• Tidak ada hasil yang ditemukan

85.6 81.1 76.1 81.7 90.6 1224 79.7

Kloset duduk leher

angsa

5.9 2.6 .6 2.0 .0 30 2.0

Plengsengan 2.0 5.3 10.9 3.0 6.3 108 7.0

Cemplung 5.9 5.9 3.9 5.1 .0 74 4.8

Tidak punya kloset .7 5.1 8.5 8.1 3.1 99 6.4

Sebagian besar dari setiap kluster, kloset yang digunakan masyarakat adalah kloset jongkok leher angsa (79,7%) sedangkan sisanya sebesar 7% menggunakan kloset duduk leher angsa, 6,4% tidak punya kloset. Hal tersebut membuktikan bahwa sebagian besar masyarakat sudah merasa nyaman untuk buang air besarnya di dalam rumah, dan menunjukkan ada sebagian masyarakat yang tidak mempunyai kloset.

Tabel 3.19

Kondisi Jamban Pada Rumah Tangga Responden

Kondisi Jamban Klaster 0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4 A. ada sabun di dalam atau di dekat jamban 55,42 71,77 71,35 91,67 92,50 B. Tidak ada jentik nyamuk dalam bak air/ember 92,50 96,66 89,58 82,92 92,50 C. lantai dan dinding jamban bebas dari tinja 67,08 77,05 78,65 88,33 92,50 D. jamban bebas dari kecoa dan lalat 65,00 77,47 4,39 68,33 82,50

Kondisi jamban yang paling baik ada pada kluster 4 karena sebagian besar kondisi jambannya baik dengan rata-rata 90%. Sedangkan untuk kondisi jamban yang paling rendah ada pada kluster 2 dengan rata-rata 60,8%.

Sebagian besar jarak septik tank dari sumber air yang lebih dari 10 meter rata-rata sebesar 34,3% sedangkan sisanya sebesar 65,7% kurang dari 10 m. hal tersebut mencerminkan bahwa apabila kondisi jarak sumber air dengan septik tank <10 m maka besar kemungkinan sumber penyakit dari kotoran akan masuk kedalam sumber

air tersebut, yang akhirnya akan menimbulkan penyakit seperti diare, penyakit kulit dll.

Tabel 3.20

Jarak Septik Tank Dari Sumber Air

Jarak septic tank Klaster 0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4 %

910 m 50.83 34.35 32.60 26.67 20.00 34.3

:10 m 49.17 65.65 67.40 73.33 80.00 65.7

Grafik 3.26 Tabel 3.21

Gambaran Tempat Penyaluran Buangan Air Tinja Dari Rumah Tangga Secara Umum

Gambaran Tempat Penyaluran Buangan Air Tinja Dari Rumah Tangga Di Masing-Masing

Klaster

Tempat Penyaluran Klaster

0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4 n % Tangki septik 8.3 9.6 10.0 14.2 20.0 227 10.3 Pipa sewer .8 .1 .0 .8 .0 5 .2 Cubluk/lobang tanah 36.7 32.8 23.4 37.9 35.0 654 29.7 Langsung ke drainase .8 .1 .1 .0 .0 4 .2 Sungai/danau/pantai 8.3 7.4 8.3 5.0 17.5 172 7.8 Kolam/sawah 8.8 19.1 23.1 23.8 7.5 440 20.0 Kebun/tanah lapang .0 .0 .1 .0 .0 1 .0 Tidak tahu 36.3 29.2 34.2 18.3 20.0 677 30.8 Lainnya .0 1.7 .7 .0 .0 19 .9

Gambaran tempat penyaluran buangan air tinja dari rumah tangga sebagian besar masyarakat masih tidak tahu (30.8%) untuk pembuangan air tinjanya, sedangkan untuk cubluk/ lubang tanah sebesar 29.7%.Untuk pembuangan air tinja yang memenuhi syarat (tangki septik, pipa sewer, cubluk/ lobang tanah) klaster 4 mempunyai rata-rata paling baik dibanding dengan kluster lainnya, sedangkan klaster dengan pembuangan air tinja yang tidak sehat ada di klaster 2.

Grafik 3.27 Tabel 3.22 Gambaran Usia Tangki Septik Sejak

Dibangunpada Jamban Pribadi Secara Umum

Gambaran Usia Tangki Septik Sejak DibangunPada Jamban Pribadi di Masing-Masing

Klaster

Lama dibuat Klaster 0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4 n % 0-12 bulan yang lalu 5.0 11.6 6.3 2.9 .0 16 7.0 1-5 tahun yang lalu 35.0 43.5 58.3 97.1 62.5 131 57.7 Lebih dari 5-10 tahun

yang lalu

40.0 21.7 16.7 .0 12.5 40 17.6 Lebih dari 10 tahun 20.0 17.4 16.7 .0 12.5 33 14.5 Tidak tahu .0 5.8 2.1 .0 12.5 7 3.1

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar usia tangki septik dibangun 1 – 5 tahun yang lalu, < 1 tahu sebesar 7%, > 5 – 10 tahun sebesar 17,6%, > 10 tahun sebesar 14,5% dan sisanya sebesar 7% menyatakan tidak tahu. Apabila dilihat dari lama penggunaan tanki septik klaster 0 (20%) telah menggunakan septik tank > 10 tahun hal tersebut menandakan bahwa tingkat kesadaran masyarakat telah baik untuk membuang kotorannya kedalam tangki septik tank tersebut.

Grafik 3.28 Tabel 3.23

Gambaran Waktu Pengosongan Tangki Septik Pada Jamban Pribadi Secara

Umum

Gambaran Waktu Pengosongan Tangki Septik Pada Jamban Pribadi Di

Masing-Masing Klaster Waktu dikosongkan Klaster

0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4 n %

0-12 bulan yang lalu .0 .0 1.0 .0 .0 1 .4 1-5 tahun yang lalu .0 4.3 4.2 .0 .0 7 3.1 Lebih dari 5-10 tahun

yang lalu

.0 2.9 4.2 .0 .0 6 2.6 Tidak pernah 100.0 89.9 86.5 100.0 87.5 206 90.7 Tidak tahu .0 2.9 4.2 .0 12.5 7 3.1

Sebagian besar (90,7%) masyarakat tidak pernah mengosongkan/ menguras tangki septik tanknya, sebesar 3,1% mengosongkan antara 1 – 5 tahun yang lalu, sebesar 2,6% mengosongkan/ menguras septik tanknya > 5 – 10 tahun. Gambaran sebaran pada masing-masing klaster menunjukkan, hanya di klaster 0, klaster 1 dan

klaster 2 yang pernah mengosongkan tanki septik, sementara di klaster 3 dan klaster 4 seluruhnya tidak pernah mengosongkan atau tidak tahu.

Dilihat dari waktu pengosongan, dibandingkan antar klaster maka klaster 1 lebih baik dibandingkan dengan klaster lainnya yaitu sebesar 4,3% tangki septik tanknya dikosongkan atau dikuras antara 1 – 5 tahun yang lalu.Sementara itu pelaksanaanpengosongan tanki septik sebagian besar diserahkan kepada pihak lain yakni kepada pemberi layanan sedot tinja (28,6%) dan kepada tukang yang dibayar (23,8%). Hanya sebagian kecil yang dilakukan sendiri (14,3%) dan yang tidak tahu dengan jelas siapa yang mengosongkan tanki septik sebanyak 33,3%.

Grafik 3.29 Tabel 3.24

Gambaran Pelaksana Pengosongan Tangki Septik Pada Jamban Pribadi Secara Umum

Gambaran Pelaksana Pengosongan Tangki Septik Pada Jamban Pribadi Di Masing-Masing Klaster

Pelaku pengosongan Klaster 0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4 n %

Layanan sedot tinja .0 28.6 30.8 .0 .0 6 28.6

Membayar tukang .0 42.9 15.4 .0 .0 5 23.8

Dikosongkan sendiri .0 .0 23.1 .0 .0 3 14.3

Tidak tahu .0 28.6 30.8 .0 100.0 7 33.3

Dilihat dari sasaran pembuangan lumpur tinja pada saat tangki septik dikosongkan cukup berpotensi menularkan penyakit-penyakit saluran cerna. Sebanyak 23,8% dibuang ke sungai dan hanya 4,8% yang dikubur. Sementara 47,6% tidak tahu/tidak jelas dibuang kemana. Pembuangan lumpur tinja ke sungai sangat beresiko menyebarkan berbagai kuman yang terdapat di dalam tinja kepada siapa saja yang menggunakan air sungai tersebut. Masyarakat sendiri masih banyak menggunakan air sungai untuk berbagai aktifitas kehidupan sehari-hari seperti untuk memasak, mencuci peralatan makan, mencuci pakaian dan sebagainya.

Grafik 3.30 Tabel 3.25 Gambaran Sasaran Pembuangan Lumpur

Tinja Saat Tangki Septik Dikosongkan Pada Jamban Pribadi Secara Umum

Gambaran Sasaran Pembuangan Lumpur Tinja Saat Tangki Septik Dikosongkan Pada Jamban Pribadi Di

Masing-Masing Klaster

Sasaran pembuangan Klaster

0

Klaster

1 Klaster 2

Klaster

3

Klaster

4

n %

Sungai, sungai kecil .0 42.9 15.4 .0 .0 5 23.8

Dikubur di halaman .0 .0 7.7 .0 .0 1 4.8

Lainnya .0 .0 38.5 .0 .0 5 23.8

Tidak tahu .0 57.1 38.5 .0 100.0 10 47.6

Sementara itu pada kebiasaan anak balita buang air besar di lantai, di kebun atau dengan kata lain di tempat terbuka masih cukup banyak di rumah tangga responden. Sebanyak 10,8% anak balita punya kebiasaan (sangat sering dan kadang-kadang) buang air besar di lantai dan di kebun. Hanya 23,7% yang tidak terbiasa buang air besar di lantai dan di kebun dan sisanya (65,5%) ibu dari anak balita tidak mengetahui dengan jelas anak balitanya memiliki kebiasaan buang air besar di lantai atau di kebun.

Grafik 3.31 Tabel 3.26

Gambaran Kebiasaan Anak Balita di Rumah Responden yang Masih Terbiasa Buang Air

Besar di Lantai, di Kebun, Secara Umum

Gambaran Kebiasaan Anak Balita di Rumah Responden Yang Masih Terbiasa Buang Air Besar

di Lantai, Di Kebun, di Masing-Masing Klaster

Kebiasaan Klaster 0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4 n % Sangat sering 4.6 5.0 2.9 2.5 .0 81 3.7 Kadang-kadang 5.4 9.7 6.5 4.6 .0 156 7.1 Tidak biasa 25.8 16.8 23.6 35.0 70.0 522 23.7 Tidak tahu 64.2 68.4 67.0 57.9 30.0 1440 65.5

Dalam hal pembuangan tinja anak balita yang masih buang air besar di tempat terbuka, ternyata tidak semua ibu-ibu rumah tangga membuang tinja anak balita tersebut ke tempat yang benar.Hal ini meningkatkan risiko kontaminasi tinja ke makanan dan minuman oleh serangga penular penyakit (vector).Secara umum hanya 23 % ibu rumah tangga yang membuang tinja anak balita ke WC/jamban.

Selanjutnya dilihat gambaran per klasternya menunjukkan ibu rumah tangga yang membuang tinja anak balita ke WC/jamban paling rendah terdapat pada klaster 1 (16,8%) dan tertinggi di klaster 4 (72,5%).

Grafik 3.32 Tabel 3.27

Gambaran Lokasi Tempat Ibu Membuang Tinja Anak Secara Umum

Gambaran Lokasi Tempat Ibu Membuang Tinja Anak di Masing-Masing Klaster

Tempat pembuangan Klaster

0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4 n % Ke WC/Jamban 26.7 16.8 21.0 37.1 72.5 505 23.0 Ke tempat sampah .4 1.1 .4 .8 .0 15 .7 Ke kebun/ pekarangan/ jalan .0 1.0 1.5 1.3 .0 24 1.1

Ke sungai/ selokan/ got 2.5 4.7 3.5 2.5 .0 80 3.6

Lainnya 7.9 7.2 6.8 .4 .0 137 6.2

Tidak tahu 62.5 69.1 66.8 57.9 27.5 1438 65.4

3.4. Drainase lingkungan/selokan sekitar rumah dan banjir a. Kondisi saluran air hujan di sekitar rumah

Salah satu pilar penting sanitasi lingkungan adalah tersedianya saluran pembuangan air limbah yang memenuhi syarat di lingkungan permukiman. Tersedianya drainase lingkungan di sekitar permukiman, tempat-tempat umum akan menghindarkan munculnya genangan-genangan air yang berisiko menjadi tempat perkembangan serangga penular penyakit maupun agent penyakit itu sendiri. Di lingkungan permukiman sekitar rumah tangga responden umumnya tidak terdapat adanya genangan air (91,4%). Dari rumah tangga yang terdapat genangan air, sebagian besar berada di halaman rumah (80,3%). Sementara asal genangan air tersebut sebagian besar dari air hujan (79,2%), disamping air limbah dari kamar mandi (12,1%) dan air limbah dari dapur (12,1%).

Tabel.3.28

Keberadaan Genangan Air Sekitar Rumah Pada Rumah Tangga Responden Secara Umum dan Per Klaster

Genangan air Klaster 0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4 n %

Ada genangan 5,83 6,82 8,54 7,92 22,50 189 8,6

Tidak ada genangan 94,17 93,18 91,46 92,08 77,50 2010 91,4

Tabel 3.29 Tabel 3.30

Tempat Air Biasa Tergenang Pada Rumah Tangga Responden Secara Umum Dan Per Klaster

Asal Genangan Air Di Sekitar Rumah Rumah Pada Rumah Tangga Responden

Secara Umum Dan Per Klaster

Tempat air biasa tergenang Klaster 0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4 n %

A. Dihalaman rumah 64,29 85,71 81,71 63,16 100,00 139 80,3

B. Di dekat dapur 14,29 4,08 19,51 10,53 ,00 22 12,7

C. Di dekat kamar mandi ,00 10,20 6,10 5,26 ,00 11 6,4

D. Di dekat bak penampungan 7,14 ,00 6,10 5,26 ,00 7 4,0

E. Lainnya 7,14 10,20 4,88 ,00 ,00 10 5,8

Asal genangan air Klaster 0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4 n %

A. Air limbah kamar mandi 21,43 20,41 6,10 15,79 ,00 21 12,1

B. Air limbah dapur 7,14 12,24 14,63 10,53 ,00 21 12,1

C. Hujan 78,57 83,67 78,05 63,16 100,00 135 79,2

D. Air limbah lainnya ,00 8,16 4,88 5,26 ,00 9 5,2

E. Tidak tahu ,00 2,04 2,44 ,00 ,00 3 1,7

Selanjutnya kondisi drainase lingkungan dipengaruhi pula oleh kebersihan di sekitar lingkungan rumah. Lingkungan permukiman yang bersih akan mendukung terciptanya kondisi saluran pembuangan yang lancar dan berfungsi dengan optimal. Gambaran kondisi kebersihan lingkungan rumah tangga responden sebagian besar halamannya bersih dari benda yg dapat menyebabkan air tergenang (84,4%). Sementara keadaan saluran air hujan yang terdapat di sekitar rumah sebagian besar terbuka (54,3%), sedangkan yang tidak terlihat 31,1% dan tertutup & tidak terlihat 14,6%.

Tabel 3.31 Tabel 3.32

Kondisi Halaman Rumah Dari Benda-Benda Yang Dapat Menyebabkan Genangan Air

Keadaan Saluran Air Hujan Yang Terdapat Disekitar Rumah

Kondisi halaman Klaster 0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4 n % Halaman bersih dari benda 87,92 88,60 83,54 74,58 65,00 1855 84,4 Halaman penuh dengan benda 12,08 11,40 16,46 25,42 35,00 344 15,6

Saluran air hujan Klaster 0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4 n %

Terbuka 83,33 52,43 51,77 47,50 17,50 1195 54,3

Tertutup, tidak terlihat 4,58 15,99 14,38 14,58 55,00 321 14,6

Tidak terlihat 12,08 31,57 33,85 37,92 27,50 683 31,1

Ditinjau dari arus air pada saluran air hujan dekatrumahmenunjukkan, sebanyak 37,4% rumaha tangga tidak terdapat saluran air dan 60,8% rumah tangga kondisi arus air di saluran air hujannya dalam keadaan mengalir (60,8%).

Sementara kebersihan saluran air hujan dari cemaran sampah, sebanyak 40,8% rumah tangga kondisinya bersih atau hampir selalu bersih dari sampah.

Tabel 3.33 Tabel 3.34

Kondisi Arus Air Di Saluran Air Hujan Pada Rumah Tangga Responden Secara Umum

dan Per Klaster

Kondisi Kebersihan Saluran Air Hujan Dari Sampah Pada Rumah Tangga Responden

Secara Umum dan Per Klaster

Kondisi air di saluran Klaster 0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4 n % Mengalir 75.00 66.76 53.96 52.08 85.00 1337 60.8 Tidak mengalir .83 .56 1.56 .00 .00 21 1.0 Tidak dapat dipakai, saluran kering .42 .42 1.46 .00 .00 18 .8 Tidak ada saluran 23.75 32.27 43.02 47.92 15.00 823 37.4

Kebersihan saluran dari sampah Klaster 0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4 n %

Bersih atau hampir selalu bersih 57,08 46,04 32,08 37,92 77,50 898 40,8

Tidak bersih dari sampah, tapi masih dapat mengalir 11,67 20,31 22,50 14,17 7,50 427 19,4

Tidak bersih dari sampah, saluran tersumbat 1,67 ,14 ,21 ,00 ,00 7 ,3

Tidak bersih dari sampah, tapi saluran kering 3,75 1,67 2,60 ,42 2,50 48 2,2

Tidak ada saluran 25,83 31,85 42,60 47,50 12,50 819 37,2

b. Saluran pembuangan air limbah (SPAL) rumah tangga

Untuk mewujudkan lingkungan rumah tangga yang sehat, keberadaan saluran pembuangan air limbah sangat penting untuk mengalirkan buangan bekas aktifitas sehari-sehari agar tidak berdampak buruk bagi kesehatan. Dilihat dari kepemilikan SPAL di rumah tangga, menunjukkan secara keseluruhan masih banyak rumah tangga yang tidak memiliki SPAL yakni sebesar 42% dengan sebaran pada masing-masing klaster tertinggi pada klaster 0 (50,4%), disusul kemudian klaster 1 (44,9%) dan klaster 2 (41,6%), sebagaimana tampak pada grafik dibawah.

Grafik 3.33 Grafik 3.34

Gambaran Kepemilikan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Secara Umum

Gambaran Kepemilikan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) Di Masing-Masing Klaster

Selanjutnya dilihat dari asal air bekas buangan/limbah selain tinja yang dibuang ke masing-masing sasaran pembuangan memperlihatkan:

1. Sungai mendapatkan buangan air bekas buangan/limbah selain tinja yang berasal dari dapur, kamar mandi, tempat cuci pakaian dan wastafel dari sejumlah besar rumah tangga dengan proporsi masing-masing 59,8%, 70,1%, 66,0% dan 23,6%. 2. Proporsi rumah tangga yang membuang limbah selain tinja dari keempat sumber

tersebut ke jalan/halaman dan halaman, saluran terbuka,saluran tertutup, pipa saluran pembuangan, pipa IPAL sanimas proporsinya kecil dengan kisaran kurang dari 10%.

3. Lubang galian mendapatkan buangan air bekas buangan/limbah selain tinja yang berasal dari dapur, kamar mandi, tempat cuci pakaian dan wastafel dari sejumlah kecil rumah tangga dengan kisaran 5,1% - 11,7%.

Grafik 3.35 Grafik 3.36

Asal Air Bekas Buangan /Limbah Selain Tinja yang Dibuang ke Sungai

Asal Air Bekas Buangan /Limbah Selain Tinja Yang Dibuang Ke Sungai

Grafik 3.37 Grafik 3.38

Asal Air Bekas Buangan /Limbah Selain Tinja yang Dibuang ke Jalan, Halaman

Asal Air Bekas Buangan /Limbah Selain Tinja yang Dibuang ke Jalan, Halaman

Grafik 3.39 Grafik 3.40 Asal Air Bekas Buangan /Limbah Selain

Tinja Yang Dibuang Ke Saluran Terbuka

Asal Air Bekas Buangan /Limbah Selain Tinja Yang Dibuang Ke Saluran Terbuka

Grafik 3.41 Grafik 3.42

Asal Air Bekas Buangan /limbah Selain Tinja yang Dibuang ke Saluran Tertutup

Asal Air Bekas Buangan /Limbah Selain Tinja Yang Dibuang ke Saluran Tertutup

Grafik 3.43 Grafik 3.44

Asal Air Bekas Buangan /Limbah Selain Tinja yang Dibuang ke Lubang Galian

Asal Air Bekas Buangan /Limbah Selain Tinja yang Dibuang ke Lubang Galian

Grafik 3.45 Grafik 3.46

Asal Air Bekas Buangan /Limbah Selain Tinja yang Dibuang ke Pipa Saluran Pembuangan

Secara Umum

Asal Air Bekas Buangan /Limbah Selain Tinja yang Dibuang ke Pipa Saluran Pembuangan Per Klaster

Grafik 3.47 Grafik 3.48 Asal Air Bekas Buangan /Limbah Selain Tinja

Yang Dibuang Ke Pipa IPAL Sanimas Secara Umum

Asal Air Bekas Buangan /Limbah Selain Tinja Yang Dibuang Ke Pipa IPAL Sanimas Per Klaster

Grafik 3.49 Grafik 3.50

Asal Air Bekas Buangan /Limbah Selain Tinja Yang Dibuang Tidak Tahu

Ke Mana

Asal Air Bekas Buangan /Limbah Selain Tinja Yang Dibuang Tidak Tahu Ke Mana

Selanjutnya dilihat dari sasaran lokasi pembuangan air bekas buangan/limbah selain tinja yang berasal dari dapur, kamar mandi, tempat cuci pakaian dan wastafel secara keseluruhan atau secara umum memperlihatkan, air bekas buangan/limbah selain tinja yang berasal baik dari dapur,kamar mandi, tempat cuci pakaian maupun wastafel, dibuang oleh sebagian besar rumah tangga ke sungai, dengan proporsi masing-masing :

Dari dapur sebanyak 59,8% rumah tangga

Dari kamar mandi sebanyak 70,1% rumah tangga Dari tempat cuci pakaian sebanyak 90,6% rumah tangga Dari wastafel sebanyak 23,6% rumah tangga

Grafik 3.51 Tabel 3.36 Sasaran Pembuangan Air Bekas Buangan

/Limbah Selain Tinja Dari Dapur Secara Umum

Sasaran Pembuangan Air Bekas Buangan /Limbah Selain Tinja Dari Dapur Per Klaster

Sasaran Klaster 0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4 n %

A. Ke sungai/kanal 37.8 61.9 59.0 66.9 90.6 769 59.80 B. Ke jalan, halaman 6.7 6.3 8.6 2.2 .0 85 6.61 C. Saluran terbuka 7.6 4.3 5.9 1.7 3.1 63 4.90 D. Saluran tertutup 10.9 6.3 7.1 .6 3.1 80 6.22 E. Lubang galian 9.2 6.8 9.3 16.3 3.1 120 9.33 F. Pipa saluran pembuangan 7.6 2.3 2.0 .0 .0 29 2.26 G. Pipa IPAL Sanimas .8 .0 .0 .0 .0 1 0.08 H. Tidak tahu .0 .0 .2 .0 .0 1 0.08

Tabel 3.37

Sasaran Pembuangan Air Bekas Buangan /Limbah Selain Tinja Dari Kamar Mandi Secara Umum Dan Per Klaster

Sasaran Klaster 0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4 n %

A. Ke sungai/kanal 50.4 72.0 70.4 75.3 84.4 901 70.1

B. Ke jalan, halaman 7.6 6.6 7.8 3.4 .0 85 6.6

C. Saluran terbuka 9.2 4.5 7.1 3.4 3.1 76 5.9

D. Saluran tertutup 10.9 7.1 6.4 .6 3.1 79 6.1

E. Lubang galian 18.5 8.3 11.4 16.9 6.3 151 11.7

F. Pipa saluran pembuangan 7.6 3.0 2.1 .0 .0 33 2.6

G. Pipa IPAL Sanimas .8 .0 .0 .0 .0 1 .1

H. Tidak tahu .0 .0 .0 .0 .0 0 .0

Tabel 3.38

Sasaran Pembuangan Air Bekas Buangan /Limbah Selain Tinja Dari Tempat Cuci Pakaian Secara Umum Dan Per Klaster

Sasaran Klaster 0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4 n %

A. Ke sungai/kanal 49.6 71.5 64.0 66.9 90.6 849 66.0

B. Ke jalan, halaman 7.6 6.6 7.3 3.4 .0 82 6.4

C. Saluran terbuka 9.2 4.5 5.5 1.7 3.1 64 5.0

D. Saluran tertutup 10.9 7.1 5.9 .6 3.1 76 5.9

E. Lubang galian 18.5 8.3 9.1 15.7 3.1 135 10.5

F. Pipa saluran pembuangan 7.6 3.0 2.1 .0 .0 33 2.6

G. Pipa IPAL Sanimas .0 .0 .0 .0 .0 0 .0

Tabel 3.39

Sasaran Pembuangan Air Bekas Buangan /Limbah Selain Tinja DariWastafel Secara Umum Dan Per Klaster

Sasaran Klaster 0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4 n %

A. Ke sungai/kanal 32.8 24.2 24.1 12.4 37.5 304 23.6

B. Ke jalan, halaman 6.7 2.5 2.3 .6 .0 32 2.5

C. Saluran terbuka 6.7 1.3 3.0 1.1 3.1 33 2.6

D. Saluran tertutup 10.9 3.5 3.2 .0 3.1 46 3.6

E. Lubang galian 10.9 2.5 5.2 6.7 3.1 65 5.1

F. Pipa saluran pembuangan 7.6 2.3 1.8 .0 .0 28 2.2

G. Pipa IPAL Sanimas .8 .3 .0 .0 .0 2 .2

H. Tidak tahu .0 .5 .2 .0 .0 3 .2

Kepernahan terjadinya banjir hanya sedikit dirasakan oleh rumah tangga responden, secara keseluruhan 97,77% rumah tangga tidak pernah mengalami banjir. Sebaran di masing-masing klaster menunjukkan, rumah tangga yang pernah mengalami banjir terbanyak di klaster 4 (22,5%), sedangkan diklaster lainnya proporsinya hanya 5%.

Grafik 3.52 Grafik 3.53

Gambaran Kepernahan Dan Frekuensi Banjir Di Rumah Tangga Responden Secara

Umum

Gambaran Kepernahan Dan Frekuensi Banjir Di Rumah Tangga Responden Per

Klaster

Dari rumah tangga yang pernah mengalami kebanjiran, secara umum frekuensi rutin (57,14%) lebih besar dibanding yang tidak rutin. Selanjutnya distribusi di masing-masing klaster memperlihatkan pada klaster 0 dan klaster 4, sebagian besar rutin bahkan di klaster 4 semuanya bersifat rutin banjirnya. Sementara itu di klaster 1, klaster 2 dan klaster 3, sbagian besar bersifat tidak rutin banjirnya, di klaster 3 seluruhnya bersifat tidak rutin. Dilihat dari sifat banjirnya sendiri, rumah tangga yang kebanjiran sampai masuk ke dalam rumah proporsinya lebih kecil dibanding yang tidak memasuki rumah meskipun selisihnya kecil.

Berdasarkan sebaran tiap klasternya, pada klaster 3 dan klaster 4, kejadian banjirnya seluruhnya memasuki rumah.

Tabel 3.40 Tabel 3.41

Gambaran Rutinitas Kepernahan Banjir Di Rumah Tangga Responden Secara Umum

Gambaran Rutinitas Kepernahan Banjir Di Rumah Tangga Responden Per Klaster

Rutinitas Klaster 0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4 Jumlah (%)

Rutin 11 4 4 0 9 28 57.14

Tidak Rutin 2 5 13 1 0 21 42.86

Jumlah 13 9 17 1 9 49 100.00

Rutinitas Klaster 0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4 Rutin 84.6 44.4 23.5 .0 100.0 Tidak Rutin 15.4 55.6 76.5 100.0 .0

Tabel 3.42 Tabel 3.43

Gambaran Kepernahan Banjir Yang Memasuki Rumah Pada Rumah Tangga Responden Secara

Umum

Gambaran Kepernahan Banjir Yang Memasuki Rumah Pada Rumah Tangga

Responden Per Klaster

Memasuki rumah Klaster 0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4 Jumlah (%)

Ya 2 6 4 1 9 22 44.9

Tidak 11 3 13 0 0 27 55.1

Memasuki rumah Klaster 0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4

Ya 15.4 66.7 23.5 100.0 100.0

Tidak 84.6 33.3 76.5 .0 .0

Dari keluarga yang pada saat banjir yang airnya memasuki rumah (22 rumah tangga), ketinggian airnya sebagian besar hanya setumit orang dewasa. Atau dengan kata lain cukup dangkal. Begitupula gambaran di masing-masing klaster sebagian besar hanya setinggi tumit orang dewasa.

Grafik 3.54 Grafik 3.55

Gambaran Ketinggian Air Banjir Yang Melanda Rumah Tangga Responden

Secara Umum

Gambaran Ketinggian Air Banjir Yang Melanda Rumah Tangga Responden Per Klaster

Dilihat dari potensinya dalam penyebaran kuman penyakit ke sekelilingnya, secara umum rumah tangga yang pernah kebanjiran, sebagian besar terendam kamar mandi dan WC nya. Hanya 27,3% yang tidak pernah terendam. Bahkan pada klaster 3 dan klaster 4 seluruhnya merendam kamar mandi/WC dengan frekuensi

yang berbeda-beda. Sementara jika ditinjau dari durasi banjirnya, secara umum berlangsungnya paling banyak 1-3 jam.Pada klaster 0 dan klaster 3, durasinya setengah hari sampai dengan 1 hari, sedangkan klaster lainnya bervariasi antara kurang dari 1 jam sampai dengan setengah hari.

Grafik 3.56 Grafik 3.57

Kejadian Banjir Yang Merendam Kamar Mandi Wc Pada Rumah Tangga

Responden Secara Umum

Kejadian Banjir Yang Merendam Kamar Mandi Wc Pada Rumah Tangga Responden Per Klaster

Grafik 3.58 Grafik 3.59

Lama Kejadian Banjir Pada Rumah Tangga Responden Secara Umum

Lama Kejadian Banjir Pada Rumah Tangga Responden Secara Umum

3.5. Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga

Secara umum sumber air utama yang digunakan rumah tangga untuk keperluan minum utamanya berasal dari sumur gali terlindungi, sumur gali tidak terlindungi, mata air terlindungi dan air isi ulang. Rumah tangga yang menggunakan air minum bersumber dari air isi ulang ternyata proporsinya (11,8%) melebihi dari rumah tangga

yang menggunakan air bersumber sistem perpipaan (3,7%). Berdasarkan sebaran per klasternya, proporsi rumah tangga dengan sumber air minum dari sumur gali terlindungi , sangat tinggi di klaster 0 (71,7%) dan klaster 4 (82,5%), sedangkan pengguna air minum dari sumber mata air baik yang terlindungi maupun yang tidak, terbanyak di klaster 2 (30,3%) dan rumah tangga yang menggunakan air minum dari system perpipaan (air ledeng PDAM, hidran umum, kran umum) proporsinya sangat kecil rata-rata dibawah 3% kecuali di klaster 1 proporsinya 6,9%.

Tabel 3.44

Jenis Sumber Air Yang Digunakan Untuk Minum Pada Rumah Tangga Responden Secara Umum Dan Per Klaster

Jenis S um ber A ir Klas ter 0 Klas ter 1 Klas ter 2 Klas ter 3 Klas ter 4 %

A. Air botol kem as an 4.2 7.9 3.9 6.3 .0 5.4 B. Air is i ulang 2.9 19.1 10.8 4.6 2.5 11.8 C . Air Leden g dari PD AM .0 3.3 2.1 .0 .0 2.0 D . Air hidran u m um - PD AM .0 2.6 .2 .4 2.5 1.0 E. Air kran um um -PD AM/PR OYEK .4 1.0 .2 2.1 .0 .7 F. Air s um ur pom pa tangan 2.5 1.8 1.3 1.3 2.5 1.6 G. Air s um ur gali te rlindungi 71.7 57.0 48.4 60.8 82.5 55.8 H . Air s um ur gali td k terlindungi 10.0 12.1 10.9 9.2 7.5 11.0 I. Mata a ir terlin dungi 1.7 8.3 22.8 6.3 .0 13.6 J. Mata air tdk terlind ungi 10.4 10.0 7.5 12.5 .0 9.0 K. Air hu ja n .0 .1 .6 .4 .0 .4 L. Air dari s ung ai .4 .3 .2 .4 .0 .3 M. Air dari w a duk/da nau .0 .0 .1 .0 .0 .0 N . Lainnya .0 1.8 6.5 13.8 2.5 5.0

Pola yang hampir sama ditunjukkan pada jenis sumber air yang digunakan rumah tangga untuk memasak .secara umum sumber air yang digunakan utamanya berasal dari sumur gali terlindungi, sumur gali tidak terlindungi, mata air terlindungi dan mata air tidak terlindungi. Hanya bedanya pada penggunaan air untuk memasak, sumber air yang berasal dari system perpipaan (4%) lebih banyak digunakan diibanding dari air isi ulang (0,7%).

Sementara itu penggunaan air untuk cuci piring dan gelas polanya sama dengan jenis sumber air yang digunakan untuk memasak, dimana sumber air utamanya berasal dari sumur gali terlindungi, sumur gali tidak terlindungi, mata air terlindungi dan mata air tidak terlindungi dengan proporsi masing-masing sebesar 55,4%, 10,4%, 12,1% dan 8,5%. Pola sebaran di masing-masing klaster sama dengan pola secara umum, hanya saja di klaster 4 tidak ada rumah tangga yang menggunakan air yang berasal dari mata air.

Tidak berbeda dengan penggunaan air untuk cuci piring dan gelas, penggunaan air untuk cuci pakaian utamanya berasal dari sumur gali terlindungi, sumur gali tidak terlindungi, mata air terlindungi dan mata air tidak terlindungi.

Tabel 3.45

Jenis Sumber Air Yang Digunakan Untuk Memasak Pada Rumah Tangga Responden Secara Umum Dan Per Klaster

Je nis Sumbe r Air Klaster 0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4 % A. Air botol kem as an .0 .0 .2 1.3 .0 .2 B. Air is i ulang .8 1.3 .3 .4 2.5 .7 C. Air Ledeng dari PDAM .0 4.0 2.1 .0 .0 2.2 D. Air hidran um um - PDAM .0 3.1 .2 .4 2.5 1.2 E. Air kran um um -PDAM/PROYEK .4 .8 .2 2.1 .0 .6

Dokumen terkait