• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Penyelidikan Tanah ( Soil Investigation )

2.3.3. Klasifikasi Tanah Sistem UNIFIED

Indeks kelompok = (F -35){ 0,2+ 0,005 (LL-40 ) + 0,0l(F - 15 )(P1 - 10)

Dimana:

F = persen lewat ayakan 0,075 mm ( No.200) dinyatakan dalam angka bulat. LL = Batas cair

PI = Indeks Plastisitas

Indeks kelompok ini selalu dinyatakan dalam bilangan bulat apabila tidak negative. Bila negatif maka dinyatakan sebagai nol. Pada saat menghitung indeks kelompok bagi sub kelompok A-2-6 dan A-2-7, hanya PI saja dan rumus itu yang dipergunakan. Indeks kelompok dituliskan sebagai bagian dan klasifikasi AASHTO. Apabila indeks kelompok bagi tanah A-7-6 dan A-2-7 sama dengan 15, maka klasifikasinya ditulis dengan A-7-6(15). Makin tinggi nilai indeks kelompok makin kurang sesuai bahan tersebut sebagai lapisan dasar. Indeks kelompok menunjukan nilai 0 itu berarti menunjukan suatu material lapis dasar yang bagus dan indeks kelompok 20 atau lebih tingi menunjukan suatu material lapis dasar yang sangat jelek.

2.3.3. Klasifikasi Tanah Sistem UNIFIED

Sistem klasifikasi tanah yang paling terkenal di kalangan para ahli teknik tanah dan pondasi adalah klasifikasi sistem UNIFIED. Sistem ini pertama kali diperkenalkan oleh Casagrande dalam tahun 1942 untuk dipergunakan pada

30 pekerjaan pembuatan lapangan terbang yang dilaksanakan oleh The Army Corps Engineers. Sistem ini telah dipakai dengan sedikit modifikasi oleh U.S. Bureau of Reclamation dan U.S Corps of Engineers dalam tahun 1952. Dan pada tahun 1969 American Society for Testing and Material telah menjadikan sistem ini sebagai prosedur standar guna mengklasifikasikan tanah untuk tujuan rekayasa.

Sistem UNIFIED membagi tanah ke dalam dua kelompok utama:

1. Tanah berbutir kasar → adalah tanah yang lebih dan 50% bahannya tertahan pada ayakan No. 200. Tanah butir kasar terbagi atas kerikil dengan simbol G (gravel), dan pasir dengan simbol S (sand).

2. Tanah butir halus → adalah tanah yang lebih dan 50% bahannya lewat pada saringan No. 200. Tanah butir halus terbagi atas lanau dengan simbol M (silt), lempung dengan simbol C (clay), serta lanau dan lempung organik dengan simbol O, bergantung pada tanah itu terletak pada grafik plastisitas. Tanda L untuk plastisitas rendah dan tanda H untuk plastisitas tinggi. Adapun simbol simbol lain yang digunakan dalam klasifikasi tanah ini adalah :

W = well graded (tanah dengan gradasi baik) P = poorly graded (tanah dengan gradasi buruk) L = low plasticity (plastisitas rendah) (LL < 50) H = high plasticity (plastisitas tinggi) ( LL > 50)

Untuk lebih jelasnya klasifikasi sistem UNIFIED dapat dilihat pada bagan Tabel 2.2 dibawah :

31 Tabel 2.2. Sistem Klasifikasi Tanah UNIFIED

32 Tabel 2.2 Lanjutan Sistem Klasifikasi UNIFIED

33 2.4. Pondasi

Pondasi dikelompokkan ke dalam 2 bagian, yaitu: a. Pondasi Dangkal (Shallow Foundation)

Terletak pada kedalaman yang dangkal, umumnya kedalaman pondasi dangkal lebih kecil dari panjang atau lebar pondasi.

b. Pondasi Dalam (Deep Foundation)

Merupakan pondasi yang dipergunakan untuk meneruskan beban ke lapisan tanah yang mampu memikulnya dan letaknya cukup dalam.

Menurut Bowles (1997), sebuah pondasi harus mampu memenuhi beberapa persyaratan stabilitas dan deformasi, seperti :

a) Kedalaman harus memadai untuk menghindarkan pergerakan tanah lateral dari bawah pondasi khusus untuk pondasi tapak dan pondasi rakit.

b) Kedalaman harus berada di bawah daerah perubahan volume musiman yang disebabkan oleh pembekuan, pencairan dan pertumbuhan tanaman. c) Sistem harus aman terhadap penggulingan, rotasi, penggelinciran atau

pergeseran tanah.

d) Sistem harus aman terhadap korosi atau kerusakan yang disebabkan oleh bahan berbahaya yang terdapat di dalam tanah.

e) Sistem harus cukup mampu beradaptasi terhadap beberapa perubahan geometri konstruksi atau lapangan selama proses pelaksanaan dan mudah dimodifikasi seandainya perubahan perlu dilakukan.

34 g) Pergerakan tanah keseluruhan (umumnya penurunan) dan pergerakan

diferensial harus dapat ditolerir oleh elemen pondasi dan elemen bangunan atas.

h) Pondasi dan konstruksinya harus memenuhi syarat standar untuk perlindungan lingkungan.

Jenis-Jenis Pondasi Dalam dan Pemakaiannya

Pada umumnya jenis pondasi dapat diklasifikasikan berdasarkan perbandingan lebar dan kedalaman pondasi, untuk jenis pondasi dalam umumnya D/B ≥ 4+ dan jenis-jenisnya antara lain : ฀

Tiang pancang mengambang : biasanya dipakai dalam bentuk kelompok- kelompok yaitu dua atau lebih. Kondisi tanah terapan yang sesuai yaitu tanah permukaan atau tanah yang dekat dengan permukaan mempunyai daya dukung yang rendah dan tanah yang memenuhi syarat berada pada tempat yang dalam sekali. Keliling tanah terhadap tiang pancang dapat mengembangkan tahanan kulit yang cukup untuk memikul beban rencana.

Tiang pancang pendukung : dipakai sama seperti tiang pancang mengambang. Kondisi tanah terapannya yaitu tanah permukaan atau tanah yang dekat dengan permukaan tidak dapat diandalkan untuk tahanan kulit dan biasanya tanah yang memenuhi syarat untuk beban titik berada dalam kedalaman praktis (8-20 m).

35 Pilar dibor atau kaison dibor : dipakai sama seperti tiang pancang tetapi di gunakan dalam jumlah yang lebih irit ( sedikit ), dan beban kolom yang lebih besar.

Untuk lebih jelas mengenai jenis-jenis pondasi, dapat dilihat pada gambar berikut:

36 2.4.1 Pondasi Tiang

Pondasi tiang digunakan untuk suatu bangunan yang tanah dasar di bawah bangunan tersebut tidak mempunyai daya dukung (bearing capacity) yang cukup untuk memikul beban berat bangunan dan beban yang diterimanya atau apabila tanah pendukung yang mempunyai daya dukung yang cukup letaknya sangat dalam. Pondasi tiang adalah suatu konstruksi pondasi yang mampu menahan gaya vertikal ke sumbu tiang dengan cara menyerap lenturan. Pondasi tiang dibuat menjadi suatu kesatuan yang monolit dengan menyatukan pangkal tiang yang terdapat di bawah konstruksi dengan tumpuan pondasi. Pondasi tiang ini berfungsi untuk menyalurkan beban – beban yang diterimanya dari konstruksi di atasnya ke lapisan tanah dalam yang mampu memikul berat bangun tersebut.

Teknik pemasangan pondasi tiang ini dapat dilakukan dengan pemancangan tiang baja/beton pracetak atau dengan membuat tiang beton bertulang yang langsung dicor di tempat (cast in place) yang sebelumnya telah dibuatkan lubang terlebih dahulu, pondasi ini disebut dengan pondasi bore pile. Pada umumnya pondasi tiang ditempatkan tegak lurus (vertikal) di dalam tanah, tetapi apabila diperlukan dapat dibuat miring agar dapat menahan gaya – gaya horizontal. Sudut kemiringan yang dicapai tergantung dari alat yang digunakan serta disesuaikan dengan perencanaan.

Pondasi tiang digunakan untuk beberapa maksud, antara lain :

o Untuk meneruskan beban bangunan yang terletak di atas air atau tanah lunak ke tanah pendukung yang kuat.

37

o Untuk meneruskan beban ke tanah yang relatif lunak sampai kedalaman tertentu sehingga pondasi bangunan mampu memberikan dukungan yang cukup untuk mendukung beban tersebut oleh gesekan dinding tiang dengan tanah disekitarnya.

o Untuk mengangker bangunan yang dipengaruhi oleh gaya angkat ke atas akibat tekanan hidrostatis atau momen penggulingan.

o Untuk menahan gaya-gaya horizontal dan gaya yang arahnya miring.

o Untuk memadatkan tanah pasir, sehingga kapasitas dukung tanah tersebut bertambah.

o Untuk mendukung pondasi bangunan yang permukaan tanahnya mudah tergerus air.

Dokumen terkait