• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2. Status gizi balita

2.2. Klasifikasi status gizi

2.3 Faktor-faktor yang mampengaruhi status gizi

2.4 Masalah-masalah gizi balita

3 Hubungan pengetahuan ibu tentang makanan bergizi terhadap status gizi balita

1. Pengetahuan

1.1 Defenisi Pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2003), pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraaan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pengindraan manusia, yaitu indra melihat, indra pendengar, penciuman, rasa dan raba, sebahagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.

1.2 Tingkat Pengetahuan

Notoadmojo (2003) menyatakan bahwa pengetahuan yang tercakup dalam domain koqnitif mempunyai enam tingkatan.

a) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Yang termasuk dalam pengetahuan tinggat ini adalah mengingat kembali (recall) suatu spesifik dari seluruh bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yangtelah diterima. Tingkat pengetahuan ini merupakan tingkat yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu dengan menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.

b) Memahami (Comperhention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang telah dipelajari.

c) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan yang menyimpulkan materi yang telah dipelajari pada stuasi atau kondisi yang sebenarnya aplikasi ini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum–hukum, rumus, metode, prinsif dan sebagainya dalam situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan prinsif–prinsif siklus pemecahan masalah dalam pemecahan masalah ketiga dari kasus yang diberikan.

d) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen–komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa dapat memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e) Sintesis (Synthesis)

Sintesis diartikan sebagai suatu kemempuan untuk meletakkan atau menghubungakan bagian–bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi.baru dari formulasi–formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun,

dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan–rumusan yang telah ada.

f) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penelitian–penelitian tersebut didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria–kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat menghadapi terjadinya diare di suatu tempat, dapat menafsirkan penyebab ibu–ibu tidak mau ikut KB dan sebagainya.

1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2003) pengetahuan dipengaruhi oleh faktor :

1) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, keluarga atau masyarakat. Beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh pendidikan terhadap perkembangan pribadi, bahwa pada umumnya pendidikan itu mempertinggi taraf intelegensi individu.

2) Persepsi

Persepsi, mengenal dan memilih objek sehubungan dengan tindakan yang akan di ambil.

3) Motivasi

Motivasi merupakan dorongan, keinginan dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dengan mengeyampingkan hal-hal yang dianggap kurang bermanfaat. Dalam mencapai tujuan dan munculnya motivasi dan memerlukan rangsangan dari dalam individu maupun dari luar. Motivasi murni adalah motivasi yang betul-betul disadari akan pentingnya suatu perilaku akan dirasakan suatu kebutuhan.

4) Pengalaman

Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui, dikerjakan) juga merupakan kesadaran akan suatu hal yang tertangkap oleh indera manusia. Faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan antara lain: meliputi lingkungan, sosial, ekonomi, kebudayaan dan informasi. Lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh bagi pengembangan sifat dan perilaku individu. Sosial ekonomi, pengahasilan sering dilihat untuk memiliki hubungan antar tingkat pengahasilan dengan pemanfaatan.

1.4 Pengetahuan Ibu tentang makanan bergizi.

Kebutuhan makanan seringkali tidak dimengerti khususnya bagi anak-anak dan wanita hamil/menyusui (Suhardjo, 1996) Dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita diperlukan peranan pendidikan gizi oleh para ibu. Apabila ibu mempunyai cukup pengetahuan tentang cara memelihara gizi dan mengatur anak maka sebagian besar kejadian gizi buruk dapat di hindari (Sjahmien, 1992)

Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan merupakan hal yang umum disetiap negara. Kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi ,merupkan faktor penting dalam masalah

kurang gizi. Akan tetapi ada sebab lain yang tak kalah penting, yaitu kurang pengetahuan tentang makanan bergizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi pangan yang di produksi dan tersedia (Harper, 1989).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sanjaja (2000) juga disebutkan bahwa sebagian anak dalam keluarga tertentu dengan sosial ekonomi rendah mempunyai daya adaptasi yang tinggi sehingga mampu tumbuh dan kembang, dan salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan. Hal ini senada dengan yang dianggap oleh Berg (1986), bahwa sekalipun daya beli merupakan halangan yang utama, tetapi sebahagian kekurangan gizi akan bisa di atasi kalau orang tua tahu bagaimana seharusnya memanfaatkan segala sumber yang dimiliki.

1.5 Makanan bergizi bagi balita.

Tubuh kita terbentukdari zat–zat yang berasal dari makanan oleh karena itu kita memerlukan masukan makanan, yaitu untuk memperoleh zat–zat yang di perlukan tubuh, (Nuraimah, 2001). Gizi (nutrizi) yang baik merupakan tujuan yang penting bagi kebanyakan orang, Gizi semakin dipandang sebagai faktor penentu yng penting dalam upaya mempertahankan kesehatan dan mencegah penyakit. Anak usia diubawah lima tahun merupakan masa terbentuknya dasar-dasar kepribadian manusia, kemampuan pengindraan, kemampuan berpikir, keterampilan berbahasa dan berbicara bertingkah laku sosial dan lainnya (Depkes RI, 1993, dalam Santoso & Ranti, 1999). Oleh karena itu pada usia balita harusnya memperoleh zat gizi yang mencukupi jumlah dan zat gizinya (Sumiarta, 2005)

Selain itu makanan merupakan kebutuhan fungsi jasmaniah dan psikososial untuk kelangsungan hidup, nutrisi juga memiliki makna simbolik berdasarkan keyakinan budaya, spiritual dan keperibadian seseorang. Nutrisi biasanya menjadi simbolik kehidupan dan kasih sayang, seperti ibu yang memberikan makanan pada anaknya (Khomsan, 2003). Gizi yang diperoleh seorang anak melalui konsumsi makanan setiap hari berperan untuk kehidupan anak, kecukupan zat gizi ini berpengaruh pada kesehatan dan kecerdasan anak terutama pada anak usia balita maka selain pengetahuan diperlukan juga kemampuan dalam mengelola makanan sehat untuk anak yang merupakan suatu hal yang sangat penting (Santoso & Ranti, 1999).

Menurut Notoatmojo (1997), agar makanan dapat berfungsi dengan baik maka makanan yang kita makan sehari-hari tidak hanya sekedar makanan.Makanan harus mengandung zat-zat gizi tertentu sehingga memenuhi fuingsi tersebut, makanan harus mengandung protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.

a) Protein

Protein diperoleh dari makanan yang berasal dari tumbuhan (protein nabati) dan makanan dari hewan (protein hewani). Fungsi protein bagi tubuh sebagai pembangun sel-sel yang rusak, membentuk zat-zat pangatur seperti enzim dan hormon, membentuk zat inti energi, (1gr protein kira-kira akan menghasilka 4,1 kalori). Kebutuhan protein balita bayi bervariasi dari 1,6-2,2 gr protein per kg BB. Total asupanprotein sebaiknya tidak melebihi 20 % dari kebutuhan energi.

b) Lemak

Berasal dari minyak goreng, daging, margarine, dan sebagainya. Fungsi pokok lemak bagi tubuh ialah menghasilkan kalori terbesar dalam tubuh manusia (1 gr lemak i menghasilkan sekitar 9,3 kalori), sebagai pelarut vitamin A,D, E, K dan sebagai pelindung bagi pada temperature rendah.

c) Karbohidrat.

Berfungsi sebagai salah satu pembentuk energi yang paling murah. Pada umumnya sumber karbohidrat ini berasal dari tumbuh- tumbuhan (beras, jagung, singkong, dan sebagainya), yang merupakan makanan pokok.

d) Vitamin

Vitamin merupakan molekul organik yang terdapat didalam makanan. Fungsi vitamin berlainan satu sama lain tetapi secara umum fungsinya adalah mengatur metabolisme tubuh.

Tabel 1. Vitamin- vitamin yang diperlukan oleh balita serta fungsinya

Vitamin Fungsi Vitamin A Berperan dalam pertumbuhan sel- sel epitel dan sebagai

pengaturan kepekaan rangsang sinar pada syaraf dan mata Vitamin B

- vitamin B1

- Vitamin B2

Metabolisme karbohidrat, keseimbangan air dealam tubuh dan membantu penyerapan zat-zat lemak dalam tubuh. Berperan dalam pemindahan rangsang sinar ke saraf mata dan enzim juga berfungsi dalam proses oksidasi dalam sel Berperan dalam pembentukan sel-sel darah, juga dalm

- Vitamin B6 proses pertumbuhan dan kerja urat saraf.

Vitamin C Sebagai aktivator macam- macam fermen perombak protein dan lemak dalam oksidasi dan dehidrasi dalam sel, penting dalam pembentukan trombosit.

Vitamin D Mengatur kadar dan fosfor dalam tubuh bersama-sama kelenjar gondok dan mempengaruhi kelenjar endokrin. Vitamin K Berperan dalam pembentukan protrombin yang berarti

penting dalam pembekuan darah.

e) Mineral

Berfungsi sebagai bagian dari zat yang aktif dalam metabolisme atau sabagai bagian penting dari struktur sel dan jaringan. Bayi membutuhan kurang lebih 150 ml/ kg BB air maupun cairan lainnya hal ini untuk mencegah bayi yang mudah mengalami dehidrasi maupun diare.

1.5.1 Pengaturan Makanan Balita

Semakin bertambahnya usia bayi/anak, kebutuhan akan zat gizi akan semakin bertambah pula. Pemberian makan pada balita harus dilakukan secara bertahap sesuai

dengan usia balita, dimulai dari air susu ibu hingga makanan padat seperti makanan orang dewasa (Aswar, 2000). Pengaturan makanan balita berdasarkan umur di bagi atas;

a) Usia 0-6 Bulan

ASI merupakan makanan yang paling ideal bagi bayi, karena mengandung cukup energi dan zat gizi esensial yang cukup (Pudjiati, 2000). Asi sebaiknya diberi segara setelah lahir (kolostrum) karena mengandung banyak protein tinggi dan zat anti bodi. Asi diberikan tanpa jadwal karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya pada saat lambungnya kosong.

Asi adalah emulsi lemak yang disekresi oleh kedua kelenjar payudara ibu sebagai makanan utama bagi bayi dan balita. Asi mengandung berbagai komposisi zat gizi, yaitu protein, karbohidrat (glukosa, galaktosa, dan glukosamin), lemak, mineral, vitamin, dan air. Asi diberikan segera setelah bayi lahir. Bayi usia lahir sampai usia 4 bulan hanya diberi Asi tanpa makanan tambahan (Aswar, 2000). Sebaiknya bayi disusui tanpa jadwal, karena kebutuhan makanan ditentukan oleh bayi sendiri.

b) Usia 6-8 bulan

Pada usia 4 bulan asi masih dibutuhkan, akan tetapi pada usia 5 bulan produksi asi akan mengalami penurunan sehingga bayi membutuhkan makanan tambahan dari bentuk makanan yang lain yaitu MP-ASI Pengenalan dan pemberia MP-ASI ini dilakukan secara bertahap, baik bentuk jumlah maupun macamnya (Aritonang, 1996). Menurut Aswar, (2000) makanan yang diberikan pada usia ini adalah makana yang

berbentuk lumat halus, yaitu makanan yang dihancurkan dibuat dari tepung. Contohnya adalah bubur susu, sepotong pepaya atau pisang yang dihaluskan dan disaring.

c) Usia 8-10 bulan

Pada usia ini makanan yanag dibentuk berupa makan yanag lumat, yaitu makanan yang disaring tampak kurang merata. Contohnya adalah nasi tim saring yang ditambahkan dengan sedikit santan atau margarine. Makanan lumat ini diberikan 2 kali sehari. Jika bayi 6 bulan diberi 6 sendok sekali beri, jika 7 bulan 7 sendok, 8 bulan 8 sendok dan 9 bulan 9 sendok (Aswar, 2000)

d) Usia 10-12 bulan

Makanan yang diberika pada bayi usia 9-12 bulan adalah makanan yanag berbentuk lunak. Contohnya adalah bubur nasi yang ditambah dengan lauk pauk, bubur ayam, bubur kacang hijau, diberika 3 kali sehari. Pada usia ini terjadi penambahan berat badan 3 kali berat badan waktu lahir. Makanan lunak ini sudah merupakan makanan utama bagi bayi 9 bulan, karena berat badan anak sudah menjadi 3 kali lebih berat dari berat badan lahir. Sementara itu ASI sudah tidak dapat lagi diandalkan karena produksinya yang semakain menurun (Moehji, 1988)

e) Usia 1-5 tahun

Pada usia ini sistem pencernaan sudah mulai matang, biasanya usia 12- 24 bulan sudah bisa makan setengah porsi orang dewasa dan pemberian Asi masih tetap diteruskan. Biasanya anak makan 3 kali sehari (Kozier,

2004, Azwar, 2000).Tetapi pada saat usia 18 bulan mereka sudah mulai malas makan dan milih-milih makanan yang disukai. Anak pada usia ini biasanya sangat aktif, biasanya mereka buru- buru ketika sedang makan untuk pergi bermain kembali bersama temannya (Kozier, 2004). Sebaiknya makanan disajikan dengan menarik sehingga menambah nafsu makanannya, anak usia ini akan suka mencoba hal yang baru. Walaupun nafsu makan dan komsumsi makanan tidak menentu, anak dapat menikmati makanan yang disajikan dengan baik dan menarik. Makanan yang belum mereka kenal biasanya mereka tidak mau memakannya, untuk itu makanan harus disajikan menarik dan dengan cara yang menarik pula. Anak- anak akan sering mencoba hal yang baru, oleh karena itu metode panyajian makanan merupakan hal yang penting dalam pemberian makanan pada usia ini (Wong & Hockenberry, 2003)

1.5.2 Angka kecakupan gizi balita

Jumlah makanan yang diberikan pada balita harus berangsur bertambah sesuai dengan bertambahnya kebutuhan balita akan berbagai zat gisi. Berikut ini merupakan angka kecukupan zat gizi rata-rata yang dianjurkan untuk perorangan dalam satu hari.

Tabel 2. Cakupan zat gizi yang dianjurkan per orang per hari untuk Indonesia dalam mempertahankan kesehatan yang baik sesuai umur.

Golongan usia Berat badan (kg) Tinggi Badan (cm) Energi (KKal) Protein (g) VitA (RE) Besi (mg) Iodium (mg) 0-6 bln 5,5 60 560 12 350 3 10

Sumber LIPI, Risalah Widyakarya Pangan dan Gizi VI, 1998. hal 877 (Almatsier, 2001)

1.5.3 Pengaruh makanan bagi kesehatan Balita

Makanan sehari – hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang di butuhkan untuk fungsi normal tubuh. Begitu juga sebaliknya bila makanan tidak dipilih dengan baik tubuh akan mengalami kekurangan zat – zat gizi esensial gizi tertentu. Beberapa manfaat bagi tubuh

1) memberi energi dari karbohitrat, lemak, dan protein,

2) pertumbuhan dan pemeliharaan, jaringan tubuh dari protein mineral dan air 3) mengatur proses tubuh dari protein, mineral air dan vitamin (Almatser, 2001).

Menurut Almatser (2001) kekurangan gizi secara umum dapat menyebabkan gangguan pada beberapa proses tubuh yaitu;

a. Pertumbuhan

Anak – anak yang kurang gizi tidak dapat tumbuh menurut potensialnya

b. Produksi tenaga

Kekurangan energi berasal dari makanan yang menyebabkan seseorang kekurangan tenaga untuk bergerak dan melakukan aktifitas.

7-12 bln 8,5 71 800 15 350 5 15

1-3 thn 12 90 1250 23 350 8 20

c. Pertahanan tubuh

Daya tahan terhadap tekanan dan stres menurunkan sistem imunitas dan anti bodi berkurang, sehingga orang mudah terserang infeksi. Pada anak–anak hal ini menyebabkan kematian.

d. Struktur dan fungsi otak

Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental dan kemampuan berpikir. Otak, mencapai bentuk maksimum pada usia 2 tahun kurang gizi dapat mengakibatkan terganggunya fungsi otak secara permanen.

Makanan yang baik akan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Fungsi zat gizi bagi tubuh.

1) Memberi energi

Zat-zat dapat memberikan energi bagi tubuh. Zat gizi tersebut adalah karbohidrat, lemak dan protein. Oksidasi zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh melakukan aktivitas. Dalam fungsi sebagai zat pemberi energi, ketiga zat tersebut dinamakan zat pembakar.

2) Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh

Protein, mineral dan air adalah zat pembangun yang diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara dan mengganti sel-sel yang rusak.

3) Mengatur proses tubuh

Protein, mineral, air dan vitamin diperlukan untuk mengatur proses tubuh.Dalam fungsinya ini ke empat zat gizi tersebut dinamakan zat pangatur (Almatsier, 2002).

2 Status gizi balita

Status gizi adalah suatu keadaan kesehatan individu-individu oleh kelompok-kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antropometri (Suhardjo, 1999).

Status gizi juga dapat diartikan sebagai keadaan tubuh sebagai akibat komsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2002).

2.1 Pengukuran status gizi

Cara pengukuran status gizi balita yang paling sering di masyarakat adalah antropometri gizi yaitu suatu cara yang berhubungan dengan berbagai makanan, pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat usia dan tingkat gizi (Supariasa , dkk, 2001 ).

