• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pasal 149

(1) DPRD wajib menyusun kode etik berupa norma yang wajib dipatuhi oleh setiap anggota DPRD selama menjalankan tugasnya untuk menjaga martabat, kehormatan, citra dan kredibilitas DPRD.

(2) Ketentuan mengenai kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan DPRD tentang kode etik.

(3) Peraturan DPRD tentang kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit memuat ketentuan tentang:

a. Ketaatan dalam melaksanakan sumpah/jani;

b. Sikap dan prilaku Anggota DPRD;

c. tata kerja Anggota DPRD;

d. tata hubungan antar penyelenggara pemerintahan daerah;

e. tata hubungan antar-Anggota DPRD;

f. tata hubungan antara Anggota DPRD dan pihak lain;

g. penyampaian pendapat, tanggapan, jawaban, dan sanggahan;

h. kewajiban Anggota DPRD;

i. larangan bagi Anggota DPRD;

j. hal-hal yang tidak patut dilakukan oleh Anggota DPRD;

k. sanksi dan mekanisme penjatuhan sanksi;

dan

l. rehabilitasi.

Pasal 150

Pengaturan mengenai sikap dan perilaku anggota DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 149 ayat (3) huruf b angka 1 memuat ketentuan antara lain:

a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

b. mempertahankan keutuhan negara serta menjaga peraturan dan kesatuan bangsa;

c. menjunjung tinggi demokrasi dan hak asasi manusia;

d. memiliki integritas tinggi dan jujur;

e. menegakkan kebenaran dan keadilan;

f. memperjuangkan aspirasi masyarakat tanpa memandang perbedaan suku, agama, ras, asal usul, golongan, dan jenis kelamin;

g. mengutamakan pelaksanaan tugas dan kewajiban anggota DPRD dari pada kegiatan lain di luar tugas dan kewajiban DPRD;

h. mentaati ketentuan mengenai kewajiban dan larangan bagi anggota DPRD sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Pasal 151

Pengaturan mengenai tata kerja anggota DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 149 ayat (3) huruf b memuat ketentuan:

a. menunjukkan profesionalisme sebagai anggota DPRD;

b. melaksanakan tugas dan kewajiban demi kepentingan dan kesejahteraan masyarakat;

c. berupaya meningkatkan kualitas dan kinerja;

d. mengikuti seluruh agenda kerja DPRD kecuali berhalangan atas izin dari Pimpinan fraksi;

e. menghadiri rapat DPRD secara fisik;

f. bersikap sopan dan santun serta senantiasa menjaga ketertiban pada setiap rapat DPRD;

g. menjaga rahasia termasuk hasil rapat yang disepakati untuk dirahasiakansampai dengan dinyatakan terbuka untuk umum;

h. memperoleh izin tertulis dari pejabat yang berwenang untuk perjalanan ke luar negeri, baik atas beban APBD maupun pihak lain;

i. melaksanakan perjalanan dinas atas izin tertulis dan/atau penugasan dari Pimpinan DPRD, serta berdasarkan ketersediaan anggaran sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

j. tidak menyampaikan hasil dari suatu rapat DPRD yang tidak dihadirinya kepada pihak lain; dan

k. tidak membawa anggota keluarga dalam perjalanan dinas kecuali atas alasan tertentu dan seizin Pimpinan DPRD.

Pasal 152

(1) Perjalanan ke luar negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151 huruf h dilakukan dalam rangka:

a. kerjasama Pemerintahan Daerah dengan pihak luar negeri;

b. pendidikan dan pelatihan;

c. studi banding;

d. seminar;

e. lokakarya;

f. konferensi;

g. promosi potensi daerah;

h. kunjungan persahabatan atau kebudayaan;

i. pertemuan Internasional;

j. penandatanganan perjanjian internasional.

(2) Perjalanan ke luar negeri yang dilakukan secara rombongan dilakukan paling banyak 5 (lima) orang termasuk pimpinan rombongan.

(3) Perjalanan ke luar negeri secara rombongan dapat dilakukan lebih dari 5 (lima) orang dalam hal:

a. pendidikan dan pelatihan;

b. perundingan dalam rangka kerjasama dengan pihak

luar negeri; dan

c. delegasi kesenian dalam rangka promosi potensi daerah.

(4) Jangka waktu pelaksanaan perjalanan ke luar negeri paling lama 7 (tujuh) hari, kecuali untuk keperluan yang sifatnya khusus.

(5) Pimpinan dan Anggota DPRD wajib mengajukan permohonan izin Perjalanan Luar Negeri kepada Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri melalui Gubernur.

(6) Persyaratan perjalanan ke luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 153

Pengaturan mengenai tata hubungan antar penyelenggara pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 149 ayat (3) huruf d, tata hubungan antara anggota DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 149 ayat (3) huruf e, tata hubungan antara anggota DPRD dan pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 149 ayat (3) huruf f memuat ketentuan antara lain anggota DPRD bersikap adil, terbuka, akomodatif, responsif, dan profesional dalam hubungan kemitraan serta menghormati lembaga DPRD dan lembaga penyelenggara pemerintahan lainnya.

Pasal 154

Pengaturan mengenai penyampaian pendapat, tanggapan, jawaban, dan sanggahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 149 ayat (3) huruf g memuat ketentuan antara lain memperhatikan tata krama, etika, moral, sopan santun, dan kepatuhan sebagai wakil rakyat.

Pasal 155

Pengaturan mengenai kewajiban anggota DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 149 ayat (3) huruf h angka 7 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 156

Pengaturan mengenai larangan bagi anggota DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 149 ayat (3) huruf i sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 157

Pengaturan mengenai hal-hal yang tidak patut dilakukan oleh anggota DPRD sebagaimana dimaksud dalam pasal 149 ayat (3) huruf j memuat ketentuan mengenai sikap, perilaku, dan ucapan yang bertentangan dengan norma agama, kesusilaan, kesopanan dan adat budaya setempat.

Pasal 158

Pengaturan mengenai sanksi dan mekanisme penjatuhan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 149 ayat (3) huruf k serta rehabilitasi anggota DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 149 ayat (3) huruf l diatur dalam Peraturan DPRD tentang Tata Beracara Badan Kehormatan DPRD.

BAB X

LARANGAN DAN SANKSI Bagian Kesatu

Larangan Pasal 159

(1) Anggota DPRD dilarang merangkap jabatan sebagai:

a. pejabat negara atau pejabat daerah lainnya;

b. hakim pada badan peradilan; atau

c. pegawai negeri sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia/Kepolisian Negara Republik Indonesia, pegawai pada badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau badan lain yang anggarannya bersumber dari APBN/APBD.

(2) Anggota DPRD dilarang melakukan pekerjaan sebagai pejabat struktural pada lembaga pendidikan swasta, akuntan publik, konsultan, advokat, notaris, dan pekerjaan lain yang ada hubungannya dengan tugas dan wewenang DPRD serta hak sebagai anggota DPRD.

(3) Anggota DPRD dilarang melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta dilarang menerima gratifikasi.

Bagian kedua Sanksi

Pasal 160

(1) Anggota DPRD yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 dikenai sanksi berdasarkan keputusan Badan Kehormatan.

(2) Anggota DPRD yang dinyatakan terbukti melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 159 ayat (1) dan/atau ayat (2) dikenai sanksi pemberhentian sebagai anggota DPRD.

(3) Anggota DPRD yang dinyatakan terbukti melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 159 ayat (3) berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dikenai sanksi pemberhentian sebagai anggota DPRD.

Pasal 161

Jenis sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 160 ayat (1) berupa:

a. teguran lisan;

b. teguran tertulis; dan/atau

c. diberhentikan dari Pimpinan pada alat kelengkapan.

Pasal 162

Setiap orang, kelompok, atau organisasi dapat mengajukan pengaduan kepada Badan Kehormatan DPRD dalam hal memiliki bukti yang cukup bahwa terdapat anggota DPRD yang tidak melaksanakan salah satu kewajiban atau lebih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 dan/atau melanggar ketentuan larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 159.

BAB XI

PEMBERHENTIAN ANTAR WAKTU, PENGGANTIAN ANTAR WAKTU, DAN PEMBERHENTIAN SEMENTARA

Bagian Kesatu

Pemberhentian Antarwaktu Pasal 163

(1) Anggota DPRDberhenti antarwaktu karena:

a. meninggal dunia;

b. mengundurkan diri; atau c. diberhentikan.

