• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

3. Koefisien Determinasi (Uji Goodeness of Fit)

(–2,197 < −1,650 atau 2,197 > 1,650 ) dan

signifikansinya berada di bawah nilai 0,05 (0,029 < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel nilai tukar berpengaruh negatif dan signifikan secara parsial terhadap harga saham perusahaan properti dan real estat di Bursa Efek Indonesia.

Koefisien determinasi adalah koefisien yang mengukur kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat atau predictornya (Situmorang dan

Lufti, 2012 : 154). Nilai R menunjukkan R square (R2

Tabel 4.12

) menunjukkan koefisien determinasi. Angka ini akan diubah menjadi bentuk persen, dan menunjukkan sumbangan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Adjusted R Square merupakan R Square yang telah disesuaikan. Adjusted R Square

biasanya digunakan jika regresi menggunakan lebih dari dua variabel. Standard Error of the Estimate adalah ukuran kesalahan prediksi (Priyatno, 2009 : 145).

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 Ln_NilaiTukar,

Ln_SukuBunga, Ln_Inflasia . Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Ln_HargaSaham

Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS

Pada Tabel 4.12 dinyatakan bahwa variabel nilai tukar, suku bunga, dan inflasi tidak ada yang dikeluarkan dari persamaan yang ditunjukkan oleh kolom

Variables Removed yang kosong. Metode yang dipilih adalah metode Enter. Setelah mengetahui bahwa seluruh variabel dimasukkan dalam analisis persamaan maka dilakukan pengujian hipotesis koefisien korelasi dan koefisien determinasi. Tipe hubungan antarvariabel dapat dilihat berikut ini :

Tabel 4.13

Hubungan Antarvariabel

Nilai Interpretasi

0,0 – 0,19 Sangat Tidak Erat

0,2 – 0,39 Tidak Erat

0,4 – 0,59 Cukup Erat

0,6 – 0,79 Erat

0,8 – 0,99 Sangat Erat

Tabel 4.14

Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS

Berdasarkan Tabel 4.14 dapat dilihat bahwa nilai R sebesar 0,187 yang berarti bahwa hubungan antara harga saham dengan variabel bebasnya, yaitu tingkat inflasi, suku bunga, dan nilai tukar adalah sangat tidak erat. Pada Tabel 4.14 nilai R Square dalam penelitian ini yaitu sebesar 0,035 yang berarti 3,5% variasi dari harga saham dijelaskan oleh ketiga variabel bebas yaitu tingkat inflasi, suku bunga, dan nilai tukar. Sedangkan sisanya 96,5% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti oleh penelitian ini, seperti peraturan perpajakan, tingkat bunga pinjaman luar negeri, kondisi perekonomian internasional, dan faktor makro ekonomi lainnya yang tidak diteliti oleh peneliti. Ajusted R square sebesar 0,025. Hal ini berarti 2,5% harga saham perusahaan properti dan real estat dapat di jelaskan oleh tingkat inflasi, suku bunga, dan nilai tukar. Sedangkan 97,5% dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lainnya yang tidak diteliti oleh penelitian ini. Karena dalam penelitian ini terdapat lebih dari dua variabel, maka yang digunakan adalah Adjusted R Square. Error of Estimated dalam penelitian ini adalah 0,90777.

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .187a .035 .025 .90777

a. Predictors: (Constant), Ln_NilaiTukar, Ln_SukuBunga, Ln_Inflasi b. Dependent Variable: Ln_HargaSaham

4.3 Pembahasan

Berdasarkan uji hipotesis yang telah dilakukan dengan uji signifikansi simultan (uji F) diperoleh hasil bahwa secara bersama-sama variabel tingkat inflasi, suku bunga, dan nilai tukar mempengaruhi harga saham perusahaan properti dan real estat di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dicapai oleh Tarigan (2009). Hasil penelitian dari Tarigan adalah bahwa berdasarkan hasil pengujian secara serempak (uji F), tingkat inflasi, suku bunga, dan nilai tukar secara bersama-sama memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.

Berdasarkan pengujian secara parsial (uji t), tingkat inflasi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap harga saham. Pengaruh positif menunjukkan bahwa naiknya tingkat inflasi akan menyebabkan kenaikan pada harga saham perusahaan properti dan real estat di Bursa Efek Indonesia. Pengaruh tidak signifikan artinya tingkat inflasi tidak memiliki peranan yang cukup besar untuk mempengaruhi harga saham perusahaan properti dan real estat di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Tarigan (2009), yaitu secara parsial inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Penelitian oleh Kewal (2012) juga memberikan hasil bahwa tingkat inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.

Secara umum, kenaikan tingkat inflasi akan menurunkan harga saham (Samsul, 2006 : 201). Inflasi menyebabkan biaya produksi perusahaan menjadi tinggi, sementara harga jualnya tidak terjangkau oleh masyarakat (konsumen) akibat menurunnya daya beli masyarakat (Zubir, 2011 : 21). Terjadinya inflasi

dapat menyebabkan masyarakat mengurangi konsumsinya terhadap barang-barang sekunder yang mengalami kenaikan harga. Namun, tidak demikian terhadap konsumsi hunian atau tempat tinggal. Bagaimanapun kondisi perekonomian yang terjadi, manusia haruslah memiliki tempat tinggal untuk memenuhi salah satu kebutuhan primernya, disamping kebutuhan akan pangan dan sandang. Kesadaran untuk memenuhi salah satu dari kebutuhan primer ini mendorong masyarakat untuk tetap mempersiapkan dananya demi membeli rumah, apartemen, atau jenis hunian lainnya. Sehingga terjadinya gejolak inflasi tidak akan menghalangi masyarakat untuk membeli tempat tinggal.

Terlebih lagi, sekarang ini semakin banyak masyarakat yang perduli terhadap investasi. Investasi di sektor properti dan real estat yang dinilai cukup aman dan stabil, menyebabkan semakin banyak masyarakat yang menginvestasikan dananya pada sektor ini. Stabilnya investasi disektor ini diindikasikan oleh kenaikan harga tanah dan rumah yang mengalami kenaikan setiap tahunnya. Terdapat keunikan dalam investasi tanah maupun rumah, karena harga tanah ataupun rumah tidak ditentukan oleh pasar, namun ditentukan oleh pemilik tanah atau rumah itu sendiri. Sehingga tidak tertutup kemungkinan bahwa pemilik tanah ataupun rumah akan memperoleh keuntungan yang besar jika ia menjual tanahnya di beberapa tahun ke depan.

Alasan-alasan ini lah yang menyebabkan produk dari sektor properti dan real estat tetap laku di pasar. Tersedianya pasar yang cukup besar bagi produk properti dan real estat menjadi sinyal positif bagi para investor, sehingga saham

perusahaan tetap diminati. Hal ini menyebabkan harga saham tidak terpengaruh oleh inflasi.

Berdasarkan pengujian secara parsial (uji t), suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham. Pengaruh negatif menunjukkan bahwa suku bunga berbanding terbalik dengan harga saham perusahaan properti dan real estat di Bursa Efek Indonesia . Penurunan pada suku bunga akan menyebabkan kenaikan pada harga saham perusahaan properti dan real estat di Bursa Efek Indonesia. Pengaruh signifikan memiliki arti bahwa naik turunnya suku bunga memiliki peranan dalam fluktuasi harga saham perusahaan properti dan real estat di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Tarigan (2009), yaitu suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham. Tandelilin (2010 : 103) juga mengatakan bahwa suku bunga akan mempengaruhi saham secara terbalik, cateris paribus.

Penurunan tingkat suku bunga akan menaikkan laba bersih per saham, sehingga investor akan semakin tertarik untuk berinvestasi pada saham perusahaan properti dan real estat di Bursa Efek Indonesia. Penurunan tingkat suku bunga juga akan menyebabkan masyarakat menjadi semakin tertarik untuk melakukan pembelian produk properti dan real estat, khususnya msayarakat yang melakukan pembelian secara kredit. Misalnya pembelian rumah yang dilakukan dengan menggunakan fasilitas KPR (Kredit Pemilikan Rumah) yang disediakan oleh bank.

Sebaliknya, kenaikan pada tingkat bunga menyebabkan harga saham perusahaan properti dan real estat mengalami penurunan. Kenaikan tingkat bunga

pinjaman menyebabkan meningkatnya beban bunga kredit dan akan menurunkan laba bersih perusahaan (Samsul, 2006 : 201). Penurunan laba bersih ini juga akan mempengaruhi tingkat return yang dibagikan kepada investor. Hal ini kemudian menyebabkan banyak investor yang menjual saham mereka, dan menyimpan uangnya dalam bentuk deposito, karena kenaikan tingkat suku bunga deposito dinilai lebih menarik dibandingkan return yang diberikan oleh investasi saham.

Penurunan harga saham ini juga dapat dipengaruhi oleh menurunnya penjualan produk properti dan real estat saat terjadinya kenaikan suku bunga. Hal ini dapat terjadi karena masyarakat melakukan penundaan terhadap pembelian produk properti dan real estat sampai suku bunga kembali normal, khususnya masyarakat yang akan melakukan pembelian secara kredit.

Hasil studi Pusat Properti Indonesia (Simanungkalit, 2004, dikutip dalam Kodrat dan Herdinata, 2009 : 54) menunjukkan bahwa terjadi pola hubungan yang menarik antara suku bunga dengan bisnis perumahan. Peningkatan angka penjualan rumah akan selalu mendahului penurunan tingkat suku bunga dari titik tertinggi dari enam hingga dua belas bulan sebelumnya. Demikian sebaliknya, angka penjualan rumah akan selalu berada pada titik terendah ketika suku bunga berada pada titik tertinggi dalam sebuah siklus.

Berdasarkan pengujian secara parsial (uji t), nilai tukar berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham. Pengaruh negatif memiliki arti bahwa penurunan pada nilai tukar rupiah terhadap dolar yang berarti rupiah menguat terhadap dolar (rupiah terapresiasi terhadap dolar Amerika) akan menaikkan harga saham perusahaan properti dan real estat di Bursa Efek Indonesia. Pengaruh

signifikan memberi arti bahwa fluktuasi harga saham perusahaan propeti dan real estat di Bursa Efek Indonesia dapat dipengaruhi oleh naik turunnya nilai tukar. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sitepu (2011), yaitu nilai tukar berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham.

Penurunan nilai tukar memiliki dampak yang berbeda-beda terhadap setiap jenis saham. Saham perusahaan pada suatu sektor dapat terkena dampak positif,

sementara saham pada sektor lain dapat terkena dampak negatif (Samsul, 2011 : 202). Menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS

membawa pengaruh positif bagi harga saham perusahaan sektor properti dan real estat di Bursa Efek Indonesia. Hal ini disebabkan oleh produk-produk properti dan real estat dijual secara lokal, sehingga meguatnya nilai rupiah akan menaikkan laba perusahaan. Meningkatnya laba ini pada akhirnya akan menaikkan harga saham perusahaan.

Menguatnya mata uang rupiah terhadap dolar AS juga akan membawa pengaruh positif bagi perusahaan properti dan real estat yang memiliki utang dalam dolar. Perusahaan dapat melunasi utangnya dengan menggunakan rupiah yang lebih sedikit, dengan demikan akan mengurangi jumlah kewajiban (utang) yang harus dibayar oleh perusahaan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait