• Tidak ada hasil yang ditemukan

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model menerangkan variasi variabel dependen. Range nilainya adalah 0 sampai 1, apabila nilai R2 kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas, sebaliknya apabila R2 besar (mendekati nilai 1) berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel-variabel dependen besar. Nilai R2

Tabel 4.9 dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut.

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .457a .209 .134 .10789 Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS, 2016

Berdasarkan tabel 4.10, besarnya nilai R Square (R2) adalah 0.209 yang berarti sebesar 0.209 atau (20.9%) variabel independen yaitu temuan audit BPK, government’s wealth, size of government dan leverage mampu menjelaskan kinerja pemerintah. Sedangkan sisanya sebesar 79.1% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian.

4.7.1 Hipotesis Pertama

Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah temuan audit BPK berpengaruh negatif terhadap kinerja pemerintah kabupaten/kota di Indonesia. Hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukkan bahwa temuan audit BPK (yang diproksikan dengan temuan audit yang diberikan oleh BPK) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja pemerintah kabupaten/kota di Indoneisa. Dengan Hasil tersebut maka H1 ditolak.

Secara teoritis, temuan audit BPK merupakan kasus-kasus yang ditemukan BPK terhadap laporan keuangan Pemda atas pelanggaran yang dilakukan suatu daerah terhadap ketentuan pengendalian intern maupun terhadap ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Adanya temuan ini menyebabkan BPK akan meminta adanya peningkatan pemeriksaan dan koreksi. Sehingga, semakin besar jumlah temuan maka akan semakin rendah kinerja pemerintah Daerah.

Dengan asumsi tersebut maka secara teoritis temuan audit BPK memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja pemerintah, namun dalam penelitian ini ternyata temuan audit BPK tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pemerintah di kabupaten/kota di Indonesia.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mustikarini dan Fitriasari (2012) yang dalam penelitiannya menyatakan bahwa temuan audit BPK berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja pemerintah.

Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah government’s wealth

berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah kabupaten/kota di Indonesia. Hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukkan bahwa government’s wealth

(yang diproksikan dengan total PAD) secara parsial berpengaruh negatif terhadap kinerja pemerintah kabupaten/kota di Indonesia. Dengan Hasil tersebut maka H2 ditolak.

Secara teoritis, PAD merupakan sumber penerimaan daerah asli yang digali di daerah tersebut untuk digunakan sebagai modal dasar pemerintah daerah dalam membiayai pembangunan dan usaha-usaha daerah untuk memperkecil ketergantungan dana dari pemerintah pusat. Pendapatan Asli Daerah terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Maka dengan adanya PAD pemerintah daerah dapat meningkatkan kinerjanya karena untuk memenuhi kebutuhan dana pemerintah daerah tidak perlu menunggu bantuan dari pusat karena sudah memiliki PAD masing-masing.

Secara teoritis

government’s wealth berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pemerintah, namun dalam penelitian ini government’s wealth

memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap kinerja pemerintah kabupaten/kota di Indonesia.

Penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hadi, Hendri, dan Inapty (2009); serta Fitriyanti dan Pratolo (2009) yang dalam penelitiannya menyatakan bahwa PAD berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pemerintah.

4.7.3 Hipotesis Ketiga

Hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah size of government

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pemerintah kabupaten/kota di Indonesia. Hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukkan bahwa size of government (yang diproksikan dengan ln total asset) secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pemerintah kabupaten/kota di Indoneisa. Dengan Hasil tersebut maka H3 diterima.

Secara teoritis, Ukuran pemerintah (size of government) merupakan salah satu elemen dari struktur organisasi. Terdapat bukti yang mendukung ide bahwa ukuran sebuah organisasi didalam suatu daerah dapat mempengaruhi struktur daerah. Organisasi-organisasi besar lebih cenderung memiliki banyak aturan dan ketentuan daripada organisasi kecil. Oleh karena itu, pemerintah daerah tersebut akan menaruh perhatian yang lebih tinggi dalam pengungkapan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. Maka semakin besar size of government daerah tersebut kinerjanya juga akan semakin meningkat. Secara teoritis dapat disimpulkan bahwa size of government memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pemerintah, dan dalam penelitian ini terbukti bahwa size of government memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja pemerintah kabupaten/kota di Indonesia.

Penelitian terdahulu yang mendukung hasil penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Kusumawardani (2012); dan Mustikarini (2012) yang dalam penelitiannya menyatakan bahwa size of government berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pemerintah. Sebaliknya penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suhardjanto (2010) yang dalam penelitiannya menyatakan bahwa size of government tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja pemerintah.

4.7.4 Hipotesis Keempat

Hipotesis keempat dalam penelitian ini adalah leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja pemerintah kabupaten/kota di Indonesia. Hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukkan bahwa leverage secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja pemerintah kabupaten/kota di Indoneisa. Dengan Hasil tersebut maka H4 diterima.

Penelitian terdahulu yang mendukung hasil penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Sesotyaningtyas (2012); Febriyani (2012) yang dalam penelitiannya menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja pemerintah.

4.7.5 Hipotesis Kelima

Hipotesis kelima dalam penelitian ini adalah temuan audit BPK,

government’s wealth, size of government dan leverage secara simultan (bersama-sama) berpengaruh signifikan terhadap kinerja pemerintah. Setelah dilakukan

pengujian hipotesissecara simultan, berdasarkan tabel ANOVA terlihat bahwa hasil uji F menunjukkan nilai signifikan sebesar 0.039 yang lebih kecil dari signifikansi 0.05. Ini berarti hasil uji F menunjukkan temuan audit BPK, government’s wealth, size of government dan leverage secara simultan (bersama-sama) memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu kinerja pemerintah. Untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen menggambarkan kinerja pemerintah maka dilakukan uji koefisien determinasi, dan hasil uji koefisien determinasi menunjukkan bahwa variabel independen yaitu temuan audit BPK, government’s wealth, size of government dan leverage mampu menjelaskan kinerja pemerintah sebesar 20.9%. Sedangkan sisanya sebesar 79.1% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian. Dengan hasil tersebut maka H5 diterima.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait