• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kolam Penampungan

Dalam dokumen BAB II LANDASAN TEORI (Halaman 23-26)

Sumber : Kementerian Pekerjaan Umum (2013)

2.6.3. Kolam Penampungan

Kolam penampungan lindi ini mengumpulkan lindi dari tangkapan pipa – pipa pengumpul primer. Adapun kriteria teknis dari kolam penampung lindi ini yaitu kolam penampungan harus kedap air dan tahan asam. Selain itu harus disesuaikan dengan kebutuhan juga (Dirjen Cipta Karya, Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman, 2016). Dalam pengolahan lindi perhitungan kolam – kolam penampungan dapat menggunakan pendekatan empiris. Umumnya pengolahan lindi ini terdiri dari beberapa kolam/unit seperti anaerobik, fakultatif, maturasi, dan wetland. Penentuan luasan masing – masing kolam tersebut dapat menggunakan pendekatan berikut yang tersaji pada Tabel 2.11.

Tabel 2. 11 Pendekatan Luas Masing – masing Unit Pengolah Lindi Unit Operasi

Sumber : Dirjen Cipta Karya, Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Pemukiman (2018)

2.6.3.1. Kolam Anaerobik

Apabila sistem pengolahan material organik yang ada dalam kondisi tidak terdapat oksigen maka proses anaerobik sedang berlangsung. Menurut Mara (1997) dalam Thomas dan Santoso (2019) kolam anaerobik memiliki kedalaman 2 – 5 meter yang biasa menerima limbah dengan kadar beban organik tinggi. Kondisi kadar beban organik tinggi biasanya lebih dari 100 g BOD/m3 hari ekivalen dengan lebih 3000 kg/hari untuk kedalaman 3 meter. Kolam ini memiliki fungsi untuk mengolah cairan yang masih mengandung BOD cukup tinggi.

Proses anaerobik dapat mendegradasi secara biologis beban organik yang tinggi, lumpur hasil pengolahan sedikit, penghasil gas metan, dan kebutuhan energi rendah, sehingga proses ini merupakan tahap penting dalam pengolahan air limbah.

Proses ini memerlukan perhatian khusus karena pertumbuhan mikroorganisme yang relatif lambat. Lambatnya pertumbuhan mikroorganisme ini dikhawatirkan ikut terbawa aliran efluen sehingga dapat menurunkan proses penyisihan polutan.

Sesuai dengan Peraturan Menteri PU No 03 Tahun 2013 terdapat kriteria perencanaan kolam anaerobik secara umum meliputi waktu detensi, kedalaman kolam dan material kolam. Waktu detensi dari kolam anaerobik yaitu 20 – 50 hari dengan kedalaman 2,5 – 5 m perencanaan. Sedangkan material kolam yang direkomendasikan menggunakan pasangan batu.

2.6.3.2. Kolam Fakultatif

Kolam fakultatif memiliki dua jenis yaitu primer dan sekunder. Kolam primer memiliki fungsi mengolah air limbah yang belum diolah sedangkan kolam sekunder mengolah air limbah yang sebelumnya telah melalui proses pengolahan.

Kolam sekunder ini biasanya menyalurkan air limbah berasal dari kolam anaerobik.

Kolam ini berfungsi untuk menurunkan beban BOD permukaan rendah yang berkisar 100 – 400 kg BOD/ha hari. Alga memiliki peranan penting dalam hal menurunkan kadar BOD melalui proses fotosintesis yang menghasilkan oksigen.

Alga akan tumbuh secara alami pada permukaan kolam.

Sesuai dengan Peraturan Menteri PU No 03 Tahun 2013 terdapat kriteria perencanaan kolam fakultatif secara umum meliputi waktu detensi, kedalaman

kolam dan material kolam. Waktu detensi dari kolam fakultatif yaitu 5 hingga 30 hari dengan kedalaman 1 – 2 m perencanaan. Sedangkan material kolam yang direkomendasikan menggunakan pasangan batu.

2.6.3.3. Kolam Aerobik

Kolam ini memiliki kedalaman yang relatif dangkal yaitu berkisar antar 0,3 hingga 0,6 m sehingga memungkinkan cahaya masuk hingga dasar kolam. Hal tersebut berguna agar DO tersebar di seluruh kolam, dengan demikian kinerja ganggang akan terangsang sehingga terjadinya anaerobik dapat dicegah. DO yang dihasilkan berasal dari proses fotosintesis ganggang atau alga serta oksigen pada permukaan kolam.

Bakteri aerobik pada kolam ini memanfaatkan dan menstabilkan kandungan organik dalam air limbah guna memperoleh nutrisi. Penggunaan kolam ini biasanya terbatas pada daerah yang memiliki iklim hangat dan cerah, dimana tingkat penghapusan BOD diperlukan tapi ketersediaan lahan tidak terbatas (Thomas dan Santoso, 2019).

2.6.3.4. Kolam Maturasi

Kolam maturasi atau pematangan pengolahannya menyerupai kolam aerobik. Disebut menyerupai proses aerobik karena zat organik telah berkurang setelah proses pada kolam anaerobik dan kolam fakultatif. Kolam maturasi memiliki bertanggung jawab dalam mengurangi efluen yang terakhir dari kolam fakultatif. Fungsi utama dari kolam maturasi yaitu penghilang bakteri dan mengalirkan lindi secara gravitasi keseluruh sistem. Kolam maturasi memiliki periode atau waktu tinggal selama 7 – 20 hari dengan kedalaman kolam 1 – 1,5 meter (Thomas dan Santoso, 2019).

Sesuai dengan Peraturan Menteri PU No 03 Tahun 2013 terdapat kriteria perencanaan kolam maturasi secara umum meliputi waktu detensi, kedalaman kolam dan material kolam. Waktu detensi dari kolam maturasi yaitu 7 – 20 hari dengan kedalaman 1 – 1,5 m perencanaan. Sedangkan material kolam yang direkomendasikan menggunakan pasangan batu.

2.6.3.5. Kolam Biofilter

Dalam Thomas dan Santoso (2019), pengolahan lindi dengan kolam biofilter ini dapat dilakukan secara anaerob, aerob maupun keduanya. Tentunya untuk proses aerob diperlukannya oksigen yang terlarut selama prosesnya. Kolam pengolahan ini merupakan proses terakhir sebelum lindi dibuang ke sungai.

Sesuai dengan Peraturan Menteri PU No 03 Tahun 2013 terdapat kriteria perencanaan kolam biofilter secara umum meliputi waktu detensi, kedalaman kolam dan material kolam. Waktu detensi dari kolam biofilter yaitu 3 – 5 hari dengan kedalaman 2 m perencanaan. Adapaun lapisan penyaring lindi yang dibutuhkan dalam kolam yaitu lapisan batu, kerikil, ijuk dan pasir.

2.6.3.6. Kolam Wetland/Adsorpsi

Wetland disini merupakan tempat penampungan berupa rawa buatan untuk air limbah domestik maupun lindi. Selain itu wetland ini juga digunakan untuk reklamasi lahan penambangan atau gangguan lingkungan lainnya. Wetland dapat mengurangi sedimen dan polutan seperti logam berat yang berupa biofilter.

Penggunaan tumbuhan tertentu yang dapat berperan sebagaimana fungsi dari kolam ini dan merupakan tumbuhan lokal dengan biaya yang minimal.

Wetland dirancang memiliki kemiringan dasar berkisar 1 – 4% agar lindi dapat mengalir dengan mudah. Bentuknya dapat berupa aliran bebas (free flowing) atau aliran bawah tanah (sub-surface flow). Untuk aliran bawah tanah dapat menggunakan lapisan kerikil atau batu belah dan di atasnya diberi lapisan pasir sebagai media tanaman tumbuh (Thomas dan Santoso, 2019).

Sesuai dengan Peraturan Menteri PU No 03 Tahun 2013 terdapat kriteria perencanaan wetland secara umum meliputi waktu detensi, kedalaman kolam dan material kolam. Waktu detensi dari wetland yaitu 4 – 15 hari dengan kedalaman 0,1 – 0,8 m perencanaan. Tanaman yang dapat digunakan dalam pengolahan ini yaitu : A. microphylia, enceng gondok, cattail, rumput gajah.

Dalam dokumen BAB II LANDASAN TEORI (Halaman 23-26)

Dokumen terkait