• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kehendak Manusia dalam Keadaannya Sekarang Telah Dirusak, dan Tunduk kepada Perbudakan yang Sangat Mengasihankan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kehendak Manusia dalam Keadaannya Sekarang Telah Dirusak, dan Tunduk kepada Perbudakan yang Sangat Mengasihankan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Page 1 

Kehendak Manusia dalam Keadaannya

Sekarang Telah Dirusak, dan Tunduk

kepada Perbudakan yang Sangat

Mengasihankan

(John Calvin, Institutes of the Christian Religion, II.2, disadur oleh syo)

Dosa telah masuk dan mendominasi seluruh umat manusia dan menguasai setiap jiwa. Selanjutnya kita akan melihat apakah dosa telah merusak kebebasan kehendak kita.

Bagaimana pandangan para filsuf dan teolog mengenai hal ini? Para filsuf mengajarkan bahwa kehendak manusia itu bebas dan untuk taat kepada rasio atau kepada godaan nafsu, jika ia memilih untuk taat kepada rasio ia akan mencapai kebebasan, sebaliknya jika ia tunduk kepada nafsu ia akan terperangkap. Namun pada dasarnya manusia diakui memiliki kebebasan dari dirinya untuk memilih melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

Tidak seorang pun penulis Kristen awal yang tidak mengakui bahwa rasio dan kehendak manusia telah dicemari oleh dosa, tetapi banyak yang secara kompromistis mengikuti pandangan para filsuf. Mereka mengajarkan manusia seakan-akan masih memiliki kuasa atas dirinya, dan memiliki kehendak bebas untuk memilih dan melakukan apa yang benar, walaupun kemampuan itu telah demikian lemah, sehingga hanya dapat dilakukan melalui bantuan anugerah Allah.

Apa artinya ketika manusia dikatakan memiliki kehendak bebas? Pengertian yang benar ialah bukan bahwa ia memiliki kebebasan untuk memilih apa yang baik dan jahat, tetapi bahwa dia melalui kejahatan dengan sukarela dan tanpa paksaan. Jika demikian, kebebasan apakah yang ia miliki? Kebebasan kehendak dari seorang budak yang telah ditawan

(2)

Page 2 

oleh kuasa dosa. Mengenai kehendak bebas ini, Augustinus tidak segan untuk menyebutnya sebagai "kehendak budak", walaupun ia juga mengungkapkan ketidaksukaannya terhadap orang yang menyangkal kehendak bebas untuk membebaskan diri mereka dari tanggung jawab perbuatan dosa mereka.

Augustinus menegaskan bahwa kehendak manusia itu tidak bebas karena ia tunduk kepada nafsunya. Kehendak yang telah ditawan oleh dosa ini tidak dapat berbuat apa-apa bagi kebenaran. Kehendak ini tidak bebas kecuali oleh anugerah Allah. Dan jika kita adalah budak dosa, mengapa kita menyombongkan diri dengan berkata memiliki kehendak bebas? Orang bisa saja mengatakan bahwa kehendaknya bebas, tetapi bukan yang dimerdekakan; ia bebas dari kebenaran dan diperbudak oleh dosa.

Selain Augustinus, para penulis lain umumnya menangani pokok masalah ini secara ambigu sehingga tidak ada sesuatu yang dapat dipelajari dari mereka. Kadang mereka mengajarkan kehendak telah demikian dirusak oleh dosa, sehingga manusia sepenuhnya bergantung kepada anugerah Allah, tetapi di lain kesempatan mereka menjelaskan manusia sepertinya memiliki segala kemampuan dari dirinya sendiri untuk melakukan apa yang benar.

Dengan menyadari kengerian keadaan kita yang celaka, miskin dan telanjang ini, kita akan mendapatkan manfaat dari pengetahuan akan diri ini, karena mencegah kita untuk mengandalkan diri sendiri, sebaliknya hanya mengandalkan Tuhan semata-mata (Yer. 17:5 dan Mz. 147:10). Karena prinsip dasar agama ialah kerendahan hati, maka semakin sadar akan kelemahan kita, semakin kita mengandalkan anugerah Allah bagi kita. Doktrin ini mengingatkan kita untuk tidak bersandar kepada kebenaran kita sendiri, tetapi kepada kebenaran Allah, dan bahwa kita yang tidak apa-apanya ini hanya dapat bersandar kepada anugerah Allah untuk dapat melakukan apa yang benar dan berkenan kepada-Nya.

Karunia alamiah manusia, seperti rasio dan kehendak, walaupun

mengalami kerusakan yang parah namun tidak hilang bersama kejatuhan.

Karunia alamiah seperti rasio, itulah yang memampukan kita untuk membedakan yang benar dan salah, dan yang menjadikan kita makhluk rasional yang mengatasi binatang. Demikian juga kehendak kita tetap tidak

(3)

Page 3 

terhapuskan oleh dosa, walaupun akibat kerusakannya yang parah ia kini telah demikian terikat oleh keinginan-keinginan liar dan bukannya mencari apa yang benar.

Pengertian manusia dapat dibagi menjadi pengetahuan mengenai hal-hal bumi (berkenaan dengan kehidupan di bumi, seperti pemerintahan sipil, ekonomi domestik, semua keahlian teknis dan berbagai bidang ilmu) dan hal-hal surgawi (pengetahuan akan Allah dan kehendak-Nya dan peraturan-Nya bagi kita supaya kita hidup sesuai dengan itu). Kemampuan untuk mendapatkan semua pengertian ini merupakan apa yang telah ditanamkan oleh dalam diri kita. Walaupun kita tidak mampu mempelajari semua ilmu dan keahlian, tetapi kepada setiap orang Allah memberi keunggulan dalam bidang tertentu.

Semua kemampuan luar biasa yang ditunjukkan oleh para penulis dan filsuf kafir baik mengenai politik, hukum, matematika dan pengobatan, merupakan pencapaian yang sangat mengagumkan, namun semua itu harus kita akui berasal dari Allah, yang oleh Roh-Nya memberika kepada siapa yang Ia kehendaki, seperti ketika Ia memberikan kepada Bezaleel dan Aholiab kemampuan untuk membangun Kemah Suci (Kel. 31:2-11; 35:30-35). Karena itu, adalah hal yang berkenan Allah jika kita mempelajari fisika, logika, matematika dan berbagai bidang ilmu dan karya seni yang dikerjakan oleh orang-orang kafir dan menggunakan dalam cara memuliakan Allah. Semua karunia luar biasa yang menjadikan kita mengungguli binatang ini harus kita akui sebagai pernyataan kebaikan Allah dan mendorong kita untuk bersyukur kepada-Nya dan bukannya justru menyombongkan diri.

Karunia rohani untuk mengetahui yang benar dan salah telah hilang

dan baru akan dipulihkan melalui kelahiran baru. Mengenai hikmat

rohani yang terdiri dari pengetahuan akan Allah, kasih-Nya kepada kita dan hukum Allah, kita hanya memiliki pengertian yang sangat dangkal. Sebagian penjelasan para filsuf mengenai Allah sepertinya memberikan pengetahuan mengenai Allah, tetapi semua itu hanyalah imajinasi manusia yang membingungkan. Rasio manusia tidak bisa mencapai kebenaran ilahi untuk mengenal Allah sejati itu. Berkenaan dengan hal-hal ilahi, pengertian kita gelap, buta dan bodoh. Sehingga untuk mengenal Allah dengan benar kita membutuhkan anugerah khusus Allah yang dikerjakan

(4)

Page 4 

oleh Roh Kudus, seperti dikatakan oleh Yohanes Pembaptis, "tidak ada seorang pun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari surga" (Yoh. 3:27), atau seperti kata Musa, "matamu telah melihat tanda-tanda dan mujizat-mujizat yang besar itu, tetapi sampai sekarang Tuhan tidak memberi kamu akal budi (hati) untuk mengerti" (Ul. 29:3-4). Tanpa iluminasi Roh Kudus, orang-orang ini tidak akan dapat mengerti kebenaran ilahi. Kristus juga mengkonfirmasikan hal ini ketika Ia menegaskan, bahwa tidak seorang pun yang dapat datang kepada Bapa kalau tidak melalui Dia (Yoh. 6:44). Tidak ada jalan masuk ke dalam kerajaan kecuali ia diperbarui oleh Roh Kudus. Rasul Paulus mengungkapkan hal ini dengan jelas dalam 1Korintus 2:14.

Dosa tidak sama dengan ketidaktahuan tetapi dapat disebabkan oleh

delusi. Ketika Paulus menegaskan bahwa "dengan itu mereka

menunjukkan bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka" (Rm. 2:14-15), ia mengatakan bahwa orang kafir telah mengetahui kebenaran hukum moral yang terukir dalam hati mereka, dan tidak sama sekali buta mengenai bagaimana mereka seharusnya hidup. Tetapi apa tujuan pengetahuan ini diberikan kepada manusia? "Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan dihakimi oleh hukum Taurat (Rm. 2:12). Karena tidak mungkin bagi orang kafir itu binasa tanpa pengetahuan akan benar dan salah, maka Paulus menunjukkan bahwa hati nurani mereka menyediakan tempat bagi hukum Taurat, karena itu cukup bagi penghakiman yang adil, dan manusia tidak dapat berdalih. Dengan kata lain, hati nurani dapat menentukan apa yang benar dan yang salah sehingga manusia tidak dapat berdalih ketika kesalahannya dihakimi. Jadi kita menolak pendapat Plato bahwa manusia berdosa karena ketidaktahuan. Betapa sering, orang sebenarnya sudah tahu apa yang lebih baik dan benar tetapi justru memilih melakukan yang salah dan buruk.

Kita tidak dapat menganggap setiap pertimbangan universal mengenai apa yang baik dan salah yang umumnya diterima orang banyak selalu benar dan sempurna. Jika kita memeriksa rasio kita dengan hukum Allah, yang merupakan hukum yang paling sempurna, maka kita akan menemukan banyak hal yang kita hargai adalah hal yang salah. Kita juga menolak pandangan mereka yang mengatakan bahwa semua dosa muncul dari kejahatan yang direncanakan, sebab ternyata kita sering melakukan

(5)

Page 5 

kesalahan walaupun maksud kita itu baik. Rasio kita dipenuhi dengan penipuan dalam berbagai macam bentuk sehingga tidak mungkin dapat dijadikan sebagai penuntun yang pasti (2Kor. 3:5). Pikiran manusia telah jatuh dalam kesia-siaan (Mz 94:11; Kej. 6:5; 8:21). Dalam kehidupan betapa jelas pikiran kita selalu tertuju kepada hal-hal yang sia-sia. Bahkan setelah dilahirkan kembali kita masih perlu senantiasa mendapatkan bimbingan dari Allah, agar tidak tergelincir dari pengetahuan yang benar. Ini merupakan kesaksian dari Paulus (Kol. 1:9; Flp. 1:4) maupun Daud (Mz. 119:34).

Ketidakmampuan manusia dalam menginginkan yang baik. Sekarang kita kembali memeriksa kehendak yang membuat pemilihan. Apakah kehendak kita dalam setiap bagiannya telah demikian dirusak sehingga tidak lagi menghasilkan sesuatu yang baik kecuali kejahatan, atau ia masih mempertahankan sedikit bagian yang tidak tercemar yang dapat menjadi sumber keinginan baik. Mendasarkan pada Rm. 7:18-19, sebagian orang mengatakan bahwa kita dapat memiliki kemampuan untuk menginginkan yang baik, hanya terlalu lemah sehingga tidak mampu dilakukannya. Tetapi ini merupakan penafsiran yang keliru, karena apa yang dimaksudkan Paulus dalam ayat itu ialah penjelasan mengenai konflik keinginan daging dan keinginan roh yang terus terjadi dalam batin orang Kristen. Ini sesuai dengan penegasan Kej. 8:21, bahwa apa yang dihasilkan hati manusia hanyalah kejahatan semata. Augustinus mengatakan: Akuilah bahwa segala sesuatu yang kita miliki itu kita dapatkan dari Allah; bahwa segala kebaikan yang kita miliki adalah dari Dia, namun apa pun yang jahat berasal dari kita." Dalam kata lain, ia mengatakan: "Tidak ada sesuatu yang berasal dari kita, kecuali dosa."

Sumber:

Ready Bread - Reformed Evangelical Daily Bible Readings, Artikel Mingguan, Minggu ke-28, 29, 30 (Bacaan Alkitab Setiap Hari, Gereja Reformed Injili Indonesia)

(6)

Page 6  Our afflictions prepare us for receiving the grace of God. --- Penderitaan yang kita alami mempersiapkkkan kita untuk menerima anugerah Allah. (John Calvin)

The afflictions of the Church are always momentary, when we raise our eyes to its eternal happiness. --- Penderitaan yang dialami gereja alami akan selalu terlihat hanya sementara ketika kita mengarahkan pandangan kita kepada kebahagiaan kekal yang akan dihasilkannya. (John Calvin) The best fruit of afflictions is, when we are broght to purge our minds from all arrogance, and to bend them to meekness and modesty. --- Buah terbaik dari penderitaan ialah, jiiika akal budi kita dimurnikan dari segala kecongkakan, dan menjadikannya lembut dan rendah hati. (John Calvin)

Pengutipan dari artikel ini harus mencantumkan: Dikutip dari

Referensi

Dokumen terkait

• Nilai specific fuel consumption (sfc) minyak solar saja mengalami penurunan dengan adanya penambahan biogas rata-rata hingga 67,89% dari kondisi berbahan bakar

Bukan tidak mungkin dengan menggunakan kusen bekas dalam bangunan baru, kusen yang tadinya biasa-biasa saja bisa tampil lebih indah bersama elemen

Melaksanakan koordinasi dengan satuan keija perangkat daerah yang tugas dan fungsinya di bidang penerapan peningkatan ekonomi, pembangunan dan pemberdayaan

Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi adalah aset keuangan yang ditujukan untuk diperdagangkan. Aset keuangan diklasifikasikan sebagai diperdagangkan

 Kedua sektor merupakan bagian integral dari sistem ekonomi di suatu negara dan menggunakan sumber daya yang sama untuk mencapai tujuan organisasi  Keduanya menghadapi masalah

Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam penerapanya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait

Penyakit jamur upas biasanya berjangkit pada musim hujan atau pada keadaan yang sangat lembab atau berkabut (Semangun, 2000).. 1.4 Resistensi

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan beberapa siswa, mereka senang dengan media yang digunakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran.. Namun terdapat