• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.3 Hasil Analisis MRA (Moderating Regression Analysis)

4.1.4.3 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi R Square (R2) menunjukkan seberapa besar variabel independen menjelaskan variabel dependennya. Nilai R square adalah dari nol

sampai satu. Nilai R square yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Hasil koefisien determinasi ditunjukkan pada tabel 4.8 berikut ini.

Tabel 4.8 Koefisien Determinasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 .453a .205 .158 20.97762 1.991

a. Predictors: (Constant), EPS, DPR, NIM b. Dependent Variable: Harga_saham

Tabel 4.8 menunjukkan tampilan output SPSS menampilkan nilai R square 0.205% yang berarti bahwa persentase pengaruh variabel nilai perusahaan yang dapat dijelaskan oleh variabel Dividen Payout Rasio (DPR), Net Interest Margin

(NIM) dan Earning Per Share (EPS) sebesar 0.205% (20.5%) dan sisanya 79.5 %

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan pada model ini 4.2 Pembahasan

Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, diperoleh bahwa kinerja keuangan perusahaan yang dilihat menggunakan indikator likuiditas dan leverage tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Hanya profitabilitas yang mampu memiliki pengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Penggunaan kebijakan dividen sebagai pemoderasi menunjukkan bahwa kebijakan dividen tidak mampu secara signifikan memoderasi pengaruh

likuiditas, leverage dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian terhadap masing-masing variabel dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Pengaruh Dividen Payout Rasio (DPR) terhadap harga saham

DPR dalam teori berhubungan positif dengan harga saham. Semakin tinggi DPR maka harga saham tinggi dan semakin rendah Dividen Payout Rasio (DPR) maka harga saham rendah. Kemampuan kas yang tinggi akan berdampak terhadap kemampuan kewajiban jangka pendek perusahaan dan berdampak positif terhadap harga saham. Dividen Payout Rasio (DPR) secara parsial hasil dalam penelitian ini menemukan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap harga saham. Ini mengindikasikan bahwa Dividen Payout Rasio (DPR) terlalu dipertimbangkan oleh pihak eksternal perusahaan dalam melakukan penilaian sebuah perusahaan dan memiliki pengaruh positif signifikan terhadap perubahan harga saham sebuah perusahaan. Semakin kecil kepemilikan kas yang disesuaikan dengan kondisi yang dimiliki oleh perusahaan maka akan berdampak pada peningkatan nilai perusahaan karena dengan adanya nilai kas yang berlebihan atau kepemilikan kas yang tinggi pada cenderung membuat penurunan akuisisi dan merger (Harford, 1999 dalam Susanti, 2010). Hasil penelitian ini tidak mendukung teori yang menyatakan informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi pemakai laporan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut. Proses pengambilan keputusan ekonomi, para pemakai informasi perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta kepastian perolehannya. Hasil penelitian ini sesuai dengan

Ervin (1998) yang menemukan laba lebih relevan daripada operasi, investasi, atau arus kas pembiayaan dalam siklus perusahaan maturity.

Masuknya profitabilitas tidak mampu secara signifikan memoderasi pengaruh DPR terhadap harga saham. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Erlangga (2009), dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas dapat memoderasi hubungan antara kinerja keuangan terhadap harga saham. Profitabilitas mampu meningkatkan harga saham pada saat Dividen Payout Rasio

(DPR) tinggi dan profitabilitas dapat menurunkan harga saham pada saat Dividen Payout Rasio (DPR) rendah.

2) Pengaruh Net Interest Margin (NIM) terhadap harga saham.

NIM dalam teori berhubungan negatif dengan harga saham. Semakin tinggi Net Interest Margin (NIM) maka harga saham rendah dan semakin rendah Net Interest Margin (NIM) maka harga saham tinggi. Penggunaan hutang harus hati-hati oleh

pihak manajemen, karena semakin besar hutang akan menurunkan harga saham.

Net Interest Margin (NIM) yang parsial dalam hasil penelitian ini menemukan

memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap harga saham. Ini mengindikasikan semakin tinggi atau rendah hutang yang dimiliki sebuah perusahaan tidak akan mempengaruhi harga saham, karena dalam pasar modal indonesia pergerakan harga saham dan penciptaan nilai tambah perusahaan disebabkan faktor psikologis pasar. Besar kecilnya hutang yang dimiliki perusahaan tidak terlalu diperhatikan oleh investor, karena investor lebih melihat bagaimana pihak manajemen perusahaan mengunakan dana tersebut dengan efektif dan efisien untuk mencapai nilai tambah bagiharga saham. Berbeda dengan teori yang mengatakan Net

Interest Margin (NIM) yang tinggi dapat mengindikasikan bahwa klaim pihak lain

relatif lebih besar ketimbang asset yang tersedia untuk menutupnya, meningkatkan resiko bahwa klaim kreditor kemungkinan tidak akan tertutup secara penuh bilamana terjadi likuidasi. Semakin rendah rasionya, maka semakin sedikit kewajiban perusahaan dimasa yang akan datang dan baik secara langsung maupun tidak langsung berdampak terhadap harga saham (Hartini, 2010).

Masuknya profitabilitas tidak mampu secara signifikan memoderasi pengaruh Net

Interest Margin (NIM) terhadap harga saham. Berbeda dengan penelitian yang

dilakukan Erlangga (2009), dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas dapat memoderasi hubungan antara kinerja keuangan terhadap harga saham. Profitabilitas mampu meningkatkan harga saham pada saat Net Interest

Margin (NIM) rendah dan profitabilitas tidak dapat menurunkan harga saham

pada saat Net Interest Margin (NIM) tinggi.

3) Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham.

Earning Per Share (EPS) dalam teori berhubungan positif dengan harga saham.

Semakin tinggi Earning Per Share (EPS) maka harga saham tinggi dan semakin rendah EPS maka harga saham rendah. Semakin baik perusahaan membayar return terhadap pemegang saham akan meningkatkan harga saham. Earning Per

Share (EPS) secara parsial dalam hasil penelitian ini menemukan bahwa Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. Hasil

penelitian ini sesuai dengan penelitian Susilo (2009) yang menunjukkan bahwa

Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap perubahan harga saham

(2009). Earning Per Share (EPS) menunjukkan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah bunga dan pajak, sehingga dengan profitabilitas yang tinggi dapat memberikan nilai tambah kepada nilai perusahaannya yang tercermin pada harga sahamnya. Semakin tinggi nilai Earning Per Share (EPS) akan menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham. Dengan meningkatnya laba maka harga saham cenderung naik, sedangkan ketika laba menurun maka harga saham ikut juga turun.

Masuknya kebijakan dividen tidak mampu secara signifikan memoderasi pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Erlangga (2009), dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas dapat memoderasi hubungan antara Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham. Profitabilitas tidak mampu meningkatkan harga saham pada saat Earning Per Share (EPS) tinggi dan profitabilitas tidak dapat menurunkan harga saham pada saat Earning Per Share (EPS) rendah.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait