• Tidak ada hasil yang ditemukan

Koefisien variasi pangan (beras) di tingkat konsumen

Stabilitas harga menggambarkan fluktuasi (kenaikan atau penurunan) harga selama kurun waktu tertentu dalam hal ini satu tahun. Semakin kecil fluktuasi harga, maka kondisi harga suatu daerah dikatakan stabil demikian pula sebaliknya. Fluktuasi harga diukur dengan nilai koefisien variasi (CV).

Tabel 3.19

Harga rata-rata Komoditas Pangan (Beras) Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2014 sd 2018

No Tahun

Beras Super Beras Medium I Beras Medium II Harga (Rp.) St Dev (%) CV (%) Harga (Rp.) St Dev (%) CV (%) Harga (Rp.) St Dev (%) CV (%) 1 2014 8.991 504,75 5,61 8.503 487,07 5,73 8.090 412,24 5,10 2 2015 9.604 581,03 6,05 8.969 549,08 6,12 8.398 582,95 6,94 3 2016 9.646 602,63 6,25 8.958 503,77 5,64 8.458 503,77 5,95 4 2017 8.625 553,66 6,42 8.063 475,24 5,89 7.627 373,63 5,89 5 2018 10.290 573,41 5,57 9.579 365,38 3,81 9.150 632,55 6,91

Harga dikatakan stabil bila koefisien variasi harga untuk komoditas beras kurang dari 5 persen. Berdasarkan hasil pemantauan harga, secara keseluruhan harga beras di Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2018 masih dikatakan relatif stabil bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Untuk harga beras premium di tahun 2018 meski masih diatas 5 persen yaitu sebesar 5,57 persen, namun bila dibandingkan dengan tahun- tahun sebelumnya, harga beras kualitas super di Nusa Tenggara Barat pada Tahun 2018 masih relatif stabil. Demikian pula untuk kualitas Medium I sebesar 3,82 persen dan kelas Medium II sebesar 2,46 persen.

LKjIP Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tahun 2018 Page 28

Upaya yang dilakukan Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam menjaga stabilitas harga pangan pokok terutama beras adalah

1) Meningkatkan koordinasi antara Tim Pegendali Inflasi (TPID)

2) Melakukan operasi pasar dan bazar murah yang dilakukan oleh Dinas Ketahanan

Pangan, Dinas Perdagangan serta Bulog Divre NTB.

3) Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bertujuan menjaga stabilitas harga pangan pokok berupa:

a) Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM)/Toko Tani

Indonesia Center (TTIC)

Sejak Tahun 2016, Dinas Ketahanan Pangan melalui sumber dana APBN melaksanakan kegiatan Pengembangan Usaha Pangan masyarakat (PUPM) dengan membentuk Lembaga Usaha Pangan Masyarakat (LUPM) yang mendapatkan bantuan pemerintah sebesar Rp. 165.000.000,- yang dipergunakan untuk membeli gabah anggota gapoktan/poktan kelompok LUPM dengan harga HPP dan mendistribusikan ke Toko Tani Center (TTI) dan Toko Tani Indonesia Center (TTIC). Kemudian TTI dan TTIC menjual ke konsumen dengan harga dibawah harga pasar.

Toko Tani Indonesia Center (TTIC) sendiri didirikan pada tahun 2018 berlokasi di Jalan Puring No.16 B (dibelakang Bank Indonesia). TTIC didirikan dalam rangka menjaga stabilitas harga dan pasokan pangan dengan menyediakan bahan pangan pokok strategis dibawah harga pasar.

Melalui dana APBDP Tahun 2018, Dinas Ketahanan Pangan melaksanakan pengadaan mobil TTIC agar masyarakat dapat dengan mudah mengakses pangan. selain beras TTIC juga menyediakan bawang merah, gula pasir, minyak goreng, telur, tomat dan cabai. Selain mengikuti bazar dan pasar murah TTIC juga senantiasa hadir setiap minggu pagi di Car Free Day dalam rangka mendekatkan akses pangan kepada masyarakat.

Sampai dengan Tahun 2018 terdapat 33 LUPM yang terbentuk (23 LUPM Beras dan 10 LUPM Bawang Merah) dengan rincian sebagai berikut:

Tabel Jumlah Lembaga Usaha Pangan Masyarakat (LUPM) Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2016 sd 2018

No Kabupaten/Kota Lembaga Usaha Pangan Masyarakat (LUPM) Unit 2016 2017 2018 Jumlah 1 Lombok Tengah 4 - 5 9 2 Lombok Timur 3 1 3 7 3 Lombok Utara 1 - 2 1 4 Bima 1 8 - 9 5 Kota Bima 1 - - 1 6 Sumbawa - 1 - 1 7 Lombok Barat - 3 3 JUMLAH 10 10 13 33

LKjIP Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tahun 2018 Page 29

b) Pemantauan Harga Pangan Pokok Strategis

Pemantauan Harga Pangan Pokok Strategis bertujuan untuk memantau harga di lapangan baik ditingkat produsen, pedagang pengumpul maupun ditingkat konsumen. Berdasarkan Inpres No. 5 Tahun 2015 dalam rangka menjaga pasokan dan stabilisasi harga beras, melindungi tingkat pendapatan petani dan pengamanan cadangan pangan beras pemerintah dan penyaluran beras. Harga Pembelian Pemerintah Beras dalam negeri ditetapkan sebesar Rp. 7.300/kg dan diharapkan harga di tingkat konsumen diatas HPP. Harga rata-rata beras Medium I tahun 2018 lebih tinggi dari harga rata-rata tahun sebelumnya dan masih diatas harga HPP beras yaitu 7.300 untuk beras medium.

c) Pemantauan Arus Keluar Masuk Komoditas Pangan

Data dan informasi distribusi produksi komoditas pangan sangat penting untuk diketahui secara aktual, guna mengetahui ketersediaan pangan dan mengambil kebijakan terkait penyediaan pangan di dalam daerah.Pencatatan arus keluar masuk komoditas pangan strategis dilaksanakan di pelabuhan Lembar, Pelabuhan Sape, Pelabuhan Badas dan Pelabuhan Bima. Hasil pencatatan komoditas pangan yang keluar dan masuk ke Provinsi NTB sebagaimana tabel berikut

Pemantauan arus keluar masuk komoditas bahan pangan dari dan menuju Provinsi NTB dilakukan secara rutin setiap bulan menggunakan tenaga Enumerator yang ditempatkan di pelabuhan-pelabuhan laut. Melalui Keputusan Gubernur Nusa Tenggara Barat telah ditetapkan 7 (tujuh) pelabuhan laut lokasi pemantauan yaitu Pelabuhan Lembar, Labuhan Haji, Pelabuhan Badas, Pelabuhan Sape, Benete, Kempo dan Pelabuhan Bima.

Pemantauan arus keluar masuk komoditas strategis dilakukan terhadap 18 komoditas, yaitu: gabah, beras, jagung, kedelai, bawang merah, bawang putih, cabe, kacang tanah, kacang hijau, tepung terigu, minyak goreng, daging ayam, telur ayam, sapi potong, kerbau potong, tembakau, jambu mente, rumput laut dan pakan ternak, dengan hasil seperti yang disajikan pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.20

Data Arus Keluar Masuk Tahun 2014 – 2018

No Komoditas 2014 2015 2016 2017 2018 Keluar Masuk Keluar Masuk Keluar Masuk Keluar Mas uk Keluar Masu k 1 Gabah 18,145.30 - 51,377.00 - 2,790.00 - - - 2.585 - 2 Beras 106,633.30 13.00 553,830.00 24.34 9,286.37 - 1.125 - 14.003 - 3 Jagung 177,333.10 9.00 348,136.79 7.03 317,750.00 54.07 13.726 - 609.264 - 4 Kedelai 4,180.00 3,265.00 6,757.85 5,205.67 3,582.84 2,925.67 157 - 586 649 5 Bawang Merah 24,239.30 159.50 37,546.60 64.01 28,238.40 96.24 313 94 36.622 8 6 Cabe Rawit 2,092.61 144.00 2,959.89 75.85 5,343.97 48.62 683 1 5.772 125 7 Bawang Putih 6.53 581.80 34.71 490.00 2.51 221.61 - 22 166 56 8 Rumput 2,128.00 - 2,487.00 - 1,852.00 - 519 - - -

LKjIP Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tahun 2018 Page 30 No Komoditas 2014 2015 2016 2017 2018 Keluar Masuk Keluar Masuk Keluar Masuk Keluar Mas uk Keluar Masu k Laut 9 Daging Ayam 6.00 147.30 0.99 23.33 - 204.22 - 25 205 - 10 Telur Ayam 3.00 1,894.20 3.43 1,246.38 2.00 3,349.03 - 319 7 - 11 Sapi potong 34,909.00 - 18,655.00 4,289.00 15,197.00 - 543 2 12.869 - 12 Kacang Tanah 2,954.00 7.00 3,780.68 7.00 7,089.15 - 515 - 6.620 - 13 Kacang Hijau 380.50 3.50 2,286.04 6.00 3,399.76 - 96 - 1.570 - 14 Minyak goreng - - - - - - - 1.440 - 23.547 15 Tepung Terigu - - - - - - - 2.346 - 24.356 16 Kerbau Potong 5,545.00 - 3,553.00 452.00 3,489.00 - 155 - 1.991 - 17 Pakan Ternak - 1,564.30 491.90 - - 2,162.00 - - - 5.499 18 Jambu Mente 2,591.00 - 3,752.00 - 1,852.00 - 574 - 4.825 -

3) Cadangan Pangan Pemerintah

Cadangan pangan yang dimaksudkan adalah cadangan pangan pemerintah (provinsi dan kabupaten) serta cadangan pangan masyarakat. Pengembangan cadangan pangan pemerintah provinsi merupakan salah satu upaya dalam pengamanan produksi beras nasional dalam menghadapi kondisi iklim ekstrim sebagaimana dijelaskan dalam Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2011. Dalam Inpres tersebut, khususnya Diktum kedua point (i) dinyatakan bahwa Kementerian Pertanian mendapatkan mandat untuk memperkuat cadangan gabah/beras pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat.

Pengembangan cadangan pangan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota juga didasarkan kepada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 65 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota. SPM tersebut mengamanatkan bahwa pemerintah provinsi harus memiliki cadangan pangan di tingkat provinsi minimal sebesar 200 ton ekuivalen beras dan Pemerintah kabupaten/kota memiliki cadangan pangan di tingkat kabupaten/kota minimal sebesar 100 ton ekuivalen beras. Perkembangan cadangan pangan pemerintah dan masyarakat di Provinsi NTB kurun waktu 2012-2017 adalah sebagai berikut:

LKjIP Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tahun 2018 Page 31

Tabel 5.8 Cadangan pangan Provinsi NTB 2012-2018

No Uraian

Cadangan Pangan (Ton Beras) Tahun 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 1. Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi NTB 29,26 167,04 156,55 156,21 164,77 137,18 105,762 2. Cadangan Pemerintah Kabupaten 98,65 87,54 84,19 70,93 592,33 145,73 154,922 3. Cadangan Pangan Masyarakat 601,93 980,99 608,51 755,41 112,32 163,00 2.169,369 Jumlah 729,84 1.235,57 849,25 982,55 869,42 445,91 2.430,053

Pada tahun 2018, melalui APBD Perubahan Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB mengadakan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) Provinsi sebanyak 150 ton beras yang disalurkan dalam rangka mendukung percepatan penanganan dampak gempa dengan rincian penyaluran sebagai berikut:

Tabel Penyaluran Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) ke Kabupaten terdampak Gempa Bumi

No Kabupaten/Kota Jumlah Penyaluran (Kg)

1 Lombok Barat 12.000 2 Mataram 5.000 3 Lombok Tengah 7.500 4 Lombok Timur 25.000 5 Lombok Utara 65.500 6 Sumbawa Barat 10.000 7 Sumbawa 15.000 Jumlah 140.000

4) Cadangan Pangan Masyarakat

Salah satu upaya dalam meningkatkan ketahanan pangan masyarakat adalah dengan mengembangkan cadangan pangan di tengah masyarakat melalui pengembangan lumbung pangan desa dengan menumbuhkembangkan prakarsa masyarakat setempat melalui pendekatan kelembagaan dan budaya lokal.

Kelembagaan lumbung pangan masyarakat merupakan salah satu penunjang ketahanan pangan, yang perlu direvitalisasi agar mampu memberikan konstribusi yang lebih signifikan terhadap upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat, melalui pemenuhan cadangan pangan dan kebutuhan sosial masyarakat. Upaya kelembagaan pangan pedesaan melalui pendekatan pemberdayaan kelembagaan lumbung pangan masyarakat perlu dilakukan, karena keberadaan lumbung pangan pada masa lalu dipandang cukup efektif dalam mendukung ketahanan pangan di daerah. Revitalisasi tersebut dilakukan melalui proses pemberdayaan secara sistematis, utuh, terpadu dan berkesinambungan sehingga mampu menjadi salah satu lembaga penggerak ekonomi pedesaan.

Pengembangan lumbung pangan bertujuan untuk : memberdayakan dan memandirikan masyarakat agar mampu memenuhi kebutuhan hidupnya mulai dari pangan, kesehatan, ekonomi, pendapatan dan keterampilan yang berkelanjutan melalui pembangunan 10 unit lumbung pangan tradisional berbasis kawasan dan terintegrasi dengan kegiatan dari hulu sampai hilir sebagai upaya pelestarian kearifan lokal, serta pengisian 20 ton beras sebagai cadangan pangan.

LKjIP Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tahun 2018 Page 32

Pengembangan Lumbung Pangan Terintegrasi (BUNGATRI) ini juga diintegrasikan dengan Pengembangan Pemanfaatan Pekarangakan melalui konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) sebanyak 5 Unit KRPL.

Kegiatan Lumbung Pangan Terintegrasi (BUNGATRI) merupakan upaya alternatif penurunan kemiskinan merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara tematik, holistik dan integratif dengan melibatkan stake holders secara aktif sesuai peran dan fungsi. Stake holders tersebut dikoordinasikan melalui Tim Efektif yang langsung ditugaskan Gubernur Nusa Tenggara Barat. Di samping itu, dukungan stake holders di luar pemerintahan meliputi BUMN/D, Baznas dan Swasta. Bentuk-bentuk dukungan kegiatan mulai dari penguatan kelembagaan, pendampingan, peningkatan kapasitas sumberdaya manusia, permodalan, promosi, pemasaran, dan exit strategy pasca mandiri.

Lumbung Pangan adalah tempat atau bangunan untuk menyimpan padi atau bahan pangan lain untuk menghadapi masa paceklik. Kelompok lumbung pangan adalah kelembagaan cadangan pangan yang dibentuk oleh masyarakat desa/kota dan dikelola secara berkelompok yang bertujuan untuk pengembangan penyediaan cadangan pangan bagi masyarakat di suatu wilayah.

Kelompok lumbung pangan sebagai pemberdayaan masyarakat khususnya masyarakat yang kurang memiliki akses kepada sumberdaya pembangunan didorong untuk semakin mandiri dalam mengembangkan perikehidupan mereka. Dalam proses ini masyarakat dibantu untuk mengkaji kebutuhan, masalah dan peluang dalam pembangunan yang dimilikinya sesuai dengan lingkungan sosial ekonomi perikehidupan mereka sendiri.

Lumbung Pangan Terintegrasi (BUNGATRI) Alternatif Penurunan Kemiskinan di Nusa Tenggara Barat merupakan kawasan fisik lumbung pangan tradisional yang dibangun pada areal seluas ± 30 are (300 m²) dan di dalamnya dibangun minimal 10 unit bangunan lumbung pangan tradisional dengan luas bangunan 2 x 4 m². Setiap 1 (satu) unit lumbung pangan dikelola oleh 10 KK yang di dalamnya terdapat 6 (enam) Kepala Rumah Tangga Miskin, sehingga total KK miskin yang akan difasilitasi dan diberdayakan dalam kawasan lumbung pangan sebanyak 60 KK. Setiap 1 (satu) unit Lumbung Pangan dapat menyimpan cadangan pangan sebanyak 2 ton/tahun yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan anggota dengan asumsi bila 1 (satu) Kepala Keluarga memiliki Anggota Rumah Tangga (ART) sebanyak 4 (empat) orang.

Pembangunan lokasi Lumbung Pangan Terintegrasi (BUNGATRI) berlokasi di Desa Sembalun Bumbung Kecamatan Sembalun Kabupaten Lombok Timur. Dasar ana;isi penentuan lokasi didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut: 1). Lokasi Merupakan Jalan menuju Wisata Gunung dan Kolam Pemandian Air Panas Anak Dara dan Aik Kalaq; 2). Area Lokasi daerah dengan Kontur berbukit menambah suasana asri dan kesan variatif; 3). Merupakan daerah Kawasan Pertanian yang subur karena dibelah oleh Aliran sungai yang aktif; 4). Pencapaianya kelokasi dari Pertigaan Jalan Raya Kantor Desa Sembalun Bumbung + 1 KM; 5). Posisi View dikelilingi Gunung akan sangat indah sebagai bagian tempat Destinasi & adanya Embrio dari Situs Makam Bersejarah; 6). Jaringan transportasi masih dapat dijangkau dengan kendaraan Roda 2 dan Roda 4; dan 7). Dari segi Keamanan tentunya masih dibutuhkan Penjaga Keamanan dan pagar keliling mengingat Lokasi berjarak sekitar 450 m dari pemukiman penduduk.

LKjIP Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tahun 2018 Page 33

c. Terwujudnya peningkatan konsumsi pangan masyarakat yang memenuhi kecukupan gizi bersumber dari pangan, dengan indikator kinerja sebagai berikut :

Pencapaian Sasaran Terwujudnya peningkatan konsumsi pangan masyarakat yang memenuhi kecukupan gizi bersumber dari pangan dapat disampaikan sebagai berikut :

Tabel 3.24

Capaian Sasaran Terwujudnya peningkatan konsumsi pangan masyarakat yang memenuhi kecukupan gizi bersumber dari pangan

Indikator Kinerja Satuan

2014 2015 2016 2017 2018 T R T R T R T R T R 7 Kuantitas dan Kualitas Konsumsi Pangan Masyarakat (Skor PPH Konsumsi) Skor 79,40 79,90 80,20 81,30 80,90 81,70 81,70 82,00 82,50 82,80

Berdasarkan tabel diatas untuk mewujudkan Sasaran Terwujudnya peningkatan konsumsi pangan masyarakat yang memenuhi kecukupan gizi bersumber dari pangan adalah Kuantitas dan Kualitas Konsumsi Pangan Masyarakat (Skor PPH Konsumsi) dengan kegiatan sebagai berikut:

1) Pemanfaatan Pekarangan untuk Pengembangunan Pangan

Kegiatan ini dilaksanakan melalui Konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Berbasis Cabe Terintegrasi Unggas (TanCabGas). Selain sebagai inovasi, kegiatan ini juga dihajatkan sebagai kegiatan alternative percepatan penurunan kemiskinan.

Jumlah Lokasi sasaran tahun 2018 sebanyak 91 KRPl (35 Unit APBD Provinsi dan 56 UNIT APBN). Penetapan Lokasi mengacu kepada Basis Data Terpadu (BDT) yang dikeluarkan oleh TNP2K, 100 Desa Prioritas Penanganan Kemiskinan, lokasi stunting untuk kegiatan sumberdana APBN.

Jumlah KK Miskin yang difasilitasi melalui Kegiatan KRPL pada tahun 2018 sebanyak 2.555 KK (91 KRPL x 25 KK). Diasumsikan Jumlah Anggota Keluarga sebanyak 4 Jiwa per KK maka total jiwa yang difasilitasi sebanyak 10.220 JIWA. Jumlah KK Miskin yang dilibatkan dalam program ini sebanyak 60% dari total KK atau 1.533 KK (6.132 JIWA).

Bentuk kegiatan yang dilakukan adalah :

a. Penguatan kapasitas anggota dan kelembagaan kelompok melalui upaya : Pendampingan, Pembinaan, Pertemuan Kelompok;

b. Pemberian bantuan hibah berupa:

 Hibah Benih, Bahan dan Sarana Budidaya Tanaman Pemanfaatan

Pekarangan Untuk Pengembangan Pangan Kelompok (TanCabGas)

 Unggas (ayam kampung petelur dan itik/entok) umur 3-4 bulan,

itik/entok sebanyak 250 ekor

 Pakan ternak : Konsentrat Layer Khusus 15 Zak, Jagung 250 kg, dan

LKjIP Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tahun 2018 Page 34

Daftar Sasaran Kegiatan KRPL Berbasis Cabe Terintegrasi Unggas (TanCabGas) di Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2018

Jenis Bantuan Hibah yang disalurkan kepada Kelompok Penerima Manfaat KRPL pada tahun 2018 berupa Tanaman sayuran dan Unggas. Berikut disampaikan jenis tanaman dan unggas yang disalurkan kepada Kelompok : Tabel . Bantuan Hibah Benih, Bahan dan Sarana Budidaya Tanaman Pemanfaatan

Pekarangan Untuk Pengembangan Pangan

Pada Tahun 2018 juga telah dilaksanakan Kajian Dampak KRPL telah dilakukan oleh Lembaga Sumber Daya Pembangunan Berkelanjutan (LSPB) Universitas Mataram bekerjasama dengan Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB pada tahun 2018. Hasil Kajian Dampak KRPl dapat dijelaskan sebagai berikut :

LKjIP Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tahun 2018 Page 35

a. Pemanfaatan pekarangan dengan pola KRPL di Nusa Tenggara Barat

berdampak terhadap a) ketersediaan pangan keluarga, b) pengeluaran rumah tangga peserta KRPL terhadap pangan, c) pendapatan peserta KRPL, dan d) aspek sosial dan budaya peserta KRPL

b. Dampak pemanfaatan pekarangan dengan pola KRPL terhadap ketersediaan

pangan adalah peningkatan ketersediaan pangan sumber protein dan sumber vitamin. Peserta KRPL yang mengkonsumsi hasil KRPL (selain menjual dan berbagi dengan kelompok) adalah 25 % di Kota Mataram, 60 % di Kabupaten Lombok Tengah dan 21 % di Kabupaten Sumbawa.

c. Dampak pemanfaatan pekarangan dengan pola KRPL terhadap pengeluaran

pangan rumah tangga ditunjukkan dengan bentuk pemanfaatan hasil KRPL serta besarnya pengeluaran rumah tangga KRPL terhadap pangan.

d. Hasil KRPL sebagian dikonsumsi sendiri oleh peserta KRPL. Pengeluaran perkapita pangan peserta KRPL di Kota Mataram berkisar antara Rp. 316.900 – di atas Rp. 381.000 per bulan, sedangkan pengeluaran rata-rata perkapita per bulan terhadap makanan di kota Mataram sebesar Rp. 554.836 (Tahun 2016) dan Rp. 608.422 (Tahun 2017).

e. Di Kabupaten Lombok Tengah pengeluaran perkapita per bulan terhadap pangan peserta KRPL berkisar antara Rp. 190.141 – Rp. 380.000 dibandingkan dengan pengeluaran penduduk Lombok Tengah terhadap pangan yaitu Rp. 375.223 per kapita per bulan pada tahun 2016, dan Rp. 449.333 per kapita per bulan pada Tahun 2017.

f. Di Kabupaten Sumbawa, pengeluaran peserta KRPL terhadap pangan

berkisar antara Rp. 190.141 – Rp. 316.900 per bulan sedangkan pengeluaran penduduk di Kabupaten Sumbawa terhadap pangan adalah Rp. 448.411 per kapita per bulan Tahun 2016 dan Rp. 448.319 per kapita per bulan Tahun 2017.

g. Pemanfaatan pekarangan melalui KRPL memiliki dampak sosial dan

budaya yaitu menjadi ajang silaturrahmi, meningkatkan percaya diri, memberikan kesempatan untuk berorganisasi dan menjadi pengurus kelompok, menambah keterampilan budidaya, menyediakan tanaman obat bagi keluarga, menambah pengetahuan tentang kesehatan, dan sebagai tempat untuk memanfatkan limbah rumah tangga

h. Kelestarian kegiatan KRPL masih rendah karena kendala pembinaan,

ketersediaan air, kekurangan tenaga kerja, komitmen kelompok, kebijakan, kemitraan dan harmonisasi program dengan stake holder terkait.

LKjIP Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tahun 2018 Page 36

2) Pengembangan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan

a) Sosialisasi Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) Pengembangan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan melalui sosialisasi kepada Ketua dan Pengurus TP. PKK Kabupaten/Kota dilaksanakan bebersama-sama dengan TP PKK Provinsi pada awal tahun 2017 berupa pelaksanaan program TanCabGas di Hatinya PKK terkait lokasi dan pelaksanaan kelancaran agar suksesnya program.

Pengembangan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap menu makanan Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA) dan meningkatkan keterampilan masyarakat/wanita tani dalam pengolahan pangan yang berbasis pangan lokal. Kegiatan pengembangan P2KP terhadap menu B2SA diikuti oleh 2.000 orang dari 40 Kecamatan pada 10 Kabupaten/Kota se NTB yang terdiri dari TP. PKK Kecamatan, Kelompok Wanita Tani dan masyarakat setempat di masing-masing kecamatan. Adapun rincian peserta dapat disampaikan sebagai berikut :

Tabel 3.29

Kecamatan Pelaksana Pengembangan P2KP

No Kabupaten Kecamatan Desa Peserta

1 Kota Mataram Sandubaya 50

Cakranegara 50

2 Lombok Utara Gangga 50

3 Lombok Barat Gerung Dasan tapen 50

Gunung Sari Sesela 50

Kediri Ombe Baru 50

Labuapi Perampuan 50

4 Lombok Tengah Batukliang Utara Mas-mas 50

Kopang Kopang 50

Pujut Teruai 50

Praya Barat Penujak 50

5 Lombok Timur Sakra 50

Sakra Timur 50

Pringgasela 50

Masbagik 50

6 Sumbawa Barat Pototano 50

Brang Rea 50

Maluk 50

Sekongkang 50

7 Sumbawa Moyo Utara 50

Moyo Hilir 50 Lape 50 Tarano 50 8 Dompu Manggalewa 50 Kempo 50 Kilo 50 Pekat 50

9 Bima Lambu Mangge 50

Sape Buncu 50

Ambalawi Mawu 50

Tambora Kawinda To’i 50

LKjIP Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tahun 2018 Page 37

d. Terwujudnya Produk Pangan Segar yang aman dan bermutu

Pencapaian sasaran terwujudnya Produk Pangan Segar yang aman dan bermutu dapat disampaikan sebagai berikut:

Tabel 3.30

Capaian Sasaran Terwujudnya Produk Pangan Segar yang aman dan bermutu

Indikator Kinerja Satuan

Kondisi Awal 2013 2014 2015 2016 2017 2018 T R T R T R T R T R 8 Jumlah pangan segar yang tersertifikasi Sertifikat 70 5 21 5 8 - 17 30 41 30 27

Berdasarkan tabel diatas untuk mewujudkan Sasaran Terwujudnya terwujudnya Produk Pangan Segar yang aman dan bermutu dilaksanakan dengan indikator jumlah sertifikasi pangan segar. Sertifikasi Prima dimaksudkan untuk meningkatkan penanganan keamanan pangan segar asal tumbuhan yang memberikan jaminan mutu dan aman dikonsumsi. Kegiatan Sertifikasi Prima dilaksanakan oleh Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKPD) Provinsi NTB yang dibentuk melalui Keputusan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor 321 Tahun 2009 tanggal 23 Juni 2009. Pada tahun 2018 UPTD BPSMP Provinsi NTB memberikan Sertifikasi Prima 3 kepada 20 Komoditas Buah dan Sayur Segar dan Registrasi Produk Dalam kepada 8 Komoditas Pangan dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.31

Lokasi Penilaian Sertifikasi Prima 3 Tahun 2018

No Nama Pelaku Usaha Alamat Komoditi No. Sertifikat

1 Gapoktan Horsepen Ds. Pendua, Lombok Utara Buncis 52/08-3-2/033-013-07/2018

2 Gapoktan Horsepen Ds. Pendua, Lombok Utara Zukini 52/08-3-2/074-014-07/2018

3 Gapoktan Horsepen Ds. Pendua, Lombok Utara Gambas 52/08-3-2/050-015-07/2018

4 Husain Ds. Sambik Elen, Lombok Utara Buah Naga 52/08-3-1/008-016-07/2018

5 Mustiadai Ds. Lenek Duren, Lombok Timur Buah Naga 52/03-3-1/008-013-07/2018

6 H. L. Wiratmaja Ds. Tampak Siring, Loteng Durian 52/02-3-1/016-020-07/2018

7 Kelompok Pacu Karya Ds. Puyung, Lombok Tengah Cabai Merah 52/02-3-2/016-021-07/2018

8 Kelompok Pacu Karya Ds. Puyung, Lombok Tengah Cabai Rawit 52/02-3-2/017-022-07/2018

9 Napsiah Ds. Labulia, Lombok Tengah Sawo 52/02-3-1/051-023-07/2018

10 Rudi Hartono Ds. Sengkol, Lombok Tengah Buah Naga 52/02-3-1/008-024-07/2018

11 Halimah Ds. Gonjak, Lombok Tengah Manggis 52/02-3-1/037-025-07/2018

12 Poktan Montong Are

Bersatu Ds. Montong Are, Lombok Barat Bawang Merah 52/01-3-2/008-009-10/2018

13 Poktan Beriuk Pacu Ds. Ombe Baru, Lombok Barat Cabai Rawit 52/01-3-2/017-010-10/2018 14 Poktan Giri Tembesi Ds. Giri Tembesi, Lombok Barat Kecipir 52/01-3-2/033-011-10/2018

15 Poktan So Ncoha Kalo I Ds. Risa, Kab. Bima Bawang Merah 52/06-3-2/008-011-10/2018

16 Sahabuddin Ds. Serading, Kab. Sumbawa Bawang Merah 52/04-3-2/008-011-10/2018

17 Sukrin Ds. Panda, Kab. Bima Mangga 52/06-3-1/036-012-10/2018

18 Poktan Hasil Karya Ds. Kateng, Lombok Tengah Bawang Merah 52/02-3-2/008-026-10/2018

19 Poktan Hasil Karya Ds. Kateng, Lombok Tengah Semangka 52/02-3-1/052-027-10/2018

LKjIP Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tahun 2018 Page 38

Tabel 3.32

Penilaian Registrasi Produk Dalam Tahun 2018

NO UNIT/PELAKU Alamat No. Registrasi Produk Dalam

1 Gapoktan Mule Jati Ds. Gelogor, Lombok Barat KEMTAN RI PD 52.01-II.I.00-00008-07/2018 2 Gapoktan Sumber Sari Ds. Mekar Sari, Lombok Barat KEMTAN RI PD 52.01-II.I.00-00009-07/2018 3 Gapoktan Bangkit Kembali Ds. Pendem, Lombok Tengah KEMTAN RI PD 52.02-II.I.00-00026-07/2018 4 Gapoktan Sinar Rinjani Ds. Teratak, Lombok Tengah KEMTAN RI PD 52.02-II.I.00-00027-07/2018 5 Gapoktan Saling Pariri Ds. Baru Tahan, Sumbawa KEMTAN RI PD 52.04-II.I.00-00009-07/2018 7 UD. Dua Dara Ds. Boak, Sumbawa KEMTAN RI PD 52.04-II.I.00-00010-07/2018 8 CV. Bintang Jaya Ds. Mangge Asih, Dompu KEMTAN RI PD 52.05-II.I.00-00002-07/2018

Adapun jumlah sertifikat yang telah dikeluarkan oleh UPTD bersama OKKPD sampai dengan tahun 2018 adalah sebanyak 122 sertifikat. Berikut disampaikan trend kenaikan jumlah sertifikat tahun 2010 sd 2018

No Tahun Jumlah Total Sertifikasi Registrasi 1 2010 3 0 3 2 2011 2 0 2 3 2012 6 0 6 4 2013 7 0 7 5 2014 3 0 3 6 2015 8 0 8 7 2016 20 2 22 8 2017 41 3 44 9 2018 20 7 27 Total 110 12 122

Beberapa kegiatan yang dilaksanakan dalam upaya meningkatnya kesadaran, pengetahuan dan pemahaman aparat/petugas dan petani/pengusaha buah dan sayur segar akan pentingnya sistem manajemen mutu dan keamanan pangan segar adalah :

1. Sosialisasi Keamanan Pangan Segar

Sosialisasi Keamanan Pangan Segar dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran pengetahuan dan pemahaman pelaku usaha akan pentingnya sistem manajemen mutu dan keamanan pangan segar, serta memberikan informasi perlunya sertifikasi prima 3 dalam rangka meningkatkan pemasaran hasil produk pertanian segar ke Luar Negeri. Karena dibeberapa negara tetangga mensyaratkan adanya sertifikat keamanan pangan bagi produk yang masuk.

LKjIP Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tahun 2018 Page 39

Pada Tahun 2018, sosialisasi dilaksanakan di 4 Kabupaten yaitu Kabupaten Sumbawa, Kabupaten Bima, Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Utara dengan masing-masing peserta sebanyak 50 orang.

2. Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan Segar

Kurangnya pemahaman masyarakat tentang keamanan pangan buah dan sayur segar menuntut adanya peningkatan upaya-upaya untuk memberikan

Dokumen terkait