(2) Mengundurkan diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ditandai dengan surat pengunduran diri dari yang bersangkutan, mulai berlaku terhitung sejak tanggal ditandatangani surat pengunduran diri atau terhitung sejak

tanggal yang dipersyaratkan dalam ketentuan-peraturan perundang-undangan.

(3) Anggota DPRD diberhentikan antarwaktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c jika:

a. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap sebagai Anggota DPRD selama 3 (tiga) bulan berturut-turut tanpa keterangan apa pun;

b. melanggar sumpah/janji dan Kode Etik;

c. dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan -yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (Hrna) tahun atau lebih;

d. tidak menghadiri rapat paripurna dan rapat alat kelengkapan DPRD yang menjadi tugas dan kewajibannya sebanyak 6 (enam) kali berturut-turut tanpa alasan yang sah;

e. diusulkan oleh partai politiknya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

f. tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon Anggota DPRD sesuai dengan .ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai pemilihan um um;

g. melanggar ketentuan larangan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan;

h. diberhentikan sebagai anggota partai politik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; atau

i. menjadi anggota partai politik lain.

(4) Anggota DPRD diberhentikan dengan tidak hormat karena alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b, huruf c, huruf f, atau huruf g.

Pasal 164

Pemberhentian Anggota DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 163 ayat (1) huruf a dan huruf b serta ayat (3) huruf c, huruf e, huruf h, dan huruf i diusulkan oleh pimpinan partai politik kepada Pimpinan DPRD dengan tembusan kepada Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat bagi anggota DPRD.

Pasal 165

(1) Paling lama 7 (tujuh) Hari terhitung sejak diterimanya usul pemberhentian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 164, Pimpinan DPRD menyampaikan usul pemberhentian anggota DPRD kepada Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat melalui Bupati untuk memperoleh peresmian pemberhentian.

(2) Apabila setelah 7 (tujuh) Harl Pimpinan DPRD tidak mengusulkan pemberhentian anggota DPRD kepada Gubemur sebagai wakil Pemerintah Pusat melalui Bupati, sekretaris DPRD melaporkan proses pemberhentian anggota DPRD kepada Gubemur sebagai wakil Pemerintah Pusat melalui Bupati.

(3) Paling lama 7 (tujuh) Harl terhitung sejak diterimanya usul pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bupati menyampaikan usul pemberhentian kepada Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat.

(4) Dalam hal Pimpinan DPRD tidak mengusulkan pemberhentian anggota DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan sekretaris DPRD tidak melaporkan proses pemberhentian anggota DPRD sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), Bupati menyampaikan usulan pemberhentian kepada

Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat.

(5) Apabila setelah 7 (tujuh) Harl Bupati tidak menyampaikan usul pemberhentian anggota DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Pimpinan DPRD langsung menyampaikan usul pemberhentian anggota DPRD kepada Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat.

Pasal 166

(1) Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat menerbitkan keputusan pemberhentian anggota DPRD paling lama 14 (empat belas) Hari terhitung sejak diterimanya usulan pemberhentian anggota DPRD dari Bupati atau Pimpinan DPRD.

(2) Peresmian pemberhentian anggota DPRD·

mulai berlaku terhitung sejak tanggal ditetapkan oleh Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat,

kecuali untuk peresmian pemberhentian anggota DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 163 ayat (3) huruf c mulai ·berlaku terhitung sejak tanggal putusan pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap.

(3) Anggota DPRD tidak memiliki hak dan kewenangan sebagai anggota DPRD sejak memperoleh peresmian pemberhantian sebagai anggota DPRD sebagaimana dinaksud pada ayat (2).

(4) Dalam hal Anggota DPRD mencalonkan diri sebagai anggota DPRD dari partai politik yang berbeda dengan partai politik yang diwakili pada pemilihan umum yang terakhir, maka Anggota DPRD yang bersangkutan tidak memiliki hak dan kewenangan sebagai anggota DPRD sejak ditetapkan menjadi calon anggota DPRD dalam daftar calon tetap anggota DPRD oleh KPU Kabupaten.

Pasal 167

(1) Ketentuan mengenai tata cara pengusulan pemberhentian anggota DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 165 berlaku secara mutatis mutandis terhadap tata cara pengusulan pemberhentian anggota DPRD yang dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.

(2) Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat memberikan teguran tertulis kepada Bupati apabila setelah 7 (tujuh) hari, Bupati tidak menindak lanjuti pemberhentian anggota DPRD yang dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.

(3) Apabila 14 (empat belas) hari terhitung sejak putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap, Gubernur sebagai sebagai wakil Pemerintah Pusat belum menerima usulan pemberhentian anggota DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat memberhentian anggota DPRD.

(4) Apabila 14 (empat belas) hari terhitung sejak putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap, Gubernur sebagai sebagai wakil Pemerintah Pusat belum memberhentikan anggota DPRD

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri memberhentian anggota DPRD.

Pasal 168

(1) Pimpina partai politik mengusulkan pemberhentian anggota DPRD yang berhenti antarwaktu karena mengundurkan diri kepada Pimpina DPRD dalam waktu paling lama 7 (tujuh) Hari terhitung sejak yang bersangkutan mengajukan pengunduran diri sebagai anggota DPRD.

(2) Dalam hal pimpinan partai politik tidak mengusulkan pemberhentian kepada Pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Pimpinan DPRD meneruskan usul

pemberhentian anggota DPRD kepada Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat melalui Bupati untuk memperoleh peresmian pemberhentian.

(3) Anggota DPRD yang berhenti antarwaktu karena mengundurkan tidak memperoleh hak dan kewenangan sebagai anggota DPRD sejak memperoleh peresmian pemberhantian dari Gubernur.

Pasal 1 69

(1) Pemberhentian antarwaktu Anggota DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 163 ayat (3) huruf a, huruf b, huruf d, huruf f, dan huruf g, dilakukan sesuai dengan Undang-Undang mengenai pemerintahan daerah.

(2) Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat meresmikan pemberhentian anggota DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama 14 (empat belas) Hari terhitung sejak diterimanya keputusan badan kehormatan DPRD atau keputusan pimpinan partai politik tentang pemberhentian anggotanya dari Bupati.

Bagian Kedua

Penggantian antar-Waktu Pasal 170

(1) Anggota DPRD yang berhenti antarwaktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 163 ayat (1) digantikan oleh calon Anggota DPRD yang

memperoleh suara terbanyak urutan berikutnya dalam daftar peringkat perolehan suara dari partai politik yang sama pada daerah pemilihan yang sama.

(2) Dalam hal calon Anggota DPRD yang memperoleh suara terbanyak urutan berikutnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengundurkan diri, meninggal dunia, atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon

Anggota DPRD, Anggota DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digantikan oleh calon Anggota DPRD yang memperoleh suara terbanyak urutan berikutnya dari partai politik yang sama pada daerah pemilihan yang sama.

(3) Dalam hal terdapat masalah kepengurusan ganda partai politik, usulan calon Anggota DPRD yang ditindaklanjuti adalah

kepengurusan partai politik yang sudah memperoleh putusan mahkamah partai atau sebutan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang partai politik.

(4) Jika masih terdapat perselisihan atas putusan mahkamah partai atau sebutan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (3), kepengurusan partai politik tingkat pusat yang dapat mengusulkan penggantian merupakan kepengurusan yang sudah memperoleh putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan didaftarkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan tentang partai politik.

Pasal 171

(4) Pimpinan DPRD menyampaikan nama anggota DPRD yang diberhentikan antar waktu dan meminta nama calon pengganti antar waktu kepada KPU Kabupaten yang ditembuskan kepada Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia.

(5) Nama calon pengganti antarwaktu disampaikan oleh KPU Kabupaten kepada Pimpinan DPRD paling lambat 5 (lima) Harl terhitung sejak surat Pimpinan DPRD diterima.

(6) Paling lambat 7 (tujuh) Harl terhitung sejak menerima nama calon pengganti antarwaktu dari Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangkalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pimpinan DPRD menyampaikan

nama anggota DPRD yang diberhentikan dan nama calon pengganti antarwaktu kepada Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat melalui Bupati.

(7) Paling lambat 7 {tujuh) Harl terhitung sejak menerima nama anggota DPRD yang diberhentikan dan nama calon pengganti antarwaktu, Bupati Pusat menyampaikan nama anggota DPRD yang diberhentikan dan nama calon pengganti antarwaktu kepada Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.

(8) Paling lambat 14 (empat belas) Hari terhitung sejak menerima nama anggota DPRD provmsi yang diberhentikan dan nama calon pengganti antarwaktu dari Bupati, Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusatmeresmikan pemberhentian dan pengangkatannya dengan keputusan Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.

(9) Dalam hal Bupati tidak menyampaikan penggantian antarwaktu kepada Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (5), Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat meresmikan penggantian antarwaktu anggota DPRD berdasarkan pemberitahuan dari Pimpinan DPRD.

Pasal 172

(1) Anggota DPRD pengganti antarwaktu menjadi anggota pada alat kelengkapan Anggota DPRD yang digantikannya.

(2) Masa jabatan Anggota DPRD pengganti antarwaktu melanjutkan sisa masa jabatan Anggota DPRD yang digantikannya.

(3) Penggantian antarwaktu Anggota DPRD tidak dilaksanakan apabila sisa masa jabatan Anggota DPRD yang digantikan kurang dari 6 (enam) bulan.

Pasal 173

(1) Calon Anggota DPRD pengganti antarwaktu harus memenuhi persyaratan sebagaimana persyaratan bakal calon Anggota DPRD sesuai dengan Undang-Undang mengenai pemilihan umum.

(2) Selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1), partai politik pengusung calon Anggota DPRD pengganti antarwaktu tidak dalam sengketa partai politik.

(3) Pemenuhan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dibuktikan dengan melampirkan kelengkapan administratif sebagaimana kelengkapan administratif bakal

calon Anggota DPRD sesuai dengan Undang-Undang mengenai pemilihan umum dan melampirkan:

a. surat keterangan tidak ada sengketa partai politik dari mahkamah partai atau sebutan lain dan/ atau pengadilan negeri setempat;

b. surat usulan pemberhentian Anggota DPRD dari pimpinan partai politik disertai dengan dokumen pendukung sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan ketentuan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga partai politik;

c. fotokopi daftar calon tetap Anggota DPRD pada pemilihan umum yang dilegalisir oleh KPU Kabupaten Bangkalan bagi DPRD; dan d. fotokopi daftar peringkat perolehan suara

partai politik yang mengusulkan penggantian antarwaktu Anggota DPRD yang dilegalisir oleh KPU Kabupaten Bangkalan.

(4) Kelengkapan administratif penggantian antarwaktu Anggota DPRD diverifikasi oleh unit kerja di masing-masing lembaga/ instansi sesuai kewenangannya.

Pasal 174

(1) Anggota DPRD pengganti antarwaktu sebelum memangku jabatannya, mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh Pimpinan DPRD dalam rapat paripurna.

(2) Pengucapan sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling lama 60 (enam puluh) Harl terhitung sejak diterimanya keputusan peresmian pengangkatan sebagai Anggota DPRD.

(3) Tata cara pengambilan sumpah/janji Anggota DPRD pengganti antarwaktu diatur dalam Peraturan DPRD tentang Tata Tertib DPRD.

Bagian Ketiga

Pemberhentian Anggota DPRD Pasal 175

Anggota DPRDdiberhentikan sementara karena:

a. menjadi terdakwa dalam perkara tindak pidana umum yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun; atau

b. menjadi terdakwa dalam perkara tindak pidana khusus.

Pasal 176

(1) Pemberhentian sementara anggota DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 175 diusulkan oleh Pimpinan DPRD kepada Gubemur sebagai wakil Pemerintah Pusat melalui Bupati.

(2) Apabila setelah 7 (tujuh) Harl terhitung sejak anggota DPRD ditetapkan sebagai terdakwa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 175 Pimpinan DPRD tidak mengusulkan pemberhentian sementara, sekretaris DPRD melaporkan status terdakwa anggota DPRD kepada Bupati

(3) Bupati berdasarkan laporan Sekretaris DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengajukan usul pemberhentian sementara anggota DPRD kepada Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.

(4) Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat memberhentikan sementara sebagai anggota DPRD atas usul Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3).

(5) Dalam hal Bupati tidak mengusulkan

pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3), Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat memberhentikan sementara anggota DPRD berdasarkan register perkara pengadilan negeri.

(6) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) mulai berlaku terhitung sejak tanggal anggota DPRD ditetapkan sebagai terdakwa.

Pasal 177

(1) Dalam hal Anggota DPRD yang diberhentikan sementara berkedudukan sebagai Pimpinan DPRD, pemberhentian sementara sebagai Anggota DPRD diikuti dengan pemberhentian sementara sebagai Pimpinan DPRD.

(2) Dalam hal Pimpinan DPRD diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), partai politik asal Pimpinan DPRD yang diberhentikan sementara mengusulkan kepada Pimpinan DPRD salah seorang anggota DPRD yang berasal dari partai politik tersebut

untuk melaksanakan tugas pimpman DPRD yang diberhentikan sementara.

Pasal 178

(1) Dalam hal Anggota DPRD dinyatakan terbukti bersalah karena melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 175 berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, Anggota DPRD yang bersangkutan diberhentikan sebagai Anggota DPRD.

(2) Pemberhentian Anggota DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan atas usulan pimpinan partai politik paling lama 7 (tujuh) Harl terhitung sejak tanggal putusan pidana memperoleh kekuatan hukum tetap.

(3) Dalam hal setelah 7 (tujuh) hari sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pimpinan partai politik tidak mengusulkan pemberhentian Anggota DPRD, Pimpinan DPRD mengusulkan pemberhentian Anggota DPRD kepada Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat tanpa usulan partai politiknya.

(4) Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat memberhentikan anggota DPRD atas usul Pimpinan DPRD.

(5) Pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mulai berlaku terhitung sejak tanggal putusan pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap.

(6) Dalam hal Anggota DPRD dinyatakan tidak terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 175 berdasarkan

putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, Anggota DPRD yang bersangkutan diaktifkan kembali apabila masa jabatannya belum berakhir.

BAB XII

PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DPRD

Bagian Kesatu Umum Pasal 179

Produk hukum DPRD terdiri atas:

a. Peraturan DPRD;

b. Keputusan DPRD;

c. Keputusan Pimpinan DPRD; dan d. Keputusan Badan Kehormatan DPRD.

Bagian Kedua Peraturan DPRD

Paragraf 1 Materi Muatan

Pasal 180

(1) Materi muatan Peraturan DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 179 huruf a meliputi:

a. dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi DPRD;

dan

b. diperintahkan oleh Perda; dan/atau

c. diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

(2) Peraturan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. Peraturan DPRD tentang Tata Tertib;

b. Peraturan DPRD tentang Kode Etik;’

c. Peraturan DPRD tentang Tata Beracara Badan Kehormatan; dan

d. peraturan DPRD lainnya.

(3) Materi muatan dan tata cara penyusunan Peraturan DPRD sebagaiman dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf b, dan huruf c berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

Paragraf 2

Perencanaan Pembentukan

Pasal 181

(1) Anggota DPRD, komisi, gabungan komisi, atau Bapemperda dapat mengusulkan rencana penyusunan Peraturan DPRD kepada Pimpinan DPRD melalui Sekretaris DPRD.

(2) Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan pokok-pokok pikiran, sasaran dan materi muatan yang akan diatur dalam Peraturan DPRD.

(3) Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan menjadi Program Pembentukan Peraturan DPRD dengan Keputusan Pimpinan DPRD untuk jangka waktu 1 (satu) tahun dan dapat dilakukan perubahan.

(4) Keputusan Pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebelum ditetapkannya Perda tentang APBD.

Paragraf 3 Penyusunan

Pasal 182

(1) Rancangan Peraturan DPRD yang tercantum dalam Program Pembentukan Peraturan DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 181 ayat (3) dapat diajukan oleh anggota DPRD, komisi, gabungan komisi, atau Bapemperda kepada Pimpinan DPRD melalui Sekretaris DPRD.

(2) Dalam hal anggota DPRD, komisi atau gabungan komisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 181 ayat (1) tidak menyertakan usulannya dengan rancangan Peraturan DPRD, Pimpinan DPRD menugaskan Bapemperda untuk menyusun rancangan Peraturan DPRD.

(2) Dalam hal anggota DPRD, komisi atau gabungan komisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 181 ayat (1) tidak menyertakan usulannya dengan rancangan Peraturan DPRD, Pimpinan DPRD menugaskan Bapemperda untuk menyusun rancangan Peraturan DPRD.

Dokumen terkait