BAB II TINJAUAN PUSTAKA
3. Klasifikasi
Skizofrenia dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tipe menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ III). Adapun pengklasifikasian skizofrenia sebagai berikut : a. Skizofrenia paranoid (F20.0)
Pedoman diagnostik skizofrenia paranoid antara lain : 1) Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia. 2) Halusinasi dan/atau yang menonjol.
3) Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik relatif tidak ada.
b. Skizofrenia hebefrenik (F20.1)
Pedoman diagnostik skizofrenia hebefrenik antara lain : 1) Memenuhi kriteria umum skizofrenia.
2) Diagnosis hebefrenik hanya ditegakkan pertama kali pada usia remaja atau dewasa muda (15-25 tahun).
3) Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas pemalu dan senang menyendiri.
4) Gejala bertahan 2-3 minggu.
5) Afek dangkal dan tidak wajar, senyum sendiri, dan mengungkapkan sesuatu dengan diulang-ulang.
c. Skizofrenia katatonik (F20.2)
Pedoman diagnostik skizofrenia katatonik antara lain : 1) Memenuhi kriteria umum skizofrenia.
2) Stupor (reaktifitas rendah dan tidak mau berbicara).
3) Gaduh-gelisah (tampak aktivitas motorik yang tidak bertujuan tanpa stimuli eksternal).
4) Rigiditas (kaku tubuh).
5) Diagnosis katatonik bisa tertunda apabila diagnosis skizofrenia belum tegak dikarenakan klien tidak komunikatif.
d. Skizofrenia tak terinci (F20.3)
Pedoman diagnostik skizofrenia tak terinci antara lain : 1) Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
2) Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik, dan katatonik.
3) Tidak memenuhi diagnosis skizofrenia residual atau depresi pasca-skizofrenia.
e. Skizofrenia pasca-skizofrenia (F20.4)
Pedoman diagnostik skizofrenia pasca-skizofrenia antara lain : 1) Klien menderita skizofrenia 12 bulan terakhir.
2) Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada namun tidak mendominasi.
3) Gejala depresif menonjol dan mengganggu. f. Skizofrenia residual (F20.5)
Pedoman diagnostik skizofrenia residual antara lain : 1) Gejala negatif dari skizofrenia menonjol.
2) Ada riwayat satu episode psikotik.
3) Tidak terdapat demensia atau gangguan otak organik lainnya. g. Skizofrenia simpleks (F20.6)
Pedoman diagnostik skizofrenia simpleks antara lain :
1) Gejala negatif yang khas tanpa didahului riwayat halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik.
h. Skizofrenia lainnya (F20.7)
Skizofrenia lainnya (F20.7) termasuk skizofrenia chenesthopatic (terdapat suatu perasaan yang tidak nyaman, tidak enak, dan tidak sehat pada bagian tubuh tertentu).
i. Skizofrenia tak spesifik (F20.8)
Skizofrenia tak spesifik (F20.9) tidak dapat diklasifikasikan kedalam tipe yang telah disebutkan.
4. Patofisiologi
Meskipun patofisiologi gangguan jiwa skizofrenia belum sepenuhnya dimengerti, namun sudah diketahui bahwa gangguan jiwa skizofrenia sebagai akibat gangguan sinyal penghantar saraf (neurotransmitter) pada sel-sel saraf otak, yaitu antara lain pelepasan zat pada reseptor dopamin, serotonin, dan nonadrenalin. Pelepasan zat tersebut terjadi disusunan saraf pusat yaitu sistem limbik khususnya di
nucleus accumbens dan hipotalamus yang menimbulkan gejala positif,
negatif maupun kognitif (Maramis, 2006).
Faktor genetik, psikologis, kelainan otak, lingkungan
Menstimulus neurotransmitter
Dopamin ↑ Serotonin ↑ Adrenalin ↑
Muncul gejala positif, negatif, dan kognitif
5. Gejala skizofrenia
Menurut Maramis (2006) gejala yang muncul pada klien skizofrenia digolongkan menjadi tiga gejala, yaitu :
a. Gejala positif
Gejala positif yang timbul pada klien skizofrenia adalah :
1) Delusi atau waham yaitu keyakinan yang tidak rasional, meskipun telah dibuktikan secara objektif bahwa keyakinan tersebut tidak rasional, namun penderita tetap meyakini kebenarannya.
2) Halusinasi yaitu persepsi sensori yang palsu yang terjadi tanpa stimulus eksternal. Penderita skizofrenia merasa melihat, mendengar, mencium, meraba atau menyentuh sesuatu yang tidak ada.
3) Disorganisasi pikiran dan pembicaraan yang meliputi tidak runtutnya pola pembicaraan dan penggunaan bahasa yang tidak lazim pada orang dengan skizofrenia.
4) Disorganisasi perilaku yang meliputi aktivitas motorik yang tidak biasa dilakukan orang normal, misalnya gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, dan agresif.
5) Gejala positif lain yang mungkin muncul pada orang dengan skizofrenia adalah pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada ancaman terhadap dirinya dan juga menyimpan rasa permusuhan.
b. Gejala negatif
Gejala negatif yang mungkin muncul pada penderita skizofrenia adalah :
1) Affective flattening adalah suatu gejala dimana seseorang hanya menampakkan sedikit reaksi emosi terhadap stimulus, sedikitnya bahasa tubuh dan sangat sedikit melakukan kontak mata. Dalam hal ini, bukan berarti orang dengan skizofrenia tidak mempunyai emosi. Orang dengan skizofrenia mempunyai dan merasakan emosi pada dirinya namun tidak mampu mengekspresikannya. 2) Alogia adalah kurangnya kata pada individu sehingga dianggap
tidak responsif dalam suatu pembicaraan. Orang dengan skizofrenia seringkali tidak mempunyai inisiatif untuk berbicara kepada orang lain bahkan merasa takut berinteraksi dengan orang lain sehingga sering menarik diri dari lingkungan sosial.
3) Avolition adalah kurangnya inisiatif pada seseorang seakan-akan orang tersebut kehilangan energi untuk melakukan sesuatu. c. Gejala kognitif
Gelaja kognitif yang muncul pada orang dengan skizofrenia melibatkan masalah memori dan perhatian. Gejala kognitif akan mempengaruhi orang dengan skizofrenia dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti bermasalah dalam memahami informasi, kesulitan menentukan pilihan, kesulitan dalam konsentrasi, dan kesulitan dalam mengingat (Maramis, 2009).
6. Diagnosis
Penegakan diagnosis skizofrenia harus memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia yang telah ditentukan. Kriteria diagnosis skizofrenia berdasarkan DSM-IV yaitu :
a. Gejala karakteristik
Gejala karakteristik pada orang dengan skizofrenia muncul dalam jangka waktu yang signifikan dalam periode 1 bulan. Gejala karakteristik yang mungkin muncul pada orang dengan skizofrenia antara lain :
1) Keyakinan yang kuat terhadap sesuatu yang sebenarnya tidak nyata (delusi).
2) Mendengar suara-suara atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada (halusinasi).
3) Cara bicara tidak teratur.
4) Tingkah laku yang tak terkontrol.
5) Munculnya gejala negatif seperti afek datar, pendiam, dan tidak responsif.
b. Disfungsi sosial
Disfungsi sosial yaitu danya gangguan terhadap fungsi sosial atau pekerjaan dalam jangka waktu tertentu.
c. Durasi
Terjadinya gangguan secara terus-menerus selama enam bulan yang merupakan gejala karakteristik.
d. Gejala psikotik
Gejala psikotik yang muncul pada orang dengan skizofrenia tidak disebabkan karena gangguan mood seperti pada bipolar, bukan karena penggunaan obat, dan kondisi medik tertentu.