Parameter status gizi merupakan ukuran tunggal dari tubuh manusia seperti umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak dibawah kulit. Parameter antropometri merupakan dasar dari penelian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter disebut dengan indeks antropometri (Supariasa, dkk, 2001). Beberapa indeks antropometri antara lain (1) berat badan menurut umur, (2) tinggi badan menurut umur, (3) berat badan menurut tinggi badan (Supariasa, dkk,2001;Soekirman, 2000 ).

Indeks antropometri. Berat badan menurut umur (BB/U). Berat badan merupakan salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitife terhadap perubahan yang mendadak seperti terserang penyakit, infeksi, menurunnya nafsu makan, atau menurunnya jumlah makanan yang di konsumsi (Supariasa, dkk, 2001). Kelebihan indeks BB/U antara lain mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat umum, baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis, berat badan dapat berfluktuasi, sangat sensitif terhadap perubahan – perubahan kecil (Supariasa dkk, 2001; Soekirman 2000)

Disamping mempunyai kelebihan, indeks BB/U juga mempunyai beberapa kekurangan antara lain dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema dan asites, di daerah pedesaan yang masih terpencil data umur yang akurat, sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, secara operasional. Sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya setempat (Soekirman, 2000, Supariasa, dkk 2001).

Tinggi badan menurut umur (TB/U). Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur, pengaruh defesiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan tampak dalam waktu yang relative lama (Supariasa,dkk,2001). Disamping memberikan gambaran status gizi masa lampau, indeks TB/U juga lebih erat kaitannya dengan status ekonomi (Beaton & Bengoa, 1973 dalam Supariasa, dkk, 2000).

Keuntungan indeks TB/U antara lain, baik untuk menilai status gizi masa lampau, ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa, dapat

dijadikan indikator keadaan social ekonomi penduduk (Soekirman,2000 &Supariasa dkk, 2001)

Adapun kelemahan indeks TB/U antara lain: tinggi badan tidak cepat naik bahkan tidak mungkin turun, pengukuran relative sulit dilakukan karena anda harus berdiri tegak, sehingga diperlukan dua orang untuk mengukurnya, ketepatan umur sulit didapat, tidak dapat digambarkan keadaan gizi saat ini, dan dapat terjadi masalah dalam pembaaan skala (Soekirman, 2000)

Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB ). Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indicator yang baik untuk menilai status gizi saat ini. Terutama bila data umur yang akurat sulit diperoleh (Supariasa, dkk, Soekirman, 2000)

Keuntungan indeks BB/TB antara lain independent terhadap umur dan ras dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal, kurus)

Kelemahan indeks BB/TB ini adalah tidak dapat memberikan gambaran apakah anak tersebut pendek, normal, tinggi. Sulit untuk melakukan pengukuran tinggi badan, menggunakan dua buah alat ukur, pengukuran relative lama, membutuhkan dua orang untuk melakukannya (Supariasa, dkk, 2001; Soekirman, 2000).

2.2 Klasifikasi Status Gizi

Dalam buku petunjuk teknik pemantauan status gizi, dapat diklasifikasikan menjadi 5, yaitu gizi lebih, gizi baik, gizi sedang, gizi kurang dan

gizi buruk, buku rujukan yang digunakan adalah WHO–NHCS (Word Health Organization – National Centre for Statistics) dengan indeks berat badan menurut usia (Supariasa, dkk,200). Berat badan adalah suatu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan- perubahan yang mendadak, misalnya terinfeksi penyakit. Baku tentang Antropometri ada beberapa macam, yaitu baku Boston dan Harverd, baku Tunner, dan baku NCHS. Akan tetapi yang direkomendasikan oleh WHO adalah baku NCHS (National Center for Health Statistik), karena pengumpulan datanya lebih menggambarkan populasi yang sebenarnya. Pada baku NCHS juga dibedakan untuk anak laki-laki dan perempuan.

Table 3. Klasifikasi status gizi masyarakat direktorat Bina Gizi masyarakat Depkes RI tahun 1999 (Supariasa, dkk, 2001 hal 76)

Katagori Ambang Batas

Gizi lebih >120 % median BB / U baku WHO - NHCS

Gizi baik 80 % - 120% median BB / U baku WHO - NHCS

Gisi sedang 70 % - 79,9 % median BB / U baku WHO - NHCS

Gizi kurang 60 % - 69,9 % median BB / U baku WHO - NHCS

Gizi buruk < 60 % median BB / U baku WHO - NHCS

2.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi status gizi

Dokumen terkait