• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

LKjIP Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tahun 2018 Page ii

KATA PENGANTAR

(3)

LKjIP Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tahun 2018 Page iii

Puji syukur hanya kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat, kekuatan dan kesehatan yang diberikan kepada kita sekalian, sehingga penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Badan Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2018 dapat terselesaikan dengan baik.

Tujuan disusunnya laporan ini adalah sebagai bentuk pertangungjawaban dari upaya-upaya yang telah dilakukan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan masyarakat yang diindikasikan dengan berjalannya sistem ketahanan pangan yaitu: 1) subsistem ketersediaan pangan, 2) subsistem keterjangkauan pangan dan 3) subsistem konsumsi dan keamanan pangan dan gizi.

Disadari bahwa, LKjIP ini masih belum sempurna, namun diharapkan dapat memenuhi fungsinya sebagai bahan evaluasi dan informasi yang sekaligus sebagai bahan masukan untuk penyusunan kebijakan pembangunan ketahanan pangan dimasa mendatang.

Kepada semua pihak yang telah memberikan masukan, saran dan menyumbangkan pemikiran dalam penyelesaian LKjIP ini disampaikan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Mataram, 20 Februari 2018

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat,

drh. H. AMINURRAHMAN, M.Si. Pembina Utama Muda

NIP. 19620917 199003 1 007

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... _ i DAFTAR ISI ... _ ii

(4)

LKjIP Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tahun 2018 Page iv RINGKASAN EKSEKUTIF ... _iii BAB I PENDAHULUAN ... _ 1

A. Latar Belakang ... _ 1 B. Tujuan dan Sasaran ... _ 3 C. Tugas Pokok dan Fungsi, Struktur Organisasi dan Sumberdaya Manusia ... _ 3 D. Lingkungan Strategis yang Mempengaruhi ... _ 7 BAB II PERENCANAAN KINERJA ... –9 A. Perencanaan ... _ 9

1. Visi dan Misi ... 2. Tujuan ... 3. Sasaran ... 4. Indikator Kinerja Utama ... _ 9 B. Perjanjian Kinerja ... _ 10 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ... _ 11 A. Capaian Kinerja Organisasi ... _ 12 1. Pencapaian Indikator Kinerja RPJMD ... _ 12 2. Pengukuran Pencapaian Sasaran Strategis ... _ 16 B. Realisasi Anggaran ... _ 48 1. Realisasi Anggaran ... _ 12 2. Efisiensi Penggunaan Sumberdaya ... _ 16

BAB IV PENUTUP ... _ 51

LAMPIRAN

Lampiran 1 Perjanjian Kinerka

Lampiran 2 Pengukuran dan Pencapaian Kinerja Lampiran 3 Pernyataan telah di review

RINGKASAN EKSEKUTIF

Pangan adalah kebutuhan dasar manusia paling utama, karena itu pemenuhan pangan merupakan bagian dari hak asasi manusia. Pemenuhan pangan juga sangat penting sebagai komponen dasar untuk

(5)

LKjIP Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tahun 2018 Page v mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Mengingat pentingnya memenuhi kecukupan pangan, setiap negara akan mendahulukan pembangunan ketahanan pangannya sebagai fondasi bagi pembangunan sektor-sektor lainnya.

Komitmen Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan daerah sangat kuat, hal ini tertuang jelas dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2005-2025 yaitu “Mewujudkan masyarakat sejahtera dengan

menjamin ketersediaan pangan dan gizi masyarakat yang diarahkan untuk menjaga ketahanan dan kemandirian pangan daerah dengan mengembangkan kemampuan produk di daerah; memperkuat kelembagaan ketahanan pangan di daerah yang mampu menjamin pemenuhan kebutuhan pangan ditingkat rumah tangga yang cukup, baik jumlah maupun mutu gizinya, aman dan terjangkau; dan mengembangkan sumber-sumber pangan yang beragam sesuai dengan keragaman lokal”.

Tujuan Pembangunan Ketahanan Pangan Provinsi NTB adalah Terpenuhinya ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup berdasarkan pendekatan Pola Pangan Harapan (PPH), dengan kualitas yang memadai tersedia sepanjang waktu, harga yang terjangkau, aman untuk dikonsumsi, melalui peningkatan produktifitas, pengembangan produk olahan, penganekaragaman konsumsi pangan, serta terintegrasi dalam suatu sistem ketahanan pangan yang didukung oleh kelembagaan pangan yang mantap dan partisipasi masyarakat.

Hasil pelaksanaan pembangunan ketahanan pangan salah satunya digambarkan melalui capaian Skor PPH. Capaian skor PPH tahun 2018 sebesar 82,80, hal ini menggambarkan bahwa tingkat keragaman dan mutu gizi konsumsi pangan penduduk relatif masih rendah, namun jika dilihat dari trend peninngkatan skor PPH dari tahun 2009-2013 cukup bagus meningkat sebesar 1,13% pertahun, hal ini menunjukkan perbaikan pola konsumsi pangan masyarakat kearah yang lebih baik.

Sebagai upaya pemecahan masalah ketahanan pangan, telah dilakukan upaya-upaya sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat terkait upaya penyediaan pangan, distribusi pangan dan konsumsi pangan, serta meningkatkan peran Dewan Ketahanan Pangan dalam memberikan pemahaman kepada para pengambil kebijakan tentang pentingnya pembangunan ketahanan pangan didaerah dalam rangka mendukung ketahanan nasional.

BAB I

PENDAHULUAN

E. Latar Belakang

Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun

(6)

LKjIP Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tahun 2018 Page 3

mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Oleh karena terpenuhinya pangan menjadi hak asasi bagi masyarakat, melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam Pasal 7 huruf m dan Pasal 8, urusan ketahanan pangan merupakan urusan wajib berkaitan dengan pelayanan dasar dalam pemenuhan kebutuhan hidup minimal. Pemenuhan pangan juga sangat penting sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas.

Dalam penyelenggaraan ketahanan pangan, peran pemerintahan daerah untuk mewujudkan ketahanan pangan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 adalah melaksanakan dan bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan ketahanan pangan diwilayah dan mendorong keikutsertaan masyarakat dalam penyelenggaraan ketahanan pangan, dilakukan dengan : a) memberikan informasi dan pendidikan ketahanan pangan; b) meningkatkan motivasi masyarakat; c) membantu kelancaran penyelenggaraan ketahanan pangan; d) meningkatkan kemandirian ketahanan pangan.

Pemerintah bersama masyarakat bertanggungjawab mewujudkan ketahanan pangan. Pemerintah menyelenggarakan pengaturan, pembinaan, pengendalian, dan pengawasan terhadap ketersediaan pangan yang cukup, baik jumlah dan mutunya, aman, bergizi, beragam, merata dan terjangkau oleh daya beli masyarakat. Selanjutnya, masyarakat berperan dalam menyelenggarakan produksi dan penyediaan, perdagangan dan distribusi, serta sebagai konsumen yang berhak memperoleh pangan yang aman dan bergizi.

Untuk mewujudkan ketahanan pangan, komitmen Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2005-2025 yaitu “Mewujudkan masyarakat

sejahtera dengan menjamin ketersediaan pangan dan gizi masyarakat yang diarahkan untuk menjaga ketahanan dan kemandirian pangan daerah dengan mengembangkan kemampuan produk di daerah; memperkuat kelembagaan ketahanan pangan di daerah yang mampu menjamin pemenuhan kebutuhan pangan ditingkat rumah tangga yang cukup, baik jumlah maupun mutu gizinya, aman dan terjangkau; dan mengembangkan sumber-sumber pangan yang beragam sesuai dengan keragaman lokal”.

Dalam rangka memenuhi komitmen tersebut Pemerintah Provinsi NTB telah menetapkan Program Peningkatan Ketahanan Pangan dengan tujuan untuk: (1) meningkatkan keanekaragaman produksi, ketersediaan dan konsumsi pangan bersumber pangan ternak, ikan, tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, beserta produk-produk olahannya; (2) mengembangkan kelembagaan pangan yang menjamin peningkatan produksi, serta konsumsi yang lebih beragam; (3) mengembangkan usaha bisnis pangan; dan (4) menjamin ketersediaan pangan berrgizi bagi masyarakat.

Dalam rangka mengarahkan kinerja Badan Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat sasaran yang akan dicapai adalah: (1) terpeliharanya kemantapan ketersediaan pangan sesuai dengan kebutuhan konsumsi penduduk setiap waktu; (2) terbinanya kelancaran distribusi pangan dengan harga yang terjangkau dalam lintas waktu dan wilayah, serta meningkatkannya peran masyarakat dalam pengembangan kelembagaan distribusi dan stabilitasi harga pangan; (3) terciptanya keanekaragaman konsumsi pangan masyarakat dan terbinanya masyarakat dalam penganekaragaman sumber

(7)

LKjIP Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tahun 2018 Page 4

bahan pangan berbasis potensi lokal dan industri pengolahan pangan; (4) terlaksanannya sistem kewaspadaan pangan dan gizi serta terpantaunya mutu dan keamanan pangan masyarakat; (5) terwujudnya pemenuhan pangan bagi penduduk wilayah pedesaan yang didukung kelembagaan penunjang lainnya.

Terkait dengan hal tersebut telah disusun visi misi, tujuan, sasaran, kebijakan, program dan kegiatan yang dirumuskan dengan mengintegrasikan kebijakan pemerintah dengan memperhatikan aspirasi masyarakat guna pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan ketahanan pangan yang dirumuskan dalam Rencana Strategis Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB.

Selanjutnya dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa, melalui Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, setiap lembaga negara wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya serta kewenangan pengelolaan sumberdaya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang ditetapkan oleh masing-masing instansi. Untuk itu disusun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2018.

F. Tujuan dan Sasaran

1. Tujuan

Mempertanggungjawabkan tugas pokok dan fungsi serta kewenangan pengelolaan sumber daya dan anggaran dengan didasarkan pada perencanaan strategis dan target kinerja yang telah ditetapkan.

2. Sasaran

Diketahuinya capaian kinerja pembangunan ketahanan pangan yang telah dilaksanakan pada tahun 2018.

G. Tugas Pokok dan Fungsi, Struktur Organisasi dan Sumberdaya Manusia 1. Tugas Pokok dan Fungsi

Dinas Ketahanan Pangan dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 11 Tahun 2016 tanggal 15 Desember 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor 50 Tahun 2016 tanggal tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan tugas pokok Melaksanakan Penyusunan dan Pelaksanaan Kebijakan Daerah dibidang Pangan.

Dalam pelaksanaan tugas pokok dimaksud Dinas Ketahanan Pangan menyelenggarakan fungsi-fungsi sebagai berikut :

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang ketahanan pangan;

b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah dibidang ketahanan pangan;

c. Pengkoordinasian dan pembinaan pelaksanaan tugas dibidang ketahanan pangan; d. Pengendalian dan evaluasi pelaksanaan tugas dibidang ketahanan pangan;

(8)

LKjIP Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tahun 2018 Page 5

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2. Struktur Organisasi

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat dilengkapi dengan struktur organisasi sebagai berikut :

a. Kepala Dinas.

b. Sekretariat yang terdiri dari :

1. Subbagian Program

2. Subbagian Keuangan

3. Subbagian Umum dan Kepegawaian

c. Bidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan terdiri dari

1. Seksi Ketersediaan Pangan

2. Seksi Kerawanann Pangan

d. Bidang Distribusi dan Cadangan Pangan, terdiri dari : 1. Seksi Distribusi Pangan

2. Cadangan Pangan

e. Bidang Konsumsi dan Keamanan Pangan, terdiri dari :

1. Seksi Konsumsi Pangan

2. Seksi Keamanan Pangan

f. Unit Pelaksana Teknis Dinas

1. Tata Usaha

2. Seksi Pelayanan Teknis

3. Seksi Pengujian Mutu Pangan

g. Kelompok Jabatan Fungsional

Gambar 1.1

Struktur Organisasi Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat

(9)

LKjIP Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tahun 2018 Page 6

3. Sumberdaya Aparatur

Dalam pelaksanaan tugas dan kegiatan, baik tugas rutin maupun kegiatan yang telah terprogram dalam upaya pencapaian kinerja, Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB didukung oleh 72 orang pegawai. Komposisi sumberdaya manusia pada Dinas

(10)

LKjIP Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tahun 2018 Page 7

Ketahanan Pangan Provinsi NTB berdasarkan tingkat pendidikan, golongan kepangkatan, maupun kelompok usia disampaikan pada tabel berikut.

Tabel 1.1

Keadaan Pegawai DKP NTB Berdasarkan Golongan Tahun 2018

No Status Golongan Jumlah I II III IV 1. CPNS - - - - - 2. PNS 3 13 43 9 68 3. Jabatan Fungsional - - 2 2 4

4. Pegawai Tidak Tetap (PTT) - - - - -

JUMLAH 3 13 45 11 72

Sumber : Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tabel 1.2

Keadaan Pegawai DKP NTB Dirinci Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2018

No Pendidikan CPNS PNS Kelompok

Fungsional Honorer Jumlah

1. Doktor - - - - - 2. Strata 2 - 8 - - 8 3. Strata 1 - 46 4 - 50 4. D3 - 1 - - 1 5. SLTA - 8 - - 8 6. SLTP - 2 - - 2 7. SD - 3 - - 2 Jumlah - 68 4 - 72

Sumber : Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB.

H. Lingkungan Strategis yang Mempengaruhi

Penyusunan perencanaan strategis sebagai awal penetapan kebijakan diharapkan mampu menjawab tuntutan perkembangan lingkungan strategis, nasional dan regional, oleh karena itu perlu dilakukan analisis lingkungan strategis yang merupakan perpaduan

(11)

LKjIP Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tahun 2018 Page 8

antara kemampuan sumberdaya manusia dengan sumberdaya alam yang tersedia terutama guna pengembangan pembangunan ketahanan pangan dan peningkatan kesejahteraan petani. Analisis lingkungan strategis meliputi analisa lingkungan internal dan lingkungan eksternal sebagai berikut :

1. Analisis Lingkungan Internal

Analisis lingkungan internal dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor internal yang dapat berpengaruh terhadap keberhasilan dan aktualisasi peran dari organisasi seperti yang tertuang dalam struktur organisasi tersebut diatas yang dapat mendukung organisasi Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB. Oleh karena itu analisis lingkungan strategis internal perlu dilakukan. Analisa lingkungan internal meliputi kekuatan dan kelemahan sebagai berikut :

b. Kekuatan

1) Tersedianya sumberdaya manusia yang cukup memadai;

2) Adanya dukungan pembiayaan melalui dana APBN dan APBD; 3) Tersedianya sarana prasarana dan fasilitas kerja dalam jumlah cukup; 4) Adanya Rencana Kerja Tahunan, Petunjuk Pelaksanaan untuk

masing-masing kegiatan serta Standar Operating Prosedur sebagai rambu-rambu pelaksanaan kegiatan;

5) Koordinasi internal antar staf, kasubbid dan kepala bidang berjalan baik. b. Kelemahan

1) Kapasitas sarana teknologi informasi dan penguasaan staf terhadap teknologi informasi (komputer, internet) masih belum optimal;

2) Pemahaman staf terhadap tugas dan fungsi Badan Ketahanan Pangan Provinsi NTB masih terbatas;

3) Pemberdayaan aparatur melalui diklat masih kurang;

4) Terbatasnya upaya yang dilakukan dalam rangka pembinaan yang berkelanjutan terhadap sumberdaya aparatur;

5) Masih rendahnya kualitas sumberdaya manusia menyangkut keterampilan dan manajemen.

(12)

LKjIP Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tahun 2018 Page 9

Analisis lingkungan eksternal dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor eksternal yang dapat berpengaruh terhadap keberhasilan dan aktualisasi peran dari organisasi. Analisa lingkungan eksternal meliputi peluang dan ancaman sebagai berikut :

a. Peluang

1) Adanya kebijakan regulasi berupa Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Peraturan Daerah, Peraturan Gubernur yang mendukung pembangunan ketahanan pangan;

2) Tersedianya sumberdaya alam dan sumberdaya manusia untuk menghasilkan dan mengembangkan produk yang mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif;

3) Semakin mudahnya kelompok masyarakat mengakses informasi yang dibutuhkan dan dapat membuka peluang dalam mengembangkan kegiatan usahanya;

4) Banyaknya instansi yang terlibat dalam penanganan ketahanan pangan;

5) Keanekaragaman produk pangan lokal dari hulu hingga hilir dalam bentuk olahan.

b. Ancaman

1) Kapasitas kemandirian masyarakat dalam membangun ketahanan pangan tingkat rumah tangga masih rendah;

2) Integrasi program antar instansi terkait belum terkoordinir dengan baik;

3) Data dan informasi tentang pangan untuk menunjang pelaksanaan program kebijakan pemerintah terutama pengentasan kemiskinan belum akurat;

4) Masih terbatasnya pengetahuan dan kemampuan pelaku usaha dalam inovasi teknologi;

5) Stabilitas harga komoditas pangan sulit dipertahankan terutama pada saat panen raya dan paceklik.

3. Analisis Interaksi

Analisis ini dilakukan dengan mencermati hubungan antara faktor internal dan eksternal yang telah diuraikan tersebut diatas sebagai berikut :

a. Interaksi Kekuatan dengan Peluang

Dalam mencermati interaksi antara kekuatan dengan peluang yaitu mendayagunakan kekuatan yang dimiliki berupa sumberdaya manusia, sarana dan prasarana untuk memanfaatkan peluang yang ada dalam peningkatan pengembangan ketahanan pangan seperti peluang pasar dalam menjual produk pertanian. Peluang bantuan dari pihak luar dapat dimanfaatkan sebagai sarana pembangunan pertanian dan pemberdayaan masyarakat dan pembinaan oleh instansi pemerintah/swasta. Melalui interaksi kekuatan dan peluang diharapkan kinerja dapat lebih efektif dan efisien.

(13)

LKjIP Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tahun 2018 Page 10

Dengan kekuatan yang dimiliki dapat dimanfaatkan secara maksimal, efektif dan efisien untuk mengantisipasi segala ancaman yang dirasakan melalui pembinaan pelaku usaha, koordinasi dengan instansi terkait, sosialisasi dan fasilitasi dalam meningkatkan ketahanan pangan sampai tingkat rumah tangga.

c. Interaksi Kelemahan dengan peluang

Peningkatan kapasitas aparat/staf melalui pembinaan, pelatihan, pendidikan sehingga secara kelembagaan/institusi mampu memanfaatkan peluang dalam rangka peningkatan kinerja.

d. Interaksi Kelemahan dengan Ancaman

Memperbaiki kelemahan melalui pembinaan-pembinaan, pelatihan/ pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan dalam mengeliminir kelemahan dan ancaman yang dihadapi sehingga dapat menunjang kinerja ketahanan pangan.

(14)

LKjIP Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tahun 2018 Page 11

PERENCANAAN KINERJA

A. Perencanaan

Dokumen perencanaan tahunan daerah yang digunakan sebagai acuan perencanaan pembangunan dan penyusunan anggaran tahun 2017 adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2013-2018 yang telah ditetapkan melalui Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 1 Tahun 2017 tanggal 6 Januari 2017. RPJMD Provinsi NTB memuat tentang Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi, Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah.

Dalam rangka pencapaian misi pembangunan Provinsi NTB Tahun 2013-2018, Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB mendukung pencapaian misi ke lima yaitu “meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mempercepat penurunan kemiskinan dan mengembangkan keunggulan daerah” dengan tujuan “meningkatkan efektivitas pemanfaatan sumberdaya alam dan sasaran termanfaatkannya SDA yang sesuai dengan daya dukung lingkungan melalui indikator Skor Pola Pangan Harapan.

1. Visi dan Misi a. Visi

Visi Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB 2014-2018, tidak terlepas dari Visi Pemerintah Daerah Provinsi NTB yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) NTB 2014-2018 seperti yang tertuang dalam Peraturan Daerah NTB Nomor 2 Tahun 2014, yaitu “Mewujudkan Masyarakat Nusa Tenggara Barat Yang Beriman, Berbudaya, Berdayasaing dan Sejahtera”.

Mengacu pada visi Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat, maka ditetapkan visi Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tengara Barat (NTB) periode 2014-2018 adalah “Terwujudnya Ketahanan Pangan Menuju Masyarakat Sejahtera Berbasis Pangan Lokal”.

b. Misi

Dalam rangka mewujudkan Visi tersebut, dirumuskan Misi Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tahun 2014-2018 sebagai berikut :

1) Meningkatkan ketersediaan dan kewaspadaan pangan dan gizi

2) Meningkatkan kerawanan pangan

3) Meningkatkan keterjangkauan dan kestabilan harga pangan

4) Meningkatkan keanekaragaman konsumsi pangan dan gizi masyarakat

5) Meningkatkan keamanan pangan segar

6) Terwujudnya pelaksanaan pembangunan ketahanan pangan

(15)

LKjIP Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tahun 2018 Page 12

Tujuan dari misi yang ditetapkan adalah :

a. Terwujudnya kemantapan ketersediaan pangan berbasis kemandirian ditingkat

rumah tangga

b. Meningkatkan penanganan rawan pangan

c. Memperkuat distribusi pangan

d. Meningkatkan cadangan pangan pemerintah dan masyarakat

e. Meningkatkan konsumsi pangan masyarakat untuk memenuhi kecukupan gizi yang bersumber dari pangan lokal

f. Meningkatkan penanganan keamanan pangan dan mutu pangan segar

g. Meningkatkan koordinasi pelaksanaan pembangunan ketahanan pangan

3. Sasaran

Sasaran dari tujuan yang ditetapkan adalah sebagai berikut :

a. Meningkatkan ketersediaan pangan yang beragam

b. Menurunnya jumlah penduduk rawan pangan

c. Stabilitas harga pangan pokok ditingkat produsen dan konsumen

d. Cadangan Pangan Pemerintah dan Masyarakat

e. Meningkatnya kuantitas dan kualitas konsumsi pangan masyarakat

f. Meningkatnya keamanan pangan segar yang aman dan bermutu

g. Meningkatnya koordinasi pelaksanaan pembangunan ketahanan pangan

4. Indikator Kinerja Utama

Dalam rangka pencapaian target Indikator Utama dalam misi kelima RPJMD yaitu Skor Pola Pangan Harapan, Sasaran RPJMD 2013-2018 yang menjadi acuan dan pedoman kerja Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB adalah Skor Pola Pangan Harapan (PPH), seperti pada tabel berikut:

Tabel 2.1

Indikator Kinerja SKPD Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB

No. Indikator Satuan

Kondisi Kinerja Pada Awal Periode RPJMD

Target Capaian Setiap Tahun

Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD 2014 2015 2016 2017 2018 1 Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Point 78,70 79,40 80,20 80,90 81,70 82,50 82,50 B. Perjanjian Kinerja

(16)

LKjIP Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tahun 2018 Page 13

Dalam rangka mewujudkan target kinerja tahun 2018, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat, telah menandatangani perjanjian kinerja dengan Gubernur Nusa Tenggara Barat. Perjanjian kinerja tersebut memuat target kinerja yang harus dicapai selama tahun 2018.

Tabel 2.2

Perjanjian Kinerja Tingkat Satuan Kerja Perangkat Daerah Tahun 2018

No. Sasaran Strategis

Indikator Kinerja

Uraian Satuan Target

1 2 3 4 5

1 Meningkatnya Ketersediaan Pangan yang Beragam

1 Ketersediaan Pangan yang Beragam (PPH Ketersediaan)

Skor 91,95

2 Menurunnya Jumlah Penduduk Rawan Pangan

2 Penurunan jumlah penduduk rawan pangan

Persen 1% 3 Stabilitas Harga Pangan Pokok

di tingkat Produsen dan Konsumen

3 Standar Deviasi Harga >HPP 3.700 4 Koefisien variasi pangan

(beras) di tingkat produsen

CV<5 5

4 Cadangan Pangan Pemerintah dan Masyarakat

5 Jumlah cadangan pangan pemerintah dan masyarakat

Ton 15

5 Meningkatnya Kuantitas dan kualitas Konsumsi Pangan Masyarakat

6 Kuantitas dan Kualitas Konsumsi Pangan Masyarakat (Skor PPH Konsumsi)

Skor 82,50

6 Meningkatnya produk pangan segar yang aman dan bermutu

7 Jumlah pangan segar yang tersertifikasi Sertifikat 30 7 Terwujudnya koordinasi pelaksanaan pembangunan ketahanan pangan 8 Jumlah rekomendasi pelaksanaan pembangunan ketahanan pangan Rekomendasi 2

BAB III

(17)

LKjIP Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tahun 2018 Page 14

AKUNTABILITAS KINERJA

Akuntabilitas merupakan bentuk perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik. Terkait dengan hal tersebut, maka dalam penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP/LKjIP) ini disajikan pengukuran dan evaluasi dari hasil yang telah dicapai Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2018. Pengukuran kinerja ini didasarkan pada target kinerja sasaran yang telah ditetapkan pada awal Tahun 2018.

Landasan penyusunan LKjIP Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2013-2018, Rencana Strategis (Renstra) Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2013-2018, dokumen Perjanjian Kinerja dan Realisasi Kinerja Tahun 2018. LKjIP menguraikan informasi terkait pelaksanaan, pencapaian sasaran strategis dan indikator keberhasilan dalam pencapaian Perjanjian Kinerja dan pencapaian target indikator sasaran yang telah ditetapkan.

A. Capaian Kinerja Organisasi

Capaian Kinerja Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat diukur berdasarkan pencapaian indikator kinerja RPJMD dan indikator kinerja Perjanjian Kinerja Tahun 2018, dilakukan dengan membandingkan target kinerja 2018 serta realisasi tahun-tahun sebelumnya. Tujuan dilakukan pengukuran kinerja adalah untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pencapaian sasaran strategis. Capaian Kinerja Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tahun 2018 dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pencapaian Indikator Kinerja RPJMD

Sasaran Strategis RPJMD 2013-2018 yang menjadi tanggung jawab Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah Meningkatnya Diversifikasi Pangan dengan Indikator Kinerja Skor Pola Pangan Harapan (PPH).

Pola Pangan Harapan (PPH) atau Desirable Dietary Pattern adalah susunan beragam pangan atau kelompok pangan yang didasarkan atas sumbangan energi terhadap total energi dari kelompok pangan utama (baik secara absolut maupun relatif) dari suatu pola ketersediaan dan atau konsumsi pangan yang mampu mencukupi kebutuhan konsumsi pangan penduduk secara kualitas, kuantitas maupun keragamannya, dengan mempertimbangkan aspek-aspek sosial, ekonomi, budaya, agama dan cita rasa.

Pola Pangan Harapan (PPH) menggambarkan kualitas konsumsi pangan masyarakat untuk hidup sehat dan dikatakan ideal bila mendekati skor 100 berdasarkan kesepakatan Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi tahun 1998 yang menggunakan bobot (rating) FAO RAPA (1989) yang terus disempurnakan menjadi Pola Pangan Harapan (PPH) tahun 2020.

Pola pangan harapan (PPH) dihitung dengan mengelompokkan pangan menjadi 9 kelompok pangan berdasarkan data susenas yang dipersentase kemudian dikalikan dengan kecukupan konsumsi energi pangan sebesar 2.000 (Kkal/kap/hari) dan kecukupan konsumsi protein (52 gram/kap/hari).

Perkembangan capaian PPH dari tahun 2015-2018 disampaikan sebagai berikut:

(18)

LKjIP Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tahun 2018 Page 15

Tabel 3.1

Perkembangan Capaian Pola Pangan Harapan (PPH) Tahun 2015-2018

Sasaran

Strategis Indikator Satuan

Realisasi Kinerja 2018 Capaian 2018 Terhadap (%)

Target Akhir RPJMD 2018 2015 2016 2017 T R Realisasi 2015 Realisasi 2016 Realisasi 2017 Thd Target Thn 2018 Thd Target Akhir 2018 1 2 3 4 5 6 7 8 9 =8:4 x100% 10 = 8:5 x100% 11 = 8:6 x100% 12 = 8:7 x100% 13 = 8:14 x100% 12 Termanfaatkan nya SDA yang sesuai dengan daya dukung lingkungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Point 81,3 80,9 82,1 82,5 82,8 100,86 101,36 100,85 100,37 99,39 82,5

Pemenuhan konsumsi pangan seyogyanya tidak hanya ditekankan pada aspek kuantitas, tetapi yang juga tidak kalah pentingnya kualitas konsumsi pangan atau keanekaragaman konsumsi pangan dengan gizi berimbang. Proporsi energi dari setiap kelompok pangan terhadap total anjuran konsumsi energi memberikan gambaran kualitas atau keragaman dan keseimbangan gizi, yang ditunjukkan dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH).

Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi adalah Indikator Kinerja Kunci (IKK) Dinas Ketahanan Pangan Provinsi dan merupakan Indikator Kinerja RPJMD 2013-2018. Pola pangan harapan (PPH) dihitung dengan mengelompokkan pangan menjadi 9 kelompok pangan berdasarkan data SUSENAS yang dipersentasekan kemudian dikalikan dengan kecukupan konsumsi energi pangan sebesar 2.000 (Kkal/kap/hari) dan kecukupan konsumsi protein (52 gram/kap/hari).

Sebagai indikator kualitas konsumsi pangan masyarakat, pada tahun 2018 realisasi PPH Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 82,8 atau 100,36% dari target yang ditetapkan sebesar 82,5. Perkembangan rata-rata kualitas konsumsi pangan penduduk Nusa Tenggara Barat dalam periode 2014-2018 yang ditunjukkan dengan pencapaian skor PPH terus meningkat setiap tahunnya dengan peningkatan rata-rata sebesar 0,90% per tahun.

(19)

LKjIP Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tahun 2018 Page 16

Grafik 3.1 Perkembangan Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2014 sd 2018

Perkembangan kualitas konsumsi selama 2014-2018 ini masih jauh dari kondisi ideal sebesar 100. Belum idealnya kualitas konsumsi pangan ini terjadi karena pola konsumsi pangan masih sangat tergantung pada padi-padian, dan masih kurang dalam hal konsumsi pangan hewani, umbi-umbian, kacang-kacangan.

Jika dibandingkan dengan dengan kualitas konsumsi pada tahun 2017 maka pada tahun 2018 terjadi peningkatan pada kelompok pangan umbi-umbian, pangan hewani. Sedangkan kelompok pangan yang mengalami penurunan kacang-kacangan, gula dan sayur dan buah. Bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya sebagian besar komponen mengalami penurunan kecuali umbi-umbian. Sedangkan pangan hewani mengalami fluktuasi konsumsi yang cenderung meningkat.

Tabel 3.2 Perkembangan Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi Nusa Tenggara Barat Periode Tahun 2014–2018

No Kelompok Pangan Konsu msi Ideal (gr/kap / hari)

Konsumsi Aktual Tahun (gr/kap/hari) Skor Pola Pangan Harapan

2014 2015 2016 2017 2018 Ideal 2014 2015 2016 2017 2018 1 Padi-padian 275 354,7 356,3 344,2 363,2 362,60 25 25 25 25,0 25,0 25,0 Beras - 321,4 320,9 320,6 2 Umbi-umbian 100 24,1 19 19 22,1 31,40 2,5 0,7 0,6 0,7 0,7 1,1 3 Pangan Hewani 150 108,4 118,4 115,4 87,9 95,70 24,0 14,9 15,4 16,2 15,6 16,3 4 Minyak dan Lemak 20 18,5 21,2 18,9 21 21,20 5,0 4,1 4,7 4,7 5,0 5,0 5 Buah/Biji

Berminyak

10 3,9 4,7 3,3 3,4 3,60 1,0 0,5 0,6 0,6 0,7 0,7 6 Kacang-kacangan 35 22,2 23 20,4 21,6 20,10 10,0 7,8 7,8 6,7 6,7 6,4 7 Gula 30 14,6 17,2 11,9 16,7 16,20 2,5 1,3 1,6 1,4 2,0 2,0 8 Sayur dan Buah 250 275,4 269 251,9 197,2 186,80 30,0 25,4 25,6 26,4 26,2 26,2

9 Lain-lain - 100,3 57,4 68,1 85,3 73,0 0,0 - - - - -

(20)

LKjIP Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tahun 2018 Page 17

Perkembangan jumlah dan jenis bahan pangan yang dikonsumsi mencerminkan tingkat kemampuan rumah tangga dalam mengakses pangan, yang dipengaruhi berbagai faktor seperti pendapatan rumah tangga, ketersediaan bahan pangan yang terdistribusi secara merata dengan harga yang terjangkau, serta pemahaman dan tingkat kesadaran gizi masyarakat.

Konsumsi pangan, baik secara kuantitas maupun kualitas, harus dipenuhi agar setiap orang dapat hidup sehat, aktif dan produktif. Gambaran pemenuhan kuantitas konsumsi pangan diketahui dari tingkat konsumsi energi dan protein, yaitu proporsi konsumsi energi atau protein aktual terhadap Angka Kecukupan Gizi/AKG (rekomendasi Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi/WNPG Tahun 2004, yaitu Angka Kecukupan Energi/AKE 2000 kkal/kapita/hari, dan Angka Kecukupan Protein/AKP sebesar 52 gram/kapita/hari).

Capaian konsumsi pangan penduduk Nusa Tenggara Barat pada tahun 2018 meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2017. Di Tahun 2018 konsumsi energi Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 2.395,6 kkal/kap/hari dari 2.374 kkal/kap/hari di tahun 2017. Secara kuantitatif pada periode 2014-2018 menunjukkan tingkat konsumsi energi yang terus meningkat, dengan laju peningkatan rata-rata sebesar 4,10 persen per tahun dan berada di atas rekomendasi WNPG yakni sebesar 2.025 dan 2.048 kkal. Sementara itu, konsumsi protein penduduk Nusa Tenggara Barat sudah melebihi Angka Kecukupan Protein (AKP) 52 gr/kapita/hari. Pada tahun 2018 tingkat konsumsi protein penduduk NTB sebesar 76,4 gr/kapita/tahun atau 23,6% dari target AKP Rekomendasi WNPG tahun 2004. Namun peningkatan konsumsi energi dan protein masih didominasi dari sumber pangan nabati dibandingkan dengan pangan hewani terutama beras.

Tabel 3.3 Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2014 s.d 2018

No Uraian Ideal Tahun Perkem-bangan Per Tahun (%) 2014 2015 2016 2017 2018

1 Konsumsi energi (kkal/kapita/hari) 2.000 2.046 2.078 2.139 2.374 2.395,6 4,10 2 Konsumsi protein (gr/kapita/hari) 52 66,7 64,3 66,4 66,7 76,4 0,29

Sedangkan konsumsi pangan pokok beras tahun 2018 mengalami peningkatan menjadi 118,1 Kg/Kap/Tahun dari 117,1 Kg/Kap/Tahun pada tahun 2017. Tingkat Konsumsi beras ini masih jauh dari konsumsi ideal sebesar 100,3 kg/kap/thn dan peningkatan konsumsi pangan utama beras pada tahun 2018 menyebabkan tidak tercapainya target penurunan konsumsi beras sebesar 1,5% per tahun.

Tabel 3.4 Tingkat Konsumsi Beras Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2014 sd 2018

Uraian Satuan 2014 2015 2016 2017 2018 Perkembangan per Tahun (%)

Konsumsi

(21)

LKjIP Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tahun 2018 Page 17

Tabel 3.5

Pengeluaran Rata-Rata Perkapita Sebulan Menurut Barang Dan Tipe Daerah (dalam Rupiah)2015 s.d 2017

No Kelompok Barang

2015 2016 2017

Desa Kota Rata-rata Desa Kota Rata-rata Desa Kota Rata-rata

Rp. % Rp. % Rp. % Rp. % Rp. % Rp. % Rp. % Rp. % Rp. % A Makanan 341.584 64,26 373.403 56,41 357.494 59,91 385.012 59,27 442.888 50,65 413.950 54,33 430.952 60,16 490.606 51,61 457.616 55,74 1 Padi-padian 86.411 25,3 70.792 18,96 78.602 21,99 82.512 21,43 70.141 15,84 76.327 18,44 76.841 21,43 62.333 15,84 70.357 18,44 2 Umbi-umbian 1.180 0,35 1.798 0,48 1.489 0,42 1.465 0,38 2.132 0,48 1.799 0,43 2.405 0,38 2.916 0,48 2.634 0,43 3 Ikan 30.264 8,86 28.276 7,57 29.270 8,19 34.205 8,88 31.401 7,09 32.803 7,92 39.292 8,88 39.120 7,09 39.215 7,92 4 Daging 11.388 3,33 18.234 4,88 14.811 4,14 13.654 3,55 19.289 4,36 16.472 3,98 17.606 3,55 25.311 4,36 21.050 3,98

5 Telur dan susu 11.584 3,39 19.214 5,15 15.399 4,31 13.648 3,54 20.132 4,55 16.890 4,08 14.207 3,54 22.406 4,55 17.871 4,08

6 Sayur-sayuran 27.331 8 24.548 6,57 25.940 7,26 33.466 8,69 33.450 7,55 33.458 8,08 42.304 8,69 41.402 7,55 41.901 8,08

7 Kacang-kacangan 7.005 2,05 9.593 2,57 8.299 2,32 7.874 2,05 10.370 2,34 9.122 2,2 9.264 2,05 11.718 2,34 10.361 2,2

8 Buah-buahan 17.805 5,21 29.703 7,95 23.754 6,64 18.717 4,86 27.423 6,19 23.070 5,57 18.361 4,86 26.074 6,19 21.808 5,57

9 Minyak dan lemak 11.115 3,25 9.624 2,58 10.370 2,9 11.516 2,99 10.134 2,29 10.825 2,62 11.507 2,99 10.788 2,29 11.186 2,62

10 Bahan Minuman 11.760 3,44 11.103 2,97 11.432 3,2 12.895 3,35 12.516 2,83 12.706 3,07 13.076 3,35 13.246 2,83 13.152 3,07

11 Bumbu-bumbuan 8.496 2,49 7.515 2,01 8.006 2,24 9.044 2,35 8.826 1,99 8.935 2,16 9.238 2,35 9.270 1,99 9.252 2,16

12 Konsumsi lainnya 7.578 2,22 8.129 2,18 7.854 2,2 8.646 2,25 9.172 2,07 8.909 2,15 9.170 2,25 11.110 2,07 10.037 2,15

13 Makanan minuman jadi 68.582 20,08 92.694 24,82 80.638 22,56 84.461 21,94 133.473 30,14 108.967 26,32 111.504 21,94 155.978 30,14 131.383 26,32

14 Tembakau dan sirih 41.085 12,03 42.180 11,3 41.633 11,65 52.909 13,74 54.429 12,29 53.669 12,97 56.177 13,74 58.934 12,29 57.409 12,97

B Bukan Makanan 189.971 35,74 288.557 43,59 239.264 40,09 264.607 40,73 431.455 49,35 348.031 45,67 285.335 39,84 460.070 48,39 363.436 44,26

1 Perumahan dan fasilitas

rumah tangga 109.783 57,79 157.991 54,75 133.887 55,96 152.525 57,64 227.241 52,67 189.883 54,56 148.879 57,64 232.887 50,62 186.428 54,56 2 Aneka Barang dan Jasa 55.430 29,18 65.482 22,69 60.456 25,27 77.975 29,47 106.060 24,58 92.018 26,44 59.899 29,47 103.967 44,64 79.596 26,44

3 Pakaian, alas kaki dan

tutup kepala 15.379 8,1 18.492 6,41 16.936 7,08 19.573 7,4 25.231 5,85 22.402 6,44 20.153 7,4 28.726 27,63 23.985 6,44

4 Barang Tahan Lama 3.559 1,87 29.217 10,13 16.388 6,85 4.360 1,65 45.596 10,57 24.978 7,18 35.901 1,65 49.518 172,38 41.988 7,18

5 Pajak dan Asuransi 4.399 2,32 8.199 2,84 6.299 2,63 6.668 2,52 14.929 3,46 10.799 3,1 13.015 2,52 28.205 56,96 19.804 3,1

(22)

LKjIP Dinas Ketahanan Pangan NTB Tahun 2018 Page 18

Persentase Pengeluaran rumah tangga perdesaan untuk membeli makanan dari tahun 2015 sd 2017 lebih tinggi dibandingkan persentase pengeluaran rumah tangga di perkotaan. Sebagian besar pengeluaran pangan untuk membeli makanan dikeluarkan untuk belanja makanan dan minuman jadi diikuti dengan padi-padian, tembakau dan sirih, sayur-sayuran serta ikan.

Permasalahan dan tantangan yang yang harus diantisipasi, dalam mewujudkan pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman antara lain : besarnya jumlah penduduk miskin, rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap diversifikasi konsumsi pangan dan gizi, masih dominannya konsumsi karbohidrat yang berasal dari beras, serta rendahnya kesadaran masyarakat terhadap keamanan pangan.

Kegiatan yang telah dikhtiarkan dalam upaya peningkatan kuantitas dan kualitas konsumsi pangan masyarakat Tahun 2018 adalah sebagai berikut:

a. Pemanfaatan Pekarangan untuk Pengembangunan Pangan melalui konsep

Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), dengan fokus aktifitas berupa : pemberian bantuan hibah, pendampingan, pembinaan dan penguatan kapasitas kelembagaan kelompok.

b. Pengembangan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan

- Sosialisasi makanan Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman pada 500 Orang di 10 Kecamatan se Nusa Tenggara Barat;

- Pengembangan Vertikultur tanaman sayuran;

- Pengembangan Outlet Pangan Lokal

(23)

LKjIP Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tahun 2018 Page 19

2. Pengukuran Pencapaian Sasaran Strategis Organisasi

Pengukuran pencapaian sasaran berdasarkan Perjanjian Kinerja memberikan gambaran tercapai atau tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Pencapaian sasaran Strategis Perjanjian Kinerja Dinas Ketahanan Pangan Tahun 2018 dapat disampaikan sebagai berikut :

Tabel 3.6

Pencapaian Penetapan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2018

No. Sasaran Strategis

Indikator Kinerja

Uraian Satuan Target Realisasi %

1 2 3 4 5 6 7

1 Meningkatnya Ketersediaan Pangan yang Beragam

1 Ketersediaan Pangan yang Beragam (PPH

Ketersediaan)

Skor 91,95 89,8 97,70

2 Menurunnya Jumlah Penduduk Rawan Pangan

2 Penurunan jumlah penduduk rawan pangan

Persen 1% -3,37% 337% 3 Stabilitas Harga Pangan Pokok

di tingkat Produsen dan Konsumen

3 Harge Eceran Tertinggi Rp. 9.450 9.196 97,31 4 Koefisien variasi pangan

(beras) di tingkat produsen

Persen 5 8,4 168

4 Cadangan Pangan Pemerintah dan Masyarakat

5 Jumlah cadangan pangan pemerintah

Ton 150 105,76 100,00 6 Jumlah cadangan pangan

masyarakat

Ton 20 20 100,00

5 Meningkatnya Kuantitas dan kualitas Konsumsi Pangan Masyarakat

6 Kuantitas dan Kualitas Konsumsi Pangan Masyarakat (Skor PPH Konsumsi)

Skor 82,50 82,80 100,36

6 Meningkatnya produk pangan segar yang aman dan bermutu

7 Jumlah pangan segar yang tersertifikasi Sertifikat 30 27 90,00 7 Terwujudnya koordinasi pelaksanaan pembangunan ketahanan pangan 8 Jumlah rekomendasi pelaksanaan pembangunan ketahanan pangan Rekomendasi 2 2 100,00

Berdasarkan dokumen Perjanjian Kinerja Tingkat Satuan Kerja Perangkat Daerah Tahun 2018, terdapat lima sasaran strategis yang akan dicapai Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB yaitu :

(24)

LKjIP Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tahun 2018 Page 20

a. Terwujudnya kemantapan ketersediaan dan kerawanan pangan berbasis kemandirian ditingkat rumah tangga

Pencapaian Sasaran Terwujudnya kemantapan ketersediaan dan kerawanan pangan berbasis kemandirian ditingkat rumah tangga dapat disampaikan sebagai berikut:

Tabel 3.7

Capaian Sasaran Strategis Terwujudnya Kemantapan Ketersediaan Pangan Berbasis Kemandirian ditingkat Rumah Tangga

Indikator Kinerja Satuan

Target Akhir Renstra 2014 2015 2016 2017 2018 T R T R T R T R T R 1 Ketersediaan Pangan yang Beragam (PPH Ketersediaan) Skor 91,95 87,35 86,2 88,5 83,5 89,65 94,34 91,95 83,35 91,95 89,8 2 Penurunan jumlah penduduk rawan pangan Persen 5% 1 -11,26 1 109,50 1 -13,18 1 -19,80 1 -47,78

Berdasarkan tabel diatas dapat disampaikan rincian Sasaran Terwujudnya kemantapan ketersediaan pangan berbasis kemandirian ditingkat rumah tangga sebagai berikut :

1) Ketersediaan Pangan yang Beragam (PPH Ketersediaan)

Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan, menjelaskan bahwa ketahanan pangan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif secara berkelanjutan.

Penyediaan pangan dalam daerah selain berasal dari produksi sendiri juga dipenuhi dengan mendatangkan dari daerah lain dengan tingkat ketersediaan dapat diketahui dari hasil analisa Neraca Bahan Makanan (NBM). Hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) X Tahun 2012 mensyaratkan penyediaan pangan setara energi minimal yang harus disediakan sebesar 2.150 kal/kapita/hari dan protein sebesar 57 gr/kapita/hari, sebagai penilaian jumlah zat gizi yang diperlukan setiap individu untuk hidup sehat dan beraktifitas.

Ketersediaan pangan merupakan aspek penting dalam mewujudkan ketahanan pangan. Penyediaan pangan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi masyarakat, rumah tangga, dan perseorangan secara berkelanjutan. Untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dan meningkatkan kuantitas serta kualitas konsumsi pangan, diperlukan target pencapaian angka ketersediaan pangan per kapita per tahun sesuai dengan angka kecukupan gizinya. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) VIII merekomendasikan kriteria ketersediaan pangan ditetapkan minimal 2.200 kkal/kapita/hari untuk energi dan minimal 57 gram/kapita/hari untuk protein.

(25)

LKjIP Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tahun 2018 Page 21

Ketersediaan pangan tidak hanya dinilai dari kecukupan gizinya dalam bentuk energi dan protein, tetapi juga dinilai dari keberagaman ketersediaan gizi tersebut berdasarkan Pola Pangan Harapan (PPH). PPH tingkat ketersediaan dihitung berdasarkan ketersediaan energi pada Neraca Bahan Makanan. Skor PPH tingkat ketersediaan berdasarkan Neraca Bahan Makanan di Nusa Tenggara Barat Tahun 2018 Nusa Tenggara Barat sebesar 89,88 persen.

Tabel 3.8

Pola Pangan Harapan Ketersediaan Tahun 2016 – 2018

Kelompok 2016 2017 2018

Bahan Pangan Skor Maks % AKE Skor riil Skor PPH Energi (Kalori) % AKE Skor riil Skor PPH Energi (Kalori) % AKE Skor riil Skor PPH Padi-padian 25 104,1 52,10 25,0 2.583 117,4 58,7 25 4.941 224,6 112,30 25,0 Umbi-umbian 2,5 3,1 1,50 1,5 36 1,6 0,8 0,8 33 1,5 0,70 0,7 Pangan Hewani 24 82,1 164,20 24,0 2.792 126,9 253,8 24 1.652 75,1 150,20 24,0 Minyak dan Lemak 5 4,7 2,40 2,4 59 2,7 1,3 1,3 56 2,5 1,30 1,3 Buah/biji berminyak 1 3,2 1,60 1,0 65 2,9 1,5 1 67 3,1 1,50 1,0 Kacang-kacangan 10 16,2 32,40 10,0 345 15,7 31,4 10 209 9,5 19,00 10,0 Gula 2,5 0,9 0,40 0,4 32 1,5 0,7 0,7 39 1,8 0,90 0,9

Sayuran dan buah 30 13,5 67,40 30,0 90 4,1 20,5 20,5

119 5,4 27,00 27,0 Lain-lain - - - - - - - - - - - Jumlah 100 227,8 322,00 94,34 6.001 272,8 368,7 83,35 7.117 323,5 313,00 89,88

Ketersediaan energi Provinsi NTB tahun 2018 sebesar 7.117 kal/kapita/hari

meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 5.310,97

kal/kapita/hari dan telah melampaui ketersediaan minimal yang dipersyaratkan sebesar 2.200 kkal/kap/hari atau 227,813. Sedangkan ketersediaan protein tahun 2018 sebesar mencapai 173,73 gr/kapita/hari meningkat bila dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 137,52 gr/kap/hari namun masih melampaui ketersediaan minimal yang dipersyaratkan sebesar 57 gr/kap/hari. Perkembangan ketersediaan energi dan protein di Provinsi NTB tahun 2014-2018 sebagaimana tabel berikut.

Tabel 3.9

Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein di Provinsi NTB Tahun 2014-2018

NO URAIAN

KETERSEDIAAN ENERGI DAN PROTEIN Rata-rata Laju Pertumb uhan (%) 2014 2015 2016 2017 2018 1. Energi (kalori/kapita/hari) 4.380,00 3.991,00 5.011,83 5.310,97 7.117 5.162,28 14,17 2. Protein (gr/kapita/hari) 115,84 135,17 118,07 137,52 173,73 136,07 11,71 Sumber : Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB, 2018

(26)

LKjIP Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tahun 2018 Page 22

Ketersediaan energi di Nusa Tenggara Barat selama periode tahun 2045-2018 sudah jauh di atas rekomendasi WNPG VII dengan rata–rata 5.162,28 kkal/kapita/hari. Ketersediaan energi tersebut mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan sebesar 14,17 persen per tahun. Seperti halnya ketersediaan energi, tingkat ketersediaan protein pada periode 2015-2018 juga sudah melebihi rekomendasi angka kecukupan gizi WNPG X Tahun 2012 dengan ketersediaan protein rata-rata 136,07 gram/kapita/hari. Ketersediaan protein tersebut mengalami peningkatan rata-rata 11,71 persen per tahun.

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa ketersediaan energi tahun 2018 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini didukung oleh data yang disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3.10

Data Surplus/Defisit Komoditas Pangan Strategis (Ton) di Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2014-2018

Komoditas 2014 2015 2016 2017 2018 Rata-rata Pertumbuhan (%) Beras 595.218 254.602 811.493 780.416 961.786 680.703 45,23 Jagung 473.923 451.477 485.273 127.937 39.247 315.571 -35,05 Kedelai 61.609 84.467 48.576 21.187 53.319 53.832 22,47 Kacang Tanah 25.591 19.041 5.597 13.200 9.815 14.649 3,50 Daging Sapi 3.121 7.116 18.864 5.886 14.436 9.885 92,39 Daging Ayam Ras 66.028 -2.750 78 16.190 21.711 20.251 5.120,88 Daging Ayam Buras 9.456 3.453 3.872 4.273 2.657 4.742 -19,70 Bawang Merah 61.250 72.942 4.211 130.947 132.114 80.293 733,85 Cabe Merah 3.269 9.037 204 31.941 9.128 10.716 3.891,16 Cabe Rawit 9.147 66.817 5.296 146.921 55.745 56.785 787,63 Ubi Kayu 50.543 77.596 2.162 15.620 23.448 33.874 157,23 Ubi Jalar 102.442 10.938 1.338 3.944 4.273 24.587 6,50 Kacang Hijau 13.634 22.957 12.811 9.271 6.919 13.118 -7,20 Telur -20.076 -2.362 -21.573 41.786 -23.474 -5.140 68,81 Ikan 183.013 33.007 171.093 46.339 33.737 93.438 59,07

Sumber : Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa sebagian besar komoditas pangan strategis di Provinsi Nusa Tenggara Barat mengalami surplus yang berarti ketersediaan pangan dapat dikatakan aman kecuali telur yang mengalami defisit. Selain dari produksi dalam daerah, kebutuhan telur selama ini masih dipasok dari luar daerah yaitu Bali dan Jawa Timur. Meski defisit tapi pertumbuhan ketersediaan jagung dari tahun 2014 sd 2018 menunjukkan arah positif sebesar 68,81%. Demikian pula pertumbuhan Daging ayam ras yang sangat signifikan sebesar 5.120,88%. Hal ini disebabkan oleh dikembangkannya kegiatan kampung unggas oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat serta kegiatan Tanam Cabai Terintegrasi Unggas (TanCabGas) di Kawasan Rumah

(27)

LKjIP Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tahun 2018 Page 23

Pangan Lestari (KRPL) oleh Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Komoditas jagung mengalami penurunan jumlah ketersediaan pangan dari tahun 2014 sd tahun 2018 sebesar 35,05, hal ini terjadi bukan karena produksi jagung menurun bahkan tiap tahun meningkat, penurunan ketersediaan jagung disebabkan karena jumlah jagung yang dikirim ke luar daerah semakin banyak. Bahkan di awal tahun 2018, NTB telah mengeksport jagung ke Filipina.

2) Penurunan Penduduk Rawan Pangan

Penrurunan penduduk rawan pangan dilihat berdasarkan angka rawan pangan. Indikator penduduk rawan pangan sangat kompleks yang dibagi kedalam 3 aspek yaitu ketersediaan, akses dan pemanfaatan pangan. Data persentase penduduk rawan pangan Tahun 2014-2018 dapat disampaikan sebagai berikut :

Tabel 3.11

Persentase Penduduk Rawan Pangan di Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2014-2018

Provinsi 2014 2015 2016 2017 2018 Peningkatan/ Penurunan (%) Nusa Tenggara Barat (%) 4,78 10,01 8,70 6,97 3,6 7,03 Penurunan (%) 109,50 -13,10 -19,90 -48,40 7,03

Berdasarkan tabel diatas terlihat di tahun 2018 merupakan persentase penduduk rawan pangan paling kecil dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya sebesar 3,6 persen. Bila dibandingkan dengan tahun 2017 terjadi penurunan (48,40 persen) dengan persentase angka rawan pangan penduduk provinsi NTB yang cukup signifikan dari 6,97 persen. Persentase angka rawan pangan tertinggi berada di tahun 2015 sebesar 10,01 persen.

Upaya Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat untuk menurunkan angka kerawanan pangan melalui kegiatan Desa Mandiri Pangan dan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) serta berinterasi dengan kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari.

a) Desa Mandiri Pangan

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat desa dalam pengembangan usaha produktif berbasis sumberdaya lokal, peningkatan ketersediaan pangan, peningkatan daya beli dan akses pangan rumah tangga, sehingga dapat mencukupi gizi rumah tangga yang akhirnya berdampak terhadap penurunan kerawanan pangan dan gizi masyarakat miskin di pedesaan.

Pendekatan kegiatan pengembangan Desa Mandiri Pangan dan Kawasan Mandiri Pangan melalui pemberdayaan masyarakat miskin, penguatan kelembagaan masyarakat, pengembangan sistem ketahanan

(28)

LKjIP Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tahun 2018 Page 24

pangan dan peningkatan koordinasi lintas sektor untuk mendukung pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana perdesaan.

Sampai dengan saat ini jumlah Desa Mandiri Pangan yang dikembangkan Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat sebanyak 229 Desa yang sampai dengan saat ini ditingkatkan kapasitas pengurus dan kelembagaan Desa Mandiri Pangan.

Pelaksanaan kegiatan pengembangan Desa Mandiri Pangan Tahun 2018 melalui pertemuan jejaring usaha desa mandiri pangan yang dilaksanakan di Hotel Arum Jaya Jln. Pancaka No. 27 Gomong Mataram pada tanggal 28 sd 29 Maret 2018 yang diikuti oleh 2 orang perwakilan dari 50 kelompok afinitas yang tergabung dalam pengembangan Desa Mandiri Pangan. kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan menumbuhkan kembali peran kelembagaan usaha kelompok dan pelaku usaha yang selama ini belum optimal dan masih rendahnya aksesibilitas terhadap fasilitasi pemasaran, permodalan, informasi teknologi dan pengembangan usaha lainnya.

Adapun hasil pertemuan jejaring usaha dapat disampaikan sebagai berikut:

- Dapat melakukan kerjasama dengan Alfamart maupun pengusaha lainnya melalui pengikatan kontrak dengan memperhatikan kesinambungan produksi, paking produk, i-prt produk. Kerjasama dengan perusahan besar diharapkan secara berkelompok mengantisipasi ketersediaan bahan baku dan hasil produk disamping posisi tawar masing-masing produk. - Agar produk cepat dikenal, agar memperhatikan bahan bakunya,

pengemasannya, model pemasarannya serta melampirkan dalam kemasan batas kadaluarsa, izin produk baik dari perindustrian, kesehatan maupun dari BPOM. Selain itu secara berkala dilakukan inovasi produk baik variasi model, rasa serta bentuk.

- Tidak menggunakan bahan berbahaya yang dilarang penggunaannya oleh pemerintah melainkan menggunakan bahan yang aman. Penggunaan bahan berbahaya dikenakan sangsi penyitaan perusahaan, di black list serta pemiliknya dapat dipidanakan.

- Toko Tani Indonesia Center (TTIC) menyediakan tempat bagi pelaku usaha dalam rangka memasarkan produknya.

b) Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)

Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) adalah sistem informasi yang dapat digunakan sebagai alat bagi pemerintah daerah untuk mengetahui situasi pangan dan gizi masyarakat. Dengan tujuan Membangun atau menyediakan data dan informasi situasi pangan yang mempengaruhi status gizi pada skala rumah tangga, wilayah dan nasional, Membangun atau menyediakan isyarat dini kemungkinan terjadinya ganguan ketersediaan pangan yang dapat mengakibatkan kerawanan pangan dan gizi, Membangun atau menyediakan kebijakan penyediaan kecukupan pangan, Membangun atau menyediakan kebijakan serta tindakan penanggulangan kerawanan pangan dan memfasilitasi institusi lintas sektoral maupun swasta dalam menyusun program-program yang mendukung ketahanan pangan.

Dengan dilakukannya SKPG dapat mencegah kemungkinan kejadian krisis pangan di masyarakat, ketahanan pangan ditingkat rumah tangga

(29)

LKjIP Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tahun 2018 Page 25

meningkat dan melindungi golongan rawan dari keadaan yang dapat memperburuk status gizi.

Berdasarkan hasil analisis data dan deskriptif terhadap indikator-indikator ketersediaan pangan, akses terhadap pangan serta pemanfaatan pangan pada 10 (sepuluh) kabupaten yaitu Kota Mataram, Lombok Tengah, Lombok Timur, Lombok Utara, Sumbawa, Dompu, Bima dan Kota Bima serta Sumbawa Barat dan Lombok barat untuk bulan September 2018 dapat disimpulkan sebagai berikut :

Pada Aspek Ketersediaan Pangan, untuk seluruh Kabupaten yang telah memberikan laporannya pada bulan September 2018 berada pada kondisi kategori waspada pangan, semua kabupaten mengalami penurunan status kondisi situasi pangan dari kondisi katagori waspada dan aman menjadi kondisi waspada dan rawan pangan.

Pada Aspek Akses Pangan, untuk seluruh kabupaten yang telah memberikan laporannya, rata-rata masuk kategori waspada dan rawan pangan pada bulan januari dan Pebruari, pada bulan Maret 2018 menjadi rata-rata tergolong dalam katagori aman dan terlihat pada bulan April 2018 mulai terjadi penurunan status pangan, karena pada bulan april sudah terjadi peningkatan harga karena menjelang bulan Ramadhan 2018.Pada bulan Mei 2018 harga pangan rata-rata sama dengan bulan April 2018 begitu pula pada bulan mei dan Juni caadangan pangan di masyarakat mulai menurun begitu pula pada bulan Juli sebagian Kabupaten aspek akses berada pada status waspada pangan, karena harga pada bulan Juli lebih tinggi dari bulan sebelumnya begitu pula pada bulan Agustus masih berada pada status waspada pangan dan pada bulan September berada pada status waspada bahkan cendrung ke rawan pangan.

Pada Aspek Pemanfaatan Pangan, dari seluruh kabupaten yang telah melaporkan, rata-rata pada aspek pemanfaatan pangan pada bulan September 2018 berada pada katagori Waspada dan rawan pangan dengan peta kebanyakan dari seluruh kecamatan yang ada di Provinsi NTB berwarna Kuning dan Merah.

(30)

LKjIP Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tahun 2018 Page 26

b. Terwujudnya Distribusi dan Cadangan Pangan ditingkat rumah tangga, dengan indikator kinerja sebagai berikut :

Pencapaian Sasaran Keterjangkauan pangan ditingkat desa dan rumah tangga dapat disampaikan sebagai berikut :

Tabel 3.15

Capaian Sasaran Strategis Keterjangkauan pangan ditingkat desa dan rumah tangga

Indikator Kinerja Satuan

2014 2015 2016 2017 2018 T R T R T R T R T R 3 Harge Eceran Tertinggi (HET) Rp. 9.450 8.508 9.450 8.969 9.450 8.958 9.450 8.063 9.450 9.975 4 Koefisien variasi pangan (beras) di tingkat produsen Persen 5 5,2 5 6,94 5 5,95 5 4,9 5 6,91 5 Jumlah cadangan pangan pemerintah Ton 10 10 10 0 20 20 10 0 150 150 6 Jumlah cadangan pangan masyarakat Ton 0 0 0 0 20 20 10 10 20 20

Berdasarkan tabel diatas dapat disampaikan rincian Sasaran Terwujudnya kemantapan ketersediaan pangan ditingkat rumah tangga sebagai berikut :

1) Harga Eceran Tertinggi

Pemerintah mempunyai tugas pokok untuk mengendalikan komoditas pangan dalam jumlah yang cukup dan dengan harga yang terjangkau di seluruh wilayah Indonesia. Kenaikan dan gejolak harga yang terjadi pada komoditas pangan akan menurunkan kesejahteraan rakyat, terutama rakyat yang berpenghasilan rendah dan juga memicu kenaikan laju inflasi. Gejolak harga yang terjadi akan berdampak kepada masyarakat luas selaku konsumen dan juga para petani selaku produsen komoditas tersebut.

Berdasarkan Inpres No. 5 Tahun 2015 dalam rangka menjaga pasokan dan stabilisasi harga beras, melindungi tingkat pendapatan petani dan pengamanan cadangan pangan beras pemerintah dan penyaluran beras. Harga Pembelian Pemerintah Beras dalam negeri ditetapkan sebesar Rp. 7.300/kg dan diharapkan harga di tingkat konsumen diatas HPP. Serta berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 57/M-DAG/PER/8/2017 tentang Penetapan Harga Eceran Tertinggi Beras di wilayah Nusa Tenggara Barat untuk

kelas medium sebesar Rp. 9.450/kg dan kelas premium sebesar

Rp. 12.800/kg. Terkait hal tersebut diatas dan dalam rangka stabilisasi harga pangan, Dinas Ketahanan Pangan melaksanakan pemantauan harga pangan untuk mengukur standar deviasi harga pangan dan koefisien variasi. Adapun hasil perhitungan dapat disampaikan sebagai berikut :

(31)

LKjIP Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tahun 2018 Page 27

Tabel 3.16

Perkembangan Harga Pangan di Provinsi NTB Tahun 2014-2018 TAHUN HARGA (Rp) Beras Super (C4) Beras Medium I (IR 64) Beras Medium II (IR 36) Jagung Pipilan Kedelai Lokal Minyak Goreng Curah Daging Sapi Cabe Rawit 2014 9.000 8.508 8.109 3.992 9.433 12.025 99.308 30.142 2015 9.000 8.969 8.000 4.052 8.854 11.167 106.979 32.146 2016 9.646 8.958 8.458 5.313 8.979 11.760 117.292 29.041 2017 9.000 8.500 8.000 5.500 9.000 12.000 120.000 33.750 2018 10.290 9.579 8.904 4.523 10.723 12.523 131.455 35.676 Rata-rata 9.387 8.903 8.294 4.676 9.398 11.895 115.007 32.151 Peningkatan Pertahun 3,70 3,22 2,57 4,59 3,66 1,14 7,30 4,73

Sumber : Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB, 2018

2) Koefisien variasi pangan (beras) di tingkat konsumen

Stabilitas harga menggambarkan fluktuasi (kenaikan atau penurunan) harga selama kurun waktu tertentu dalam hal ini satu tahun. Semakin kecil fluktuasi harga, maka kondisi harga suatu daerah dikatakan stabil demikian pula sebaliknya. Fluktuasi harga diukur dengan nilai koefisien variasi (CV).

Tabel 3.19

Harga rata-rata Komoditas Pangan (Beras) Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2014 sd 2018

No Tahun

Beras Super Beras Medium I Beras Medium II Harga (Rp.) St Dev (%) CV (%) Harga (Rp.) St Dev (%) CV (%) Harga (Rp.) St Dev (%) CV (%) 1 2014 8.991 504,75 5,61 8.503 487,07 5,73 8.090 412,24 5,10 2 2015 9.604 581,03 6,05 8.969 549,08 6,12 8.398 582,95 6,94 3 2016 9.646 602,63 6,25 8.958 503,77 5,64 8.458 503,77 5,95 4 2017 8.625 553,66 6,42 8.063 475,24 5,89 7.627 373,63 5,89 5 2018 10.290 573,41 5,57 9.579 365,38 3,81 9.150 632,55 6,91

Harga dikatakan stabil bila koefisien variasi harga untuk komoditas beras kurang dari 5 persen. Berdasarkan hasil pemantauan harga, secara keseluruhan harga beras di Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2018 masih dikatakan relatif stabil bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Untuk harga beras premium di tahun 2018 meski masih diatas 5 persen yaitu sebesar 5,57 persen, namun bila dibandingkan dengan tahun- tahun sebelumnya, harga beras kualitas super di Nusa Tenggara Barat pada Tahun 2018 masih relatif stabil. Demikian pula untuk kualitas Medium I sebesar 3,82 persen dan kelas Medium II sebesar 2,46 persen.

(32)

LKjIP Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tahun 2018 Page 28

Upaya yang dilakukan Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam menjaga stabilitas harga pangan pokok terutama beras adalah

1) Meningkatkan koordinasi antara Tim Pegendali Inflasi (TPID)

2) Melakukan operasi pasar dan bazar murah yang dilakukan oleh Dinas Ketahanan

Pangan, Dinas Perdagangan serta Bulog Divre NTB.

3) Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bertujuan menjaga stabilitas harga pangan pokok berupa:

a) Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM)/Toko Tani

Indonesia Center (TTIC)

Sejak Tahun 2016, Dinas Ketahanan Pangan melalui sumber dana APBN melaksanakan kegiatan Pengembangan Usaha Pangan masyarakat (PUPM) dengan membentuk Lembaga Usaha Pangan Masyarakat (LUPM) yang mendapatkan bantuan pemerintah sebesar Rp. 165.000.000,- yang dipergunakan untuk membeli gabah anggota gapoktan/poktan kelompok LUPM dengan harga HPP dan mendistribusikan ke Toko Tani Center (TTI) dan Toko Tani Indonesia Center (TTIC). Kemudian TTI dan TTIC menjual ke konsumen dengan harga dibawah harga pasar.

Toko Tani Indonesia Center (TTIC) sendiri didirikan pada tahun 2018 berlokasi di Jalan Puring No.16 B (dibelakang Bank Indonesia). TTIC didirikan dalam rangka menjaga stabilitas harga dan pasokan pangan dengan menyediakan bahan pangan pokok strategis dibawah harga pasar.

Melalui dana APBDP Tahun 2018, Dinas Ketahanan Pangan melaksanakan pengadaan mobil TTIC agar masyarakat dapat dengan mudah mengakses pangan. selain beras TTIC juga menyediakan bawang merah, gula pasir, minyak goreng, telur, tomat dan cabai. Selain mengikuti bazar dan pasar murah TTIC juga senantiasa hadir setiap minggu pagi di Car Free Day dalam rangka mendekatkan akses pangan kepada masyarakat.

Sampai dengan Tahun 2018 terdapat 33 LUPM yang terbentuk (23 LUPM Beras dan 10 LUPM Bawang Merah) dengan rincian sebagai berikut:

Tabel Jumlah Lembaga Usaha Pangan Masyarakat (LUPM) Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2016 sd 2018

No Kabupaten/Kota Lembaga Usaha Pangan Masyarakat (LUPM) Unit 2016 2017 2018 Jumlah 1 Lombok Tengah 4 - 5 9 2 Lombok Timur 3 1 3 7 3 Lombok Utara 1 - 2 1 4 Bima 1 8 - 9 5 Kota Bima 1 - - 1 6 Sumbawa - 1 - 1 7 Lombok Barat - 3 3 JUMLAH 10 10 13 33

Gambar

Tabel 3.2   Perkembangan  Skor  Pola  Pangan  Harapan  (PPH)  Konsumsi  Nusa  Tenggara Barat Periode Tahun 2014–2018
Tabel 3.3 Tingkat Konsumsi Energi dan Protein   Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2014 s.d 2018
Tabel Jumlah Lembaga Usaha Pangan Masyarakat (LUPM) Provinsi  Nusa Tenggara Barat Tahun 2016 sd 2018
Tabel Penyaluran Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) ke   Kabupaten terdampak Gempa Bumi
+3

Referensi

Dokumen terkait

Alarm management lifecycle (AMLC) atau siklus manajemen alarm, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1, merupakan sebuah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan demi

Bertugas untuk melakukan pembelian barang dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan operasional perusahaan, mulai dari bahan baku, spareparts mesin, ATK, dan jasa-jasa dari pihak

Formulasi kueri baru dilakukan untuk memperbaiki hasil temu-kembali, yaitu dapat menggeser dokumen relevan ke atas dan dokumen yang tidak relevan ke bawah. Kata dengan

4.3.2 Analisis Pengujian Pengaruh Ukuran Populasi (Jumlah Kromosom) yang dinamik dan Jumlah Generasi yang Statik Terhadap Performansi Sistem

Kadang mereka mengajarkan kehendak telah demikian dirusak oleh dosa, sehingga manusia sepenuhnya bergantung kepada anugerah Allah, tetapi di lain kesempatan mereka menjelaskan

Belum adanya penugasan dari Pemegang Saham (Kementerian BUMN) kepada PTPN III untuk membangun pabrik pengolahan minyak sawit (refinery/ pabrik minyak goreng di

Kenyamanan pejalan kaki pada jalur pedestrian kampus Unsrat merupakan kebutuhan dasar guna menunjang aktivitas perkuliahan dimana jalur pedestrian berfungsi

Untuk menunjukkan peubahan persona dan jender digunakan prefiks, sedangkan untuk perubahan pada jumlah digunakan sufiks.dapat disimpulkan bahwa dalam verba Imperfect 3