwah terambil dari kata وع – وع ي– اع , yang secara lughawi (etimologi) memiliki kesamaan makna dengan kata al nida ( لوسَر ءا لا َاإ) yang berarti menyeru atau memanggil.1

Di dalam al-Qur‟an ada beberapa ayat yang menunjukkan kata tersebut, antara lain disebutkan dalam surat Yunus ayat 25:

























“Dan Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang Lurus (Islam)”. (Q.S. Yunus: 25)

Menurut pendapat Mahmud Yunus kata dakwah mempunyai dua akar kata yaitu2:

1) Menyeru, memanggil, mengajak, menjamu : وْع – ْوعْ ي– اع

2) Memanggil, mendoa, memohon.: ءاع – ْوعْ ي– اع

Dalam pengertian istilah, dakwah merupakan suatu aktivitas untuk mengajak orang kepada ajaran Islam yang dilakukan secara damai, lembut (QS. 35:6), konsisten dan penuh komitmen.3

1

A. Ilyas Ismail, Filsafat Dakwah; Rekayasa Membangun Agama dan Peradaban Islam (Jakarta: Kencana Perdana Media Group, 2011), h. 27.

2

Hasanuddin, Hukum Dakwah; (Tinjauan Aspek Hukum dalam berdakwah di Indonesia) (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 26.

3Bambang S. Ma‟arif

(25)

Istilah dakwah mengandung makna sebagai aktivitas menyampaikan ajaran Islam, menyuruh berbuat baik dan mencegah perbuatan munkar, serta memberi kabar gembira dan peringatan bagi manusia.4

Sayyid Quthub, lebih memandang dakwah secara holistis, yaitu sebuah usaha untuk mewujudkan sistem Islam dalam kehidupan nyata dari tataran yang paling kecil, seperti keluarga, hingga yang paling besar, seperti negara atau ummah dengan tujuan mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.5

Menurut Yahya Omar dakwah yaitu Mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai perintah Tuhan, untuk keselamatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat.6

Pendapat Syekh Ali Mahfuz tentang pengertian dakwah:

.

Dakwah yaitu mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.7

4 Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah (Jakarta: Kencana, 2009), h. 17.

5

Ismail, Filsafat Dakwah; Rekayasa Membangun Agama dan Peradaban Islam, h. 29.

6

Hasanuddin, Hukum Dakwah; (Tinjauan Aspek Hukum dalam berdakwah di Indonesia) (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 27.

7

(26)

Dari beberapa pengertian dakwah diatas dapat penulis simpulkan, bahwa dakwah adalah mengajak manusia kepada jalan Allah dengan cara yang baik dan menyenangkan agar mereka mendapatkan kebahagiaan dari dakwah itu sendiri baik bahagia di dunia maupun di akhirat kelak.

Dakwah bertujuan menciptakan suatu tatanan kehidupan individu dan masyarakat yang aman, damai, dan sejahtera yang dinaungi oleh kebahagiaan, baik jasmani maupun rohani, dalam pancaran sinar agama Allah dengan mengharap ridha-Nya.8

Tujuan dakwah sebetulnya tidak lain dari tujuan Islam itu sendiri yakni transformasi sikap kemanusiaan (attitude of humanity transformation) atau yang dalam terminologi al-Qur‟an disebutkan al-ikhraj min al-zulumat ila-nur.9

Menurut Arifin, tujuan dakwah adalah untuk menumbuhkan pengertian, kesadaran, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama yang dibawakan oleh aparat dakwah atau penerang agama.10

Dari beberapa penjelasan mengenai tujuan dakwah di atas penulis dapat simpulkan, bahwa pada intinya tujuan dakwah adalah untuk merubah keadaan manusia baik individu maupun masyarakat dari segala aspek baik dari segi aqidah, keimanan, keyakinan, ibadah, perbuatan manusia itu sendiri,

8Bambang S. Ma‟arif

, Komunikasi Dakwah; Paradigma Untuk Aksi (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010), h. 26.

9

A. Ilyas Ismail, Filsafat Dakwah; Rekayasa Membangun Agama dan Peradaban Islam (Jakarta: Kencana Perdana Media Group, 2011), h. 58.

10

(27)

dsb. dari keadaan yang kurang baik menjadi keadaan yang lebih baik sesuai dengan ajaran agama Islam berdasarkan petunjuk al-Qur‟an dan as-Sunnah.

2. Ciri-ciri Dakwah yang Efektif

Sebagai suatu usaha, aktivitas dakwah harus bisa di ukur keberhasilannya. Oleh karena itu, tujuan dari aktivitas dakwah harus dirumuskan secara definitif, terutama tujuan mikronya. Dari sudut psikologi dakwah, ada lima ciri dakwah yang efektif11:

1) Jika dakwah dapat memberikan pengertian kepada masyarakat (Mad‟u) tentang apa yang didakwahkan.

2) Jika masyarakat (Mad‟u) merasa terhibur oleh dakwah yang diterima. 3) Jika dakwah berhasil meningkatkan hubungan baik antara Da‟i dan

masyarakatnya.

4) Jika dakwah dapat mengubah sikap masyarakat Mad‟u.

5) Jika dakwah berhasil memancing respons masyarakat berupa tindakan.

3. Klasifikasi Materi Dakwah (Pesan Dakwah)

Materi dakwah adalah isi pesan yang disampaikan da‟i kepada mad‟u.

Semua materi dakwah harus merujuk pada sumber pokok, yaitu al-Qur‟an dan al-Sunnah al-Nabawiyah, sebab yang menjadi materi dakwah itu ialah ajaran Islam. Secara garis besar materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga masalah pokok12:

11

Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah (Jakarta: Kencana, 2006), h. xv.

12

(28)

a. Akidah (keimanan)

Masalah pokok yang menjadi materi dakwah adalah akidah Islamiah, karena aspek inilah yang akan membentuk moral (akhlak) manusia. Menurut bahasa, kata akidah berasal dari: „aqada-ya‟qidu-„aqdan wa „aqidatan yang berarti, “ikatan (al-rabth), janji (al-„ahd), keyakinan

yang mantap (al-jazm).

Jadi, secara harfiah akidah bisa diartikan “keyakinan, ideologi,

kepercayaan, agama. Dalam pengertian istilah, akidah ialah “keyakinan keagamaan yang dianut oleh seseorang dan menjadi landasan segala bentuk aktivitas, sikap, pandangan serta pegangan hidupnya”.

Adapun dasar-dasar akidah Islamiah, yaitu: iman kepada Allah (QS al-Baqarah/2:177; QS an-Nisa‟/4:136), iman kepada para Malaikat (QS al -Baqarah/2:97,98,177,285; QS an-Nisa‟/4:136), iman kepada para Rasul (QS al-Baqarah/2:98; QS an-Nisa‟/an-Nisa‟/4:136), iman kepada Qadha dan Qadar (QS al-Furqan/25:2; hadis jibril).

b. Syariah

(29)

Syariah ini bertujuan untuk mewujudkan tatanan sistem kehidupan yang teratur dan sempurna. Sebagaimana diungkapkan dalam kaidah ushul: “Ma Syuri‟a min hukmin illa wa fihi mashalih li al-nas” (tidaklah

suatu hukum itu disyariatkan, melainkan untuk kemaslahatan bagi umat manusia). Syariah merupakan seperangkat kaidah yang mengatur perilaku manusia yang mencakup dua aspek hubungan, yaitu hubungan manusia dengan Allah (vertikal) dan hubungan manusia dengan manusia serta dengan lingkungan hidupnya (horizontal) atau mu‟amalah (kemasyarakatan).

Maka materi dakwah di bidang syariah ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang benar, serta pandangan yang jernih dalam melihat setiap persoalan yang muncul sesuai dengan ketentuan hukum Islam yang bersumber dari al-Qur‟an dan Sunnah.

c. Akhlak

Perkataan akhlak berasal dari kata „khuluq”, yang berarti: “perangai, sikap, tingkah laku, watak, budi pekerti”. Akhlak merupakan

(30)

Akhlak dalam ajaran Islam tidak dapat disamakan dengan etika. Jika etika dibatasi pada sopan santun antar sesama manusia, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah, maka akhlak lebih luas maknanya. Yakni mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah, hingga kepada sesama makhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda tidak bernyawa). Adapun yang menjadi sumber akhlak yaitu al-Qur‟an dan Sunnah, bukan akal pikiran. Maka baik maupun buruknya suatu perbuatan, al-Qur‟anlah yang menilainya. Misalnya: sifat sabar, syukur, pemaaf, pemurah dan jujur dinilai baik. Begitu juga sebaliknya, pemarah, kufur nikmat, dendam, kikir dan dusta dinilai buruk. Dan penilaian sifat baik buruk tersebut berdasarkan al-Qur‟an dan Sunnah.

B. Pesan Rekreatif dalam Dakwah (Tablighul Busyro)

1. Pengertian pesan rekreatif

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pesan adalah perintah, nasihat, permintaan, amanat yang disampaikan lewat orang lain.13

Kata rekreatif berasal dari kata rekreasi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) rekreasi adalah penyegaran kembali badan dan pikiran; sesuatu yang menggembirakan hati dan menyegarkan seperti hiburan.14

13

Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1064.

14

(31)

Istilah rekreasi menurut konsep komunikasi merupakan suatu keadaan yang menghibur atau menggembirakan. Karena itu pesan rekreasi atau dalam istilah dakwah disebut dengan (tablighul busyro), merupakan penyampaian pesan yang ditujukan untuk membahagiakan atau menghibur orang lain. Dan penyampaian pesan yang bertujuan untuk membahagiakan orang lain dalam pandangan komunikasi disebut dengan komunikasi fatik (phatic communication), seperti: menghibur atau bercanda, mengucapkan salam, ramah tamah, mengobrol santai, menanyakan kabar atau menyapa, dan menggoda.15

2. Klasifikasi Pesan Komunikasi dalam Pendekatan Dakwah

Terdapat beberapa pesan komunikasi ditinjau melalui pendekatan dakwah (al-Qur‟an dan Hadits), yang secara garis besar diklasifikasikan menjadi tiga bagian, diantaranya16:

a. Pesan Informasi (Tablighul Khabar)

Informasi adalah sebagai sejumlah sinyal yang dibutuhkan untuk mengurangi ketidakpastian akan situasi tertentu. Pesan Informasi dalam Al-Qur‟an dan hadis meskipun mutlak kebenarannya, tetapi si penyampai informasi harus memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas. Transparansi artinya ia memiliki prinsip keterbukaan karena itu informasi hendaknya bisa disampaikan secara terbuka dan jelas kepada penerimanya,

15

Ellys Lestari Pembayun, Communication Quotient (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 36.

16

(32)

tanpa ada yang ditutup-tutupi dan diselewengkan. Sedangkan, akuntabilitas bahwa informasi yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan hadits adalah sumber yang dapat dipercaya sehingga penerima tidak memiliki keraguan yang akan melahirkan prasangka.

b. Pesan Persuasi (Tablighul Muatsir)

Gerald R. Miller mengatakan bahwa persuasi merupakan situasi yang dibuat untuk mengubah perilaku melalui transaksi (pesan) simbolik yang bersifat tidak memaksa (secara tidak langsung) dengan alasan yang masuk akal dan melibatkan emosi terhadap orang-orang yang akan kita pengaruhi tersebut.

Suatu ajakan melalui ucapan dilakukan sebagai suatu aktivitas manusia untuk mengekspresikan pikiran, perasaan, dan bawah sadarnya melalui lidah yang dimilikinya. Dalam Al-Qur‟an, aktivitas mengajak atau penyampaian pesan persuasi bukan hanya harus digiatkan dengan sejumlah karakter, juga harus melalui metode yang benar dalam menyampaikan pesan-pesan atau substansinya tersebut.

c. Pesan Rekreasi (Tablighul Busyro)

(33)

lebih dapat menggerakkan orang untuk bertindak melakukan yang kita sampaikan, atau untuk sependapat dengan kita dibanding perkataan dan tulisan yang berat. Namun, dalam upaya menyenangkan orang lain ketika berdakwahpun tentu harus memiliki kaidah dan tidak keluar dari kontrol. Artinya, tetap merujuk pada rambu-rambu Al-Qur‟an dan hadits sehingga guyonan yang disampaikan pun tidak hanya sekedar menghibur tetapi juga dapat mencerdaskan orang lain.

Maka dari itu, umat Muslim harus dapat menyampaikan pesan-pesan dalam Al-Qur‟an dan hadits secara menggembirakan bukan menakut-nakuti, bahkan mengancam. Karena tujuan adanya Al-Qur‟an dan hadis turun ke dunia ini adalah untuk membahagiakan hamba-hamba Allah yang beriman.

Dalam komunikasi antar pribadi, kata-kata yang menggembirakan dan menghibur sebenarnya ditujukan untuk menjalin hubungan tingkat pribadi yang lebih intens dan dekat dengan orang lain. Meskipun canda kita tidak selalu lucu unutk didengar, suasana dapat menjadi lebih menyenangkan (fatik) karena kita melibatkan unsur-unsur ketulusan, keterbukaan, persahabatan, kasih sayang, perhatian, ketertarikan, kepercayaan, tidak egoistis, dan kejenakaan.

(34)

alhamdulillah saya dapat kerja sekarang!, Subhanallah cantiknya anak ini!, berbaur dengan hadirin, bermain drama, bergaya saat berbicara, melakukan bahasa tubuh yang membuat orang lain terhibur, dan sebagainya.

3. Organisasi Pesan Rekreatif

Dalam teori retorika modern, terdapat beberapa aliran dan salah satu aliran yang berkaitan dengan penyusunan pesan dan penggunaan bahasa adalah aliran retorika modern kedua yang dikenal sebagai gerakan belles lettres (Bahasa Prancis: tulisan yang indah). Retorika belletrist sangat mengutamakan keindahan bahasa, segi-segi estetis pesan, kadang-kadang dengan mengabaikan segi informatifnya.17

Retorika mengenal enam macam organisasi pesan, yaitu deduktif, induktif, kronologis, logis, spasial, dan topikal. Urutan deduktif dimulai dengan menyatakan dulu gagasan utama, kemudian memperjelasnya dengan keterangan penunjang, penyimpulan, dan bukti. Sebaliknya, dalam urutan induktif kita mengemukakan perincian-perincian dan kemudian menarik kesimpulan.18

Dalam urutan kronologis, pesan disusun berdasarkan urutan waktu terjadinya kejadian. Urutan logis, pesan disusun berdasarkan urutan sebab ke akibat, akibat ke sebab. Urutan spasial, pesan disusun berdasarkan tempat.

17

Jalaludin Rakhmat, Retorika Modern: Pendekatan Praktis (Bandung: PT Rosda Karya, 2011), h. 13.

18

(35)

Sedangkan berdasarkan topik, pesan disusun berdasarkan topik pembicaraan; klasifikasinya, dari yang penting ke yang kurang penting, dari yang mudah ke yang sukar, dari yang dikenal ke yang asing.19

3.1.Imbauan Pesan

Setelah membahas mengenai Organisasi pesan terdapat jenis-jenis imbauan pesan yang harus diketahui, diantaranya20:

a. Imbauan Rasional

Imbauan rasional didasarkan pada anggapan bahwa manusia pada dasarnya makhluk rasional yang baru bereaksi pada imbauan emosional, apabila imbauan rasional tidak ada. Menggunakan imbauan rasional artinya meyakinkan orang lain dengan pendekatan logis atau penyajian bukti-bukti/fakta. Imbauan rasional ini berhubungan dengan strategi framing. Kekuatan pesan dalam memilih fakta-fakta yang dipahami oleh pembaca.

b. Imbauan Emosional

Imbauan Emosional menggunakan pernyataan-pernyataan atau bahasa yang menyentuh emosi komunikan. Sudah lama diduga bahwa kebanyakan tindakan manusia lebih berdasarkan emosi daripada sebagai hasil pemikiran. Pendakwah ingin menjelaskan

19

Armawati Arbi, Psikologi Komunikasi dan Tabligh, h. 261.

20

(36)

kekuatan di dalam diri seseorang lemah. Mitra dakwahnya diajak bernyanyi “Insya Allah”.

c. Imbauan Takut

Imbauan takut menggunakan pesan yang mencemaskan, mengancam, atau meresahkan. Pendakwah mengajak orang tua agar anaknya dilatih kekuatan komunikasi di dalam diri, sehingga kemana pun ia pergi memiliki akar dan fondasi di dalam diri. Anak tersebut tidak mudah diajak orang lain. Imbauan pesan melatih takut kepada Allah Swt. Apalagi kekuatan dakwah fardiyah di keluarga berjalan baik.

d. Imbauan Ganjaran

Imbauan ganjaran menggunakan rujukan yang menjanjikan komunikan pada sesuatru yang mereka perlukan atau yang mereka inginkan. Pendakwah memberikan manfaat-manfaat kekuatan dakwah dzatiyah dan manfaat dakwah fardiyah sehingga, orang tua menerapkan di rumahnya masing-masing.

e. Imbauan Motivasioinal

(37)

biologis dan motif psikologis. Manusia bergerak bukan saja di dorong oleh kebutuhan biologis seperti lapar dan dahaga, tetapi juga karena dorongan psikologis seperti rasa ingin tahu, kebutuhan akan kasih sayang, dan keinginan untuk memuja.

Agar pesan yang ingin disampaikan dapat terorganisir dengan baik. Maka dalam ilmu retorika terdapat garis besar (outline) dalam berpidato yang harus diketahui oleh seorang komunikator. Garis besar adalah peta bumi bagi komunikator yang akan memasuki daerah kegiatan retorika. Garis besar (outline) dalam berpidato/ceramah pada umumnya terdiri dari tiga bagian, yaitu: pengantar, isi, dan penutup. Dengan menggunakan urutan bermotif dari Alan H. Monroe, kita dapat membaginya menjadi lima bagian: perhatian, kebutuhan, pemuasan, visualisasi, dan tindakan.21

Mengikuti urutan bermotif dari Monroe, pidato (ceramah) rekreatif terus-menerus berada pada tahap perhatian. Tidak diperlukan upaya untuk menimbulkan kebutuhan akan informasi atau menonjolkan masalah yang harus dipecahkan. Monroe menyarankan dua cara mengorganisasikan pesan rekreatif yang pertama, teknik satu pokok (one-point speech), memusatkan pembicaraan hanya pada satu pokok pembicaraan saja. Yang kedua meniru organisasi pesan persuasif dan memperlakukannya secara main-main. Dengan

21

(38)

kata lain, pidato kita adalah pidato persuasif yang dijadikan burlesque. Berikut ini penjelasan Monroe tentang keduanya.22

a. Teknik Satu Pokok

Bila menggunakan teknik ini maka pidato yang digunakan untuk serangkaian ilustrasi, anekdot, dan kontras-kontras humor yang disampaikan secara cepat. Setiap satuan humor harus dipusatkan pada satu gagasan utama. Berikut ini rumusan sederhana untuk organisasi pesan seperti itu.23

1) Kisahkan cerita atau berikan ilustrasi.

2) Tunjukkan gagasan pokok atau pandangan yang menjadi pijakan untuk mempersatukan rincian pembicaraan Anda.

3) Ikuti dengan serangkaian cerita dan ilustrasi tambahan. Setiap cerita memperluas atau memperjelas gagasan utama. Susun setiap ilustrasi begitu rupa sehingga minat atau humor itu disebutkan secara merata. Jangan mengelompokkan bahan-bahan paling lucu hanya pada satu bagian pidato saja. Hindari “kedodoran” pada akhir pembicaraan. Simpan anekdot yang sangat “menyolok” atau

lucu pada bagian terakhir.

22

Jalaludin Rakhmat, Retorika Modern: Pendekatan Praktis, h. 134.

23

(39)

4) Tutup dengan mengulang kembali gagasan utama yang telah Anda jelaskan. Pada bagian ini masukkan pertimbangan serius yang melandasi cerita-cerita lucu itu.

b. Urutan Bermotif Burlesque

Ketika Anda menggunakan metode kedua ini, pidato (ceramah) Anda hanya mengandung tahap perhatian saja, ditinjau dari reaksi psikologis pendengar. Tetapi struktur pembicaraan dapat disusun berdasarkan pada urutan bermotif, yang mempermainkan tahap-tahap yang digunakan dalam persuasi yang serius.24

a)Tahap Perhatian.

Mulailah pembicaraan Anda dengan salah satu diantara empat cara ini: hubungkan dengan kejadian lucu yang aktual, buat kelucuan yang diarahkan pada pembawa acara atau siapa saja (tetapi hati-hati, Anda harus menunjukkan bahwa Anda hanya main-main), kisahkan cerita atau anekdot. Kemudian, dengan cara tertentu, hubungkan permulaan pembicaraan Anda dengan;

b) Tahap kebutuhan dan pemuasan.

Sajikan masalah serius (seperti kesulitan mengatur pendapatan untuk menutup pengeluaran), perbesar tingkat keseriusannya melebihi proporsinya, kemudian tawarkan pemecahan yang absurd, atau

24

(40)

sajikan masalah yang absurd (seperti bahaya yang disebabkan makan dengan menggunakan pisau), uraikan sejumlah cerita fiktif untuk menggambarkannya, kemudian berikan metode pemecahan masalah yang juga absurd. Masukkan sejumlah anekdot lucu untuk menegaskan kejanggalan-kejanggalan.

c) Tahap visualisasi.

Perbesar kejanggalan itu dengan menambahkan lagi gambaran kondisi yang dilebih-lebihkan.

d) Tahap tindakan.

Tutup pembicaraan Anda secara cepat dengan mempermainkan tuntutan tindakan yang juga dibesar-besarkan. Atau ceritakan sebuah kisah untuk menggambarkan ironi dari argumentasi Anda, atau dengan membuat ikhtisar hal-hal “vital” dari argumentasi Anda. Buatlah sentuhan terakhir ini pendek dan lucu.

4. Karakteristik Pesan Rekreatif

(41)

memahami yang menjadi kebutuhan manusia akan need entertainment (kebutuhan akan hiburan).25

Maka berdasarkan hal tersebut untuk memahami lebih dalam tentang karakteristik rekreatif, banyak jenis-jenis atau model orang yang terhibur26, diantaranya:

1) Orang terhibur jika dia merasa senang, dihormati, dihargai, dan dibuatnya tertawa.

2) Orang terhibur jika dia dipenuhi kebutuhannya dengan mendapatkan solusi dari setiap permasalahannya.

3) Orang terhibur jika dia telah disadarkan akan kekurangan dan kesalahan yang dimilikinya. Sebagai contoh orang disadarkan dan mendapat ketenangan pada saat muhasabah (proses introspeksi dan perenungan).

4) Orang terhibur jika ia ditakut-takuti dengan sebuah fakta, dsb.

Setelah mengetahui tentang model-model orang terhibur diatas. Maka dalam pembahasan karakteristik pesan rekreatif dalam dakwah ini, penulis mengklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu: unsur-unsur pesan rekreatif dalam perspektif dakwah, dan unsur-unsur pesan rekreatif dalam perspektif komunikasi.

25

Tubagus Wahyudi, The Secret Of Public Speaking Era Konseptual (Jakarta: BBC Publisher, 2013), hal. 29.

26

(42)

a. Unsur-Unsur Pesan Rekreatif dalam Perspektif Dakwah

Ada beberapa unsur pesan rekreatif dalam perspektif dakwah yang menjadi karakteristik dakwah rekreatif itu sendiri, diantaranya:

1) Mauizoh hasanah

Menurut para pakar bahasa, nasehat (al-wa‟zh atau mau‟izdhah) mengandung arti teguran atau peringatan. Ashfahani, dengan mengutip pendapat imam Khalil, menyatakan bahwa nasehat adalah memberikan peringatan (al-tadzkir) dengan kebaikan yang dapat menyentuh hati. Jadi makna terpenting dari nasehat adalah mengingatkan (tadzkir) dan membuat peringatan (dzikra) kepada umat manusia.27

Sesuai makna diatas, maka menurut Quthub nasihat yang baik adalah nasehat yang dapat masuk ke dalam jiwa manusia serta dapat menyejukkan hati, bukan nasehat yang dapat memerahkan telinga karena penuh kecaman dan caci maki yang tidak pada tempatnya. Menurutnya, nasihat yang baik bukan pula dengan membuka dan membeberkan aib dan kesalahan-kesalahan orang lain yang terjadi karena tidak mengerti atau karena motif yang baik. Nasihat yang baik adalah nasihat yang lemah lembut yang dapat melunakkan hati yang keras dan menyejukkan hati yang gersang.28

27

A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub (Jakarta: PT Penamadani, 2006), h. 249.

28

(43)

Sebagaimana nasihat Luqman yang diberikan kepada anaknya dengan penuh kasih sayang, dalam firman Allah dijelaskan:





























“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia

memberi pelajaran kepadanya: "Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (Q.S. Luqman: 13)

Maka berdasarkan penjelasan Quthub diatas, menurut hemat penulis pesan rekreatif dalam perspektif dakwah adalah pesan nasehat yang dapat menyentuh jiwa dan menyejukkan hati seseorang, sehingga jiwa seseorang merasa tenang dan mendapatkan semangat untuk mengaplikasikan dari pesan dakwah yang disampaikan.

Setelah membahas tentang mauizoh hasanah (nasihat yang baik) yang menjadi unsur sekaligus karakteristik dalam dakwah rekreatif. Maka dari kata mauizoh hasanah tersebut, penulis mengkategorikan beberapa bagian yang termasuk dalam kategori dari mauizoh hasanah, yang diantarantya:

a) Qaulan Balighan (Perkataan yang membekas pada jiwa)

(44)



































“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka nasihat, dan Katakanlah kepada mereka Perkataan yang membekas

pada jiwa mereka”.(Q.S. An-Nisaa‟: 63)

Khitab ayat tersebut ditujukan kepada orang-orang munafik yang berupaya keras menghalangi ajakan untuk patuh kepada hukum Allah dan Rasul_Nya. Maka menyampaikan pesan dakwah dihadapan orang-orang munafik diperlukan bahasa atau penyampaian pesan yang bisa mengesankan dan membekas pada hati mereka, sebab dihatinya banyak dusta, khianat serta ingkar janji.29

Dan menurut hemat penulis penyampaian pesan yang dapat membekas dan mengesankan hati merupakan unsur pesan rekreatif dalam dakwah. Karena mad‟u merasa terkesan dengan

penyamapaian dakwah yang disampaikan. Sehingga pesan dakwahpun tersampaikan dan dapat diterima dengan baik oleh mad‟u.

29

(45)

b) Qaulan layyinan (Perkataan yang lembut)

Al-Qur‟an sangat kaya dengan ayat-ayat yang menunjukkan kelemah lembutan berbicara dengan mad‟u.

Sebagaimana firman Allah yang terdapat dalam surah Taha ayat 43-44:

ِا





























“Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, Sesungguhnya Dia telah

melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (fir‟aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia sadar atau takut".(Q.S. Taha: 43-44)

Atau firman Allah tentang Nabi Ibrahim ketika mendakwahi ayahnya dengan kelembutan:



















“(Ingatlah) ketika dia (Ibrahim) berkata kepada ayahnya; "Wahai ayahku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak

(46)

Dalam seruan nabi Ibrahim kepada ayahnya itu terdapat ikatan seorang ayah yang harus diungkapkan dengan penuh cinta, lembut, dan sayang.30

Maka menurut hemat penulis unsur kelembutan itu merupkan unsur pesan rekreatif dalam dakwah yang harus ada dalam setiap penyampaian dakwah, sehingga mad‟u pun merasa diayaomi dari setiap dakwah yang disampaikan.

c) Qaulan Ma‟rufan (Perkataan yang baik)

Berkaitan tentang perkataan yang baik Allah telah jelaskan dalam al-Qur‟an, dalam surah an-Nisaa‟ ayat 8:



































“Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat[270], anak

yatim dan orang miskin, Maka berilah mereka dari harta itu [271] (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang baik”.(Q.S. An-Nisaa‟: 8)

Salah satu pengertian ma‟rufan secara etimologis adalah

al-khair atau al-ihsan, yang berarti “baik”. Jadi qaulan ma‟rufan mengandung pengertian perkataan atau ungkapan yang pantas dan baik. Qaulan ma‟rufan berarti pembicaraan yang bermanfaat, memberikan pengetahuan, mencerahkan pemikiran

30

(47)

menunjukkan pemecahan terhadap kesulitan kepada orang yang lemah.31

Sehingga menurut hemat penulis perkataan yang baik juga merupakan unsur pesan rekreatif dalam dakwah yang mengindikasikan bahwa setiap pesan dakwah yang disampaikan dapat bermanfaat dan memberikan solusi dari setiap permasalahan hidup. Sehingga mad‟u pun merasakan ketenangan dalam jiwanya, setelah mendengarkan dakwah yang disampaikan dengan baik.

d) Qaulan Maysuran (Perkataan yang Ringan)

Kata maisuran merupakan bentuk isim maf‟ul dari

yasara-yasiru-yusran, yang artinya mudah. Maka qaulan maisuran dapat diartikan “perkataan yang mudah diterima,

ringan, pantas dan tidak berbelit-belit. Dakwah dengan qaulan maisuran berarti pesan yang disampaikan itu sederhana, mudah dimengerti dan dipahami tanpa memerlukan pemikiran yang mendalam.32

Ungkapan qaulan maisuran terdapat dalam surah al-Isra‟ ayat 28:

31

Rubiyanah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010), h. 51-52.

32

(48)





























“Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat

dari Tuhanmu yang kamu harapkan, Maka katakanlah kepada mereka ucapan yang lemah lembut”.(Q.S. Al-Isra‟: 28)

Berdasarkan penjelasan diatas, menurut hemat penulis qoulan maysuran juga merupakan unsur yang termasuk dalam dakwah rekreatif. Karena perkataan yang ringan yang mudah dimengerti merupakan indikator keberhasilan dalam dakwah sehingga dakwah tersebut dapat mudah diterima oleh mad‟u. Sebagai contoh: Alm. Ust jeffry al-Buchori beliau berdakwah dengan gaya bahasa yang gaul. Sehingga hal tersebut menjadi unsur pesan rekreatif tersendiri yang dapat menghibur masayarakat sehingga banyak jamaah yang mengikuti dakwah beliau.

e) Qaulan Kariman (Perkataan yang mulia)

(49)























































“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan

menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia[850]”.(Q.S. Al-Israa‟: 23)

Dakwah dengan qaulan kariman sasarannya adalah orang yang telah lanjut usia. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah ialah dengan perkataan yang mulia, santun, penuh penghormatan dan penghargaan, tidak menggurui. Dalam perspektif dakwah, qaulan kariman diperlukan jika dakwah itu ditujukan kepada kelompok orang yang sudah masuk kategori usia lanjut, sebab kondisi fisik yang sudah mulai melemah membuat mudah tersinggung jika menerima perkataan yang keras dan menggurui.33

Pesan dakwah janganlah menggunakan redaksi perintah, terkesan sombong, atau arogan sehingga mad‟u merasa tertekan

atau terpojokkan. Sasaran dakwah itu tidak akan senang dengan pemaksaan dan penindasan. Mereka lebih senang dengan

33

(50)

kerendahan hati (tawadhu‟).34

Sebagaimana seusai dengan ayat yang tertera dalam surah Ali-Imran ayat 159:

























































“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.(Q.S. Ali-Imran: 159)

Seorang da‟i harus menjauhkan diri dari perasaan isti‟la (lebih tinggi) dari mad‟unya. Ia harus menjauhkan diri dari segala sesuatu yang menyakiti mad‟u atau menyebabkannya terluka. Seorang da‟i harus menjauhkan diri dari sikap meremehkan mad‟u, menantangnya, atau menampakkan diri lebih mulia darinya. Seorang da‟i seharusnya berbicara dengan

ruh nasihat penuh kasih sayang yang ikhlas dan tawadhu‟ serta menuntun kepada kebaikan.35

Maka jika dilihat dari penjelasan diatas, menurut hemat penulis qaulan kariman merupakan salah satu unsur yang masuk dalam karakteristik dakwah rekreatif. Karena perkataan yang

34

Taufik al-Wa‟iy, Dakwah ke jalan Allah; Muatan, Sarana, Dan Tujuan, h. 380.

35

(51)

mulia dan penuh penghormatan juga hal yang harus diperhatikan dalam berdakwah terlebih mad‟u atau jama‟ah dari kalangan

usia lanjut yang harus dimuliakan agar merasa digembirakan dan dihormati, sehingga mad‟u merasa nyaman ketika

mendengarkan dakwah.

b. Unsur-Unsur Pesan Rekreatif dalam Perspektif Komunikasi

Setelah kita mengetahui unsur-unsur rekreatif dalam perspektif dakwah yang menjadi karakteristik dari dakwah rekreatif itu sendiri. Maka kita juga akan mengenal sekaligus membahas beberapa unsur-unsur pesan rekreatif dalam perspektif komunikasi36, yang diantaranya:

1) Tidak melulu melucu.

Dakwah rekreatif tidak selalu harus melucu. Anda dapat menceritakan pengalaman yang luar biasa, aneh tetapi nyata, aneh tetapi tidak nyata. Selama Anda menyampaikan hal-hal yang menarik perhatian pendengar, mengendurkan saraf mereka, atau membuat mereka santai. Hal tersebut juga termasuk dalam unsur pesan rekreatif.

2) Gembirakan diri Anda dahulu.

Anda tidak akan dapat menghibur orang lain, bila kabut kesedihan menutup wajah anda. Dakwah rekreatif harus disampaikan

36

(52)

oleh orang yang berwajah ceria, riang, gembira santai, “easy going”.

Tetapi wajah cerminan hati. Anda harus memulai dengan memusatkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan; dan melupakan, untuk sementara apa saja yang merisaukan.

3) Hindari rangkaian gagasan yang sulit.

Dalam dakwah rekreatif, susunlah topik secara sederhana juga hindari gagasan-gagasan abstrak, kalimat-kalimat yang panjang, dan kata-kata yang ambigu.

4) Gunakan gaya bercerita (naratif).

Masukkan berbagai cerita, anekdot, contoh kongkret. Sebaiknya Anda tidak menceritakan humor yang terlalu dikenal atau terlalu sering dibicarakan. Bila perbendaharaan humor Anda memang sedikit, kemaslah humor-humor lama dengan cara yang orisinil dan kreatif. Cerita-cerita itu sebaiknya dijalin begitu rupa sehingga berkaitan satu sama lain.

5) Berbicaralah singkat.

(53)

tune atau fokus dalam memperhatikan dakwah yang disampaikan oleh da‟i.

5. Teori-teori Humor dalam Perspektif Retorika Komunikasi

Dikalangan para filusuf ada tiga teori humor yang dikenal,37 diantaranya:

1) Teori Superioritas dan Degradasi.

Kita tertawa bila menyaksikan sesuatu yang janggal (mengikut Plato), atau kekeliruan atau cacat (kata Aristoteles). Objek yang membuat kita tertawa adalah objek yang ganjil, aneh, menyimpang. Sebagai subjek, kita mempunyai kelebihan (superioritas), sedangkan objek tertawa kita mempunyai sifat-sifat yang rendah. “Ketika kita tertawa”.

Teori ini tepat untuk menganalisis jenis-jenis humor yang termasuk satire. Satire adalah humor yang mengungkapkan kejelekan, kekeliruan, atau kelemahan orang, gagasan, atau lembaga untuk memperbaikinya. Satire dapat bersifat langsung, dengan membongkar hal-hal yang jelek atau membesar-besarkannya (exaggeration); atau tidak langsung, melalui parodi, ironi, dan burlesque.

37

(54)

2) Teori Bisosiasi.

Teori ini dirumuskan oleh Arthur Koestler, tetapi berasal dari filusuf-filusuf besar seperti Pascal, Kant, Spencer, Schopenhauer. “Kita tertawa”, kata filusuf yang saya sebut terakhir, “bila secara tiba-tiba kita

menyadari ketidaksesuaian antara konsep dengan realitas yang sebenarnya”. Ia memberikan contoh dengan kisah ini: Beberapa orang

sipir penjara mendapat kesempatan bermain kartu dengan seorang napi. Ternyata napi itu mengecoh mereka. Para sipir marah dan menendang napi itu ke luar penjara.

Menurut teori ini, humor timbul karena kita menemukan hal-hal yang tidak diduga, atau kalimat (juga kata) yang menimbulkan dua macam asosiasi. Yang pertama kita sebut teknik belokan mendadak (unexpected turns); dan yang kedua, asosiasi ganda (puns).

3) Teori Pelepasan Inhibisi.

Ini adalah teori yang paling “teoritis”, sehingga tidak begitu

banyak manfaatnya buat kita. Seperti yang kita lihat dari istilah inhibisi, teori ini diambil dari Sigmund Freud. Kita banyak menekan ke alam bawah sadar

Gambar

Gambar 3.6 Logo Kompas TV
gambar luar ruangan dengan tema religi mengundang pengajian dari masjid

Referensi

Dokumen terkait